S2 - Magister
Permanent URI for this community
Browse
Browsing S2 - Magister by Title
Now showing 1 - 20 of 196
Results Per Page
Sort Options
Item Aktivitas Ekstrak dan Ampas Biji Mimba (Azadirachta indica A. JUSS) Terhadap Aphis glycines L. Matsumura (HEMIPTERA: APHIDIDAE)(2019-11-05) RATMANELI; Danar Dono; Vira Kusuma DewiAphis glycines merupakan hama penting pada tanaman kedelai yang dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 58%. Ampas biji mimba selain bermanfaat sebagai pupuk organik juga bisa dimanfaatkan sebagai pestisida karena masih mengandung azadirakhtin, salanin, melantriol, nimbin dan nimbidin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas ekstrak dan ampas biji mimba dalam menekan populasi A. glycines, menginduksi ketahanan tanaman. Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2018 hingga bulan Januari 2019. Pengujian ekstrak ampas biji mimba terhadap mortalitas Aphis glycines dilakukan di Laboratorium Pestisida dan Toksikologi Lingkungan Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas Padjadjaran. Analisis kekerasan pucuk kedelai dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, analisis Tanin dan Polifenol dilakukan Laboratorium Kimia, dan analisis serapan azadirakhtin dilakukan di Laboratorium Central Universitas Padjadjaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak ampas biji mimba dengan metode rendam akar tidak menyebabkan kematian pada imago yang diuji, tetapi dapat menurunkan persentase populasi nimfa A. glycines yang terbentuk pada 8 HSP sebanyak 74% dengan konsentrasi 0,125% bila dibandingkan dengan kontrol, meningkatkan kandungan tanin pada konsentrasi 0,125%, tetapi serapan azadirakhtin tidak terdeteksi pada semua perlakuan. Aplikasi ekstrak dengan metode semprot pakan dapat menyebabkan kematian A. glycines 97% bila dibadingkan kontrol. Aplikasi ampas biji mimba dengan dosis 25 g/tanaman secara signifikan dapat menurunkan populasi A. glycines 34,15% dibandingkan dengan kontrol pada pengamatan 4 MSP. Kekerasan jaringan pucuk kedelai yang diberi perlakuan ampas biji mimba tidak berbeda dibandingkan kontrol, serapan azadirakhtin terdeteksi pada perlakuan 15 g pada 10 HSP sebesar 0,8%.Item ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KECAMATAN PURWASARI KABUPATEN KARAWANG PROVINSI JAWA BARAT(2022-10-13) ADE IRAWAN; Trisna Insan Noor; Tuti KaryaniABSTRAK Ade Irawan. Alih Fungsi Lahan Sawah di Kecamatan Purwasari Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dibimbing oleh Trisna Insan Noor dan Tuti Karyani. Alih fungsi lahan pertanian merupakan isu yang perlu diperhatikan karena ketergantungan masyarakat terhadap sektor pertanian, terutama pangan. Dalam kegiatan alih fungsi lahan sangat erat kaitannya dengan permintaan dan penawaran lahan, dimana penawaran atau persediaan lahan sangat terbatas sedangkan permintaan lahan yang tidak terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui faktor – faktor yang berkaitan dengan alih fungsi lahan, 2) Mengetahui dampak sosial dan ekonomi alih fungsi lahan dan 3) Menganalisis tingkat keberlanjutan lahan sawah di Kecamatan Purwasari Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat. Desain penelitian menggunakan mix method. Penelitian dilakukan di Kecamatan Purawasari Kabupaten Karawang yang merupakan kecamatan dengan luas alih fungsi lahan sawah terbesar di Kabupaten Karawang. Data primer dikumpulkan dari petani yang telah mengalihfungsikan lahannya yang dipilih secara probability sampling. Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif dan dengan menggunakan Multidimensional Scaling (MDS). Hasil analisis deskriptif menunjukkan faktor dominan yang berkaitan alih fungsi lahan adalah luas kepemilikan lahan dan usia petani serta dampak sosial dan ekonomi terjadi perubahan antara sebelum dan sesudah aih fungsi lahan. Penilaian RAP-Padi menunjukkan tingkat keberlanjutan lahan sawah di Kabupaten Karawang memiliki nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial 19,52, dimensi ekonomi 33,23, dimensi lingkungan 12,77, dimensi teknologi 41,28 dan dimensi kelembagaan 21,44. Rata - rata dari kelima dimensi, indeks keberlanjutan multidimensi lahan sawah di Kecamatan Purwasari Kabupaten Karawang adalah sebesar 25,65% dimana masuk kedalam kategori kurang berkelanjutan dan lebih ke arah tidak berkelanjutan.Item ANALISA SUBSTITUSI BUAH LOKAL DAN BUAH IMPOR DI RITEL MODERN DENGAN MODEL AIDS (ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM)(2013-10-22) WAHYUNIAR PAMUNGKAS; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPertumbuhan yang tinggi dari sektor konsumsi memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Salah satu yang mendorong tumbuhnya sektor konsumsi adalah pertumbuhan di sektor ritel khusus nya pertumbuhan ritel modern. Perkembangan ritel modern menjadi pendorong semakin banyaknya komoditas impor-impor masuk ke pasar domestik, terutama untuk komoditas buah-buahan. Perkembangan sektor ritel modern yang mendorong semakin banyaknya komoditas impor masuk ke pasar domestik menibulkan beberapa dampak, dampak positif nya bagi konsumen semakin banyak alternatif pilihan berbelanja dengan tingkat kenyaman dan kualitas akan produk yang beragam. Akan tetapi bagi beberapa komoditas lokal khususnya buah-buahan hal tersebut menjadi sebuah ancaman, karena persaingan akan semakin ketat dan terdesaknya pangsa pasar buah lokal di pasar domestik. Komoditas jeruk impor dan apel impor merupakan komoditas dengan nilai impor terbesar hingga saat ini. Di dalam negeri kedua komoditas tersebut juga sama-sama diberdayakan, sehingga persaingan antara komoditas tersebut semakin tinggi. Permasalahan yang ditonjolkan dalam penelitian ini adalah; (1) bagaimana karakteristik dan sifat interaksi persaingan antara komoditas jeruk lokal dan apel lokal dengan jeruk impor dan apel impor, (2) faktor apa saja yang menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian buah-buahan. Penelitian ini mengambil sampel konsumen dari supermarket yang berada di Kota Bandung. Model permintaan dengan model almost ideal demand system (aids) menghasilkan nilai koefisien determinasi relatif rendah yaitu antara 8-24%, hal itu karena permintaan dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak dijadikan variabel dalam penelitian. Melalui model AIDS bisa diketahui bahwa permintaan setiap komoditi bersifat elastis terhadap harga sendiri karena bernilai < -1, kemudian hubungan substitusi hanya terjadi pada komoditas jeruk impor terhadap apel lokal dan apel lokal terhadap apel impor, nilai elastisitas pendapatan semuanya menunjukan angka positif. Dari analisa IPA (importance performance analysis) diketahui bahwa tingkat kepentingan konsume (responden) akan kinerja kualitas komoditas lokal lebih tinggi dibanding dengan komoditas impor yaitu sebesar 3.62 dan 3.46 berbanding dengan 3.02 dan 2.97. Komoditas lokal mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) dalam hal rasa, akan tetapi kualitas ketersediaan, warna, dan ukuran masih belum bisa memenuhi harapan konsumen.Item ANALISIS EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI DENGAN PENDEKATAN FUNGSI PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN (Suatu Kasus di Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya)(2016) RIAN KURNIA; Eliana Wulandari; Trisna Insan NoorABSTRAK Rian Kurnia. Analisis Efisiensi Ekonomi Relatif Usahatani Kedelai dengan Pendekatan Fungsi Produksi dan Keuntungan. Dibimbing oleh Trisna Insan Noor dan Eliana Wulandari Kebutuhan kedelai dalam negeri yang tinggi tidak diimbangi dengan tingginya produksi kedelai dalam negeri, hal ini mendorong pemerintah mengimpor kedelai dari luar negri untuk memenuhi kebutuhan. Ketergantungan kedelai impor tidak boleh dibiarkan maka perlu dikaji lebih jauh, mengenai usahatani kedelai pada agro-ekosistem (lahan sawah dan lahan darat), dengan pendekatan fungsi produksi dan keuntungan.Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis keragaan usahatani kedelai di Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya. 2) Menganalisis pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi usahatani kedelai baik pada produksi dan keuntungan di Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya. 3) Menganalisis perbedaan efisiensi ekonomi relatif antara usahatani kedelai di lahan sawah dan lahan darat di Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya. Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sampel dengan Multistage Cluster Random Sampling, maka diperoleh jumlah sampel 127 orang dari populasi petani kedelai sebanyak 185 orang, 52 petani di lahan sawah dan 75 petani di lahan darat. Penelitian menggunakan fungsi produksi dan fungsi keuntungan dan hasil penelitian ini adalah 1) Usahatani di lahan sawah dan darat layak diusahakan dilihat dari R/C rata-rata usahatani lahan sawah adalah 1,78 dan untuk usahatani lahan darat 2,01, dengan R/C ˃ 1. 2) Rata-rata nilai Efisiensi Teknis (TE) Efisiensi Alokatif (AE) dan Efisiensi Ekonomis (EE) di lahan sawah adalah 99,97 TE, 62,68 AE dan 62,68 EE sedangkan Rata-rata nilai Efisiensi Teknis, Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomis di lahan sawah adalah 21,35 TE, 19,42 AE dan 19,42 EE. Nilai tersebut menunjukkn usahatani kedelai di lahan darat lebih efisien baik dilihat dari nilai TE, AE maupun EE. 3) Berdasarkan hasil uji kesamaan efisiensi ekonomi antara petani lahan darat dan petani lahan sawah diperoleh hasil bahwa alokasi penggunaan faktor-faktor produksi antara petani lahan darat dan petani lahan sawah berbeda. Hal ini bisa dikarenakan terdapat perbedaan biaya penyusutan antara lahan darat dan lahan sawah sehingga keuntungan yang diperoleh cenderung berbeda.Item ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH LAHAN RAWA DI KABUPATEN CIAMIS (Suatu Kasus di Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)(2019-01-29) T. SYAIFUL AZWAR; Ernah; Trisna Insan NoorT.Syaiful Azwar. Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah Lahan Rawa Di Kabupaten Ciamis (Suatu Kasus Di Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis). Dibimbing oleh Trisna Insan Noor dan Ernah. Padi masih menjadi komoditas penting dalam kebijakan pertanian di Indonesia karena terkait dengan ketahanan pangan dan swasembada beras. Penggunaan faktor produksi yang tidak efisien akan berpengaruh pada tingkat produktivitas usahatani. Kemampuan petani dalam melakukan pengelolaan dan pengalokasian faktor produksi yang digunakan akan berpengaruh pada produksi dan produktivitas, serta akan memberikan gambaran mengenai tingkat efisiensi yang dicapai oleh petani. Identifikasi masalah penelitian ini adalah : 1) Bagaimana keragaan usahatani padi sawah di Kecamatan Lakbok ? 2) Adakah pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama (simultan) dan secara sendiri-sendiri (parsial) terhadap hasil produksi usahatani padi sawah di Kecamatan Lakbok ? 3) Apakah rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi sudah efisien atau belum ? Uji analisis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan sampel 98 orang petani responden yang ada di Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis. Pengambilan sampel dilakukan dengan Simple Random Sampling. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dan analisis efisiensi ekonomi faktor produksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) Rata-rata hasil produksi padi yang diperoleh di Kecamatan Lakbok, yaitu sebanyak 3.600 Kg /Ha GKG. Sedangkan total pendapatan untuk petani di Kecamatan Lakbok sebesar Rp. 7.197.137,37 per hektar per musim tanam dengan RC rasio 1,80 per musim tanam. 2) Besar determinasi (R2) adalah sebesar 0,913. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel independen (luas lahan, benih, pupuk, pestisida, fungisida, insektisida dan tenaga kerja) dapat menjelaskan variabel dependen (produksi padi) sebesar 91,1 persen, sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor lain di luar model yang diturunkan. Sedangkan nilai koefisien determinasi diperoleh nilai sebesar 0,958 artinya keeratan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen sebesar 95,8 persen . 3) Luas lahan, fungisida, insektisida dan tenaga kerja lebih besar dari satu, artinya kombinasi penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan, fungisida, insektisida dan tenaga kerja pada usahatani padi sawah belum efisiensi ekonomi. Sedangkan nilai efisiensi ekonomi untuk faktor produksi benih dan pestisida menunjukkan angka negatif, artinya penggunaan faktor produksi tersebut pada usahatani padi sudah terlalu banyak dan akan mengurangi tingkat pendapatan yang diperoleh. Kata Kunci : Usahatani padi sawah, Produktivitas, Efisiensi ProduksiItem Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Petani di Kecamatan Kupang Timur(2010) MELGIANA SUFIA MEDAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Melgiana S. Medah (2012). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Petani di Kecamatan Kupang Timur. Di bimbing oleh Prof.Dr.Ir.H.Maman H.K., M.Sc)dan Dr.Ir.Lies Sulistyowati,MS). Faktor–faktor yang mempengaruhi kemiskinan petani di kecamatan Kupang Timur cukup beragam, diantaranya kurang tersedianya lahan bagi petani, sempitnya lahan, penggunaan teknologi yang masih semi tradisional, berpengaruh pada produktivitas lahan dan pendapatan petani yang rendah akhirnya memicu kemiskinan pada keluarga tani. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan karakteristik petani miskin di Kecamatan Kupang Timur. 2) Mengidentifikasi faktor-faktor Penyebab Kemiskinan Petani di Kecamatan Kupang Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 160 orang petani di kecamatan Kupang Timur dan metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik petani miskin di Kecamatan Kupang Timur dapat dilihat dari rendahnya tingkat pendidikan, dimana 62,50 persen petani berlatar belakang pendidikan setingkat SD, dan 66 persen petani memiliki modal usaha tani yang rendah. Demikian juga penggunaan teknologi pertanian yang semi tradisional, masih sebanyak 65.63 persen, sementara 91 persen petani belum menggunakan akses kredit untuk usaha taninya dan selanjutnya curahan waktu kerja petani di sektor pertanian yang cukup tinggi yakni berkisar antara 5-8 jam/hari sebanyak 73,75 persen dan 43.75 persen petani cukup sering mengadakan 5 (lima) kali pesta dalam kurun waktu 6 (enam) bulan . Faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan petani di Kecamatan Kupang Timur adalah faktor geografi dan lingkungan mempengaruhi kemiskinan petani sebesar 82,5 persen terhadap petani di pedesaan, diikuti oleh faktor ekonomi sebesar 5,1 persen serta faktor sosial dan budaya mempengaruhi kemiskinan sebesar 3,2 persen. Pendapatan memberikan pengaruh sebesar 34.4 persen terhadap kemiskinan di kecamatan Kupang Timur. Rata-rata pendapatan petani di kecamatan Kupang Timur adalah kurang dari 3 (tiga) juta rupiah, sehingga berdasarkan standar ukuran kemiskinan Sajogyo maupun Bank Dunia, maka keluarga tani di Kecamatan Kupang Timur berada pada standar ukuran garis kemiskinan yang ditetapkan. Kata Kunci : kemiskinan, faktor personal dan fisik, faktor ekonomi, faktor sosial dan budaya, faktor geografi dan lingkunganItem Analisis Karakter Penting pada Tetua dan Aplikasi Marker Assisted Selection (MAS) pada Generasi Padi F2 dalam Perakitan Kultivar Padi Harapan Tahan Wereng Cokelat (Nilaparvata lugens Stal).(2013-04-24) GIGIH IBNU PRAYOGA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenItem ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN LOBSTER (Panulirus spp.) PASCA PENERAPAN KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NO 12 TAHUN 2020 DI KECAMATAN CIDAUN KABUPATEN CIANJUR(2021-09-22) DESI DWI DJAYANTI; Ahmad Choibar Tridakusumah; Trisna Insan NoorLobster merupakan salah satu komoditas unggulan yang bernilai ekonomis tinggi. Seiring berjalannya waktu, permintaan tidak hanya untuk keperluan konsumsi, akan tetapi juga mencakup benih lobster. Tingginya permintaan dan harga benih dikhawatirkan akan mengancam keberlanjutan pengelolaannya. Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah membatasi ukuran penangkapan dengan mengeluarkan PERMENKP No.56/2016. Namun pada tahun 2020 kebijakan tersebut diganti dengan PERMENKP No.12/2020 yang memberikan izin terhadap penangkapan benih lobster. Tujuan penelitian ini yaitu; 1) Mengetahui kondisi pengelolaan lobster di Kecamatan Cidaun, 2) Menganalisis implementasi kebijakan tentang pengelolaan lobster di Kecamatan Cidaun, 3) Menganalisis keberlanjutan pengelolaan lobster pasca penerapan kebijakan di Kecamatan Cidaun. Metode penelitian yang digunakan yaitu mix method dengan teknik penarikan sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah 79 orang responden. Data dianalisis menggunakan MDS dengan pendekatan RAPFISH dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik nelayan yang terlibat dalam kegiatan penangkapan lobster sebagian besar berada diumur produktif, memiliki tingkat pendidikan secara formal, mempunyai pengalaman dibidang nelayan selama lebih dari 10 tahun, dan memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 orang. Implementasi kebijakan di Kecamatan Cidaun dilihat dari aspek yang di atur dalam kebijakan tersebut memperlihatkan bahwa kebijakan tidak dilakukan dengan efektif dilihat dari kondisi budidaya dan penangkapan lobster yang masih belum optimal dilakukan. Secara keseluruhan, dari lima dimensi yang dikaji, didapatkan status keberlanjutan pengelolaan lobster di Kecamatan Cidaun berada pada tingkat status cukup berkelanjutan.Item ANALISIS KEMAMPUAN PRODUKSI, KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN UBI KAYU DI KECAMATAN MALANGBONG KABUPATEN GARUT PROPINSI JAWA BARAT(2013-09-03) YENI BUDIAWATI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAnalisis Kemampuan Produksi, Kebutuhan dan Ketersediaan Ubi Kayu di Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat (Di bawah bimbingan RONNIE S. NATAWIDJAJA sebagai ketua dan TOMMY PERDANA sebagai anggota. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Sampai sejauh mana potensi kebutuhan ubi kayu dan keadaan output pasar ubi kayu di Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut, dan yang ke (2) Sejauh mana kemampuan petani ubi kayu dalam mengalokasikan berbagai input produksi dan tingkat efisiensinya serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Penelitian menggunakan metode survei dengan mengambil 50 responden petani ubi kayu secara random yang terdapat di 5 (lima) desa penghasil ubi kayu terbesar di Kecamatan Malangbong Propinsi Jawa Barat. Kebutuhan ubi kayu dan keadaan output pasar ubi kayu menggunakan data primer hasil survei yang dilakukan kepada pelaku industri berbahan baku ubi kayu yang tersebar di daerah penelitian dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan konsep food balance sheets yang bertujuan untuk melihat perubahan kebutuhan ubi kayu secara struktural untuk berbagai penggunaan dalam kurun waktu tertentu. Hal ini berguna untuk melakukan analisis kebutuhan penyediaan ubi kayu di lokasi penelitian yang dilihat berdasarkan penggunaan atau kebutuhan ubi kayu untuk kebutuhan industri dan konsumsi masyarakat setempat. Kemampuan petani ubi kayu dalam mengalokasikan input produksi dan tingkat efsiensinya menggunakan data primer dengan alat bantu kuisioner yang dibagikan kepada 50 responden petani ubi kayu, dianalisis dengan meggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglass. Produksi ubi kayu rata-rata per tahun di Kecamatan Malangbong adalah sebesar 32.046 ton. Sedangkan permintaan ubi kayu rata-rata per tahun adalah sebesar 36.376 ton. Total kebutuhan ubi kayu untuk industri rata-rata per tahun adalah sebesar 10.217 ton, sedangkan total kebutuhan ubi kayu untuk konsumsi rata-rata adalah sebesar 26.159 ton. Rata-rata impor ubi kayu dari luar Malangbong per tahun adalah sebesar 12.203 ton, sedangkan rata-rata ubi kayu yang diperdagangkan atau dikirim ke luar Malangbong per tahun adalah sebesar 12.203 ton. Secara keseluruhan faktor-faktor produksi pada usahatani ubi kayu berpengaruh terhadap produksi ubi kayu di Kecamatan Malangbong, seperti input tenaga kerja, pupuk kandang, panjang batang stek, diameter batang stek, harga jual, pupuk TSP, populasi tanaman, dan rasio antara luas lahan dan biaya produksi, serta pupuk urea. Sedangkan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu. Fungsi produksi ubi kayu di daerah penelitian berada pada kondisi increasing return to scale. Pada kondisi ini para petani ubi kayu memiliki kesempatan untuk mengatur kembali penggunaan faktor-faktor produksi atau input agar diperoleh hasil produksi yang optimal.Item Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Sengon olahan di Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang(2013-10-21) KUNDRAT; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenItem ANALISIS SEKUENSING GEN PENYANDI HORMON PERTUMBUHAN LELE LOKAL (Clarias batrachus), LELE DUMBO (Clarias sp) DAN LELE PAITON (Clarias sp)(2013-09-05) ALFIAN SYAMSUDIN RIANTORO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAnalisis Sekuensing Gen Penyandi Hormon Pertumbuhan Lele Lokal (Clarias batrachus), Lele Dumbo (Clarias sp), dan Lele Paiton (Clarias sp). Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakterisasi gen pertumbuhan ikan lele lokal, lele dumbo dan lele paiton berbasis sekuen penyandi hormon tersebut. Penelitian menggunakan metode eksperimental eksploratif untuk mendapatkan data berupa sekuen gen penyandi hormon pertumbuhan (Growth Hormon/ GH) lele. Amplikon gen penyandi GH lele diperoleh secara eksploratif melalui optimasi proses PCR (Polymerase Chain Reaction). Tahapan penelitian mencakup isolasi RNA, amplifikasi, dan sekuensing. Gen penyandi hormon pertumbuhan ikan yang diperoleh dari hasil isolasi RNA, selanjutnya digunakan sebagai cetakan (template) untuk sintesis DNA hormon tersebut dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcription – Polymerase Chain Reaction) menggunakan primer yang mengkopi sekuen open reading frame dari GH ikan tersebut. Hasil amplifikasi gen penyandi hormon pertumbuhan Lele Lokal, Lele Dumbo, dan Lele Paiton dengan primer Cg-F (5’-ATGGCTCGAGTTTTGGTGCTGCT-3’) dan Cg-R (5’-CTACAGAGTGCAGTTGGAATCCAGGG-3’) sekitar 600 bp. Sekuen gen penyandi hormon pertumbuhan lele lokal, lele dumbo, dan lele paiton masing-masing memiliki kemiripan tinggi dengan sekuen asam amino hormon pertumbuhan Clarias batrachus no aksesi AF416486_2 (96%), Clarias gariepinus no aksesi EF411172_1 (96%), dan Clarias gariepinus no aksesi EF411172_1 (96%). Domain fungsional gen GH ketiga lele tersebut dicirikan oleh situs somatotropin-1, dan 2, helix-1 sampai helix-4, N-glikosilasi, residu sistein dan sinyal peptide. Perbedaan variasi sekuen penyandi GH ketiga ikan lele berkaitan dengan perbedaan jumlah asam amino penyusun GH tersebut. Lele lokal tidak sekerabat dengan lele dumbo dan lele paiton, sebaliknya lele dumbo sekerabat dengan lele paiton berdasarkan analisis filogenetik. .Item ANALISIS STRUKTUR BIAYA DAN EFISIENSI USAHATANI TANAMAN BAWANG MERAH BERDASARKAN TUJUAN PASAR DI KABUPATEN MAJALENGKA, JAWA BARAT(2017) DENNY ANDRELADER RAZZIANTO; Trisna Insan Noor; Eti SuminartikaDenny Andrelader Razzianto. Analisis Struktur Biaya dan Efisiensi Usahatani Tanaman Bawang Merah Berdasarkan Tujuan Pasar di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Dibimbing oleh Eti Suminartika dan Trisna Insan Noor Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menganalisis struktur biaya usahatani bawang merah dengan tujuan pasar untuk konsumsi dan untuk industri bawang goreng di Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka. 2) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah tujuan pasar industri bawang goreng dan tujuan pasar konsumsi di Kabupaten Majalengka. 3)Menganalisis tingkat efisiensi usahatani bawang merah dengan tujuan pasar untuk konsumsi dan untuk industri bawang goreng di Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel dengan Proportional Sampling, maka diperoleh jumlah sampel 82 orang dari total populasi petani bawang merah sebanyak 463 orang, 35 orang sebagai usahatani bawang merah tujuan industri bawang goreng dan 47 responden usahatani tujuan konsumsi. Data di analisis menggunakan Revenue Cost Ration untuk menganalisis pendapatan dan menggunakan Stochastic Frontier Analysis (SFA) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah. Selanjutnya penggunaan analisis produk marjinal untuk mengukur efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis diukur dari perkalian antara efisiensi teknis dan alokatif.. Hasil dari penelitian 1) Usahatani tujuan industri bawang goreng dan tujuan konsumsi layak diusahakan dilihat dari R/C rata-rata usahatani bawang merah tujuan industri bawang goreng adalah 1,14 dan usahatani bawang merah tujuan konsumsi 1,23. 2) Faktor yang berdampak pada produksi usahatani bawang merah dengan tujuan industri bawang goreng antara lain Jumlah benih, pupuk NPK, pupuk kandang dan pupuk TSP dan faktor yang berdampak pada produksi bawang merah tujuan konsumsi menunjukkan luas lahan, jumlah benih, pupuk NPK dan pupuk ZA. 3) Efisiensi teknis pada usahatani bawang merah tujuan industri bawang goreng dengan nilai rata-rata 85,28%, usahatani bawang merah tujuan konsumsi dengan nilai 89,98%. Untuk efisiensi alokatif (EA) nilai rata-rata usahatani bawang merah tujuan industri bawang goreng dan konsumsi yaitu 68,06% dan 84,68%, nilai rata-rata efisiensi ekonomiss (EE) pada usahatani bawang merah tujuan industri bawang goreng adalah 58,34% dan untuk tujuan konsumsi sebesar 75,49%. Penilaian efisiensi usahatani bawang merah tujuan konsumsi menunjukan lebih efisien dari pada usahatani bawang merah tujuan industri bawang goreng. Hal ini karena jumlah produksi tujuan konsumsi lebih tinggi dibanding dengan tujuan industri bawang goreng. Kata Kunci : Struktur Biaya, Efisiensi, Usahatani, Bawang MerahItem Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Organik terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah, Derajat Infeksi Akar serta Pertumbuhan Tunas Bibit Buah Naga (Hylocereus costaricencis L.)pada Tanah Pasir Tambang Galian C(2014-07-18) KIKI ZAKIAH; E. Hidayat Salim; Anne NurbaityDegradasi lahan yang disebabkan oleh penambangan pasir mengakibatkan tanah menjadi tidak produktif. Penambahan bahan pembenah tanah seperti pupuk organik dan pupuk hayati diketahui mampu meningkatkan produktivitas tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik dan pupuk hayati seperti Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Mychorriza Helper Bacteria (MHB) terhadap C-organik, N-total, P-potensial, P-tersedia, infeksi akar dan pertumbuhan tunas bibit buah naga (Hylocereous costaricencis L.) pada tanah pasir bekas galian tambang di Kabupaten Sumedang, Indonesia. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, dari bulan Desember sampai dengan Juni 2013. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial, terdiri atas dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama yaitu pupuk hayati yang terdiri dari: tanpa pupuk hayati, FMA dan FMA + MHB serta faktor kedua yaitu pupuk organik yang terdiri dari: tanpa pupuk organik, pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kelinci, kompos cocopeat dan POG (masing – masing 5 kg polibag-1). Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi antara pupuk organik dengan pupuk hayati terhadap C-organik, N-total, P-potensial, P-tersedia dan pertumbuhan tinggi tunas buah naga. Tidak terdapat interaksi antara pemberian pupuk hayati dengan pupuk organik terhadap derajat infeksi akar. Perlakuan FMA + MHB dan pupuk organik berupa pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, cocopeat serta POG memberikan nilai derajat infeksi akar dan pertumbuhan tunas bibit buah naga yang paling tinggi.Item APLIKASI PUPUK HAYATI PENAMBAT N2 (Azotobacter dan Azospirillum), KOMPOS JERAMI DAN KOMPOS AZOLLA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PUPUK N DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa. L)(2013-07-29) DIAH PUSPITA HATI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRACT Utilization of nitrogen fixation biofertilizers (Azotobacter chroococcum and Azospirillum irakense) have been proved reduce the use of N manure, prevent a decline in soil organic matter and mitigate environmental pollution. The reseacrh aimed to study effect of biofertilizer application (Azotobacter chroococcum and Azospirillum irakense), straw compost, Azolla compost and manure N on the populations Azotobacter and Azospirillum, N uptake, soil organic C, N available soil, number of productive tillers, shoot-root rasio and rice grain yield, as well as maximizing the efficiency of N fertilizer, this has been conducted from May to December 2012 in the Research Station and Training Center for Agriculture Development (SPLPP) unit Ciparay. The experiment was set up Randomized Block Design consisted of 20 combinations treatment and provided with three replications. The experiment results revealed that the application of biofertilizers, straw compost, Azolla compost and N manure, significantly has increase the population of Azotobacter and Azospirillum, soil organic C, N uptake, the number of productive tillers and rice grain yield. The application of straw compost 4 t ha-1 and Azolla compost 0.36 t ha-1 with biofertilizer 400 g ha-1 has given the best rice grain yield (agronomic efficiency of fertilizer N was about 52,2 kg/kg N) and reduced the use of N fertilizer until about 33%. Keywords: Paddy fields, Biofertilizer, Azotobacter, Azospirilum, Agronomic Efficiency.Item Araecerus fasciculatus (De Geer) (Coleoptera: Anthribidae): Biologi dan Kerusakannya pada Singkong Kering (Manihot esculenta Crantz) dan Kepekaannya terhadap Fumigan Sulfuryl Fluoride(2022-08-20) SALBIAH; Yusup Hidayat; SudarjatAraecerus fasciculatus (De Geer) merupakan salah satu serangga hama yang sering menginfestasi komoditas pertanian di gudang penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biologi A. fasciculatus dan keefektifan sulfuryl fluoride terhadap semua stadia A. fasciculatus pada singkong kering. Metode lama perkembangan telur diuji dengan menginfestasikan 100 imago A. fasciculatus pada singkong kering dalam kotak uji. Pengamatan perkembangan telur dilakukan pada lama hari infestasi imago ke-1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 hari. Selanjutnya singkong kering didestruksi segera untuk diamati perkembangan telurnya. Metode yang sama dilakukan untuk mengukur lama perkembangan larva, pupa, dan imago pada hari ke-1, 2, 3, 4, dan 5. Perlakuan sulfuryl fluoride menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri atas dosis (0, 12, 24, 36, 48, 60, 72 g/m3) dan waktu papar (24 dan 48 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perkembangan telur 5,82 hari, larva 25,40 hari, pupa 7,20 dan imago 28,34 hari. Selain itu, disajikan morfologi gambar berwarna dan morfometri pada semua stadia. Periode penyimpanan selama 3 bulan menyebabkan persentase kehilangan singkong kering berlubang mencapai 61,58% dan bubuk singkong 11,08%. Perlakuan fumigasi sulfuryl fluoride menyebabkan mortalitas 100% imago pada dosis 12 g/m3 selama 24 jam. Sementara itu, mortalitas 100% pupa pada dosis 60 g/m3 selama 24 jam atau 36 g/m3 selama 48 jam, larva dosis 36 g/m3 selama 24 jam, dan telur dosis 60 g/m3 selama 48 jam. Perlakuan fumigasi sulfuryl fluoride pada singkong kering tidak meninggalkan residu ion fluoride yang melebihi batas maksimum residu yang dipersyaratkan oleh European Food Safety Authority (EFSA).Item ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI UTAMA KAWASAN DI PESISIR PANTAI PANGANDARAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS MULTIKRITERIA(2021-06-09) RAHMI FATIMAH; Mahfud Arifin; Muhammad Amir SolihinRahmi Fatimah. 2019. Arahan Pengembangan Fungsi Utama Kawasan di Pesisir Pantai Kabupaten Pangandaran dengan Menggunakan Analisis Multikriteria. Program Studi Ilmu Tanah. Universitas Pdjadjaran. Pembimbing (1) Dr. Muhammad Amir Solihin, SP, MT (2) Prof. Dr. Ir. H Mahfud Arifin, MS. Pengelolaan wilayah pesisir harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu, sejalan dengan UU No. 27/2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui faktor faktor pengembangan fungsi utama kawasan dan mengetahui arahan pengembangan fungsi utama kawasan ditinjau dari aspek biofisik, ekonomi, sosial, dan kebijakan pemerintah. Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan yang berada di pesisir pantai Pangandaran yaitu Kecamatan Cimerak, Cijulang, Parigi, Pangandaran, Sidamulih dan Kalipucang Kabupaten Pangandaran pada bulan Februari-Mei 2019. Metode yang digunkaan dalam penelitian ini adalah analisis Multikriteria diantaranya: penyebaran angket, matching tabel, bobot dan skoring serta analisis LQ, LI dan SI. Analisis spasial dilakukan berdasarkan peta tanah yang terdiri dari 22 satuan peta lahan. Peta evaluasi disusun dengan menggunakan Arc GIS 10.1. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi fungsi utama kawasan adalah sarana dan prasarana umum, aksesibilitas dan industri, luas wilayah dan kependudukan. Arahan Pengembangan kawasan pertanian komoditas padi berada di Kecamatan Cimerak dan Kalipucang total luas 24.202,22 ha. Kedelai di Kecamatan Cimerak, Kalipucang, Cijulang dan Pangandaran dengan luas lahan 25.561,65 ha. dan kelapa di Kecamatan Cimerak, Sidamulih, Pangandaran dan Kalipucang dengan total luas 28.039,89 ha. Arahan untuk kawasan perikanan budidaya dialokasikan di Kecamatan Cimerak Cijulang, Parigi dan Pangandaran. Arahan konservasi di Kecamatan Pangandaran, Parigi dan Kalipucang. Arahan Pariwisata di pusatkan di kecamatan Pangandaran dan Cijulang .Item Atensi Pelaku Usaha Pertanian Hortikultura Terhadap Teknologi Pembiayaan di Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta(2023-03-21) ROHAYATI SUCI INDRIANINGSIH; Eliana Wulandari; Tuti KaryaniTeknologi pembiayaan merupakan inovasi dalam industri keuangan salah satunya dalam pinjaman yang dapat diakses oleh pelaku usaha. Namun pelaku usaha masih belum familiar dengan teknologi pembiayaan sehingga atensi terhadap teknologi pembiayaan rendah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan aksesibilitas pelaku usaha terhadap pinjaman digital; (2) mendeskripsikan permasalahan serta penyebab terkait rendahnya pemanfaatan pinjaman digital; (3) mendeskripsikan atensi pelaku usaha terhadap pinjaman digital; dan (4) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi atensi pelaku usaha pertanian terhadap teknologi pembiayaan. Untuk itu digunakan analisis deskriptif kuantitatif, fishbone analysis, dan analisis regresi linier berganda. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Cianjur pada Agustus 2022 – Februari 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksesibilitas pelaku usaha terhadap pinjaman digital memiliki kemudahan dalam hal akses informasi, jaringan, dan sarana prasarana, namun masih memiliki kekurangan dalam pengoperasian aplikasi dan situs web. Permasalahan dalam pemanfaatan pinjaman digital meliputi sumber daya manusia, metode, teknologi, dan lingkungan. Atensi pelaku usaha terhadap pinjaman digital adalah pada kesadaran serta penilaian bahwa pinjaman digital memiliki manfaat untuk kegiatan usaha. Secara simultan, seluruh variabel berpengaruh signifikan terhadap atensi pelaku usaha terhadap pinjaman digital. Secara parsial, variabel usia, pengalaman usaha, dan kemudahan mengakses pinjaman digital berpengaruh signifikan terhadap atensi pelaku usaha terhadap pinjaman digital.Item Bakteri Penghasil Enzim Dan Gen Penyandi Selulase Yang Berasal Dari Rumput Laut Eucheuma sp., Gracilaria sp., Sargassum sp.(2014-03-09) MAULI DIAN PERTIWI; Iskandar; Ayi YustiatiABSTRAK Mauli Dian Pertiwi (Dibimbing Oleh: Ayi Yustiati dan Iskandar). 2014. Bakteri Penghasil Enzim dan Gen Penyandi Selulase Berasal dari Rumput Laut Eucheuma sp., Gracilaria sp., Sargassum sp. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat murni bakteri selulolitik dari rumput laut yang berpotensi sebagai penghasil enzim selulase, mengidentifikasi jenis bakteri menggunakan marka molekuler gen 16S rRNA dan mengkarakterisasi gen penyandi selulase dari isolat bakteri tersebut. Sampel rumput laut Eucheuma sp berasal dari perairan Cantigi, Indramayu dan sampel Gracilaria sp serta Sargassum sp berasal dari perairan Sancang, Garut. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran. Metode penelitian adalah analisis deskriptif dengan membandingkan hasil identifikasi molekuler gen 16S rRNA dan gen penyandi selulase dengan sekuen dari data GeneBank. Tahapan penelitian meliputi isolasi dan pemurnian bakteri, uji indeks selulolitik dengan CMC, uji gula pereduksi menggunakan metode Somogyi-Nelson, analisis molekuler gen 16S rRNA serta fragmen gen penyandi selulase dan analisis bioinformatika. Hasil penelitian menunjukkan indeks selulolitik pada isolat bakteri dari Eucheuma sp sebesar 1.02 mm, isolat bakteri dari Gracilaria sp sebesar 2.11 mm dan isolat bakteri dari Sargassum sp sebesar 1.89 mm. Hasil identifikasi molekuler menggunakan gen 16S rRNA homolog dengan sekuen bakteri Oceanobacillus sp dan Bacillus cereus dan hasil verifikasi sekuen penyandi selulase yang berasal dari bakteri di rumput laut homolog dengan Bacillus subtilis BSn5, Bacillus subtilis dan Bacillus amyloliquefaciens. Karakterisasi gen penyandi selulase dari bakteri Bacillus subtilis BSn5, Bacillus subtilis dan Bacillus amyloliquefaciens memiliki domain katalitik Glyco Hydrolase 5 (GH 5) dan domain Carbohidrate binding modul tipe 3 (CBM3). Kata kunci: Eucheuma sp, Gracilaria sp, Sargassum sp, Bakteri Selulolitik, 16S rRNA, SelulaseItem Baseline Resistensi Gulma Monochoria vaginalis terhadap Herbisida maemuk berbahan aktif metil bensulfuron dan Pyriftalid(2019-10-15) RYAN WIDIANTO; Denny Kurniadie; Dedi WidayatMonochoria vaginalis merupakan salah satu gulma dominan di pertanaman padi sawah Indonesia dan dilaporkan telah gagal dikendalikan menggunakan herbisida majemuk berbahan aktif metil bensulfuron dan pyriftalid di beberapa daerah pertanaman padi sawah Indonesia. Pengendalian gulma menggunakan herbisida penghambat enzim Acetolactate Synthase (ALS) telah banyak di gunakan di daerah pertanaman padi sawah Indonesia. Pengambilan sampel gulma Monochoria vaginalis dilakukan di lahan yang dilaporkan bahwa Monochoria vaginalis telah gagal dikendalikan oleh herbisida metil bensulfuron dan pyriftalid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya resistensi gulma Monochoria vaginalis terhadap metil bensulfuron dan pyriftalid. Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dari bulan Desember 2018 hingga Maret 2019. Shoot Regeneration Method digunakan untuk menentukan tingkat resistensi gulma Monochoria vaginalis terhadap metil bensulfuron dan pyriftalid. Hasil Penelitian menunjukan bahwa gulma Monochoria vaginalis yang berasal dari Kabupaten Tuban dan Kabupaten Pemalang termasuk kedalam kategori resistensi sedang terhadap metil bensulfuron dan piriftalyd, sedangkan Monochoria vaginalis yang berasal dari Kabupaten Subang dan Kabupaten Lampung Tengah termasuk kedalam kategori resistensi tinggi.Item BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAUN OLEANDER (Nerium oleander L.) TERHADAP ULAT GRAYAK (Spodoptera frugiperda J. E. SMITH) (LEPIDOPTERA: NOCTUID(2022-10-12) SYIFA NABILAH SUBAKTI PUTRI; Agus Susanto; Ichsan Nurul BariSpodoptera frugiperda merupakan hama invasif yang menyebabkan kerusakan di pertanaman jagung hingga 100%. Salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetik, dikembangkan berbagai jenis pestisida bahan alam yang relatif aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Nerium oleander adalah salah satu tanaman obat yang berpotensi untuk mengendalikan hama. Penelitian bertujuan untuk menguji bioaktivitas dari ekstrak metanol N. oleander terhadap sub-letal berupa repelensi, daya konsumsi, dan abnormalitas pada perilaku pergerakan, fekunditas, laju pertumbuhan dan letal berupa mortalitas S. frugiperda. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2021 hingga Juli 2022 di Universitas Padjadjaran. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi 0,23; 0,32; 0,45; 0,63; dan 0,88% dengan empat pengulangan kemudian menentukan Lethal Concentrate (LC) menggunakan analisis probit. Berdasarkan hasil analisis Probit, diperoleh nilai LC50 0,86% dan LC90 1,92% (48 jam setelah perlakuan). Hasil pengujian ekstrak metanol daun N. oleander menimbulkan efek sub-letal berupa: efek repellent pada satu jam pertama aplikasi; daya konsumsi 162,36±13,48 selama 14 hari waktu pakan; pergerakan dengan tingkat kemunculan 70,21-94,39% di arena; menurunnya bobot dan ukuran larva instar III-VI, pupa, dan imago; laju stadia pertumbuhan dengan durasi 1-5 hari lebih lambat dibandingkan kontrol; menurunnya fekunditas hingga 145,00±72,50. Hasil pengujian efek letal menunjukkan konsentrasi 0,88% menyebabkan mortalitas larva S. frugiperda tertinggi sebesar 92,5% (16 HSP). Kesimpulan yang diperoleh bahwa ekstrak metanol daun N. oleander terbukti dapat menimbulkan efek sub-letal pada repelensi, daya konsumsi, dan abnormalitas pada perilaku pergerakan, fekunditas, laju pertumbuhan dan efek letal yang menyebabkan tingginya mortalitas pada larva S. frugiperda.