Ilmu Kelautan (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Kelautan (S1) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 167
Results Per Page
Sort Options
Item laju dekomposisi serasah rhizophora mucronata pada berbagai tingkat salinitas(2008) MOH. ARIE SETIAWAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenTujuan penelitian ini adalah mengetahui laju dekomposisi dan kandungan unsur hara nitrogen (N), fosfor (F) dan karbon (C) yang terdapat pada serasah daun Rhizophora mucronata pada berbagai tingkat salinitas. Penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran. Penelitian dilaksanakan pada bulan November–Desember 2012. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental dengan perlakuan salinitas 5 ppt, 15 ppt, 25 ppt dan 35 ppt. Pengambilan sampel serasah daun Rhizopora mucronata dilakukan langsung dari lingkungan ekosistem mangrove yang ada disekitar pesisir Pantai Blok Tegur, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu. Parameter yang diamati meliputi laju dekomposisi dan kandungan unsur hara karbon, nitrogen dan fosfor. Berat serasah yang digunakan adalah 15 gr tiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukan laju dekomposisi yang tertinggi terdapat pada tingkat salinitas 25 ppt yaitu 0,0870. Kandungan unsur karbon, nitrogen dan fosfor yang terendah terdapat pada tingkat salinitas 5 ppt yaitu berturut-turut sebesar 52,8 mg/L, 0,051% dan 0,022 mg/L. Sedangkan kandungan unsur karbon, nitrogen dan fosfor tertinggi terdapat pada tingkat salinitas 35 ppt yaitu 88 mg/L, 0,078% dan 0,028 mg/L.Item Keterkaitan Ikan Herbivora dengan Kondisi Terumbu Karang Di Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.(2009) NADYA NOVIANTI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 – 20 Mei 2013 di perairan Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, untuk menilai kelimpahan ikan herbivora dan kondisi tutupan terumbu karang, serta menganalisis keterkaitan ikan herbivora dengan kondisi terumbu karang. Pengamatan kondisi terumbu karang menggunakan metode Point Intercept Transect (PIT) dan pengamatan ikan karang menggunakan metode Visual Sensus. Analisis yang digunakan untuk melihat hubungan kondisi terumbu karang dan ikan herbivora adalah Regresi dan Korelasi. Hasil penelitian menunjukkan kondisi terumbu karang di perairan Pulau Wangi-Wangi masuk dalam kategori sedang hingga baik. Persentase tutupan terumbu karang di stasiun pengamatan berkisar antara 28 – 60%. Famili ikan herbivora yang ditemukan terdiri dari Acanthuridae, Balistidae, Ephippidae, Pomacentridae, Scaridae, dan Siganidae. Keterkaitan kelimpahan ikan herbivora dan kondisi tutupan karang hidup tidak berbeda nyata, yang berarti tidak adanya pola tertentu. Keterkaitan antara keduanya secara tidak langsung diindikasikan dengan adanya tutupan makroalga yang hidup disekitar terumbu karang sebagai perantara keduanya.Item KORELASI ANTARA GASTROPODA Lambis spp DENGAN MAKROALGA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA KEPULAUAN SERIBU(2009) DERI NAZARONI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini dilakukan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada bulan Februari 2014 yang dilakukan selama 1 minggu. Penelitian dilakukan untuk menentukan pola penyebaran dan tingkat kepadatan Lambis serta menganalisis hubungan yang terjadi antara Lambis dengan luasan komunitas makroalga pada wilayah perairan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Pengambilan data dilakukan pada 3 stasiun yang telah ditentukan berdasarkan tingkat kepadatan makroalga, stasiun 1 dengan tingkat kepadatan makroalga yang tinggi, stasiun 2 dengan tingkat kepadatan makroalga yang sedang, dan stasiun 3 dengan tingkat kepadatan makroalga yang jarang. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis korelasi dengan variabel bebas yang merupakan gastropoda dan variabel tak bebas yang merupakan makroalga. Parameter yang diamati adalah kepadatan gastropoda, luas tutupan makroalga dan kualitas air. Hasil penelitian menujukkan gastropoda Lambis tersebar pada ketiga stasiun, jenis gastropoda yang ditemukan pada setiap stasiun adalah Lambis-lambis dan Lambis chiragra dengan tingkat kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun 3 dengan rata-rata yaitu sebesar 0,40 ind/m2 . Ditemukan 3 jenis makroalga, yaitu Padina australis, Sargassum polycystum, dan Halimeda micronesia. Rata-rata luas tutupan makroalga berkisar antara 11,32 sampai dengan 24,75% yang termasuk ke dalam kisaran rendah. Luas tutupan makroalga tertinggi ditemukan pada stasiun 1 yaitu 24,75%. Nilai korelasi antara gastropoda Lambis dengan makroalga yaitu -0,823 dengan nilai koefisien determinasi sebesar 67,73%. Nilai tersebut menunjukkan hubungan yang sangat kuat.Item ASOSIASI PERIFITON PADA KOMPOSISI JENIS LAMUN DI PULAU TUNDA, TELUK BANTEN(2009) DITA LARASATI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Dita Larasati (Dibimbing oleh : Sri Astuty, Yudi N. Ihsan dan Mujiyanto). 2014. Asosiasi Perifiton Pada Komposisi Jenis Lamun Di Pulau Tunda, Teluk Banten. Penelitian mengenai asosiasi intra perifiton pada jenis lamun di pulau tunda teluk banten dilakukan pada bulan september sampai oktober 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan dan asosiasi intra perifiton pada jenis lamun di Pulau Tunda. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei dan eksperimental semu dengan rancangan acak lengkap, tujuh perlakuan komposisi jenis lamun. Penentuan petak terpilih berdasarkan tegakan lamun yang ada yaitu sebanyak tujuh buah petak berukuran 1x1m, yang terdiri dari tiga petak kategori vegetasi tunggal, dan empat petak kategori vegetasi campuran. Pada setiap petak terpilih dihitung jumlah tegakan lamun dan kepadatan perifitonnya. Jenis perifiton yang ditemui di perairan P.Tunda terdiri dari empat kelas, yaitu kelas Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Cholorophyceae, dan Dinophyceae. Bacillariophyceae memiliki kepadatan tertinggi pada seluruh petak pengamatan yaitu berkisar 558.743 ind/cm2. Kepadatan perifiton tertinggi berada pada petak vegetasi campuran yaitu petak E. acoroides – C. rotundata – H. spinulosa dengan kerapatan lamun 36 ind/m2 dan kepadatan perifiton 174.957 ind/cm2. Perbedaan bentuk morfologis pada tumbuhan lamun, dapat memberikan efek yang berbeda pula bagi komunitas perifiton penyusunnya. Asosiasi positif ditemukan pada pasangan kelas perifiton Bacillariophyceae - Cyanophyceae, Bacillariophyceae - Cholorophyceae, dan Bacillariophyceae - Dinophyceae. Kata kunci : Perifiton, lamun, Asosiasi, Pulau Tunda.Item Pemetaan Sebaran dan Kondisi Padang Lamun di Perairan Pulau Pari, DKI Jakarta(2009) MUHAMMAD MINA NUR R; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPadang lamun merupakan ekosistem yang memliki peranan penting di wilayah pesisir. Penelitian telah dilakukan di perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan sebaran spasial dan kondisi padang lamun pada perairan pulau Pari, Kepulauan Seribu. Metode penelitian adalah survey terhadap padang lamun yag ada di enam stasiun pengamatan. Parameter yang diukur adalah, jenis lamun, kerapatan lamun dan luasan tutupan lamun serta sebaran lamun yang dianalisa dari citra sstelit Landsat 7 dari tahun 1994 sampai 2014. Analisa data mengunakan analisa komparatif dan pembahasannya secara deskriptif, yaitu membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada stasiun yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda terhadap ekosistem lamun di P. Pari. Kondisi padang lamun di Pulau Pari yang diperoleh berdasarkan pengolahan citra satelit Landsat dari tahun 1994-2014 menunjukan terjadi penurunan. Luasan padang lamun di perairan Pulau Pari pada tahun 1994 adalah 239.56 Ha sedangkan pada tahun 2014 luas area lamun menurun menjadi 122.93 Ha. Kondisi lamun secara keseluruhan; i) Luasan tutupan lamun termasuk kategori agak bagus – sangat bagus (28,66 % - 88,20 %), kerapatan lamun jarang-sangat rapat (41,0 ind/m2 - 247,5 ind/m2 (sangat rapat). Jenis lamun yang ditemukan ada 3 jenis lamun yaitu Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichi dan Enhalus acoroides. Pada masing-masing stasiun pengamatan hanya didapatkan satu jenis lamun.Item Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Ikan Napoleon (Chilinus undulatus) Dengan Terumbu Karang Di Perairan Menjangan Kecil Taman Nasional KarimunJawa Kabupaten Jepara(2010) GILANG GUNAWAN PERMANA PUTERA; Yudi Nurul Ihsan; Syawaludin Alisyahbana HarahapGilang Gunawan Permana Putra, (dibimbing oleh: Yudi Nurul Ihsan, Syawaludin Alisyahbana Harahap). 2016. Hubungan Ikan Napoleon (Chilinius undulatus) Dengan Terumbu Karang Di Perairan Menjangan Kecil Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kelimpahan ikan napoleon, kondisi tutupan terumbu karang, serta hubungan kelimpahan dan keragaman ikan napoleon dengan kondisi terumbu karang di Perairan Menjangan Kecil Taman Nasional Karimunjawa. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2015. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode survey menggunakan Belt Transect (Transek Sabuk) dan metode UVC (underwater visual census) yang dikembangkan oleh The Great Barrier Reef Marine Park Authority (GMRMPA). Pada setiap stasiun penelitian dilakukan pengamatan dengan melakukan tracking untuk mengetahui kelimpahan ikan napoleon. Pengamatan tutupan terumbu karang menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT). Berdasarkan hasil tracking dan visual sensus diperoleh nilai kelimpahan ikan napoleon antara 0 – 10.5 Ind/ha. Intensitas kemunculan kelimpahan tertinggi ditemukan pada stasiun 3 dengan kedalaman 13-15 m. Kondisi terumbu karang di stasiun tersebut termasuk kedalam kategori baik dengan persentase tutupan karang hidup sebesar 56,23%. Hubungan kelimpahan ikan napoleon (Chilinus undulatus) dengan tutupan karang hidup didapatkan nilai korelasi (r) 0.907 dan koefisien determinasi (R²) sebesar 82.3%. Hasil regresi tersebut menunjukan bahwa hubungan antara tutupan karang hidup dengan kelimpahan ikan Napoleon (Chilinus undulatus) adalah positif. Kata kunci: Belt Transect; ikan napoleon; kelimpahan; Line Intercept Transect; underwater visual census.Item HUBUNGAN KEBERADAAN BAHAN ORGANIK PADA SUBSTRAT DENGAN BENTUK PERTUMBUHAN KARANG DI PULAU PANGGANG KEPULAUAN SERIBU(2010) MIQDAD DZULFIKAAR; Mochamad Untung Kurnia Agung; Syawaludin Alisyahbana HarahapPenelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 dengan tujuan untuk mengetahui hubungan kandungan bahan organik dengan bentuk pertumbuhan karang di Pulau Panggang. Pengambilan data karang dilakukan di empat stasiun dengan metode observasi pada 3 kedalaman berbeda (3m, 5m dan 7m), kemudian data hasil observasi diolah menggunakan software CPCe (Coral Point Count with Excel Extension). Sementara itu, data kandungan bahan organik dilakukan dengan menggunakan uji laboratorium. Dari hasil yang didapatkan diketahui bahwa hampir semua bentuk pertumbuhan karang ditemukan hanya CML (Coral Millepora) yang tidak ditemukan dan karang non acropora merupakan jenis yang paling banyak ditemukan dengan persentase tutupan sebesar 47,45 %. Sedangkan karang acropora sebesar 17,52 %. Bentuk pertumbuhan karang dari jenis acropora yang besar persentasenya adalah ACB (Acropora Coral Branching) di stasiun selatan (kontrol) sebesar 59,51 % sedangkan dari jenis non acropora yang persentasenya paling banyak adalah CE (Coral Encrusting) stasiun di utara (Dermaga) sebesar 31,84%. Kandungan bahan organik terbesar yang terdapat pada sedimen ditemukan di stasiun 3 (Pemukiman) dengan N total dan P total masing-masing sebesar 93,9 dan 108,4 mg/kg. Semakin tinggi kadar kandungan bahan organik (N total dan P total) yang terdapat pada substrat, maka semakin rendah tutupan karang yang ada. Kata kunci: Bentuk Pertumbuhan, Bahan Organik, CPCeItem HUBUNGAN HEWAN ECHINODERMATA DENGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU(2011) GIRI WIBAWA; Indah Riyantini; Herman HamdaniABSTRAK Giri Wibawa (dibimbing oleh: Indah Riyantini, Herman Hamdani). 2016. Hubungan Hewan Echinodermata Dengan Ekosistem Terumbu Karang Di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Pulau Pari merupakan habitat bagi ekosistem terumbu karang serta biota yang hidup di dalamnya. Hewan Echinodermata merupakan biota yang sering ditemukan pada ekosistem terumbu karang dan mempunyai peran dalam ekosistem terumbu karang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi tutupan karang dan mengetahui tingkat kelimpahan dan keanekaragaman Echinodermata, serta hubungan yang dibentuk antara tutupan karang dan Echinodermata. Metode yang digunakan adalah metode LIT dan pengamatan langsung terhadap Echinodermata. Hasil penelitian didapatkan persentase tutupan karang dari 3 stasiun berkisar antara 16-53,9%. Jumlah total individu Echinodermata yang ditemukan dari 3 stasiun berjumlah 386 individu. Berdasarkan hasil analisis regresi, maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang tinggi dan positif antara tutupan terumbu karang dengan kelimpahan Echinodermata. Kata Kunci: Pulau Pari, Echinodermata, Terumbu KarangItem KINETIKA BIODEGRADASI SENYAWA H2S OLEH BAKTERI INDIGENOUS ASAL PERAIRAN TERCEMAR MINYAK BUMI (STUDI KASUS PERAIRAN BALONGAN, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT)(2011) ARNUDIN; Donny Juliandri Prihadi; Yudi Nurul IhsanPencemaran minyak bumi di pesisir dan laut dapat menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah munculnya hidrogen sulfida (H2S). Efektivitas degradasi senyawa H2S diketahui melalui penentuan kinetika biodegradasi. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Puslit Kimia LIPI, Bandung dan Laboratorium Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran pada bulan April hingga Juni 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan kinetika biodegradasi H2S oleh bakteri indigenous asal perairan tercemar minyak bumi. Sampel sedimen tercemar minyak bumi dan air laut yang digunakan berasal dari Perairan Balongan, Indramayu. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan perlakuan pada medium uji air laut dengan variasi konsentrasi H2S 0,5mg/L, 1mg/L, dan 1,5mg/L dengan interval waktu pengamatan jam ke- 0, 4, 8, 16, 24, 48, dan 72 dan medium uji selektif MSS dengan variasi konsentrasi H2S 0mg/L 10mg/L, 50mg/L, dan 100mg/L dengan interval waktu pengamatan jam ke- 0, 24, 48, dan 72. Selain itu, dilakukan juga penambahan NO3 pada masing-masing perlakuan. Setelah itu, dilakukan penentuan nilai kinetika dan efisiensi biodegradasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai kinetika biodegradasi H2S pada medium uji selektif MSS yang diperoleh adalah μ=0,0197-0,038 Jam-1, μmax=0,0232 Jam-1, Ks=0,6531 mg/L, Y=0,004, q=4,925-9,5 Jam-1, qmax=5,7964 Jam-1, Kd=0,02464 Jam-1, dan Yt=0,0766 Jam-1 dengan tingkat efektivitas bakteri indigenous yang tergolong tinggi, diketahui dari persentase efisiensi biodegradasi H2S untuk perlakuan konsentrasi H2S medium uji air laut berkisar antara 94-98% dengan nilai tertinggi pada perlakuan konsentrasi H2S 1,5mg/L dan perlakuan konsentrasi H2S medium selektif MSS berkisar antara 76-95,2% dengan nilai tertinggi pada perlakuan konsentrasi H2S 50mg/L.Item Aktivitas Antibakteri Kerang Hijau (Perna viridis) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Vibrio harveyi(2013) LUKMAN BIMA P; Mega Laksmini Syamsuddin; Yeni MulyaniIndonesia memiliki luas wilayah perairan yang sangat besar dengan total luas 5,9 juta km2. Dengan luasnya wilayah perairan Indonesia, maka potensi sumberdaya hayati lautnya sangatlah besar. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia adalah kerang hijau. Riset ini dilakukan pada bulan April 2018 hingga Mei 2018 . Sampel kerang hijau Perna viridis diperoleh dari pasar Ciroyom Bandung yang berasal dari perairan Cirebon. Ekstraksi kerang hijau, uji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Molekuler serta Laboratorium Bioproses dan Bioprospeksi Bahan Alam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran. Riset ini bertujuan untuk mengetahui jenis kandungan metabolit sekunder pada Perna viridis dan kemampuan ekstrak Perna viridis sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Vibrio harveyi serta mengetahui seberapa baik potensi kerang hijau (Perna viridis) sebagai zat antibakteri. Riset ini menggunakan metode eksploratif dan analisis data secara deskriptif. Parameter pengamatan adalah nilai rendemen ekstrak, identifikasi senyawa metabolit sekunder dan zona bening aktivitas antibakteri. Hasil riset menunjukan bahwa kerang hijau mengandung senyawa metabolit sekunder berupa senyawa steroid, alkaloid, flavonoid dan saponin. Pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak kerang hijau terhadap bakteri Staphylococcus aureus menghasilkan zona bening paling besar pada konsentrasi 100.000 ppm dengan ukuran 10,49 mm dan paling kecil pada kontrol negatif dengan ukuran 5,31 mm. Untuk pengujian pada bakteri Vibrio harveyi menghasilkan zona bening paling besar pada kontrol positif dengan ukuran 10,17 mm dan paling kecil pada kontrol negatif dengan ukuran 5,46 mm.Item KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU(2013-05-27) REGI VIGA VIALLI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Regi Viga Vialli (Dibimbing oleh : Sunarto, Henhen Suherman). 2013. Kepadatan dan Biomassa Lamun Thalassia hemprichiipada berbagai Rasio C:N:P Sedimen di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dan biomassa lamun Thalassia hemprichii serta mengetahui rasio C:N:P pada sedimen lamun tersebut yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2012. Parameter yang diamati adalah parameter fisik dan kimia perairan. Kepadatan dihitung menggunakan alat transek kuadrat, sedangkan biomassa lamun dihitung dengan mengukur berat kering sebuah tunas dikalikan kepadatan. Nilai rasio C:N:P sedimen didapatkan melalui penentuan Karbon (C) total, Nitrogen (N) total, dan Fosfor (P) total. Penentuan tipe sedimen didasarkan pada ukuran partikel sedimen yang diklasifikasikan menurut skala Wenworth. Pada stasiun 1 nilai rasio C:N:P sedimen adalah 20,6:2,1:1. Kepadatan lamun Thalassia hemprichii rata-rata adalah 14,67 tunas.m -2 . Biomassa lamun Thalassia hemprichii adalah 6,01 gram.m -2 . Pada stasiun 2 nilai rasio C:N:P sedimen adalah 19,1:1,1:1. Kepadatan lamun Thalassia hemprichii rata-rata adalah 29 tunas.m -2 . Biomassa lamun Thalassia hemprichii adalah 48,17 gram.m -2 . Sedangkan, pada stasiun 3 nilai rasio C:N:P sedimen adalah 15,1:2:1. Kepadatan lamun Thalassia hemprichii rata-rata adalah 28 tunas.m -2 . Biomassa lamun Thalassia hemprichii adalah 50,12 gram.m -2 . Berdasarkan hasil pengamatan setiap stasiun, didapatkan simpulan bahwa semakin besar ukuran partikel dasar sedimen maka semakin besar nilai rasio C:N:P sedimen. Semakin besar nilai rasio C:N:P sedimen maka semakin rendah biomassa lamun Thalassia hemprichii. Kata kunci :Kepadatan, Biomassa, Thalassia hemprichii, Rasio C:N:P, Sedimen ABSTRACT Regi Viga Vialli (Supervised by: Sunarto, Henhen Suherman). 2013. Density and Biomass of SeagrassThalassia hemprichiiat various Ratios of C:N:P Sediments in Pari Island Waters, Kepulauan Seribu This study aims to determine the density and biomass of seagrassThalassia hemprichiiand to determine the ratio of C: N: P in the sediment seagrass which was conducted in July through September 2012. Parameters measured were physical and chemical parameters of waters. Density is computed using a quadratic transect, while seagrass biomass was calculated by measuring dry weight of shoot multiplied the density. Value of the ratio C: N: P sediment obtained through the determination of carbon (C) total, nitrogen (N) in total, and phosphorus (P) in total. Determination of sediment types based on the size of the sediment particles are classified according to the scale Wenworth. At station 1 the value of the ratio C:N:P sediment is 20,6:2,1:1. Thalassia hemprichiiseagrass density average is 14.67 shoots.m -2 . Thalassia hemprichiiseagrass biomass was 6.01 gram.m -2 . At station 2 the value of the ratio C: N: P sediment is 19,1:1,1:1. Thalassia hemprichiiseagrass density on average is 29 shoots.m -2 . Thalassia hemprichiiseagrass biomass was 48.17 gram.m -2 . Meanwhile, at station 3 the value of the ratio C: N: P sediment is 15,1:2:1. Thalassia hemprichiiseagrass density on average is 28 shoots.m -2 . Thalassia hemprichiiseagrass biomass was 50.12 gram.m -2 . Based on the observations of each station, it was concluded that the greater the size of the elementary particles of sediment, the greater the value of the ratio C: N: P sediment. The greater the value of the ratio C: N: P sediment, the lower the biomass of seagrassThalassia hemprichii. Key words : Density, Biomass, Thalassia hemprichii, ratio of C: N: P, SedimentItem KETERKAITAN KONDISI KARANG HIDUP DENGAN KELIMPAHAN IKAN FAMILI CHAETODONTIDAE DI PULAU AIR KEPULAUAN SERIBU(2013-05-28) KAULINA SILVITIANI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Kaulina Silvitiani (Dibawah Bimbingan : Ike Rustikawati dan Sriati). 2013. Keterkaitan Kondisi Karang Hidup dengan Kelimpahan Ikan Fammili Chaetodontidae di Pulau Air Kepulauan Seribu. Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Air Kepulauan Seribu. Tujuan penelitian ini adalah melihat keterkaitan antara persentase tutupan karang hidup terhadap kelimpahan ikan famili Chaetodontidae sehingga dapat digunakan dalam pengelolaan serta pemanfaatan potensi dari ekosistem terumbu karang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yang dilakukan di 6 stasiun pengamatan di perairan Pulau Air. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase tutupan karang hidup di Pulau Air berkisar antara 43,25-59,33% dengan indeks mortalitas karang berkisar antara 0,19-0,41. Empat spesies ikan famili Chaetodontidae yang dapat teridentifikasi pada Stasiun pengamatan yaitu Chaetodon kleinii, Chaetodon octofasciatus, Chelmon rostratusdan Heniochus varius. Kelimpahan spesies yang banyak ditemukan adalah spesies Chaetodon octofasciatus dengan kelimpahan 69 ind(350m 2 ) -1 . Persentase karang hidup memiliki hubungan yang positif terhadap kelimpahan ikan Famili Chaetodontidae terlihat pada spesies Chelmon rostratus dan Heniochus varius. Pengaruh persentase tutupan karang hidup yang signifikan terhadap kelimpahan spesies ikan famili Chaetodontidae terdapat pada spesies Chaetodon kleinii. Kata Kunci: keterkaitan, kondisi karang hidup, ikan famili chaetodontidae, Pulau Air ABSTRACT Kaulina Silvitiani (supervised by: Ike Rustikawati and Sriati). 2013. Interrelation of Live Coral Condition with Abundance of Chaetodontid Fishes in Air Island Seribu Islands. Research was held in Air Island reef areas. The purpose of research was to investigate the interrelation between the percentage of live coral cover with the abundance of Chaetodontid fishes, so that it can used in management and utilization of coral reef ecosystem potential. The collecting data were used by survey method was conducted on six location of Air Island reef areas. The results of this research showed that the percentage of live coral cover in Pulau Air about 43.25-59.33% with coral mortality index about 0.19-0.41. Four species of fish belonging to family Chaetodontidae were observed on the observation stations are Chaetodon kleinii, Chaetodon octofasciatus, Chelmon rostratusand Heniochus varius. The highest abundance of fish species was Chaetodon octofasciatuswith abundance of 69 ind(350m 2 ) -1 . The percentage of live coral and the abundance of fish species were positive seen in Family Chaetodontidae are Chelmon rostratus and Heniochus varius. The significant effect of live coral cover towards the abundance of fish species found in the family Chaetodontidae is Chaetodon kleinii. Key Word: Interrelation, live coral conditions, chaetodontid fishes, Air IslandItem ANALISIS KENAIKAN MUKA LAUT TERHADAP PERUBAHAN GARIS PANTAI DI PESISIR SUBANG SAMPAI INDRAMAYU JAWA BARAT(2013-05-29) SANDRA KANIA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Sandra Kania (Dibimbing oleh: Ankiq Taofiqurohman, Indah Riyantini). 2012. Analisis Kenaikan Muka Air Laut Terhadap Perubahan Garis Pantai di Pesisir Subang sampai Indramayu, Jawa Barat. Perubahan iklim berdampak pada kenaikan suhu dan mengakibatkan pencairan gletser yang dapat mempengaruhi terjadinya kenaikan permukaan air laut. Penelitian ini dilakukan menggunakan program ArcGIS serta program Digital Shoreline Analysis System dari data citra Landsat-tm tahun 1994 sampai 2009. Tujuan penelitian ini yakni mengkaji karakteristik temporal dan spasial perubahan garis pantai pesisir Subang sampai Indramayu Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan mengkorelasikan kenaikan muka laut dengan perubahan garis pantai yang menghasilkan persamaan y=159,84x + 1064,5 dan regresi (R 2) sebesar 0.0159, dengan kata lain hanya 1,59% dari kenaikan muka air laut yang berpengaruh terhadap perubahan garis pantai. Abrasi yang terjadi disebabkan oleh rusaknya kondisi ekosistem mangrove yang telah dikonversi menjadi areal tambak, pemukiman, dll. Mempertahankan ekosistem mangrove mengingat betapa pentingnya peran ekosistem ini dalam mendukung kegiatan perikanan serta dalam menunjang kualitas lingkungan estuari. Kata kunci : Abrasi, Akresi, Digital Shoreline Analysis System, Ekosistem Mangrove, Garis Pantai, Landsat-tm, Kenaikan Muka Laut. ABSTRACT Sandra Kania (Supervised by: Ankiq Taofiqurohman, Indah Riyantini). 2012. Analysis of Sea Level Rise Against Shoreline Changes in the Coastal Shorelines Subang until Indramayu, West Java. Climate change impacts on the temperature rise and leads melting glaciers is the cause of sea level rise. The research was conducted using Arc GIS program and Digital Shoreline Analysis System program with Landsat-tm image data during 1994 to 2009. This study purpose to reviewing of temporal and spatial characteristics shorelines changes from Subang to Indramayu, West Java. Correlated with sea level rise and shoreline change movements, with equation y=159.84 x + 1064.5 , regression (R 2 ) value 0.0159, its means 1.59% of the sea level rise could shoreline change effect. Abrasion is caused by the destruction of mangrove ecosystem conditions that have been converted to farm area, settlements, etc. Maintain the mangrove ecosystem considering its importance of support the quality of estuarine environment and fisheries activity. Keywords: Abrasion, accretion, Digital Shoreline Analysis System, Mangrove Ecosystem, Shorelines, Landsat-tm, Sea level Rise.Item TEKANAN PARSIAL CO2 KAITANNYA DENGAN SUHU DAN SALINITAS SERTA PASANG SURUT DI TELUK BANTEN(2013-05-30) BANDARI ARINING F; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Bandari Arining Fitranti (Dibimbing oleh: Sunarto, Donny Juliandri Prihadi, dan Bambang Herunadi). 2013. Tekanan Parsial CO 2 Kaitannya dengan Suhu dan Salinitas serta Pasang Surut di Teluk Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tekanan parsial CO 2 dengan suhu dan salinitas secara spasial, hubungan antara tekanan parsial CO 2 dengan pasang surut secara temporal, dan potensi perairan sebagai penyerap dan pelepas CO 2 di Teluk Banten. Waktu penelitian ini dibagi menjadi tiga periode pengukuran pada bulan Maret-April 2012. Analisis spasial dilakukan dengan membuat sebaran pCO2 , suhu, dan salinitas dengan interpolasi menggunakan surfer 10 kemudian menghitung indeks korelasi menggunakan korelasi Pearson. Analisis temporal dilakukan dengan membuat grafik antara mooring pCO 2 dengan tinggi pasang surut menggunakan Matlab 2010b kemudian menghitung koefisien korelasinya. Analisis sink dan source CO2 dilakukan dengan menghitung perbedaan pCO 2 laut dengan atmosfer. Berdasarkan penelitian, hubungan antara pCO 2 dengan suhu, salinitas, dan pasang surut tidak didapat korelasi yang kuat secara spasial dan temporal. Untuk analisis sink dan source, periode satu dan dua diduga berpotensi sebagai carbon source sedangkan periode tiga sebagai carbon sink. Kata kunci: pCO 2 , ΔpCO2 , Carbon Sink, Carbon Source, Teluk Banten i ABSTRACT Bandari Arining Fitranti (Supervised by: Sunarto, Donny Juliandri Prihadi, and Bambang Herunadi). 2013. Partial Pressure of CO 2 Related with Temperature, Salinity, and Tidal in Banten Bay. This research aims to determine the relation between partial pressure of CO2 with temperature and salinity spatially, the relation between partial pressure of CO 2 with tidal temporally, and then the potential of the waters as carbon sink or source in Banten Bay. This research was divided into three periods of measurement during March-April 2012. Spatial analysis was done by making distribution of pCO 2 , temperature, and salinity with interpolation method using Surfer 10 then index of correlation was calculated using Pearson correlation. Time series analysis was done by making graphic between mooring data of pCO 2 and tidal and then calculated their correlation coefficient using Matlab 2010b. Potential of carbon sink and source was done by calculating the difference between pCO 2 oceanic and atmospheric. Based on research, spatially and temporally, there are no strong correlation between pCO 2 and temperature, salinity, and tidal. The result of sink and source analysis, on first and second period Banten Bay had a role as carbon source while on third period as carbon sink. Keywords: pCO 2 , ΔpCO2 , Carbon Sink, Carbon Source, Teluk Banten iItem PENGARUH ARUS TERHADAP PERUBAHAN GARIS PANTAI DI KABUPATEN KARAWANG(2013-05-30) AISYAH TRI CAHYANI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Aisyah Tri Cahyani (dibimbing oleh: Sunarto dan Iwang Gumilar). 2013. Pengaruh Arus Terhadap Perubahan Garis Pantai di Kabupaten Karawang. Penelitian mengenai hubungan arus terhadap perubahan garis pantai di Kabupaten Karawang dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai November 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh arus terhadap perubahan garis pantai di Kabupaten Karawang yang menyebabkan terjadinya abrasi dan akresi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian dan pengolahan data dilakukan dengan Sistem Informasi Geografi (SIG). Data yang digunakan antara lain data citra LANDSAT, data pasang surut, peta wilayah administrasi Kabupaten Karawang, data arus dan data angin. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa adanya hubungan antara arus dengan perubahan garis pantai tahun 2007 dan tahun 2012, arus yang bergerak ke arah selatan menyebabkan abrasi di Kecamatan Cilamaya Kulon sebesar 57% dengan luas kawasan sebesar 0,528 Ha dan akresi yang terjadi pada Kecamatan Cilamaya Wetan sebesar 68% dengan luas kawasan 1,087 Ha dan Kecamatan Tempuran sebesar 55% dengan luas kawasan 0,497 Ha. Kata Kunci : Arus, Perubahan Garis Pantai, Karawang ABSTRACT Aisyah Tri Cahyani (supervised by: Sunarto and Iwang Gumilar). 2013. The effect of current on coastline change in Karawang Regency. This research was held in September 2012 until November 2012. The purpose of this research was to analysis the influence of current in Karawang Regency that caused abrasion and accretion. The method used in this research is survey method with observation at the field and data processing is done using a Geographic Information System (GIS). Data used include LANDSAT image data, tides data, administration map of Karawang Regency, current data and wind data. The results show that the relationship between current and coastline changes in 2007 and 2012 years, where the current moves southward, cause abrasion in sub-distict Cilamaya Kulon for 57% with 0,528 Ha of area and accretion in sub-district Cilamaya Wetan for 68% with 1,087 Ha of area and sub-district Tempuran for 55% with 0,497 Ha of area. Keyword : Current, Coastline change, KarawangItem PENGARUH KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI MIKROALGA EPIFIT TERHADAP PERTUMBUHAN LAMUN Enhalus acoroides DI PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU JAKARTA(2013-06-11) APRIYANTI RAHAYU; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Apriyanti Rahayu (Dibimbing oleh: Henhen Suherman, Indah Riyantini). 2013. Pengaruh Kelimpahan dan Komposisi Mikroalga Epifit Terhadap Pertumbuhan Lamun Enhalus acoroides di Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kelimpahan dan komposisi mikroalga epifit terhadap pertumbuhan lamun Enhalus acoroides pada substrat yang berbeda yang dilakukan pada bulan November 2012. Penelitian ini dilakukan pada stasiun 1 (substrat lumpur) dan stasiun 2 (substrat pasir). Pengukuran parameter fisis dan kimiawi dilakukan secara insitu, nilai rata- rata suhu, pH, salinitas, DO, kecepatan arus, kandungan nitrat dan kandungan ortofosfat pada lokasi penelitian berturut- turut 30 0 C dan 32.44 0 C, 8.43 dan 8.56, 32.56 ‰ dan 31.56 ‰, 2.60 mg/l dan 2.29 mg/l, 0.0757 m/s dan 0.0825 m/s, 63.3 mg/Kg dan 7.22 mg/Kg, 39.68 mg/Kg dan 74.13 mg/Kg dan pengukuran pertumbuhan dan biomassa daun lamun menggunakan metode survei yang meliputi: teknik pengambilan contoh acak, petak kuadrat, penandaan daun lamun Zieman (1974), serta pengukuran untuk kepadatan mikroalga epifit menggunakan modifikasi Lackey Drop Microtransecting Methods. Rata- rata laju pertumbuhan, produksi, dan biomassa lamun Enhalus acoroides pada stasiun 1 dan stasiun 2 secara berturut- turut adalah 0.802 cm/hari dan 1.010 cm/hari, 3.5071 g/m 2 hari dan 3.1895 g/m 2 hari, 2282.9952 g/m 2 dan 1704.0890 g/m 2 . Rata-rata kepadatan genera mikroalga mikroalga epifit secara berturut- turut adalah 854.0338 ind/cm 2 dan 1065.2866 ind/cm 2 . Substrat pasir dengan kandungan ortofosfat 74.13 mg/Kg memiliki nilai pertumbuhan lamun Enhalus acoroides dan kelimpahan mikroalga epifit lebih besar di bandingkan dengan substrat lumpur dengan kandungan ortofosfat 39.68 mg/Kg. . Kata Kunci : Mikroalga Epifit, Enhalus acoroides, Pertumbuhan, Pulau Pari ABSTRACT Apriyanti Rahayu (Supervised by: Henhen Suherman, Indah Riyantini). 2013. Effect of Density And Composition Epiphytic Microalgae on the Growth of Seagrass Enhalus Acoroides Pari Island in Kepulauan Seribu Jakarta. This research aimed to determine the effect of the density and composition of epiphytic microalgae on the growth of seagrass Enhalus acoroides on different substrates were conducted in November 2012. The research was conducted at Station 1 (mud substrate) and station 2 (sand substrate). Measurement of physical and chemical parameters is in situ, the average value of temperature, pH, salinity, DO, flow velocity, the content of nitrate and orthophosphate content of the sites and 30 0 C respectively 32.44 0 C, 8.43 and 8.56, 32.56 ‰ and 31.56 ‰, 2.60 mg/l and 2.29 mg/l, 0.0757 m/s and 0.0825 m/s, 63.3 mg/kg and 7.22 mg/kg, 39.68 mg/Kg and 74.13 mg/Kg and measuring growth and seagrass leaf biomass using survey methods include: random sampling technique, plot the square, marking seagrass leaves Zieman (1974), as well as the measurement for the density of epiphytic microalgae using modified Lackey Drop Microtransecting Methods. Average growth rate, production, and biomass seagrass Enhalus acoroides at station 1 and station 2 respectively is 0.802 cm/day and 1.010 cm/day, 3.5071 and 3.1895 g/m 2 day g/m 2 day, 2282.9952 g/m 2 dan 1704.0890 g/m 2 . The average density of microalgal epiphytic microalgae genera respectively are 854.0338 ind/cm 2 and 1065.2866 ind/cm 2 . Sand substrate with orthophosphate content of 74.13 mg/Kg value Enhalus acoroides seagrass growth and abundance of epiphytic microalgae greater than with mud substrate with orthophosphate content of 39.68 mg/Kg. Keywords: Epiphytes Microalgae, Enhalus acoroides, Growth, Pari IslandItem KANDUNGAN SENYAWA AKTIF PADA Holothuria coluber ASAL PERAIRAN LAMPUNG SELATAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN(2013-07-01) RISA RAHMADANI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Risa Rahmadani (Dibimbing oleh: Ibnu Dwi Buwono, Yeni Mulyani dan Abdullah Rasyid). 2013. Kandungan Senyawa Aktif Pada Holothuria coluber Asal Perairan Lampung Selatan yang Berpotensi Sebagai Antibakteri dan Antioksidan. Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam teripang Holothuria coluber dianalisis melalui proses ekstraksi dan kandungan senyawa antibakteri dalam teripang dianalisis dengan metode difusi lempeng agar ( Agar Disk Diffusion Assay). Dua kali pengulangan sampel uji media kultur bakteri dan pengukuran zona hambat sebagai parameter uji. Disamping itu dilakukan uji antioksidan dalam ekstrak teripang menggunakan metode DPPH (1,1 dhiphenyl picryl hydrazil) dan nilai IC 50 sebagai parameter uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Holothuria coluber mengandung metabolit sekunder golongan saponin. Pada uji antibakteri, metabolit sekunder memiliki aktivitas antibakteri terhadap dua bakteri uji yaitu Vibrio eltor dan Bacilus subtillis. Sedangkan pada Fraksi n-heksan, etil asetat, n-butanol pada konsentrasi 500000 ppm aktivitas antibakteri paling tinggi ditunjukkan dengan zona hambat 15 mm. 11 mm, 8 mm. Uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak Holothuria coluber mempunyai IC50 sebesar 159,519 ppm. Kata Kunci: Holothuria coluber, metabolit sekunder, antibakteri, antioksidan, dan IC 50.Item DINAMIKA KARAKTERISTIK BIOEKOLOGI LAMUN DI NUSA LEMBONGAN PROVINSI BALI(2013-07-17) MATIUS OLIVER PRAWIRA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPadang lamun merupakan ekosistem penting di wilayah pesisir. Pengelolaan padang lamun memerlukan informasi tentang kondisi padang lamun. Informasi aktual tentang kondisi padang lamun di berbagai wilayah perairan Indonesia masih sangat kurang khususnya mengenai padang lamun di perairan Nusa Lembongan. Tujuan penelitian ini adalah memetakan informasi secara spasial sebaran lamun, persentase tutupan dan kondisi lamun dengan data citra satelit yang menggunakan program Arc GIS 9.3 dan ER MAPPER 7.0. Penelitian ini dilakukan analisis perubahan lamun menggunakan data citra ALOS AVNIR2 selama tiga tahun (2007, 2009 dan 2010) dengan melakukan perbandingan. Terjadi penurunan luas area lamun pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sebesar 46,8 ha. Uji lapangan dilakukan pada transek kuadrat 1 m x 1 m. Data rinci yang dikumpulkan antara lain persentase lamun dilakukan dengan mengikuti standar monitoring lamun. Metode skoring digunakan untuk mengestimasikan kondisi lamun. Hasil penelitian diketahui bahwa ada tujuh jenis lamun di Perairan Nusa lembongan, yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata, Halodule pinifolia, Syringodium isoetifolium dan Halodule uninervis. Persentase tutupan lamun tertinggi pada stasiun IV dan V (90 %), sedangkan stasiun I (84 %) stasiun II (47 %) dan stasiun III (83 %). Kondisi lamun pada umumnya tergolong "sangat bagus". Kondisi "agak bagus" ditemukan pada stasiun II.Item HUBUNGAN KONDISI KARANG HIDUP DENGAN KELIMPAHGAN IKAN KARANG TARGET DI PERAIRAN PULAU BIRA BESAR TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU(2013-07-22) MUHAMMAD FAISAL; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini dilakukan di Perairan Pulau Bira Besar Taman Nasional Kepulauan Seribu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tutupan karang hidup dengan kelimpahan ikan karang target sehingga dapat digunakan dalam pengelolaan serta pemanfaatan potensi dari ekosistem terumbu karang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang dilakukan di 6 stasiun di perairan Pulau Bira Besar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase tutupan karang hidup di Pulau Bira Besar berkisar antara 24,68-42,09% serta nilai indeks kematian karang berkisar antara 0,30-0,52. Ditemukan 13 jenis ikan karang target dari 4 famili, yaitu: Lethrinidae, Lutjanidae, Scaridae dan Serranidae dengan jumlah kelimpahan 196 individu (2100m2)-1. Kelimpahan ikan terbanyak ditemukan dari famili Scaridae sebanyak 124 individu (2100m2)-1. Persentase tutupan karang hidup yang memiliki hubungan positif dengan ikan karang target yaitu pada famili Lutjanidae (69,1%), Scaridae (77%) dan Serranidae (27,4%), sedangkan famili Lethrinidae memiliki hubungan negatif sebesar 27,1%.Item GRANULASI EKSTRAK BIJI BUAH KEBEN (Barringtonia asiatica) SEBAGAI PRODUK ANESTESI UNTUK TRANSPORTASI IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus)(2013-07-22) FARIDAN MUCHLIS PURDIANSYAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenTujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan zat anestesi dalam bentuk granul yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan proses pengiriman ikan atau transportasi ikan. Granul yang terbentuk diaplikasikan langsung pada ikan untuk mengamati tingkat kelangsungan hidup ikan. Biji Barringtonia asiatica telah terbukti mampu memberikan aktifitas anastesi pada ikan. Sebelum diaplikasikan, biji Barringtonia asiatica dipotong kecil, dikeringkan, lalu diblender hingga berbentuk tepung. Tepung biji B.asiatica diekstraksi dengan cara dimaserasi selama 3 hari dengan pelarut metanol, lalu dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator. Setelah mendapatkan ekstrak kasar, selanjutnya dilakukan proses fraksinasi untuk mendapatkan senyawa saponin yang lebih murni. Setelah proses fraksinasi, dilakukan uji KLT preparatif untuk mengetahui senyawa saponin yang terkandung pada ekstrak kasar dan fraksi butanol. Hasil uji KLT preparatif diketahui bahwa ekstrak kasar mengandung 2,14% saponin, sedangkan fraksi butanol mengandung 0,71% saponin. Granul yang diujicobakan dalam transportasi ikan kerapu ini yaitu jenis granul ekstrak kasar dan granul fraksi butanol. Berat ekstrak dan fraksi yang digunakan dalam proses granulasi sama yaitu 14 mg. Setelah dilakukan proses granulasi, konsentrasi granul ekstrak sebesar 0,2 g/L sedangkan untuk granul fraksi sebesar 0,18 g/L. Hasil uji transportasi darat menggunakan granul fraksi dengan lama pingsan 2 jam menghasilkan kelangsungan hidup ikan kerapu sebesar 80%, sedangkan untuk uji transportasi laut menggunakan granul ekstrak kasar dengan lama pingsan 5 jam menghasilkan kelangsungan hidup kerapu sebesar 70%.