Agroteknologi (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Agroteknologi (S1) by Subject "2"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
Item Induksi Kalus Eksplan Daun Kina (Cinchona succirubra) Pada Berbagai Konsentrasi 2,4-D (2,4-Dichlorophenoxyacetic) dan Benzil Amino Purine (BAP) secara In Vitro(2020-01-22) ADELLA CHINTANIA PUTRI; Noladhi Wicaksana; Agung KaruniawanMasalah dalam perbanyakan tanaman kina secara konvensional adalah ketidakcocokan, jumlah bibit yang terbatas dan waktu yang dihabiskan dalam produksi bahan tanaman kina succirubra. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Dalam pengembangan pembibitan tanaman kina, penggunaan Zat Pengatur Tumbuh 2,4-D (2,4-Dichlorophenoxyacetic) dan Benzil Amino Purine (BAP) diharapkan mampu mempercepat proses induksi kalus sehingga pertumbuhannya dapat dicapai dalam waktu yang relatif singkat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kombinasi 2,4-D dan BAP yang terbaik dalam menginduksi kalus eksplan daun Cinchona succirubra. Eksplan daun ditumbuhkan pada media MS yang diperkaya zat pengatur tumbuh 2,4-D dan BAP dengan konsentrasi 0,0;0,5;1,0;1,5 mg/L 2,4-D dan 3,0 mg/L BAP. Rancangan penelitian yang dilakukan adalah eksperimen laboratoris berupa rancangan acak lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, data kualitatif didapatkan dari deskripsi morfologi kalus Cinchona succirubra. Data kuantitatif didapatkan dari pengamatan waktu induksi kalus, dan ukuran kalus. Kemudian data kuantitatif tersebut dianalisis secara statistik menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan nilai signifikansi (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara eksplan daun succirubra dan konsentrasi 2,4-D + BAP pada pengamatan waktu induksi kalus dan ukuran kalus. Eksplan daun succirubra dengan penambahan konsentrasi 2,4-D 0,5 mg/L + BAP 3,0 mg/L menunjukkan respon terbaik untuk kedua karakter yakni karakter waktu kemunculan kalus (11,3 hari) dan karakter ukuran kalus terbesar dengan rata-rata kalus 0.640 mm yang terbentuk selama 6 minggu. Kalus dari penelitian ini memiliki warna kuning kecoklatan dengan tekstur yang kompak. Kesimpulan dari penetilian ini adalah 2,4-D 0,5 mg/L + BAP 3,0 mg/L merupakan kombinasi yang terbaik dalam menginduksi kalus eksplan daun Cinchona succirubra.Item KEEFEKTIFAN HERBISIDA 2,4-D dimetilamina 870 g/l TERHADAP PENEKANAN GULMA PADA PERTANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa )(2020-03-12) ANNISA NADIAH APRILIA; Yayan Sumekar; Uum UmiyatiGulma merupakan masalah utama dalam peningkatan produksi padi sawah, karena gulma menjadi pesaing utama dalam pertanaman padi sawah . Pengendalian gulma dengan herbisida dipilih karena diniai lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan pengendalian lain. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efikasi herbisida berbahan aktif 2,4 D dimetilamina 870 g/l untuk mengendalikan gulma umum pada budidaya tanaman padi sawah. Percobaan dilakukan di Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat pada bulan Juni sampai Oktober 2019. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan dan 7 perlakuan. Perlakuan terdiri dari dosis herbisida berbahan aktif 2,4 D dimetilamina 870 g/l yaitu dosis 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5 l/ha, penyiangan secara manual dan perlakuan kontrol (tanpa pengendalian gulma). Hasil percobaan menunjukkan bahwa herbisida berbahan aktif 2,4 D dimetilamina 870 g/l mulai dosis 1,5 s/d 3,5 l/ha dapat mengendalikan gulma Ludiwigia octovalvis, Sphenochloa zeylainica, Fimbristylis miliacea, Cyperus iria dan gulma total hingga 6 MSA tanpa menimbulkan efek keracunan pada pertanaman padi sawah.Item Pengaruh Berbagai Dosis Herbisida 2,4-D Dimetil Amina 866 g/l terhadap Penekanan Gulma, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang pada Sistem Tanam Pindah(2014-10-19) FADILLAH SYAHRIZAL; Denny Kurniadie; Dani RiswandiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh herbisida 2,4 – D dimetil amina terhadap pertumbuhan gulma serta pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah varietas Ciherang pada Sistem Tanam Pindah. Percobaan dilaksanakan pada bulan Nopember 2013 sampai Pebruari 2014 di Desa Cijeruk, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan, yaitu : A. Herbisida 2,4-D dimetil amina 1,5 l/ha, B. Herbisida 2,4-D dimetil amina 2,0 l/ha, C. Herbisida 2,4-D dimetil amina 2,5 l/ha, D. Herbisida 2,4-D dimetil amina 3,0 l/ha, E. Herbisida 2,4-D dimetil amina 3,5 l/ha, F. Penyiangan mekanis, G. Kontrol. Perbedaan antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji F dan untuk menguji perbedaan nilai rata-rata perlakuan digunakan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaplikasian herbisida 2,4-D dimetil amina 866 g/l berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan gulma berdaun lebar dan teki namun tidak efektif dalam mengendalikan rumput serta pada dosis 3,0 l/ha dan 3,5 l/ha menimbulkan keracunan pada tanaman padi di minggu pertama setelah aplikasi herbisida. Namun tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah varietas Ciherang.Item Pengaruh Dosis Herbisida 2,4-D Dimetil Amina 865 g/l terhadap Gulma, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L)(2019-08-29) CLARITA OSLA ARITONANG; Uum Umiyati; Dedi WidayatKeberadaan gulma tanpa pengendalian pada suatu lahan budidaya padi sawah (Oryza sativa L) mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup besar. Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida merupakan cara yang efektif dan efisien dibandingkan dengan teknik pengendalian lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi herbisida 2,4-D Dimetil Amina 865 g/l terhadap gulma pada budidaya padi sawah dan pengaruhnya terhadap tanaman padi. Percobaan dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas Padjadjaran mulai dari bulan Desember 2018 sampai dengan Maret 2019. Percobaan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah herbisida 2,4-D Dimetil Amina 865 g/L dosis 1,75 l/ha; 1,50 l/ha; 1,25 l/ha; 1,00 l/ha; 0,75 l/ha; penyiangan mekanis dan kontrol (tanpa perlakuan). Perbedaan antara perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Herbisida 2,4-D Dimetil Amina 865 g/l efektif untuk mengendalikan gulma pada budidaya padi sawah dan tidak menimbulkan fitotoksisitas terhadap tanaman padi sawah; (2) Herbisida 2,4 – D Dimetil Amina 865 g/l mulai dosis 0,75 l/ha mampu mengendalikan gulma Ludwigia hyssopifolia, Marsilea crenata, dan Monochoria vaginalis, pada taraf dosis 1,25 l/ha mampu mengendalikan gulma Cyperus difformis L, Cyperus iria L, dan Fimbristylis miliacea Vahl (L.), dosis 1,00 l/ha mampu mengendalikan gulma Echinochloa cruss galli (L) Beauv. Herbisida ini dapat digunakan untuk meningkatkan produksi padi sawah dengan dosis efektif aplikasi herbisida adalah 2,4-D Dimetil Amina 865 g/l dosis 0,75 l/ha.Item PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) SERTA GULMA PASCA APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN HERBISIDA 2,4-D DIMETIL AMINA 865 SL(2024-01-12) MOCHAMMAD ARIF RAHMAN; Aep Wawan Irwan; Yayan SumekarKehadiran gulma pada pertanaman jagung manis dapat menyebabkan persaingan antara gulma dan tanaman jagung manis dalam mendapatkan unsur hara, air, dan cahaya matahari. Penggunaan herbisida merupakan salah satu upaya dalam mengendalikan gulma tanpa merusak tanaman jagung manis, sedangkan pupuk organik cair untuk meningkatkan penyerapan unsur hara tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mencari dosis herbisida dan konsentrasi pupuk organik cair yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus hingga bulan November 2022 di Sanggar Penelitian, Latihan, dan Pengembangan Pertanian (SPLPP), Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan metode Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan yaitu: Herbisida 2,4-D dimetil amina dan pupuk organik cair dengan dosis 0,5 l/ha dan 2 ml/l; 1,0 l/ha dan 2 ml/l; 1,5 l/ha dan 4 ml/l; 2,0 l/ha dan 4 ml/l; penyiangan manual; dan kontrol. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa herbisida 2,4-D dimetil amina dengan dosis 1,0 – 2,0 l/ha memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering gulma berdaun lebar dan gulma teki. Herbisida 2,4-D dimetil amina dengan dosis 1,5 – 2,0 l/ha dan pupuk organik cair dengan konsentrasi 4 ml/l memberikan pengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan tanaman, dan komponen hasil jagung manis. Perlakuan herbisida 2,4-D dimetil amina dengan dosis 1,5 l/ha dan pupuk organik cair dengan konsentrasi 4 ml/l menghasilkan rata-rata hasil per petak tertinggi yaitu sebesar 11,42 kg/12m2 dan rata-rata hasil per ton sebesar 9,52 ton/ha.Item pertumbuhan dan perkembangan kalus ubi jalar (ipomea batatas L.) aksesi 219 pada beberapa konsentrasi 2,4 - D dan Thidiazuron(2014-04-22) DONA APRILYANA; Murgayanti; Denny Sobardini SobarnaABSTRAK Dona Aprilyana. 2014. Pertumbuhan dan Perkembangan Kalus Ubi Jalar (Ipomoea batatas L. Lam) Aksesi 219 dengan Pemberian Beberapa Konsentrasi 2,4-D dan Thidiazuron. Dibawah bimbingan Murgayanti, SP., MP. dan Erni Suminar, SP., M.Si. Ubi jalar (Ipomoea batatas L. Lam) merupakan salah satu bahan pangan yang dimanfaatkan sebagai bahan yang kaya akan zat tepung. Ubi jalar juga sebagai sumber serat pangan yang dapat menyerap kolesterol dan sumber β karoten yang baik untuk kesehatan mata. Untuk mengimbangi tingkat permintaan, perlu dilakukan kegiatan perbanyakan secara cepat, salah satu upayanya adalah dengan kultur in vitro melalui perbanyakan embrio somatik sehingga dapat dihasilkan bibit dalam jumlah yang banyak dan digunakan untuk program perbaikan tanaman Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi terbaik dari 2,4-D dan thidiazuron. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial, yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah 2,4-D dengan konsentrasi 0,1 mg L-1 (a1), 0,2 mg L-1 (a2), 0,3 mg L-1 (a3), 0,4 mg L-1 (a4) dan 0,5 mg L-1 (a5), faktor kedua adalah thidiazuron (TDZ) dengan konsentrasi 0,1 mg L-1 (s1) dan 0,5 mg L-1 (s5). Pengamatan dilakukan terhadap peubah persentase terbentuknya kalus (%), waktu muncul kalus (HST), diameter kalus (mm), warna kalus, tekstur kalus, bobot segar kalus (g) dan mikroskopis kalus. Peubah waktu muncul, diameter dan bobot segar kalus dianalisis menggunakan ANOVA two-way, sedangkan persentase terbentuknya kalus (%), warna dan tekstur kalus dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 2,4-D dan TDZ serta interaksi antara kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap bobot segar kalus asal eksplan daun ubi jalar aksesi 219. Perlakuan kombinasi konsentrasi 0,4 mg L-1 2,4-D + 0,1 mg L-1 TDZ merupakan kombinasi ZPT yang paling optimal terhadap peubah bobot segar kalus yaitu 1,66 g waktu muncul kalus yaitu 11 HST terdapat pada 2,4-D 0,1 mg L-1 + TDZ 0,1 mg L-1. Pengamatan terhadap warna dan tekstur kalus menunjukkan kalus berwarna putih, hijau dan kuning, serta bertekstur kompak pada keseluruhan perlakuan.Item Pertumbuhan dan Regenerasi Kalus Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L) Lam) secara In Vitro(2015-10-19) ANA MARTIA FITRIANI; Murgayanti; SumadiPerbanyakan tanaman ubi jalar menggunakan stek secara terus menerus dapat menurunkan hasil dan ketahanan terhadap penyakit. Oleh karena itu dilakukan suatu upaya untuk menghasilkan bibit yang memiliki kualitas baik dengan kultur jaringan melalui embriogenesis tidak langsung (diawali dengan pembentukan kalus). Terbentuknya kalus embriogenik didukung oleh penambahan zat pengatur tumbuh dan poliamina ke dalam media. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi 2,4-D dan putresin yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan kalus ubi jalar varietas Awachy 5. Percobaan dilakukan pada bulan April hingga Juli 2015 di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Percobaan terdiri dari dua tahap yaitu, induksi kalus embriogenik dan regenerasi kalus. Rancangan percobaan pada induksi kalus embriogenik adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola Faktorial yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi 2,4-D (0,4 mg L-1, 0,8 mg L-1 dan 1,2 mg L-1). Faktor kedua adalah konsentrasi putresin (100 mg L-1, 200 mg L-1 dan 300 mg L-1). Rancangan percobaan pada regenerasi kalus adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 9 perlakuan asal kalus. Hasil perobaan menunjukan tidak terdapat interaksi antara konsentrasi 2,4-D dan putresin dalam menunjang pertumbuhan dan regenerasi kalus ubi jalar. Penggunaan 2,4-D dengan konsentrasi 0,4 mg L-1 berpengaruh terhadap bobot kalus dan ukuran kalus. Penggunaan putresin tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah maupun ukuran kalus. Kalus yang dihasilkan dari media induksi belum bersifat embriogenik sehingga belum mampu beregenerasi ketika disubkultur pada media yang mengandung sitokinin. Regenerasi kalus ke media yang mengandung sitokinin menyebabkan beberapa perubahan pada kalus seperti perubahan warna yang didominasi oleh warna kuning dan tekstur kalus yang cenderung kompak.Item Pertumbuhan Gulma Berdaun Lebar Pada Pertanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Belum Menghasilkan yang Dikendalikan oleh Herbisida Berbahan Aktif 2,4-D Dimetil Amina(2013-03-21) ARIF HERMAWAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenArif Hermawan, 2013. Pertumbuhan Gulma Berdaun Lebar Pada Pertanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Belum Menghasilkan yang Dikendalikan oleh Herbisida Berbahan Aktif 2,4-D Dimetil Amina. Dibawah bimbingan Uum Umiyati dan Dedi Widayat. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan gulma berdaun lebar pada pertanaman tebu belum menghasilkan yang dikendalikan oleh herbisida berbahan aktif 2,4-D dimetil amina. Percobaan ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga September 2012 di Desa Kubang Jambu, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat dengan ketinggian tempat13 meter di atas permukaan laut (dpl) dan curah hujan berdasarkan klasifikasi Oldeman (1975) termasuk tipe C3 dengan jenis tanah Aluvial yang berdrainase baik. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola sederhana dengan delapan perlakuan dan empat kali ulangan. Perlakuan terdiri dari : A (Herbisida 2,4-D dimetil amina 866 g.L-1 dosis 1,5 l/ha), B (Herbisida 2,4-D dimetil amina 866 g.L-1 dosis 2 l/ha), C (Herbisida 2,4-D dimetil amina 866 g.L-1 dosis 2,5 l/ha), D (Herbisida 2,4-D dimetil amina 866 g.L-1 dosis 3 l/ha), E (Herbisida 2,4-D dimetil amina 866 g.L-1 dosis 3,5 l/ha), F (penyiangan mekanis), G (tanpa perlakuan : kontrol), H (Herbisida 2,4-D dimetil amina 865 g.L-1 dosis 2 l/ha). Perbedaan antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji F, sedangkan untuk menguji perbedaan nilai rata-rata perlakuan digunakan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi herbisida 2,4-D dimetil amina 866 g.L-1 dosis 1,5 l/ha dapat menekan pertumbuhan gulma berdaun lebar dan tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tebu. Kata Kunci: Pertumbuhan Gulma Berdaun Lebar, 2,4-D Dimetil Amina, Tanaman Tebu Belum Menghasilkan.Item REGENERASI KALUS TANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa Linn.) PADA BERBAGAI KOMBINASI 2,4 DICHLOROPHENOXYACETIC ACID DAN 6-BENZYL AMINO PURINE SECARA IN VITRO(2016-04-10) SHEILLA FAUZIA RAHMI; Anne Nuraini; Erni SuminarSheilla Fauzia Rahmi, 2016. Regenerasi Kalus Tanaman Sedap Malam (Polianthes tuberosa Linn.) pada Berbagai Kombinasi 2,4 Dichlorophenoxyacetic Acid dan 6-Benzyl Amino Purine secara In Vitro. Dibimbing oleh Erni Suminar dan Anne Nuraini. Ketersediaan bibit sedap malam di Indonesia yang masih terbatas disebabkan oleh masih rendahnya jumlah bibit yang dihasilkan melalui metode konvensional dan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bibit cukup lama. Oleh karena itu digunakan suatu metode perbanyakan untuk menghasilkan bibit dalam jumlah yang besar, memiliki kualitas baik ditandai dengan bebas virus, dan waktu perbanyakan yang lebih cepat secara kultur jaringan melalui organogenesis tidak langsung (diawali dengan pembentukan kalus). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kombinasi konsentrasi 2,4-D dan BAP yang tepat dalam regenerasi kalus sedap malam secara in vitro. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga November 2015 di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran di Jatinangor, Sumedang. Eksplan yang digunakan adalah kalus hasil inisiasi potongan daun asal meristem umbi sedap malam varietas Dian Arum. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 12 perlakuan dan 4 ulangan. Media Murashige and Skoog (MS) digunakan sebagai media dasar dengan kombinasi konsentrasi 2,4-D (0,0 mg L-1, 0,05 mg L-1, 0,1 mg L-1) dan BAP (0,0 mg L-1, 1,0 mg L-1, 2,0 mg L-1, 3,0 mg L-1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kombinasi konsentrasi 2,4 Dichlorophenoxyacetic acid/2,4-D dan 6 benzyl amino purine/BAP terhadap regenerasi kalus sedap malam secara in vitro. Kombinasi konsentrasi tanpa 2,4-D dan BAP pada kisaran 1,0-2,0 mg L-1 merupakan perlakuan terbaik terhadap regenerasi kalus sedap malam secara in vitro dalam menghasilkan jumlah tunas per kalus.Item Studi Rhizogenesis dan Ramifikasi Akar Anakan Salak Manonjaya (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss) Asal Tasikmalaya dengan Aplikasi 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid dan Etilen.(2014-04-22) FIKA ALMIRA; Dedi Widayat; NursuhudPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi 2,4-D dan etilen dalam meningkatkan laju rhizogenesis dan ramifikasi akar anakan Salak Manonjaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2013 di Manonjaya, Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan 13 perlakuan yang terdiri dari 6 anakan untuk setiap perlakuan. Perlakuan yang digunakan adalah konsentrasi 2,4-D (0; 5; 10; 15 dan 20 ppm) dan etilen (0; 120; 240; 360 dan 480 ppm) dengan dosis 10 ml per anakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 2,4-D cenderung mampu memacu rhizogenesis, tetapi tidak untuk ramifikasi akar anakan salak Manonjaya Pemberian etilen cenderung memberikan pengaruh terhadap kinerja 2,4-D dalam meningkatkan laju rhizogenesis terhadap parameter jumlah dan panjang akar, akan tetapi menghambat dalam persentase bibit berakar, diameter akar, kecepatan tumbuh akar, dan tidak terbentuknya ramifikasi akar. Persentase bibit berakar dan diameter akar terbaik didapatkan pada kombinasi perlakuan etilen 480 ppm dan 2,4-D 0 ppmItem Uji Sifat Campuran Herbisida Berbahan Aktif IPA Glifosat dan 2,4 D Amina terhadap Beberapa Jenis Gulma(2018-04-27) AMMAR MUHTADI; Dedi Widayat; Uum UmiyatiCampuran herbisida dengan dua atau lebih jenis bahan aktif akan menunjukkan interaksi satu bahan dengan bahan yang lain. Interaksi tersebut dapat bersifat sinergis, aditif atau antagonis. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui sifat campuran herbisida berbahan aktif IPA Glifosat dan 2,4 D Amina terhadap beberapa jenis gulma. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2018, di Rumah Kaca Dept. Hama Penyakit Tanaman Universitas Padjadjaran, Ciparanje, Jatinangor. Perlakuan terdiri dari tiga jenis herbisida dengan tujuh tingkat dosis yaitu herbisida tunggal IPA Glifosat (0, 7,5, 15, 30, 60, 120, 240 g/l), 2,4 D Amina (0, 22,5, 45, 90, 180, 360, 720 g/l) dan campuran herbisida berbahan aktif IPA Glifosat dan 2,4 D Amina (0, 6,25, 12,5, 25, 50, 100, 200 g/l) diulang sebanyak empat kali. Gulma sasaran pada penelitian ini di antarnya yaitu A. conyzoides, S. nodiflora, B. alata, I. timorense, dan O. nodosa. Analisis data menggunakan analisis regresi linear dan metode MSM untuk menentukan LD 50 perlakuan dan LD 50 harapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran herbisida berbahan aktif IPA Glifosat dan 2,4 D Amina memiliki nilai LD 50 perlakuan (20,74 g/l) lebih kecil dari nilai LD 50 harapan (42 g/l) sehingga campuran herbisida tersebut bersifat sinergis.