Browsing by Author "Sri Seti Indriani"
Now showing 1 - 18 of 18
Results Per Page
Sort Options
Item ANALISIS NARATIF PERJALANAN KARAKTER TOKOH ANWAR CONGO DALAM FILM JAGAL: THE ACT OF KILLING(2022-03-08) RIFANDY JULIO PONGGAWA; Nuryah Asri Sjafirah; Sri Seti IndrianiRifandy Julio Ponggawa, 210410170024, Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Penelitian ini berjudul “Analisis Naratif Perjalanan Karakter Tokoh Anwar Congo Dalam Film Jagal: The Act Of Killing” dengan subjudul “Studi Analisis Naratif Tzvetan Todorov Mengenai Character Development Anwar Congo Dalam Film Jagal: The Act Of Killing”. Pembimbing Utama Dr. Hj. Nuryah Asri Sjarifah, S.Sos., M.Si. dan Pembimbing Pendamping Dr. Sri Seti Indriani, S.Ip., M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perjalanan karakter tokoh Anwar Congo dalam film Jagal: The Act Of Killing. Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode analisis naratif Tzvetan Todorov. Teori analisis naratif Todorov membagi alur sebuah cerita menjadi tiga babak, yakni bagian alur cerita awal, tengah, dan akhir. Hasil dari penelitian ini menemukan penggambaran perjalanan dan perubahan karakter pada tokoh Anwar Congo. Penggambaran karakter tokoh Anwar Congo dianalisis melalui unsur dialog dan komunikasi nonverbal. Perjalanan karakter tokoh Anwar Congo dibagi ke dalam tiga tahap, sesuai dengan metode analisis naratif Tzvetan Todorov. Perubahan karakter yang terjadi pada tokoh Anwar Congo termasuk ke dalam kategori shifting arc dan disebabkan oleh faktor lingkungan sosial dan faktor pribadi.Item Analisis Resepsi Dampak Negatif Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Pada Remaja dalam Film The Social Dilemma(2023-07-20) ALWI JOHAN YOGATAMA; Sri Seti Indriani; Fajar SyuderajatLebih dari setengah penduduk Indonesia menggunakan internet, mayoritas dari mereka menggunakannya untuk media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resepsi khalayak terkait dampak negatif media sosial terkait kesehatan mental pada remaja dalam film The Social Dilemma. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teori analisis resepsi Encoding-Decoding dari Stuart Hall. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap tujuh informan yang merupakan siswa SMA Negeri 1 Jatinangor, informan dipilih berdasar tingkat adiksi media sosial. Hasil menunjukkan pembacaan yang bervariasi, terdapat 19 pembacaan posisi dominan, 11 pembacaan negosisasi, dan 5 pembacaan oposisi. Meski media sosial digambarkan sangat berbahaya di film ini, produsen film tidak memasukkan kekuatan individu dalam mengontrol media sosial.Item Analisis Resepsi Stereotip Etnis Tionghoa pada Film Crazy Rich Asians(2021-03-29) TAZKIA QALBI HAFIFI; Siti Karlinah; Sri Seti IndrianiTazkia Qalbi Hafifi, 210410160006, 2020. Analisis Resepsi Stereotip Etnis Tionghoa dalam Film Crazy Rich Asians. Pembimbing utama Dr. Siti Karlinah, M. Si. dan Pembimbing Pendamping Dr. Sri Seti Indriani, S.Ip., M.Si., Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Film Crazy Rich Asians disebut sebagai dobrakan stigma peran ‘Asian- American’ di Hollywood. Film ini diketahui menjadi film genre komedi-romansa terlaris dalam satu dekade terakhir. Namun, keberhasilannya di Amerika Serikat tidak diikuti keberhasilannya di Tiongkok yang merupakan negara asal budayanya. Beberapa situs berita melansir salah satu penyebab kegagalannya di Tiongkok karena dinilai mengandung unsur stereotip etnis serta tidak merepresentasikan kebudayaan Tionghoa secara tepat. Bagaimanakah representasi stereotip etnis Tionghoa dalam film Crazy Rich Asians? Serta bagaimana posisi pembacaan khalayak terhadap representasi tersebut? Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa Tionghoa serta Non Tionghoa Universitas Katolik Parahyangan dan Universitas Kristen Marnatha Kota Bandung. Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan analisis resepsi encoding—ecoding Stuart Hall yang menghasilkan tiga kategori posisi pembacaan, yaitu Posisi Pembacaan Dominan, Negosiasi, serta Oposisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap representasi stereotip etnis Tionghoa dalam film serta posisi pembacaan khalayak terhadap representasi stereotip tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kategori tema representasi stereotip etnis Tionghoa yang mendominasi. Ketiga kategori tema tersebut, yakni: “Masyarakat Tionghoa Kaya Raya/Miliarder” dan “Masyarakat Tionghoa Memiliki Pola Asuh Otoritarian” serta tema “Masyarakat Tionghoa Memiliki Kongsi Dagang yang Luas”. Tema pertama dan kedua menunjukan bahwa posisi pembacaan khalayak berada pada posisi mayoritas Pembacaan Dominan, serta tema ketiga menunjukan posisi pembacaan khalayak berada pada posisi imbang Dominan dan Negosiasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa khalayak memiliki pemaknaan yang sama dengan produsen teks. Kata kunci: Stereotip, Etinis Tionghoa, Film Crazy Rich Asians, Analisis ResepsiItem Fenomena Penggemar Film Boys Love Thailand di Indonesia : Studi Fenomenologi tentang Motif Menyukai Film 2gether dan Makna Film Genre Boys Love bagi Para Penggemarnya(2022-07-08) GUSTIANA INTAN WIDURI; Aceng Abdullah; Sri Seti IndrianiGustiana Intan Widuri, 210410180007. “Fenomena Penggemar Film Boys Love Thailand Di Indonesia : Studi Fenomenologi tentang Motif Menyukai Film 2gether dan Makna Film Genre Boys Love bagi Para Penggemarnya”. Dr. Aceng Abdullah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dr. Sri Seti Indriani, S.I.P., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Pendamping. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Film sebagai media komunikasi massa membawa perkembangan budaya berupa tata cara, mode, gaya hidup melalui jalan ceritanya termasuk mengenalkan istilah genre boys love. Boys love merupakan salah satu sebutan bagi karya seni yang mengangkat kisah romansa antara sesama laki-laki. Thailand menjadi negara yang gencar mengenalkan budaya boys love dalam bentuk film ke negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Salah satu film genre boys love Thailand yang meraih popularitas secara global adalah film 2gether yang telah ditonton sebanyak 100 juta kali di Line TV dan 300 juta penayangan di channel Youtube resmi mereka. Di sisi lain, mayoritas masyarakat Indonesia sendiri masih menentang isu LGBT, namun realitanya banyak bermunculan individu maupun komunitas yang menggemari film genre boys love ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif menyukai film 2gether dan mengetahui makna film genre boys love bagi para penggemarnya. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan motif penggemar menyukai film 2gether: (1) Mendapat rekomendasi dari sesama penggemar dan sosial media, (2) Cerita film menyajikan romantisme masa remaja, (3) Menyukai wajah tampan dan pembagian peran karakter film, (4) Tidak banyak menampilkan adegan yang vulgar, (5) Media hiburan untuk menghilangkan stres, (6) Mempelajari budaya Thailand. Adapun makna film genre boys love bagi penggemar: (1) Meningkatkan toleransi terhadap kaum LGBT (2) Sangat ditentang masyarakat di sosial media dan lingkungan sekitar, (3) Media yang menambah pengetahuan mengenai isu LGBT.Item HUBUNGAN TERPAAN PROMOSI FILM IMPERFECT DALAM AKUN INSTAGRAM @ERNESTPRAKASA DENGAN KEPUTUSAN MENONTON(2022-09-06) DINAR NAFRASANIA; Henny Sri Mulyani Rohayati; Sri Seti IndrianiDinar Nafrasania, 210410160001. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Penelitian ini berjudul �Hubungan Terpaan Promosi Film Imperfect Dalam Akun Instagram @ernestprakasa Dengan Keputusan Menonton�, dengan Dr. Hj. Henny Sri Mulyani., M.Si sebagai pembimbing utama dan Dr. Sri Seti Indriani. S.Ip., M.Si sebagai pembimbing pendamping. Pada era digital ini, pengguna media sosial oleh masyarakat Indonesia sangatlah tinggi. Berdasarkan data survei We Are Social oleh Hootsuite pada awal tahun 2019, dari total populasi penduduk di Indonesia yang sebesar 268,2 juta jiwa, terdapat 150 juta jiwa pengguna aktif media sosial, salah satunya adalah media sosial Instagram. Melihat tingginya pengguna aktif Instagram di Indonesia, platform media sosial Instagram saat ini dimanfaatkan sebagai media untuk promosi dan memuat informasi karena dianggap cukup efektif, salah satunya sebagai media promosi sebuah film. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara terpaan promosi Film Imperfect dalam akun Instagram @ernestprakasa dengan keputusan menonton, yaitu isi pesan promosi, daya tarik promosi, dan intensitas promosi. Teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini adalah Teori Proses Selektif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan inferensial. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah followers yang pernah mengunggah konten #ImperfectMemeContest dan #FilmIMPERFECTParodyContest. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 orang yang diperoleh menggunakan Simple Random Sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya hubungan yang kuat antara terpaan promosi film imperfect dalam akun Instagram @ernestprakasa dengan keputusan menonton, yaitu adanya tingkatan hubungan yang sedang antara isi pesan promosi Film Imperfect pada akun Instagram @ernestprakasa dengan keputusan menonton, adanya tingkatan hubungan yang kuat antara daya tarik promosi Film Imperfect pada akun Instagram @ernestprakasa dengan keputusan menonton, dan adanya tingkatan hubungan yang kuat antara intensitas promosi Film Imperfect pada akun Instagram @ernestprakasa dengan keputusan menonton.Item Identitas Diri Perempuan Karier Penggemar Super Junior di Twitter(2019-03-19) NIKI MUTIARA WARDANI; Jenny Ratna Suminar; Sri Seti IndrianiNiki Mutiara Wardani. 210110150041. 2019. Identitas Diri Perempuan Karier Penggemar Super Junior di Twitter (Studi Fenomenologi Identitas Diri Perempuan Karier Penggemar Super Junior di Twitter). Dr. Hj. Jenny Ratna Suminar, M.Si. Selaku dosen pembimbing utama dan Dr. Sri Seti Indriani, S.Ip., M.Si. Selaku dosen pembimbing pendamping. Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Twitter merupakan salah satu media sosial yang sering digunakan oleh fangirl K-Pop untuk mengakses informasi mengenai idolanya. Hal ini memicu para fangirl untuk membuat akun khusus untuk fangirling. Seperti yang dilakukan oleh para perempuan karier penggemar Super Junior yang membuat akun Twitter dengan identitas yang ditampilkan berbeda dengan identitas mereka yang sebenarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui 1) motif perempuan karier menggunakan Twitter sebagai media fangirling, 2) makna Twitter bagi perempuan karier sebagai media fangirling, 3) aktivitas pembentukan presentasi identitas oleh perempuan karier penggemar Super Junior di media sosial Twitter. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam kepada enam orang informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) motif penggunaan Twitter sebagai media fangirling terdiri dari a) motif informatif, b) motif kemudahan akses, c) motif kebebasan bermedia. Sedangkan 2) makna Twitter sebagai media fangirling bagi perempuan karier penggemar Super Junior terdiri dari a) Twitter sebagai tempat mengekspresikan perasaan, b) Twitter sebagai hiburan, c) Twitter sebagai penambah informasi, d) Twitter sebagai arsip. Adapun 3) aktivitas pembentukan presentasi identitas oleh perempuan karier penggemar Super Junior di media sosial Twitter yang terdiri dari a) kicauan, b) username, c) foto profil, d) biodata profil, e) header profil yang berhubungan dengan idolanya, f) follower/following, g) online voting terhadap idolanya.Item Komunikasi Naratif Film Jelajah Bumi Papua, Ekspedisi Teluk Wondama Menggunakan Paradigma Naratif Walter Fisher Sebagai Evaluasi Komunikasi Sains Melalui Film Dokumenter Sains Produksi LIPI(2021-10-06) M. YUNUS; Aceng Abdullah; Sri Seti IndrianiKomunikasi sains menemukan banyak bentuk seiring berkembangnya media sosial. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai salah satu Lembaga yang memiliki otoitas ilmu pengetahuan di Indonesia saat ini berusaha menemukan format komunikasi sains yang tepat untuk digunakan menyampaikan apa itu sains, bagaimana proses, hasil dan manfaat dari hasil-hasil penelitiannya selama ini. Salah satu media yang saat ini digunakan LIPI dalam mengkomunikasikan sains adala film dokumenter sains. Penelitian ini bertujuan memahami film dokumenter sains LIPI yang berjudul Jelajah Bumi Papua: Ekspedisi Teluk Wondama sebagai bentuk komunikasi sains melalui perspektif paradigma naratif Walter Fisher dengan menggunakan pendekatan naratif. Adapun hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa secara unsur dan struktur naratif, film ini cukup lengkap sebagai film yang mengangkat cerita perjalanan sains para peneliti LIPI, namun secara rasionalitas naratif masih kurang mengedepankan narasi sains yang seharusnya menjadi kekuatan film ini sebagai film dokumenter sains. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peran film Jelajah Bumi Papua: Ekspedisi Teluk Wondama sebagai media komunikasi sains LIPI masih tergolong lemah. Hal ini menjadi salah satu faktor yang dapat menjelaskan mengapa film ini kurang mendapat perhatian dari penonton pada kanal YouTube LIPI.Item Makna Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) bagi Ibu(2019-12-03) RAYMOND; Jenny Ratna Suminar; Sri Seti IndrianiRaymond. 210110150221. 2019. Makna Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) bagi Ibu (Studi Fenomenologi Tentang Makna Anak ADHD bagi Ibu di Tangerang dan Jakarta). Dr. Hj. Jenny Ratna Suminar, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dr. Sri Seti Indriani, S. Ip., M. Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping. Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui makna komunikasi antara ibu dengan anak penyandang ADHD, 2) untuk mengetahui makna kehadiran anak penyandang ADHD bagi ibu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tradisi fenomenologi serta pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat tiga upaya ibu membangun komunikasi dengan anak ADHD, yaitu sebagai: 1) mencari “celah” yang diinginkan anak, 2) bermain peran, 3) tatap mata dan sentuhan. Sedangkan, makna anak ADHD bagi ibu, yakni: 1) anugerah dari Tuhan, 2) prioritas utama, 3) spesial, dan 4) ‘menyusahkan’. Kata ‘menyusahkan’ diartikan bahwa kehadiran anak, orang tua tidak dapat berbuat bebas, semua harus mengutamakan anak, dan segala yang dilakukan merupakan untuk anak.Item Pengalaman Menonton Ulang Film atau Serial: Studi Fenomenologi terhadap Mahasiswa Universitas Padjadjaran dan Universitas Gadjah Mada(2022-09-28) NADIA ALIFA RAHMANIA; Ditha Prasanti; Sri Seti IndrianiMenonton ulang film atau serial yang sudah pernah ditonton ulang sebelumnya ternyata merupakan hal yang biasa dilakukan oleh sebagian orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tema-tema dalam proses menonton ulang film atau serial yang dilakukan oleh mahasiswa dan mengetahui motif mahasiswa menonton ulang film atau serial. Dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan fenomenologi, penelitian ini melakukan wawancara mendalam terhadap 6 orang yang berasal dari Universitas Padjadjaran dan Universitas Gadjah Mada. Dengan menggunakan teknis analisis data dari Creswell, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman menonton ulang film atau serial tidak sepenuhnya bersifat repetitif. Orang yang menonton ulang film atau serial dengan jenis tertentu, merasakan pengalaman tersebut melalui media, kebersamaan, fokus, durasi, penemuan, dan perasaan yang berbeda. Motif penyebab menonton ulang film atau serial favorit adalah: (1) Perasaan diri sendiri saat sebelum kegiatan dilakukan; (2) Berkaitan dengan aspek yang ada di objek (film/serial); dan (3) Faktor eksternal. Sementara itu, motif tujuan menonton ulang film atau serial favorit adalah: (1) Untuk mencapai perasaan tertentu pada diri sendiri; (2) Untuk mencapai sesuatu yang berasal dari objek (film/serial); dan (3) Untuk menghindari perasaan kecewa jika menonton film/serial baru.Item REPRESENTASI KEKERASAN DALAM HUBUNGAN PACARAN PADA FILM POSESIF(2021-12-22) RUTH MIRANDA; Wina Erwina; Sri Seti IndrianiRuth Miranda, 210410160019. 2020. Skripsi ini berjudul “Representasi Kekerasan dalam Hubungan Pacaran pada Film Posesif”. Pembimbing utama adalah Wina Erwina M.A., Ph.D dan pembimbing pendamping adalah Dr. Sri Seti Indriani, S. Ip., M.Si., Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Posesif merupakan film Indonesia yang dirilis pada tahun 2017. Film ini mengangkat isu yang berbeda dari film-film lainnya, yaitu kekerasan dalam hubungan pacaran. Penelitian berjudul “Representasi Kekerasan dalam Hubungan Pacaran pada Film Posesif” ini menganalisa penggambaran kekerasan dalam hubungan pacaran yang ditampilkan dalam film dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos kekerasan dalam hubungan pacaran yang direpresentasikan dalam film Posesif. Hasil penelitian pada tahapan denotasi menunjukkan kekerasan dalam hubungan pacaran yang dilakukan oleh Yudhis dalam Film Posesif digambarkan secara eksplisit berupa bahasa tubuh, mimik, serta dialog. Pada tahapan konotasi menunjukkan penggambaran dominasi dalam hubungan pacaran. Sedangkan pada tahap mitos menunjukkan: (1) sifat posesif sebagai akar dari kekerasan dalam hubungan pacaran, (2) sikap dominan menghancurkan hubungan pacaran, (3) pembiasaan tindak kekerasan dalam hubungan pacaran.Item Representasi Penanganan Krisis Identitas Pada Karakter Po Dalam Film Kung Fu Panda 3(2024-02-01) RAYMOND VICTOR SETIADI; Lilis Puspitasari; Sri Seti IndrianiRaymond Victor Setiadi, 210410200070, 2023. “Representasi Penanganan Krisis Identitas Pada Karakter Po Dalam Film Kung Fu Panda 3” dengan sub-judul Studi Analisis Naratif Tzvetan Todorov dengan Pendekatan Lacey dan Gillespie Mengenai Krisis Identitas Karakter Po Dalam Film Kung Fu Panda 3. Pembimbing Utama Dr. Sri Seti Indriani, S.IP., M.Si. dan Pembimbing Pendamping Lilis Puspitasari, S.Sos., M.I.Kom. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Kung Fu Panda 3 adalah sebuah film animasi asal Amerika Serikat yang berkolaborasi dengan perusahaan Tiongkok. Film ini bercerita mengenai perjalanan karakter Po dalam menangani krisis identitasnya seiring datangnya tokoh antagonis utama yang mengancam kedamaian desa. Dengan mengangkat isu sosial seperti krisis identitas tersebut, film bergenre animasi, aksi, dan komedi ini dirasa menarik untuk diteliti, karena isu krisis identitas sendiri yang tidak banyak disadari keberadaannya di tengah-tengah masyarakat dengan kalangan usia yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan proses penanganan krisis identitas yang dialami karakter Po sepanjang cerita. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis naratif oleh Tzvetan Todorov dan didukung oleh pendekatan dari Lacey dan Gillespie. Hasil penelitian ini menunjukkan perjalanan karakter Po dalam menangani krisis identitasnya, yang dianalisis sesuai dengan lima tahapan struktur narasi dalam metode analisis naratif Tzvetan Todorov dan pendekatan Lacey dan Gillespie. Adegan-adegan yang terklasifikasi dalam lima tahapan yaitu keseimbangan, gangguan, kesadaran terjadinya gangguan, upaya dalam memperbaiki gangguan, dan pemulihan menuju keseimbangan.Item REPRESENTASI PERLAKUAN DISKRIMINASI PADA PENYINTAS KEKERASAN SEKSUAL DALAM FILM PHOTOCOPIER(2023-10-13) MUHAMMAD RISHAD RAMADHIAN; Lilis Puspitasari; Sri Seti IndrianiFilm Photocopier (2021) yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja menceritakan tentang kesulitan penyintas kekerasan seksual dalam mendapatkan keadilan di instansi pendidikan seperti kampus, yang dikemas dengan berbagai metafora dan simbol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos dari perlakuan diskriminasi pada penyintas kekerasan seksual film “Photocopier”. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan melalui analisis semiotika Roland Barthes. Hasil dan kesimpulan penelitian ini menunjukan makna denotasi melalui mise en scene yang senada hingga dapat merepresentasikan perlakuan diskriminasi bagi korban kekerasan seksual, konotasi berupa pelaku diskriminasi yang dilakukan oleh petinggi instansi, orang tua, dan mahasiswanya juga diperlihatkan begitu mendominasi keadaan sehingga para korban kekerasan seksual mendapatkan tekanan dan berada di posisi yang tidak diuntungkan, dan mitos sebagai berikut; (1) Penyintas kekerasan seksual lebih baik untuk diam dari pada harus bersuara namun mendapatkan perlakuan diskriminasi dan harus menanggung malu, (2) Perintah atau kemauan orang tua terutama seorang bapak meskipun tidak mengarah kepada kebenaran adalah hal yang bersifat mutlak untuk ditaati karena diyakini merupakan seorang pemimpin keluarga. (3) Kekayaan secara materi seperti uang, merupakan hal yang bersifat sangat kuat sehingga dapat mempengaruhi relasi, menentukan keputusan, dan dapat dengan mudah menggiring opini masyarakat.Item Representasi Stockholm Syndrome pada Serial Drama Thailand KinnPorsche the Series La Forte(2023-12-05) BENEDICTA AYU INDIWARA WURYANTARI; Sri Seti Indriani; Sandi Jaya SaputraStockholm Syndrome adalah sebuah kondisi psikologis yang menimbulkan ikatan diantara korban dan pelaku kekerasan. Serial drama KinnPorsche the Series La Forte dipilih menjadi subjek penelitian karena adanya asumsi mengenai keberadaan fenomena Stockholm Syndrome yang digambarkan dalam alur cerita melalui karakter second lead couple mereka yaitu Vegas dan Pete. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana fenomena Stockholm Syndrome direpresentasikan dalam serial Drama KinnPorsche the Series La Forte melalui identifikasi pada karakter Vegas dan Pete. Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis semiotik berbasis pada ilmu semiotika Christian Metz yakni The Grand Syntagmatique dan Teori Stockholm Syndrome milik Dee. L. R. Graham. Representasi fenomena ini diamati melalui empat kondisi violence relationship dalam mengembangkan Stockholm Syndrome, delapan belas distorsi kognitif yang berasosiasi dengan Stockholm Syndrome dan tiga dimensi Stockholm Syndrome yakni dimensi core stockholm syndrome, dimensi psychological damage dan dimensi love dependence. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian memperlihatkan fenomena Stockholm Syndrome yang diidentifikasi sebanyak enam belas segmen. Segmen – segmen ini terbagi menjadi lima segmen sebagai sintagma deskriptif, dua segmen sebagai sintagma alternatif dan sembilan segmen sebagai scene. Melalui tahapan analisis dapat disimpulkan bahwa enam belas segmen dalam subjek penelitian, fenomena Stockholm Syndrome dalam Serial Drama Thailand KinnPorsche the Series La Forte digambarkan dengan empat kondisi violence relationship dalam mengembangkan Stockholm Syndrome dan sembilan dari delapan belas macam distorsi kognitif yang berasosiasi dengan Stockholm Syndrome.Item Resepsi Khalayak pada Program Acara Televisi Tau Gak Sih?di Trans 7 sebagai Media Edukasi(2022-08-23) RIZKIA NIDHA AMALIA; Jimi Narotama Mahameruaji; Sri Seti IndrianiRizkia Nidha Amalia, 210410160008. 2021. Resepsi khalayak pada program acara televisi “Tau Gak Sih?” di Trans 7 sebagai media edukasi. Pembimbing utama Dr. Sri Seti Indriani S,Ip., M.Si. dan pembimbing pendamping Jimi Narotama Mahameruaji S.Sos., M.Si.. Program acara televisi “Tau Gak Sih” merupakan program acara televisi yang memberikan informasi, hiburan, dan edukasi yang dikemas secara entertaining. Namun, belum tentu semua pesan yang disampaikan program acara tersebut dapat diterima secara keseluruhan, karena respon dan pemikiran setiap orang akan berbeda. Penelitian ini mengarah kepada resepsi khalayak pada program acara televisi “Tau Gak Sih?” di Trans 7 sebagai media edukasi. Setelah menonton program acara tersebut khalayak mendapatkan suatu edukasi, sehingga program acara televisi “Tau Gak Sih?” bisa menjadi media edukasi untuk khalayak. Subjek dari penelitian ini adalah guru relawan yang berada di Komunitas Peduli Akademik dan Kemasyarakatan (KOMPAK). Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui proses pembentukan kode teks atau enkoding nilai edukasi pada program acara televisi “Tau Gak Sih?” di Trans 7, (2) mengetahui posisi pembacaan Komunitas Peduli Akademik dan Kemasyarakatan (KOMPAK) terhadap nilai edukasi program acara televisi “Tau Gak Sih?” di Trans 7. Penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis resepsi Stuart Hall dan teori enkoding-dekoding Stuart Hall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat tiga indikator nilai edukasi yang membuat program acara televisi “Tau Gak Sih?” sebagai media edukasi yaitu memberikan wawasan, didukung oleh sumber terpercaya, dan pesan sampai kepada khalayak dan mudah dipahami, (2) posisi pembacaan KOMPAK untuk tiga indikator nilai edukasi, mayoritas berada pada posisi Hegemoni-Dominan. Dengan begitu, program acara televisi “Tau Gak Sih?” menjadi media edukasi untuk KOMPAK.Item Resepsi Khalayak Terhadap Sosok Ustadz Dhanu Dalam Program Siraman Qolbu di MNCTV(2022-10-20) FAUZY MAKARIM HARTONO; Andika Vinianto Adiputra; Sri Seti IndrianiABSTRAK Fauzy Makarim Hartono, 210410160067, 2022. Resepsi Khalayak Terhadap Sosok Ustadz Dhanu Dalam Program Siraman Qolbu di MNCTV. Dr. Sri Seti Indriani S,Ip., M.Si sebagai pembimbing utama dan Andika Vinianto Adiputra, S.Sos, M.A. sebagai pembimbing pendamping. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Melalui observasi langsung di lapangan, ada hal-hal yang menarik perhatian peneliti untuk mengetahui langsung apakah pesan yang disampaikan oleh pembuat program Siraman Qolbu sama dengan yang ditangkap oleh khalayak, dalam hal ini warga Kota Tangerang Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman khalayak terhadap Ustadz Dhanu dalam program Siraman Qolbu Segmen Penyembuhan Pasien berjalan, mengetahui pemaknaan khalayak terhadap Ustadz Dhanu dalam program Siraman Qolbu, dan mengetahui pembacaan khalayak terhadap Ustadz Dhanu dalam program Siraman Qolbu. Teori yang digunakan untuk mengarahkan dan membantu penelitian ini Teori Pemaknaan atau Reception Theory dan mengacu pada model dari teori ini, yakni model encoding/decoding. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi analisis resepsi. Analisis data dilakukan dengan melakukan telaah pada data yang dikumpulkan melalui hasil wawancara dengan responden dan studi kepustakaan. Hasil akhir menunjukkan bahwa kebanyakan khalayak yang diwawancara setuju dengan apa yang disampaikan oleh pembuat acara dan dalam proses decoding, rata-rata berada di posisi hegemoni-dominan. Untuk penelitian kedepan, harapannya agar kalau ada penelitian sejenis dimohon untuk bersabar ketika informan tidak mengerti maksud yang diinginkan peneliti serta penelitian kedepan bisa lebih baik lagi ketika kondisi sudah normal kembali.Item Satir Dalam Film Jagal: The Act Of Killing(2023-12-06) NAML BELAGAMA LADFAREZSA; Sri Seti Indriani; Lilis PuspitasariPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui narasi satir dalam film Jagal:The Act of Killing. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan menggunakan teori analisis naratif Tzvetan Todorov. Todorov membagi struktur naratif menjadi tiga bagian, bagian awal, bagian tengah dan bagian akhir. Hasil dari penelitian ini menemukan narasi satir di dalam narasi Jagal: The Act of Killing. Narasi satir dianalisis melalui narasi di dalam film Jagal: The Act of Killing. Narasi satir dibagi menjadi tiga bagian sesuai dengan teori analisis naratif Tzvetan Todorov. Jenis satir yang terdapat di dalam film adalah Horatian, Juvenalian, dan Menippean. Pada bagian awal, melalui analisis naratif yang menggambarkan kekonyolan umum dan bukan penyerangan terhadap karakter atau individu, ironi satir yang lebih digambarkan di narasi adalah satir jenis Horatian. Pada bagian tengah, melalui analisis naratif yang menggambarkan upaya Congo dan kawan-kawan untuk menjustifikasi kekejamannya dan ironi dan kontradiksi yang melekat kepadanya, satir yang lebih terkandung di dalam narasi adalah satir jenis Menippean. Pada bagian akhir, melalui analisis naratif yang menggambarkan kritik dan ironi keras dari pembuat film terhadap individu dan karakter Congo dan kawan-kawan secara khusus terhadap kejahatan yang sudah mereka lakukan, satir yang lebih terkandung di dalam narasi adalah satir jenis Juvenalian. Film Jagal: The Act of Killing secara keseluruhan adalah sebuah karya satir jenis Juvenalian.Item Strategi Distribusi Film Pendek Independen "Lonely Together" di Masa Pandemi COVID-19(2023-06-08) JASMINE AZZAHRA TRIATMOJO; Sri Seti Indriani; Lilis PuspitasariJasmine Azzahra Triatmojo, 21041018008, 2022. “Strategi Distribusi Film Independen “Lonely Together” di Masa Pandemi COVID-19” pembimbing utama Dr. Sri Seti Indriani, M.Si. pembimbing pendamping Lilis Puspitasari, S.Sos. M.Ikom. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran Film “Lonely Together” merupakan salah satu film pendek independent yang diproduksi oleh Cinemora Pictures, salah satu rumah produksi di Bandung. Sebagai salah satu film independent yang bergerak selama pandemi COVID-19, ada beberapa hambatan yang harus dilalui dalam proses pembuatan filmnya. Salah satunya ada pada proses distribusinya. Fokus penelitian ini ada pada proses distribusi film Lonely Together beserta strategi distribusinya serta hambatan yang ditemui di dalamnya selama pandemi COVID-19 berlangsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengkaji strategi, proses, serta hambatan distribusi dari film ini di masa pandemi COVID-19. Distribusi film independent memiliki ciri khasnya tersendiri di mana prestisnya festival film menjadi saluran distribusi utama pilihan para sineas, namun dengan kondisi adanya pandemi COVID-19, ada beberapa hal baru yang kemudian menjadi hambatan. Proses adaptasi yang harus dilalui dan banyak manuver yang dilakukan agar film tersebut dapat didistribusikan. Melalui metode studi deskriptif, peneliti menganalisis distribusi film “Lonely Together”, penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan distribusi film “Lonely Together” yang terjadi di lapangan dengan konsep distribusi film dari Smits, Ulin, dan Parks. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara dan studi literatur. Peneliti mewawancarai tiga informan, yaitu sutradara, produser, dan juga distributor dari film ini. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa film “Lonely Together” menjalankan prosedur distribusi film yang cukup sesuai dengan konsep strategi distribusi film independent milik Stacey Parks dengan hambatan internal dan eksternal yang terjadi. Terlepas dari hambatan yang ada, banyak solusi yang kemudian dilakukan hingga akhirnya film ini terdistribusikan dengan cukup ke dalam beberapa saluran distribusi film independen, yaitu festival film dan pemutaran film alternatif.Item WACANA PERAN GENDER PEREMPUAN DALAM FILM DUA GARIS BIRU(2022-08-15) YASMIN ZAHRA KHAIRUNNISA; Sri Seti Indriani; Wina ErwinaABSTRAK Yasmin Zahra Khairunnisa, 210410160044, Skripsi, 2021. “Wacana Peran Gender Perempuan dalam Film Dua Garis Biru”. Wina Erwina, M.A., Ph.D. sebagai pembimbing utama dan Dr. Sri Seti Indriani, S. IP., M.Si. sebagai pembimbing pendamping. Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Film Dua Garis Biru bercerita tentang kisah hidup sepasang remaja yang tanpa sengaja melakukan hubungan seksual hingga mengakibatkan kehamilan tidak diinginkan. Di balik tema besarnya tentang isu pendidikan seks, film ini juga menyuguhkan isu mengenai relasi sosial antara laki-laki dan perempuan serta bagaimana mereka diposisikan dalam masyarakat. Isu mengenai peran gender perempuan menjadi titik perhatian dalam penelitian ini dikarenakan masalah keterwakilan perempuan yang masih terjadi di industri film Indonesia, juga minimnya sineas perempuan yang mengisi posisi-posisi penting dalam produksi film. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana wacana peran gender perempuan dikonstruksikan oleh penulis-sutradara ditinjau dari bagaimana posisi subjek-objek karakter perempuan ditampilkan, serta bagaimana penonton diposisikan dalam film. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma kritis dan model analisis wacana kritis Sara Mills. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Sedangkan teori yang digunakan adalah semiotika lima kode kerangka makna oleh Roland Barthes serta teori agensi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa meskipun kerap ditunjukkan sebagai subjek pencerita, perempuan juga sering menjadi objek atas karakter lain maupun dalam sistem sosial di sekitarnya. Pada babak awal hingga pertengahan film, perempuan masih digambarkan secara bias. Namun pada resolusi cerita, perempuan ditunjukkan memiliki agensinya sendiri dalam menentukan pilihan dan menjalankan perannya. Sedangkan terkait posisi penonton, teks film lebih cenderung menempatkan penonton di pihak perempuan daripada laki-laki.