S3 - Doktor
Permanent URI for this community
Browse
Browsing S3 - Doktor by Title
Now showing 1 - 20 of 85
Results Per Page
Sort Options
Item Bahasa Kekuasaan Ridwan Kamil dalam Media Sosial: Analisis Wacana Kritis(2021-02-19) MUH. ABDUL KHAK; Dadang Suganda; Eva Tuckyta Sari SujatnaABSTRAK Penelitian ini berjudul “Bahasa Kekuasaan Ridwan Kamil dalam Media Sosial: Analisis Waacana Kritis”. Intinya mengkaji bentuk-bentuk linguistik bahasa kekuasaa Ridwan Kamil; pengaruh identitas Ridwan Kamil terhadap bahasa kekuasaannya; dan bahasa kekuasaan yang dimanfaatkan oleh Ridwan Kamil dalam membangun aliansi kekuasaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan eklektik, yaitu menggunakan beberapa teori yang saling melengkapi. Teori yang dijadikan landasan penelitian ini adalah teori sosial kritis. Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan dua pendekatan, yaitu pendekatan secara teoretis dan pendekatan secara metodologis. Secara teoretis, pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan Analisis Wacana Kritis. Adapun secara metodologis, penelitian ini menggunkan metode kualitatif dengan perspektif kritis. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data pemakaian bahasa Ridwan Kamil pada media sosial Facebook dan Twitter. Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah metode simak dengan teknik dasar catat. Metode dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua metode: (a) metode dan teknik analisis struktur dan (b) metode dan teknik analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal: 1) bahasa kekuasaan Ridwan Kamil dapat dilihat dari dua aspek, yaitu bahasa kekuasan Ridwan Kamil berdasarkan tema yang meliputi teks tentang: a) kesundaan, b) teks keagamaan, c) keluarga, dan d) kepemimpinan; 2) identitas Ridwan Kamil berpengaruh terhadap produksi wacana yang dilakukannya yang dapat dilihat dari adanya ideologi kearsitekan, ideologi modernisasi, dan adanya diskursif bahasa kekuasaan Ridwan Kamil; 3) Apa yang dilakukan Ridwan Kamil melalui praktik-praktik kebahasaan di media sosialnya sejatinya adalah upayanya membentuk aliansi dengan anggota masyarakat, kepada calon pemilihnya di dalam pemilihan kepala daerah. Kata Kunci: bahasa, kekuasaan, Ridwan Kamil, Analisis Wacana KritisItem BAHASA SAMAR DALAM WACANA HUMOR KOMIK STRIP PADA SURAT KABAR THE JAKARTA POST (SATU KAJIAN PRAGMATIK)(2020-10-09) JAUFILLAILI; Eva Tuckyta Sari Sujatna; Lia Maulia IndrayaniAbstrak Bahasa samar merupakan bagian dari komunikasi. Orang-orang menggunakan bahasa samar dalam berkomunikasi sehari-hari untuk mengatakan sesuatu yang tidak membutuhkan informasi yang spesifik, seperti; jumlah suatu benda, harga suatu benda, jumlah orang, pendapat pribadi, suatu kemungkinan, serta suatu ketidakpastian. Komunikasi menggunakan bahasa samar dapat dilakukan, baik secara lisan ataupun tertulis. Dua orang ahli yang telah melakukan penelitian mengenai bahasa samar, yaitu Sabet dan Zhang (2015). Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori milik Sabet dan Zhang mengenai jenis dan fungsi bahasa samar (2015). Penulis meneliti bahasa samar yang digunakan dalam komik strip yang diterbitkan dalam surat kabar The Jakarta Post. ‘The Born Loser’ karangan Art dan Chip Sansom adalah judul komik strip yang penulis pilih sebagai data penelitian. Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi dan menjelaskan jenis bahasa samar yang terdapat dalam komik strip, (2) mengidentifikasi dan menjelaskan fungsi bahasa samar yang terdapat dalam komik strip, dan (3) mengidentifikasi dan menjelaskan peran bahasa samar dalam membentuk wacana humor komik strip. Penulis menggunakan metode analisis deskriptif untuk meneliti data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada delapan jenis bahasa samar dalam komik strip dimana tiga jenis diantaranya merupakan temuan dalam penelitian ini. Ketiga jenis bahasa samar tersebut, yaitu; ‘kesan samar’, ‘istilah samar, dan ‘arah samar’. Penulis juga menemukan satu sub-fungsi baru bahasa samar yang digunakan dalam komik strip, yaitu ‘strategi penghindaran diri’. Perbedaan penggunaan wacana komunikasi menyebabkan perbedaan jenis dan fungsi bahasa samar. Kelucuan komik strip dapat dianalisis dari penggunaan bahasa samar yang dihubungkan dengan implikatur percakapan. Penelitian ini menggunakan implikatur percakapan yang dianalisis lebih lanjut dengan mengacu pada dua buah teori humor milik Raskin (1985) yang membentuk kelucuan dalam komik strip, yaitu (1) disparagement dan (2) incongruity. Kata-kata karakter yang berisi bahasa samar pada strip terakhir mengandung salah satu dari kedua jenis implikatur tersebut yang memberikan pesan kepada para pembaca apa yang lucu atau yang menjadi unsur humor dalam komik strip tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, bahasa samar dapat berperan sebagai (1) bagian dari humor atau (2) pembentuk humor yang merupakan penyebab utama tawa dalam komik strip. kata kunci: pragmatik, bahasa samar, komik strip, humor, implikatur percakapan.Item Bugis Language of Radio Variety in La Ugi Program(2020-10-19) ANDI SUBHAN; Cece Sobarna; WagiatiThis sociolinguistic study on Bugis language of radio variety in La Ugi Program aims to analyze the language elements and the sociolinguistic phenomena with their accompanying factors in the Bugis language of radio variety in La Ugi program. It focuses on the sociolinguistic exposure of the object of the study (linguistic data of a Bugis-spoken radio program). The design of the study employs a qualitative method, a descriptive analysis, and a sociolinguistic approach supported by some quantitative data presentations in the analysis. The data collection consists of observation (recording) and interview as addition to the previous one based on Sudaryanto (2015: 207 – 208). The data analysis usingMiles and Huberman (1992: 16) involves the classification, reduction, and conclusion/verification. The result of the study shows that Bugis language of radio variety reflects the Bugis language daily spoken by Bugis people, observed through its various changes in relation to the sociolinguistic phenomen a as the effects of the language contact and bilingualism spoken by Bugis individuals. Thelanguage elements aspect indicates that Bugis language has some special characteristics, covering: (1) articulation, particularly its suprasegmental phonemes and strong glottal stop, (2) morpho-phonological constructions, and (3)phrasal, clausal, and sentential constructions considered different from the other languages including Indonesian language. The Bugis sociolinguistic phenomena of radio variety in La Ugi program clearly demonstrate some forms of language mixture in terms of various code-mixing, clausal and sentential code-switching, loanwords/borrowings referring to interference and integration, and some other language variations engaging with the socio-cutural background of the users.Item Cirebon 1681-1945 Dinamika Politik, Ekonomi, dan Sosial-Budaya(2021-11-04) EVA NUR AROVAH; Widyonugrahanto; Nina Herlina SukmanaABSTRAK Judul Disertasi : Cirebon 1681-1945 Dinamika Politik, Ekonomi, dan Sosial-Budaya. Subyek : Cirebon, Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya Abstrak Disertasi ini mengkaji dinamika Cirebon semenjak 1681-hingga 1945 dengan fokus bahasan pada (1) latar belakang lahirnya Cirebon, (2) dinamika politik Cirebon, (3) dinamika ekonomi Cirebon, dan (4) dinamika sosial-budaya Cirebon. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan empat tahap metode penelitian sejarah yang mencakup heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sementara sebagai alat bantu analisis digunakan beberapa teori ilmu sosial, yakni (1) teori konflik dari Lewis A. Coser (1956) yang menggambarkan konflik sebagai perselisihan mengenai nilai atau tuntutan berkenaan dengan status, kekuasaan, dan sumber kekayaan. Selanjutnya konflik dapat berlangsung antar individu, kumpulan (collectivities), atau antara individu dan kumpulan dan senantiasa ada di tempat orang hidup bersama. (2) Dalam penjabaran dinamika ekonomi Cirebon, J. Thomas Linblad memberikan batasan sejarah ekonomi Indonesia sebagai pola pengulangan sejarah ekonomi kolonial secara umum, seperti eksploitasi negara terhadap sumber daya alam pada abad ke-19, munculnya liberalisme pada akhir abad tersebut, dan Politik Etis awal abad ke-20. (3) Untuk menjelaskan perubahan sosial-budaya Cirebon digunakan teori fungsional yang melahirkan konsep cultural lag dari William. F. Ogburn. Ia menjelaskan bahwa meskipun unsur-unsur masyarakat saling berhubungan, beberapa unsurnya bisa saja berubah dengan sangat cepat, sementara unsur yang lainnya tidak. Hasilnya, Cirebon yang mengalami puncak kejayaan sebagai salah satu kerajaan ternama pada masa Sunan Gunung Jati berangsur-angsur surut wibawanya semenjak pecah menjadi Kasepuhan, Kanoman, dan Panembahan. Keadaan tersebut bertambah rumit dengan kehadiran VOC, pemerintah Hindia Belanda, militer Jepang yang mengganti sistem pemerintahan tradisional menjadi sistem pemerintahan ala barat seraya mempensiunkan raja-raja Cirebon pada tahun 1815. Kehadiran mereka juga menandai suatu transformasi pada perkembangan ekonomi yang ditandai dengan penguasaan atas sumber ekonomi yang memberi keuntungan besar terhadap mereka, tapi pada titik tertentu bagi ekonomi Cirebon terasa eksploitatif dan terlihat seperti pemerasan. Pada sisi yang berbeda, kiranya kolonialisme dapat pula disoroti secara positif sebagai sebuah proses modernisasi. Adanya suatu sikap positif dari masyarakat dalam menilai dan menanggapi masuknya suatu teknologi baru bisa dilihat ketika diperkenalkannya kereta api, air ledeng, serta dibukanya jalan besar pos. Dari sisi sosial-budaya masyarakat Cirebon, keberadaan koloni nyatanya mempengaruhi pertumbuhan, komposisi, dan hubungan antaretnis masyarakatnya. Dengan pola yang berbeda antara Belanda dan Jepang dalam menarik dukungan rakyat, struktur masyarakat Cirebon yang plural bertambah kompleks dengan kehadiran penjajah yang membawa serta kelompok sosial baru, ajaran agama baru, juga sistem pendidikan baru. Abstract: This dissertation examines the dynamics of Cirebon since 1681 until 1945 with its focus on (1) the background of Cirebon establishment, (2) political dynamics of Cirebon, (3) economic dynamics of Cirebon, (4) socio-cultural dynamics of Cirebon. In order to reach the purpose, there are four stages of historical study method used including heuristic, critics, interpretation and historiography. Meanwhile, there are some social science theory used as analytical tools, namely (1) conflict theory by Lewis A. Coser (1956) which describe conflict as a dispute over values or demands related to status, power and source of wealth. Further, conflict can take place between individuals, groups and exist in the place where people living together. (2) In the explanation of economic dynamics of Cirebon, J. Thomas Linblad give limitation of Indonesia economic history as repetition pattern of colonial economic history in general, such as exploitation of the country against natural resources in 19th century, the emergence of liberalism in the end of the century and ethical politics in the beginning of 20th century. (3) In order to explain the changes of socio-cultural in Cirebon, functional theory which gave birth to cultural lag concept by William F. Ogburn used in this study. He explained that even though the elements of society connected each other, some elements can change so fast while the other elements cannot. In result, Cirebon which experienced the peak of glory as one of reputable kingdom on Sunan Gunung Djati era gradually receded its authority since they broke into Kasepuhan, Kanoman and Panembahan. The condition was more complicated by the VOC presence, government of Dutch east Indié, Japan military which changed the traditional governmental system into western governmental system while they retired the kings of Cirebon in 1815. Their presence also marked a transformation in the economic development that is seen by the economic sources control giving them big profits, yet at some point it felt exploitative and looked like blackmail for Cirebon economic. On the other side, colonialism presumably can be positively highlighted as a process of modernization. A positive attitude of the society in assessing and responding to the entry of a new technology can be seen at the introduction of train, tap water as well as the opening of a post large road. By socio-cultural of Cirebon, the existence of colonies in fact affected the growth of composition and relations between ethnic communities. Netherlands and Japan have different pattern in attracting the people support, Cirebon plural society structure was more complicated with the presence of invaders who brought a new social group, new religion along with new education system.Item CROSSPLAYING DAN PERFORMATIVITAS GENDER PADA KOMUNITAS COSPLAY SEBAGAI BAGIAN DARI BUDAYA POPULER DI BANDUNG(2022-10-12) ASEP ACHMAD MUHLISIAN; Aquarini Priyatna; Yuyu Yohana RisagarniwaDisertasi ini mengkaji cara performativitas gender digambarkan oleh crossplayer Female-to-Male (F2M) dan Male-to-Female (M2F) dengan mengubah identitas laki-laki dan perempuan dengan atribut yang melekat padanya. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi-Etnografi di Bandung yang melibatkan 18 subjek penelitian berusia 19-29 tahun. Data dikumpulkan melalui observasi di lapangan, media sosial dan wawancara mendalam. Hasil data menunjukkan bahwa crossplay F2M dan M2F adalah usaha untuk menunjukkan dan mengubah maskulinitas dan femininitas yang diidentifikasi dengan atribusi laki-laki dan perempuan normatif. Citra maskulin dan feminin ideal dalam crossplay F2M dan M2F masing-masing terwujud dalam empat karakter khas, yaitu ikemen, bishounen, shouta, dan reverse trap untuk F2M serta bishoujo, lolita, gyaru dan trap untuk crossplay M2F. Selain itu, persona crossplayer pun dibangun melalui costest, performace di atas panggung, costreet, photses dan interaksi dengan komunitas untuk membangun persona front stage di ruang publik. Kelindan identitas gender sehari-hari dan performativitas gender crossplay terlihat dari identitas gender yang dimainkan di ruang publik sebagai pelarian dari kesehariannya dan negosiasi citra gender ideal dari fantasi menjadi kenyataan berdasarkan motivasi crossplayer menampilkan yang difantasikan. Selanjutnya, varian gender yang ditampilkan oleh crossplayer sebagai identitas laki-laki dan perempuan dalam crossplay F2M dan M2F tercerminkan dengan jelas dalam konvensi. Namun, identitas tersebut tidak terlihat saat memasuki ruang sosial yang mengekalkan heteronormatif gender. Sistem partiarki, agama, keluarga dan streotipe gender di lingkungan kerja memengaruhi crossplayer dalam menunjukkan keragaman gender. Relasi kuasa yang muncul dalam ruang sosial dan domestik yang sangat mengekalkan heteronormativitas tersebut menyebabkan beberapa crossplayer berusaha bernegosiasi dengan karakter yang akan dimainkan saat crossplay.Item Dinamika Sosial Ekonomidi Pulau Batam (1824-2005)(2021-02-11) BUNARI; Nina Herlina Sukmana; Mumuh Muhsin ZPenelitian disertasi ini mengkaji tentang dinamika sosial ekonomi Pulau Batam sejak Traktat London hingga masa Otorita Batam. Adapun tujuan penulisan yaitu, merekontruksi Pulau Batam dari masa Kolonial hingga masa Reformasi, menganalisis dampak kebijakan pengembangan pulau Batam masa Kolonial hingga Orde Baru (1824-1998) terhadap masyarakat, menganalisis dampak kebijakan pengembangan pulau Batam masa Reformasi (1998-2005) terhadap masyarakat dan pengaruh Singapura dan Malaysia dalam perkembangan Pulau Batam. Metode penelitian yang digunakan dalam disertasi ini adalah metode sejarah. Hasil penelitian disertasi yaitu Nong isa sebagai peletak dasar bermulanya sejarah Batam sejak era kolonial. Pulau Batam juga menjadi basis perjuangan dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Saat terjadinya konfrontasi Indonesia-Malaysia, Pulau Batam dijadikan basis logistik dan tempat merancang strategi perjuangan. Upaya menjadikan Pulau Batam menjadi daerah industri makin berkembang di masa B.J. Habibie dengan konsep “Teori Balon” dan “Benelux” serta Konsep SIJORI. Pengembangan Pulau Batam memiliki dampak positif seperti luasnya peluang pekerjaan. Sedangkan dampak negatif, pengembangan Pulau Batam belum merata ke wilayah pesisir yang masih jauh ketertinggalan. Selain itu, “Teori balon” dalam konsep SIJORI yang diharapkan membawa dampak pada balon-balon kecil (Pulau Batam) belum terwujud dengan maksimal.Item Ekspresi Verbal, Pola Pemulihan Kompetensi Bahasa, dan Efek Transfer Lintas-Linguistik pada Pasien Afasia Bilingual Sunda-Indonesia: Kajian Neurolinguistik(2020-10-06) RIKI NASRULLAH; Dadang Suganda; WagiatiPenelitian ini berjudul “Ekspresi Verbal, Pola Pemulihan Kompetensi Bahasa, dan Efek Transfer Lintas Linguistik pada Pasien Afasia Bilingual Sunda-Indonesia: Kajian Neurolinguistik”. Intinya mengkaji ekspresi verbal pada tuturan penyandang afasia bilingual Sunda-Indonesia, menelaah pola-pola pemulihan kompetensi bahasanya, dan mengkaji efek transfer intas linguistik pada proses pemuluhan kompetensi berbahasa pasien afasia bilingual Sunda-Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian yang mendasarkan diri atas longitudinal case study (studi kasus longitudinal). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Secara teoretis, pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan neurolinguistik. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada pasien atau keluarga pasien (istri/suami, ayah/ibu, atau anak) dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah disediakan. Data sekunder didapatkan dengan cara melihat data rekam medis. Penelitian ini mengambil lokasi di dua rumah sakit, yatu Rumah Sakit Alislam Kota Bandung dan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta. Pengambilan data telah dilaksanakan selama enam bulan secara periodik dan berkala. Sebanyak 4 (empat) orang responden dijadikan sampel penelitian yang telah ditetapkan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Terhadap keseluruhan sampel tersebut dilakukan pengambilan data secara bertahap, masing-masing tiga kali. Tahap 1 adalah masa akut (yaitu 14 hari terhitung sejak serangan strok). Tahap 2 adalah dua minggu pascaakut. Tahap 3 dilakukan satu bulan setelah tahap 2. Semua data yang diperoleh dianalisis secara mixed mothods (metode kombinasi). Analisis penelitian ini menggabungkan dua bentuk pendekatan, yaitu kualitatif dan kauntitatif. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal: 1) secara bervariasi, beberapa gelaja bahasa yang muncul dari tuturan penyandang afasia bilingual Sunda-Indonesia adalah: a) jargon-jargon neologistik, b) penggantian kata, c) parafasia verbal, d) jargon semantic, e) ekolalia, f) tegun, g) perseverasi, dan h) agramatisme. 2) pasien AS dan SH pada penelitian ini mengalami pola pemulihan selektif; terjadi ketika satu bahasa tidak dipulihkan; pasien ED pada penelitian ini mengalami pola pemulihan asimetris; satu bahasa pulih sampai batas tertentu terlebih dahulu tetapi mulai mengalami penurunan kompetensi ketika bahasa lainnya mulai pulih; dan pasien SU pada penelitian ini mengalami pola pemulihan simetris; terjadi ketika kedua bahasa mengalami gangguan dengan tingkat defisit yang sama dan dipulihkan pada tingkat yang sama pula. 3) kesamaan dan kemiripan beberapa aspek linguistik pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia memungkinkan adanya pengaruh transfer lintas linguistik pada proses pemulihan kompetensi berbahasa pasien afasia bilingual Sunda-Indonesia. Hal ini telah terbukti, salah satunya dalam penelitian ini, dari kasus ED yang memperlihatkan adanya pengaruh bahasa Sunda yang dapat meningkatkan kompetensi bahasa Indonesia pada saat proses pemulihan bahasa berlangsung.Item FRASA VERBA BERPEMARKAH MODALITAS KEHARUSAN DALAM BAHASA INGGRIS DAN PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK(2019-08-28) D NOVAN S N; Nani Darmayanti; Sutiono MahdiDisertasi ini berjudul ‘Frasa Verba Berpemarkah Modalitas Keharusan dalam Bahasa Inggris dan Padanannya dalam Bahasa Indonesia: Kajian Sintaksis dan Semantik’. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan jenis frasa verba dan makna modalitas yang terdapat pada modus must dan have to. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dalam pemahaman memotret data apa adanya. Metode distribusional digunakan untuk mengkaji data yang berbentuk modus must dan have to yang telah dikumpulkan dengan motode simak, teknik sadap, dan teknik catat. Data penelitian ini dijaring dari tiga buah novel berbahasa Inggris beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis frasa verba yang dapat disisipi oleh modus must terdapat dalam frasa verba kompleks tipe A (modal auxiliary + verb), tipe AB (modal auxiliary + auxiliary have + the –ed participle of a verb), tipe AD (modal auxiliary + auxiliary be +the –ed participle of a verb), tipe ACD (modal auxiliary + auxiliary be + progressive + the –ed participle of a verb), sedangkan jenis frasa verba yang dapat disisipi oleh modus have to terdapat dalam frasa verba tipe A (modal auxiliary + verb), tipe AC (modal auxiliary + auxiliary be + the –ing participle of a verb), dan tipe AD (modal auxiliary + auxiliary be + the –ed participle of a verb). Modus must memiliki jenis makna modalitas epistemik dan deontik, sedangkan modus have to memiliki jenis makna modalitas epistemik dan dinamik. Modalitas epistemik bersifat subjektif karena melibatkan keyakinan dan pengetahuan penutur, modalitas deontik bersifat subjektif karena penutur terlibat pada suatu otoritas, sedangkan modalitas dinamik bersifat objektif karena penutur tidak terlibat pada suatu otoritas dan tindakan dilakukan seringkali karena adanya faktor eksternal yang melibatkan subjek. Padanan modus must dalam bahasa Indonesia menjadi harus dan pasti, sedangkan padanan modus have to menjadi harus, pasti, dan terpaksa.Item GANGGUAN BERBAHASA PADA PENDERITA AFASIA WERNICKE DALAM PERSPEKTIF NEUROLINGUISTIK: Studi Kasus pada Penderita Afasia Dewasa Pascastrok(2023-02-16) MUTIARA INDAH NIRMALA DEWI; Dadang Suganda; VitrianaABSTRAK Judul penelitian ini adalah “Gangguan Berbahasa pada Penderita Afaasia Wernicke Dalam Perspektif Neurolinguistik, fokus kajian dalam riset ini adalah gangguan berbahasa pada pasien pascastrok dewasa penderita afasia Wernicke, dengan rumusan masalah yang dirinci dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut; (1) Bagaimana kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh penderita afasia Wernicke dewasa pascastrok? (2) Bagaimana bentuk gangguan dan proses produksi bahasa pada penderita afasia Wernicke dewasa pascastrok? (3) Bagaimana model terapi produksi bahasa bagi penderita afasia Wernicke dewasa pascastrok? Kajian ini menggunakan metode kualitatif dan deskriptif analitis, dengan pendekatan neurolinguistik yang berfokus pada penderita afasia pascastrok. Berdasarkan seluruh hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa gangguan berbahasa afasia Wernicke yang terjadi pada penderita pascastrok memiliki karaterisktik yang berbeda untuk setiap individu. Hal ini bergantung pada jenis strok dan tingkat kerusakan yang dialami. Penderita afasia Wernicke pascastrok secara umum mengalami penurunan kemampuan berbahasanya meliputi aspek fonologi, morfologi, sintaksis, semantis dan pragmatis. Penderita afasia Wernicke memerlukan bentuk terapi yang lengkap dan berkesinambungan, khususnya pada penderita yang pernah mengalami strok. Model terapi khusus untuk penderita afasia Wernicke pascastrok, yakni terapi pemulihan fisik dan fisiologis pascastrok, terapi pemulihan komeptensi berbahasa, dan terapi motivasi. Kata kunci: afasia Wernicke, gangguan berbahasa, neurolinguistik, pascastrok viiItem Gerakan Pemikiran Islam Liberal Di Indonesia Tahun 1970-2005(2019-11-05) SAMSUDIN; Mumuh Muhsin Z; Nina Herlina SukmanaDisertasi ini berisi uraian tentang kajian gerakan pemikiran Islam Liberal di Indonesia dari tahun 1970 sampai dengan tahun 2005. Permasalahan yang dibahas dalam disertasi ini, terdapat tiga pokok permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: Pertama, bagaimana latar belakang masuk dan berkembangnya Islam Liberal di Indonesia? Kedua, siapa tokoh-tokoh Islam Liberal Indonesia itu? Ketiga, bagaimana genealogi dan tipologi tokoh-tokoh Islam Liberal di Indonesia? Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sejarah, yang meliputi heuristik, kritik atau analisis, interpretasi, dan historiografi. Untuk mendapatkan eksplanasi permasalahan yang diteliti, penulis menggunakan pendekatan Thomas Kuhn tentang siklus historis dari: Pra-paradigma, paradigma, krisis dan revolusim serta Peter L. Berger tentang dialektika antara tokoh dan masyarakat, yang melewati tiga momentum, yaitu; eksternalisasi, objektifikasi, dan internalisasi. Berdasarkan hasil penelitian sejarah munculnya Islam Liberal di Indonesia melalui tiga tahap, Pertama, Pengenalan pemikiran Islam Liberal yang masih menyatu dengan neo-modernisme. Kedua, pembentukan enam paradigma Islam Liberal, yaitu; kebebasan berpikir, gagasan kemajuan, penolakan terhadap teokrasi, mendorong demokrasi, pluralisme dan dialog dengan non-muslim, dan menjamin hak-hak perempuan. Ketiga, kritik terhadap pemikiran dan paradigma Islam Liberal dan terbentuknya tiga pilar paradigma utama Islam Liberal, yaitu; liberalisme, sekulerisme, dan pluralisme. Adapaun tokoh-tokoh Islam Liberal itu terbagi dua, yaitu tokoh yang muncul sebelum reformasi dan menjadi senior serta inspirator Islam Liberal, seperti: Nurcholish Madjid, Harun Nasution, Abdurrahman Wahid, dan kawan-kawan seangkatannya. Kemudian tokoh yang muncul setelah reformasi dan menjadi tokoh muda yang meneruskan pemikiran seniornya, seperti: Ulil Abshar Abdalla, Budi Munawar Rachman, Luthfi Assyaukanie, Siti Musdah Mulia, dan kawan-kawannya. Berdasarkan hasil penelitian penulis, apabila dihubungkan tipologi pemikiran dan genealogi atau latar belakang munculnya Islam Liberal maka dapat dipetakan sebagai berikut; tipologi Islam progresif rata-rata muncul dari ormas NU dan Muhammadiyah serta berasal dari daerah Jawa Barat. Tipologi liberal moderat rata-rata muncul dari ormas NU dan Muhammadiyah serta berasal dari daerah Jawa Tengah. Tipologi liberal transformatif muncul dari ormas Muhammadiyah dan berasal dari Jawa Timur.Tipologi liberal radikal rata-rata muncul dari ormas NU dan berasal dari Jawa Tengah. Kemudian apabila dilihat dari latar belakang pendidikan seluruh tipologi itu orang terdidik yang muncul dari perguruan tinggi Islam.Item Gerakan Syiah di Jawa Barat (Abad ke-16 Hingga Abad ke-20)(2019-08-21) WAHYU IRYANA; Mumuh Muhsin Z; Kunto SofiantoGerakan Syiah masih tetap eksis di Indonesia hal ini tentu menumbulkan pertanyaan kenapa Syiah bisa terus berkembng. Penelitian terkait gerakan perkembangan Syiah khususnya di Jawa Barat sangat layak dikaji lebih dalam, terlebih lagi Jawa Barat merupakan penduduk terbanyak di Indonesia. Konsep dakwah Taqiyah yang sudah dijalankan oleh Syiah menjadikan perkembangan gerakan Syiah tidak bisa dideteksi secara jelas sehingga Syiah dengan leluasa mengembangkan gerakannya. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui perkembangan Syiah di Jawa Barat dari Abad ke- 16 hingga abad ke-20.Dampak Revolusi Iran terhadap penyebaran Syiah di Jawa Barat (1979-2001) dan Respon Institusi dan Ormas Islam terhadap Syiah. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian sejarah, yaitu penelitian yang mempelajari peristiwa atau kejadian masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang dihasilkan, melalui empat tahap yaitu:heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Teori yang digunakan adalah teori konflik yang berasal dari gagasan Lewis A Coser. Ia berpendapat bahwa konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan, dan pemeliharaan struktur social untuk menguatkan. Kedua, teori fungsional dari William F Ogburn untuk menjelaskan perkembangan Syiah. Ketiga, teori challenge and response dari Arnold Joseph Toynbee untuk menjelaskan tanggapan dan respon ormas Islam terhadap Syiah. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa: pertama, kemunculan komunitas orang-orang yang datang dari Hadhramaut (Yaman) dan Persia ke Nusantara yang beraliran Syiah ditengerai karena adanya pembantaian oleh Dinasti Muawiyah yang sedang berkuasa saat itu. Komunitas orang-orang Arab dikenal dengan sebutan orangorang perahu oleh penduduk Nusantara. Mereka kemudian mendarat di wilayah Maemon, Medan. Sumatra, di Peurlak Aceh, dan mengembangkan jalan dakwah ke pulau Jawa melalui jalur pesisir. Ketika Malaka dikuasai Portugis pada 1511, Orang-orang Syiah migrasi ke Pulau Jawa tepatnya ke wilayah kekuasan Kerajaan Demak dan Kesultanan Cirebon. Salah satunya adalah Syech Abdul Djalil, dari murid-murid Syech Abdul Djalil inilah Syiah menyebar ke Jawa Barat. Singkatnya pada 1872 komunitas Arab menyebar ke seluruh daerah di Jawa Barat. Kedua, Gerakan Revolusi 1979 di Iran telah memberikan angin segar bagi berkembangnya Syiah di Indonesia dan meluas ke Jawa Barat melalui gerakan intelektual kaum muda di kampus-kampus, adanya program beasiswa ke Qom, Iran dan kemunculan organisasi taktis Syiah yaitu IJABI dan ABI. Ketiga,adanya respon dari Institusi pemerintah dan Ormas lain terkait sikap terhadap Syiah adalah bentuk reaksi terhadap berbagai dinamika sosial yang berkembang di Masyarakat. Pro dan Kontra terkait Syiah sudah ada sejak awal kemunculan Syiah.Item HAJI MOEHAMAD BASIOENI IMRAN (1885-1976): Ulama Pembaru dari Kerajaan Sambas Kalimantan Barat(2018-01-22) ZULKIFLI; Nina Herlina Sukmana; WidyonugrahantoMoehamad Basioeni Imran adalah seorang ulama yang pernah belajar kepada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau dan Syaikh Muhammad Rasyid Ridha. Berbekal pendidikan dari dua ulama yang berbeda tipologi tersebut, pada 1913 Basioeni Imran diangkat sebagai Maharaja Imam, pejabat kerajaan Sambas yang mengurusi agama Islam. Sebagai Maharaja Imam, Basioeni Imran tetap menyampaikan pemikiran pembaruan Islam ke tengah masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, muncul masalah: Bagaimana Basioeni Imran memainkan perannya sebagai ulama pejabat atau pejabat agama sekaligus ulama yang melakukan pembaruan? Pertanyaan utama ini kemudian dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana konteks sosial, budaya dan politik kehadiran Basioeni Imran sebagai pembaru? (2) Bagaimana pemikiran Basioeni Imran dalam berbagai aspek (teologi, hukum, tafsir, pendidikan)? (3) Bagaimana pendapat Basioeni Imran tentang kemunduran umat Islam? Untuk menjawab masalah dan pertanyaan tersebut digunakan teori cultural broker dari Eric Wolf yang kemudian diperkuat oleh Clifford Geertz, konsep tiga sumber legitimasi otoritas Max Weber dan konsep tiga model ulama: ulama bebas, pejabat agama dan tokoh organisasi dari Taufik Abdullah. Secara teknis, penelitian ini menerapkan metode sejarah yang dimulai dengan penelusuran sumber, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini menemukan bahwa meskipun berkedudukan sebagai ulama pejabat atau pejabat agama, namun hal tersebut tidak menjadi hambatan bagi Basioeni Imran dalam menyampaikan pemikiran pembaruannya sebagai katalisator budaya. Hal ini terkait dengan kondisi lokal kerajaan Sambas yang menempatkan para pejabat keagamaan juga berkedudukan sebagai ulama pembimbing umat yang bergerak di bidang tabligh dan pendidikan. Sosio kultural yang dihadapi Basioeni Imran adalah umat yang terbelakang dengan maraknya perselisihan, perbantahan dan perpecahan. Sumber masalahnya adalah merebaknya sikap taklid dan fanatisme sempit. Jalan keluar yang ditawarkan sebagai bagian dari proyek pembaruannya adalah perlunya membuka kembali pintu ijtihad. Pemikiran keagamaan Basioeni Imran masih dalam kerangka bermazhab, yaitu dalam bingkai besar Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, khususnya dalam lingkup mazhab Asy`ariyah (teologi) dan Syafi’iyah (fikih). Meskipun masih dalam koridor bermazhab, pemikiran Basioeni Imran banyak dipengaruhi pemikiran gurunya Rasyid Ridha. Gerakan pembaruan nyata yang dilakukannya adalah melakukan transformasi lembaga pendidikan Madrasah al-Sulthaniyah menjadi Sekolah Tarbiatoel Islam yang berciri pendidikan modern. Reformasi yang dilakukannya adalah reformasi yang lembut (soft reformation), untuk memajukan masyarakat dengan tidak menimbulkan perselisihan, perbantahan dan gejolak yang kontra produktif bagi proyek pembaruannya itu sendiri.Item HIDRONIM PADA NAMA-NAMA DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN CIREBON: KAJIAN TOPONIMI HYDRONYMS ON VILLAGE AND SUB-DISTRICT NAMES IN CIREBON REGENCY: A TOPONYMIC STUDY(2021-07-27) NANI DARHENI; Tajudin Nur; Cece SobarnaPenelitian ini berjudul “Hidronim pada Nama-Nama Desa dan Kelurahan di Kabupaten Cirebon: Kajian Toponimi”. Penelitian bertujuan mendeskripsikan berbagai bentuk leksikon yang berhubungan dengan hidronim (unsur air dan kemaritiman) pada nama desa/kelurahan di Kabupaten Cirebon beserta persentasenya; (2) mendeskripsikan konstruksi morfofonologis hidronim; serta (3) merekonstruksi makna dan representasi/filosofis makna hidronim pada nama-nama desa dan kelurahan di Kabupaten Cirebon. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan etnografinya Spreadley (2013) serta teknik eksploratif, simak, catat, wawancara, rekam, serta dokumentasi. Penelitian ini menerapkan kerangkan teori Stanberg (2016)) dalam kehidroniman, Nida (1967) untuk linguistik-morfofonologis, serta representasi makna (Richard-Odgen (tahun) pada pembahasan nama desa/kelurahan di Kabupaten Cirebon. Sementara itu, sumber data berasal dari hidronim pada nama-nama desa dan kelurahan di Kabupaten Cirebon, berupa (a) sumber lisan (informan), yakni narasumber budayawan, sejarahwan, dan tokoh masyarakat serta (b) sumber tertulis (studi kepustakaan). Instrumen penelitian dengan wawancara, daftar angket deskriptif, lembaran pengamatan struktural, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada berbagai leksikon pembentuk kehidroniman pada nama-nama desa/kelurahan di Kabupaten Cirebon, dikriteriakan menjadi (a) Aliran sungai, (b) Air terlokalisir, (c) Air yang mengucur, (d) Sumber-mata air, dan (e) Arah air, serta (f) Bentukan Ci- dengan bentuk dasar, serta (g) Air berlumpur. Sementara itu, dilihat dari konstruksi morfofonologisnya kehidroniman nama desa/kelurahan dipengaruhi adanya (1) (a) Fonologis: Perubahan fonem (Asimilasi dan Disimilasi); Penambahan Fonem (Protesis, Epentesis, Paragog), c Pengurangan fonem (Apheresis, Sinkope, Apokope), Metatesis, Onomatope; (2) Morfologis: a. Kata, b. Frasa, c. Idiom, d. Afiksasi, e. Abreviasi, Singkatan, dan Akronim, (3) Penggabungan bentuk/komposisi. Selanjutnya, penamaan desa/kelurahan di Kabupaten Cirebon merepresentasikan kondisi masyarakat pesisir-maritim yang egaliter terhadap perubahan sosial-historis-kultur-religius dengan memiliki representasi makna dan filosofi: (1) Hubungan Manusia dengan Sang Khalik (Tuhan Yang Maha Esa), contohnya Filosofi Ketauhidan; (2) Hubungan Manusia dengan Manusia, seperti filosofi menjaga kerukunan hidup antaretnis, Nasionalisme, Gotong-Royong dan Kerja Keras, Perjuangan Hidup; (3) Hubungan Manusia dengan Alam sekitarnya sehingga terjalin keharmonisan serta hubungan timbal-balik yang terjadi antara lingkungan alam dan bahasa sangat berpengaruh terhadap kehidroniman pada nama-nama desa/kelurahan di wilayah tersebut. Kata Kunci: Hidronim, desa dan kelurahan, Kabupaten Cirebon, kajian toponimiItem HUBUNGAN BUDAYA PERILAKU TAMU MENGINAP DENGAN PEMILIHAN KAMAR DAN PENDAPATAN KAMAR HOTEL DI KUTA(2020-11-21) TITIEN DAMAYANTI; Reiza D. Dienaputra; Kunto SofiantoABSTRAK Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena perubahan kebiasaan perilaku tamu menginap di hotel bintang. Pengalaman menginap mempengaruhi sikap dan perilaku tamu dalam memilih tempat menginap selama beberapa hari. Wisatawan yang berkunjung ke Bali meningkat tetapi persentase tingkat hunian kamar mengalami penurunan; lama menginap tamu asing dan tamu domestik mengalami perubahan jumlah hari; perubahan perilaku tamu menginap dalam memilih kelas bintang hotel; pendapatan kamar hotel mengalami perubahan yang berfluktuasi. Oleh karena itu, peneliti melakukan kajian atas perubahan kebiasaan perilaku tamu menginap dihubungkan dengan pemilihan kamar dan pendapatan kamar hotel bintang. Penelitian ini bertujuan 1). Menjelaskan kondisi faktual kebiasaan perilaku tamu menginap dalam pemilihan kamar hotel di Kuta. 2). Menganalisis faktor penyebab perubahan kebiasaan perilaku tamu menginap dan pengaruhnya terhadap pemilihan kamar hotel di Kuta. 3). Menganalisis perubahan kebiasaan perilaku tamu menginap dalam pemilihan kamar hotel yang dapat mempengaruhi pendapatan kamar hotel guna menemukan model hubungan budaya perilaku tamu menginap dengan pemilihan kamar dan pendapatan kamar hotel di Kuta. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran dengan desain sekuensial eksploratori. Pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling. Sampel berjumlah 175 orang, yang menginap pada 10 hotel bintang di Kuta. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dan wawancara kepada tamu asing dan domestik. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan analisis frekuensi, analisis faktor, analisis regresi logistik biner dan analisis regresi linier berganda dengan SPSS 15.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1). Kondisi faktual kebiasaan perilaku tamu menginap pada hotel bintang di Kuta dipengaruhi oleh gender; status pernikahan; keperluan menginap; kemudahan informasi; cara pengambilan keputusan menginap; selektif; fasilitas kamar; layanan hotel; perubahan harga kamar; harga kamar; lokasi hotel dekat pantai; tipe resort hotel; kepuasan menginap. 2). Faktor penyebab perubahan kebiasaan perilaku tamu menginap di kamar hotel bintang adalah faktor fasilitas kamar; tipe kelas kamar; jenis dan fasilitas kamar; posisi dan lokasi kamar; fasilitas pendukung; fasilitas lengkap dan layanan prima yang diharapkan; kualitas kamar; kualitas layanan; tipe lokasi hotel; klasifikasi kelas bintang hotel; kamar luas dan lengkap; reservasi tamu melalui biro perjalanan; gender; pengalaman menginap; selektif; harga kamar; reputasi; lokasi hotel ke tepi pantai. Pergeseran perubahan kebiasaan perilaku individu berbeda–beda karena tindakan tamu diperkuat oleh struktur pemahaman, moralitas, dan kekuasaan. Faktor–faktor ini mempengaruhi cara tamu mengambil keputusan dalam pemilihan kamar hotel bintang di Kuta. 3). Pendapatan kamar meningkat dipengaruhi oleh lokasi: resort hotel; kelas hotel: Bintang 4; tipe kamar: luas dan lengkap; reservasi tamu: biro perjalanan. Perspektif teori dekonstruksi dan teori strukturasi memberikan kebaharuan penelitian disertasi ini atas model penelitian kausal “Hubungan Budaya Perilaku Tamu Menginap Dengan Pemilihan Kamar Dan Pendapatan Kamar Hotel di Kuta”.Item Ideologi Gender Sukarno Dalam Buku Sarinah : Analisis Wacana Kritis-Semiotika(2020-01-08) HENI HARYANI; Nani Darmayanti; Riza Lupi ArdiatiPenenelitian ini berjudul Ideologi gender Sukarno dalam Buku Sarinah:Kajian Analisis Wacana Kritis-Semiotika yang orientasi pembahasannya adalah bagaimana ideologi tercermin dalam pemakaian bahasa. Ideologi Sukarno terkait gender menjadi fokus dalam penelitian ini. Data yang digunakan adalah teks-teks pernyataan Sukarno dalam bukunya yang berjudul Sarinah. Terdapat 133 data, 87 data dianalisis dan 46 data direduksi. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif berparadigma kritis. Analisis menggunakan dua teori utama yaitu analisis wacana kritis model Teun Van Dijk dan semiotika Roland Barthes serta beberapa teori pendukung lainnya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah fokus pada ideologi gender Sukarno dalam buku Sarinah dengan cara mengkaji dan merumuskan representasi ideologi gender Sukarno dalam buku Sarinah berdasarkan perspektif Analisis wacana kritis dan Semiotika. Hasil penelitian menunjukan kesamaan interpretasi, baik dari perspektif AWK maupun semiotika, yaitu 6 (enam) Ide Sukarno terkait gender. Keenam ide tersebut adalah: Sukarno menjunjung tinggi derajat perempuan, mendukung kesetaraan gender sebagai bagian dari kodrat alam, mendiskreditkan laki-laki atas termarjinalnya perempuan, Sukarno tidak setuju dengan feminisme (gerakan wania tingkat kedua) dan mendukung paham gerakan wanita sosialis (gerakan wanita tingkat ketiga), Sukarno anti kapitalis, dan Sukarno pencinta patriarki. Dari aspek kognisi sosial teridentifikasi empat faktor yang memengaruhi cara pandang Sukarno terkait gender yaitu kedudukannya sebagai presiden dan pendidikannya yang tinggi, keagamaan, jiwa seni, dan pengaruh pengetahuan lingkungan keluarga dan masyarakat terhadap pilihan ideologi gender. Sementara dari segi konteks sosial, dengan kuasa sebagai presiden saat itu, maka akses sangat mudah didapatkan Sukarno dalam penyebaran ideologinya. Dari hasil analisis kedua bidang kajian, Sukarno lebih mendukung paham ideologi gerakan wanita sosialis untuk diadopsi oleh wanita Indonesia.Item IDEOLOGI JURNALISME KARNI ILYAS DI DALAM CATATAN HUKUM II: ANALISIS WACANA KRITIS VAN DIJK(2023-05-15) NAI SUPARTINI; Nandang Rachmat; Nani DarmayantiPenelitian berjudul “Ideologi Jurnalisme Karni Ilyas di dalam Catatan Hukum II: Analisis Wacana Kritis Van Dijk” ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat induktif bertujuan mengidentifikasi dan mendeskripsi elemen struktur makro, superstruktur, struktur mikro, kognisi sosial serta ideologi jurnalisme Karni Ilyas. Teknis analisis yang digunakan adalah analisis wacana kritis/ CDA dari Teun A. Van Dijk (2008). Objek Penelitian adalah ideologi jurnalisme Karni Ilyas. Sedangkan Sumber Data adalah buku Catatan Hukum II—terdiri dari 241 halaman—kompilasi artikel Karni Ilyas dalam majalah Forum Keadilan edisi April 1996-Agustus 1999. Hasil wawancara, dokumentasi dan pengamatan menjadi instrumen pelengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Elemen Struktur Makro: tentang realisasi kedaulatan dan keadilan hukum, politik, ekonomi, dan kemasyarakatan di Indonesia, (2) Elemen Superstruktur: selain semua judul dibuat simple, berhuruf besar, dicetak tebal dengan posisi di tengah/center, Karni Ilyas cenderung menyatakan views feature of the story di awal tulisannya diikuti oleh supporting statements dari berbagai pihak untuk menegaskan topik yang sedang dibahas. (3) Elemen Struktur Mikro: bentuk persuasif menjadi strategi retoris Karni Ilyas, karakter khas bahasa tulis Karni Ilyas: pilihan judul yang singkat dan padat, pilihan diksi sederhana, umum, dan mudah dipahami pembaca, konstruksi tulisan runtut, berpola deduktif, ciri khas diksi Karni Ilyas antara lain: (a) interpretasi diksi denotatif dan konotatif dengan kata-kata yang menimbulkan ide atau gagasan dalam setiap kata, (b) interpretasi diksi umum dan khusus dengan kata-kata yang jelas tanpa didampingi kata khusus dan memberikan gambaran lebih spesifik tanpa didampingi kata umum, (c) interpretasi diksi ilmiah dan populer dengan kata-kata yang mudah dipahami masyarakat umum, (d) penggunaan kalimat tanya sebagai penegas pendapatnya. (4) Berdasar pada komposisi kalimat retoris, pemilihan diksi, penggunaan makro struktur, superstruktur, hingga mikro struktur, menjadi media Karni Ilyas dalam mengemas ideologinya tersebut maka dapat penulis simpulkan bahwa Ideologi Jurnalisme Karni Ilyas adalah ideologically biased yang dimaknai sebagai kesadaran palsu dalam bingkai klasifikasi ISA (Ideological State Apparatus) Althusser karena sistem kerjanya halus. Hal ini berarti ada pengaruh ideologi yang berpihak pada masyarakat.Item IDEOLOGI MEDIA MASSA DARING KOMPAS.COM DAN REPUBLIKA.CO.ID PADA PEMBERITAAN BERTEMA PENISTAAN AGAMA : KAJIAN ANALISIS WACANA KRITIS(2022-11-28) NURYADI; Nani Darmayanti; Nani SunarniPenelitian ini berjudul Ideologi Media Massa Daring Kompas.com dan Republika.co.id pada Pemberitaan Bertema Penistaan Agama : Kajian Analisis Wacana Kritis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma kritis. Teori utama yang digunakan adalah AWK Fairclough, Analisis Framing Pan-Kosicki dan teori ideologi. Sementara itu teori pendukungnya adalah teori transitivitas, modalitas, teori-teori media, dan teori-teori sosial kritis. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan ideologi Kompas.com dan Republika.co.id berdasarkan dimensi mikro, meso, dan makro. Hasil analisis dimensi mikro menunjukkan bahwa ideologi Kompas.com adalah nasionalis yang mengedepankan nalai-nilai demokrasi, kemajemukan dan kemanusiaan sedangkan Republika.co.id adalah nasionalis yang mengedepankan penghormatan terhadap nilai-nilai ketuhanan, hukum, kebhinekaan dan toleransi. Wacana yang dikedepankan oleh Kompas.com adalah lawan politik Ahok menggunakan isu SARA dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017. Karena isu SARA sangat sensitif sehingga mudah menyulut konflik sosial maka Kompas.com mengedepankan nilai-nilai keindonesiaan yaitu saling menghormati perbedaan, berkampanye secara damai dan tidak membawa agama dalam politik. Sementara itu, wacana yang dikedepankan oleh Republika.co.id adalah bahwa Ahok telah menista agama Islam sehingga harus diproses hukum karena penistaan agama Islam merupakan kejahatan yang serius yang merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Karena isu SARA berpotensi memicu konflik, maka Republika.co.id juga bersandar pada nilai-nilai keindonesiaan yaitu meminta masyarakat untuk bersikap tenang, tidak terprovokasi dan menyerahkan kepada proses hukum. Republika.co.id tidak mengaitkan penistaan agama Islam dengan pilkada DKI Jakarta 2017. Hasil analisis praktik kewacanaan menunjukkan bahwa ideologi Kompas.com adalah nasionalis yang mengedepankan nilai-nilai demokrasi, kemajemukan dan kemanusiaan sedangkan ideologi Republika.co.id adalah nasionalis yang mengedepankan nilai penghormatan terhadap hukum, kebhinekaan dan toleransi. Hal tersebut berdasarkan vsi dan misi kedua media siber, praktik produksi dan konsumsi berita, sejarah dan kepemilikan media. Kompas.com menekankan visi misi pada nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan sedangkan Republika.co.id pada visi misi modern, moderat, muslim, dan kebangsaan. Sejarah bedirinya Kompas terkait erat dengan Partai Katolik, sedangkan Republika terkait erat dengan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Sementara itu, hasil analisis praktik sosial budaya menunjukkan bahwa ideologi Kompas.com adalah nasionalis yang mengedepankan nilai-nilai demokrasi dan kebhinekaan, sedangkan Republika.co.id adalah nasionalis yang mengedepankan penghormatan terhadap hukum, dan kebhinekaan. Secara sosial, politik, dan budaya, Indonesia adalah Negara bangsa yang majemuk dalam hal etnis atau suku bangsa, agama, dan budaya. Namun demikian, Islam merupakan agama mayoritas penduduk Indonesia yang secara sosial pengaruhnya cukup besar. Baik Kompas.com maupun Republika.co.id mempertimbangkan aspek sosial ini dalam pemberitaannya.Item Imperium dan Kota: Sttultur Naratif Cerita-cerita Sherlock Holmes Karya Arthur Conan Doyle dalam Ekonomi Global(2019-01-14) ARI J. ADIPURWAWIDJANA; Aquarini Priyatna; Tidak ada Data DosenPenelitian ini menganalisis korpus cerita-cerita karya Arthur Conan Doyle yang lazim dikenal sebagai kanon Sherlock Holmes. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa karya-karya tersebut merefleksikan dan mengindikasi-kan wacana kultural dan sosial-politik global di jelangan abad kesembilan belas ke abad kedua puluh di negeri-negeri pasar industri penerbitan Britania. Penelitian ini secara khusus juga memperhatikan didistribusikannya cerita-cerita yang termasuk dalam kanon Sherlock Holmes ke dalam khazanah bacaan yang ada di Hindia Belanda di awal abad keduapuluh. Untuk melakukan kajian tersebut penelitian ini merujuk terutama kepada tulisan-tulisan seminal Edward Said, Benedict Anderson, dan Frederic Jameson serta tulisan lain seperti oleh Benita Parry, Doris Jedamski, Lennard Davis, dan Anne McClintock sebagai kerangka teoretis dan model metodologis dalam melakukan studi materialis kultural terhadap teks sastra untuk memetakan dan memaparkan relasi antara produk budaya dan kondisi ekonomi-politik nyata. Dalam kerangka semacam itu, karya sastra diletakkan dalam konteks kondisi ekonomi yang ada terutama industri penerbitan. Penelitian ini menghasilkan berapa temuan. Pertama, tampak ada unsur-unsur asing/kolonial yang termarkah dalam teks-teks kanon Sherlock Holmes sebagai azimat imperial dan sebagai carut tubuh pribadi, politik, dan linguistik yang terfigurasi baik secara gamblang sebagai transposisi tropologis maupun secara samar pada struktur naratifnya. Kedua, cerita-cerita tersebut menggambarkan unsur-unsur asing/kolonial sebagai sumber tindak kriminal dan memberinya tempat dalam struktur naratif melalui modifikasi terhadap formula cerita detektif yang beralur ganda. Ketiga, cerita-cerita yang ada menunjukkan adanya upaya meregulasi unsur-unsur asing/kolonial tersebut dengan mendomestikasinya melalui investigasi dan narativisasi. Selain itu, hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa kanon Sherlock Holmes, baik yang asli maupun yang adaptasi ke dalam bahasa Melayu Pasar, yang menunjukkan hubungan erat antara kondisi lokal di wilayah metropolitan seperti London dan ranah kolonial di benua Amerika, Afrika, dan terutama Asia. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan betapa globalisasi yang telah mapan sejak abad kesembilanbelas merupakan mekanisme yang yang signifikan dalam formasi budaya kosmopolitan hingga saat ini sekaligus menggambarkan variasi sikap terhadap proses itu yang berosilasi antara penolakan terhadapnya dan penerimaannya sebagai keniscayan historis.Item IMPLEMENTASI BUDAYA KEPEMIMPINAN PADA PENGELOLAAN PENDIDIKAN TINGKAT DASAR: KAJIAN FENOMENOLOGIS BUDAYA KEPEMIMPINAN DI SDN BANJARSARI KOTA BANDUNG(2016-11-14) YUSUF WAHYUDIN; Yuyu Yohana Risagarniwa; Dadang SugandaPenelitian ini berjudul Implementasi Budaya Kepemimpinan Pada Pengelolaan Pendidikan Tingkat Dasar: Kajian Fenomenologis Budaya Kepemimpinan di Sekolah Dasar Negeri Banjarsari Kota Bandung. Secara khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) kajian tentang konsep budaya kepemimpinan yang sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP), nilai-nilai Islam dan nilai-nilai budaya lokal. 2). deskripsi faktual tentang implementasi budaya kepemimpinan kolektif dan tunggal yang diterapkan di Sekolah Dasar Negeri Banjarsari. 3). deskripsi faktual tentang dampak implementasi budaya kepemimpinan tunggal yang diterapkan Sekolah Dasar Negeri Banjarsari. Penelitian ini dilakukan dengan metode fenomenologi, yang secara umum dimaksudkan untuk mengetahui kajian implementasi budaya kepemimpinan pada pengelolaan pendidikan tingkat dasar di SDN Banjarsari Kota Bandung. Sebagai nara sumber dari penelitian ini adalah wakil kepala sekolah, guru-guru, dan penjaga sekolah. Sedangkan secara khusus SDN Banjarsari belum pernah diteliti dengan judul yang sama. Karena itu penulis melakukan penelitian ini. Data dikumpulkan melalui a). observasi, b). wawancara, c). studi dokumentasi, dan d) triangulasi. Observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan data primer yang didapat langsung dari sumber utama. Studi dokumentasi dilakukan untuk mendapat data sekunder sebagai pelengkap dari sumber primer, sedangkan triangulasi dilakukan untuk memperoleh data yang kredibel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya kepemimpinan di SD Negeri Banjarsari pada dasarnya telah mengimplementasikan pemenuhan standar minimal terhadap 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, kemudian budaya kepemimpinan berbasis nilai-nilai Islam yang membentuk kepribadian Islami berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits mencontoh keteladanan Rasulullah Muhammad SAW yakni melalui sifat-sifat Shiddiq (kejujuran), Tabligh ( nalar tinggi), Amanah (dipercaya ), dan Fathanah (kecerdasan) serta nilai-nilai budaya lokal, dimana gambaran yang jelas tentang pandangan hidup orang Sunda, yaitu masyarakat Sunda dapat hidup dalam kemandiriannya di tengah-tengah masyarakat dan budaya lainnya tentulah pandangan hidup itu bukannya tak mengalami perubahan, akan tetapi disamping yang berubah sesuai dengan keadaan, kiranya terdapat yang tetap, yang tidak berubah, demikianlah pandangan hidup orang Sunda mengandung hal-hal yang stabil dan sekaligus dinamis 2). Budaya kepemimpinan kolektif dan tunggal dalam penerapannya terjadi perbedaan dimana banyak pimpinan banyak kebijakan dan berpengaruh kurang kondusif, kurang harmonis dan masih mementingkan kebijakannya masing-masing hal ini menimbulkan kompetisi kurang sehat dalam lingkungan komplek sedangkan kepemimpinan tunggal penentuan kebijakan terarah, tegas, terkoordinasi dalam satu kesatuan komando pimpinan, sehingga mampu menyatukan pendapat 3). Dampak implementasi budaya kepemimpinan tunggal beroleh hasil kondusifitas kinerja warga sekolah, prestasi yang diraih peserta didik meningkat, menanamkan kejujuran bagi semua warga sekolah, penyediaan fasilitas sarana prasarana pendukung meningkat.Item Implementasi Nilai-nilai Kesundaan dalam Pendidikan Inklusif di SDN Tunas Harapan(2018-12-27) ROHIMAT; Aquarini Priyatna; Teddi MuhtadinPenelitian ini mengungkapkan dan menunjukkan hubungan antara nilai-nilai pendidikan inklusif dengan pandangan hidup orang Sunda melalui Budaya Sunda yang terdapat dalam permainan tradisional dan ungkapan-ungkapan tradisional di masyarakat Sunda. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus di SDN Tunas Harapan Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum warga sekolah, yakni kepala sekolah, pegawai sekolah, dan penjaga kemanan berikut komite dan perwakilan orang tua mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif di SDN Tunas Harapan. Pendidikan inklusif tercermin melalui visi misi sekolah, yang mengejawantah dalam bentuk kurikulum, proses belajar mengajar, sikap guru dan semua staf sekolah, interaksi di luar kelas antara guru dan murid, juga antara guru dengan guru, dan sekolah dengan masyarakat, terutama orang tua murid. Manfaat pendidikan inklusif telah terasa bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar. Secara ideologis, pendidikan inklusif merupakan salah satu strategi yang paling penting untuk mempromosikan dan mencapai masyarakat yang inklusif.