Ilmu Kesejahteraan Sosial (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Kesejahteraan Sosial (S2) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 52
Results Per Page
Sort Options
Item PERAN PENDAMPING DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) (Studi Kasus di Desa Lengkong dan Desa Bojongsoang, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung)(2014-07-22) AJENG PURNAMA PRATIWI; R. Nunung Nurwati; Soni Akhmad NulhaqimPenelitian berjudul Peran Pendamping Dalam Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH), Studi Kasus di: Desa Lengkong dan Desa Bojongsoang, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung ini bertujuan untuk merumuskan peran pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) dan hambatan yang dihadapi pendamping dalam menjalankan perannya. Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Lengkong dan Bojongsoang di Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Pemilihan kedua lokasi tersebut dilakukan karena pada saat rekruitmen, terdapat pendamping dengan latar belakang pekerja sosial di Desa Lengkong dan non-pekerja sosial di Desa Bojongsoang. Jenis penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teknik studi kasus. Sumber data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus (FGD), serta observasi non-partisipatif mengenai peran pendamping PKH. Sedangkan data sekunder diperoleh dalam bentuk sumber tertulis mengenai pelaksanaan PKH serta tugas dan kewajiban pendamping dalam program. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menjalankan tugasnya, pendamping berperan secara fasilitatif, edukasional, keterwakilan serta peran teknis dengan porsi dan intensitas yang beragam. Hambatan pendamping dalam melaksanakan perannya meliputi kebijakan yang selalu berubah dan tidak responsif terhadap kondisi di lapangan; belum meratanya pemahaman pihak-pihak yang terlibat dalam PKH; terbatasnya instrumen KIE; serta masih lemahnya kapasitas pendamping dalam melakukan konfrontasi dan pencarian sumber daya. Untuk menghadapi hambatan tersebut, dibutuhkan penguatan kebijakan dan perencanaan program; penguatan koordinasi dan sosialisasi baik di tingkat lokal maupun nasional; serta penguatan program peningkatan kapasitas bagi pendamping � terutama dalam melakukan konfrontasi dan pencarian sumber daya.Item MASALAH PSIKOSOSIAL DI KALANGAN PENGUNGSI ROHINGYA DI INDONESIA DAN STRATEGI PENANGGULANGANNYA(2015-07-01) MD KAMRUJJAMAN; Binahayati; R. Nunung NurwatiRohingya etnis minoritas yang teraniaya, telah menghadapi perlakuan kasar dan tidak diberi hak kewarganegaraan oleh pemerintah militer di Myanmar selama beberapa dekade. Untuk melarikan diri dari penindasan yang berat ini, sebagian besar warga Rohingya melarikan diri ke berbagai negara. Di Indonesia, komunitas ini telah tinggal tak terlihat selama lebih dari tiga dekade. Sama seperti pengungsi lainnya, Rohingya tidak diizinkan untuk bekerja secara legal dan tidak memiliki akses pelayanan kesehatan gratis dan pendidikan di negeri ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis masalah psikososial dan bagaimana mereka mengatasi masalah psikososial yang dihadapi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara individu dan wawancara kelompok (FGD) dengan dua keluarga pengungsi Rohingya yang berada di Ciputat Tanggerang, Indonesia dan data sekunder diperoleh dari buku, jurnal, artikel, kamus dan website. Setelah pengamatan yang tepat peneliti telah melihat masalah psikososial dihadapi Pengungsi Rohingya. Pengungsi di Indonesia lebih cenderung mengalami reaksi emosional dan gejala-gejala seperti shock, kaget, tidak percaya / menyangkal, panik, putus asa, malu, marah, kecemasan, rasa bersalah, kehilangan minat dalam kesenangan. Strategi coping yang dilakukan oleh para pengungsi Rohingya di Indonesia lebih tepat menggunakan Emotional Coping Terfokus ( EFC ) seperti fokus pada agama, iman, ketahanan, self - aspirasi efisiensi, komunikasi sosial dan kemampuan analisis, diskusi dengan teman teman sekitar dan anggota keluarga untuk diskusi dan sharing adalah salah satu yang penting untuk mengurangi masalah.Item PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH STUDI PADA BALAI PEMBERDAYAAN SOSIAL BINA REMAJA CIBABAT CIMAHI(2015-08-26) WINNY CITRA DEWI UTAMI; Binahayati; BinahayatiPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan proses pemberdayaan putus putus sekolah remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik studi kasus. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus (FGD), serta observasi non partisipatif. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber tertulis tentang proses pelaksanaan program. Studi menemukan menunjukkan bahwa proses pemberdayaan turun remaja telah terjadi untuk beberapa derajat. Pelaksanaan program tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pemberdayaan. Hambatan termasuk kebijakan yang sering berubah dan tidak responsif terhadap kondisi di lapangan, pemahaman yang tidak merata pihak yang terlibat dalam proses pemberdayaan remaja dan kurangnya pekerja sosial. Mengatasi hambatan ini akan membutuhkan penguatan kebijakan dan perencanaan program dan melibatkan semua steakholders, penguatan koordinasi dan sosialisasi baik di tingkat kabupaten / kota dan provinsi, serta mempromosikan program peningkatan kapasitas bagi pekerja sosial dalam melakukan pelayanan kepada remaja.Item KAJIAN KEMISKINAN DARI PERSPEKTIF KEKUATAN (Asesmen Berbasis Kekuatan terhadap Keluarga Miskin Peserta Program Keluarga Harapan di Desa Hegarmanah Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang)(2017-03-30) ISHARTONO; Santoso Tri Raharjo; BinahayatiABSTRAK Tesis ini dilatarbelakangi oleh permasalahan kemiskinan yang masih saja menjadi beban dunia. Sudah banyak upaya untuk menanggulanginya. Sudah banyak penelitian untuk mengkajinya. Namun upaya dan kajian itu pada umumnya memandang kemiskinan dari perspektif masalah. Tesis ini mengkaji kemiskinan dari perspektif kekuatan. Perspektif ini meyakini bahwa setiap individu mempunyai kekuatan. Penjabaran perspektif kekuatan dalam tesis ini menggunakan konsep yang dikembangkan oleh Clay Graybeal yaitu Resources, Options, Possibilities, Exceptions, dan Solutions (ROPES). Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pendekatan ini digunakan karena penggalian aspek-aspek kekuatan tersebut (ROPES) memerlukan deskripsi yang mendalam. Subyek penelitian ini adalah keluarga miskin yang menjadi peserta Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Hegarmanah, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Informannya adalah 4 orang peserta PKH dan 3 orang tokoh masyarakat. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa peserta PKH memiliki dan berusaha menjaga kesehatan agar dapat beraktivitas memenuhi kebutuhan keluarga, bersabar dan ikhlas menjalani kehidupan ini. Keluarga menjadi sumber kekuatan dan motivasi untuk bertahan menghadapi permasalahan kemiskinan keluarganya. Kerabat juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Kepedulian tetangga menambah ketenangan. Beberapa program pemerintah sebetulnya dapat menambah kekuatannya, namun belum semuanya diakses. Para ibu rumah tangga dari keluarga miskin ini telah memilih untuk fokus mencari penghasilan bagi keluarganys dengan berdagang, menjadi buruh cuci ataupun juru masak mahasiswa pondokan. Ke depan mereka berharap bahwa anak-anaknya sehat, bahagia dan dapat berpendidikan. Untuk itu mereka berusaha dapat menabung, mengumpulkan uang untuk modal usaha serta menambahkan ketrampilan. Keluarga miskin tersebut ternyata merupakan orang-orang yang mempunyai berbagai kekuatan, meskipun sampai saat ini baru dapat membuat mereka bertahan menjalani kehidupan tanpa harus mengandalkan belas kasihan orang lain. Karena itu untuk membantu mengentaskan kemiskinan, perlu adanya perubahan cara pandang terhadap orang miskin. Sudah saatnya pihak-pihak terkait menggunakan perspektif kekuatan. Para pendamping PKH perlu diberi pengetahuan dan ketrampilan tentang perspektif kekuatan. Kata Kunci: Kemiskinan, Perspektif Berbasis Kekuatan ABSTRACT Poverty issue is continue to be the burden for the world. There have been many efforts contributed to address the issue, including many research to investigate the poverty issue. However, the efforts and studies in general views poverty from the problems perspective. This thesis is to investigate poverty from strength perspective. The strength perspective believes that every individu have strength. The description of the perspective in this thesis is using the concept developed by Clay Graybeal which consist of Resources, Options, Possibilities, Exceptions, and Solutions (ROPES). This research is using qualitative approach with descriptive research. This approach is used because in order to excavating the aspects of strengths (ROPES) need to acquire in depth description. The research subject is poor families who are the PKH (Family Hope) recipient at Desa Hegarmanah, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. The informants are 4 Family Hope recipients and 3 core people in the community. The research shows that the Family Hope recipients have and tried to maintain their health in order to be able to run the activity in fulfilling the needs of the family, patient and sincere in fulfilling the task in life. The family is the source of strength and motivation to address the challenges of poverty within their family. Relatives are also contribute significantly in addressing the issues they dealt with. The care from the neighbours are also success in reducing the stress. Some government programs are actually enable the strength of the families, however, not all programs are accessable to the families. The housewives of poor families have chosen to focus in earning income for their families by selling, becoming the wash labour or cook for students in the rent rooms. In the future, they hope their children to be healty, happy and educated. Thus, the housewives attempt to save some money for business capital and also adding up their skills. The poor families are in fact, people with various strengths, although up to now the strengths have only enable them to survive the living without count on in other people charities/pities. Thus, in order to assist in addressing poverty, there is a need to replace our perspective toward poor people. It is time for responsible parties to use strength perspective. The Family Hope facilitators need to be given knowledge and skills on strength perspective. Keywords: Poverty, Strength Based PerspectiveItem PELAYNAN SOSIAL BAGI ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI LEMBGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS II BANDUNG(2017-12-06) MUHAMMAD ISLAH HI DAIYAN; Santoso Tri Raharjo; Hery WibowoABSTRAK Pelayanan sosial terhadap anak berhadapan dengan hukum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung merupakan kajian dalam penelitian ini. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah, berupaya mendeskripsikan bentuk Pelayanan Sosial yang dijalankan di LPKA Kelas II Bandung. Untuk kemudian ingin memunculkan upaya apa yang harus dilakukan oleh LPKA Kelas II Bandung pada khususnya dan LPKA seIndonesia pada umumnya, sehingga anak didiknya mampu melalui proses integrasi kembali ke masyarakat dan kemudian mampu menjadi anak yang bisa menjalankan peran dan fungsi sosialnya dengan baik yang artinya akan terhindar dari perilaku residivis. Bentuk masalah dan tujuan penelitian yang demikian, menjadikan studi ini harus menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan pendekatan ini, maka yang bisa dilakukan adalah observasi non partisipatif dan wawancara mendalam kepada sejumlah informan. Wawancara yang telah dilakukan kemudian disajikan dalam bentuk skrip hasil wawancara unuk kemudian diolah melalui kategorisasi wawancara, yang pada akhirnya disajikan dalam bentuk naskah ini, tentunya hal ini dilakukan dengan disertai data sekunder dan proses interpretasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa, program pembinaan (Pelayanan Sosial) yang telah dilakukan di LPKA Kelas II Bandung sudah sesuai dengan standarisasi yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sisitem Peradilan Pidana Anak. Untuk melihat hal tersebut, kita dapat meninjau dari sejumlah program yang diberikan, bahkan struktur bangunan (dapat dilihat pada hasil observasi) pun sudah sesuai dengan kebutuhan anak yang merupakan amanat Undang-Undang sebagaimana yang dimaksudkan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap sejumlah anak didik LPKA Kelas II Bandung, terlihat bahwa ada perubahan yang signifikan dan hal ini dapat dibuktikan dari raport anak didik yang dibuat sebagai bahan evaluasi dan juga sebagai kelengkapan administratif ketika anak hendak melakukan proses Pembebasan Bersyarat. Program Pembebasan Bersyarat yang merupakan upaya peringanan hukuman, ternyata adalah solusi yang harus diberikan kepada anak didik LPKA sehingga diharapkan anak mampu melalui masa integrasinya ke masyarakat secara adaptif. Mengingat dengan Pembebasan Bersyarat, maka anak akan mendapat pendampingan dari pihak Badan Pemasyarakatan (BAPAS), mulai dari proses mengassesment masyarakat sebagai tempat anak didik LPKA akan diintegrasikan, sampai pada mendampingi mereka untuk melalui masa integrasinya. Dengan demikian, diharapkan anak didik LPKA akan mampu menjalankan peran dan fungsi sosial dengan baik, sehingga harapannya kemudian adalah anak bisa terhindar dari perilaku residivis anak. Upaya dalam bentuk gagasan ke arah yang dimaksudkan, yaitu mengupakan anak didik LPKA untuk mendapat pendampingan pada masa integrasinya merupakan sedikit kontribusi dari penelitian ini. Kata Kunci: pelayanan sosial, anak berhadapan dengan hukum, lembaga pembinaan khusus anak.Item PROCESS COMMUNITY DEVELOPMENT LEAD BY MADAGASCAR NATIONAL PARKS (MNP) IN THE CONSERVATION OF THE ENVIRONMENT: CASE OF THE RESERVE SPECIAL OF AMBOHITANTELY AND THE POPULATION OF ITS OUTSKIRTS.(2018-02-20) TIBAVY RENAUDELLE; Santoso Tri Raharjo; Soni Akhmad NulhaqimThe environmental problems in Madagascar are of the order of socio-economic problems of the community local. Madagascar National Parks, which is responsible for the conservation of the Reserve Special of Ambohitantely, a Reserve Special located in Ankazobe district, Analamanga region, and to the northwest of the capital Antananarivo, 140 km, among the reserves presenting the endemicity of Fauna and flora of Madagascar adopts strategies related to the development of the local community.This community local are the primary actors in the problems faced by this Reserve Special of which the major problems are which , problems of bush fires, exploitation and illegal extinction of species . The objectifs of this study is to describe the practice of community development strategies with an aim of being able to preserve the environment.Also to identify the force and the weakness of these strategies in the safeguarding of the environment and the development of the local community so that contributions can be made for improvement . In order to carry out this study, we chose the theory of community development. This theory answers to the understanding of the interaction of the community local with its environment as well as the relation between the Madagascar National Park and this community in the implementation of development projects and conservation of the Reserve Special Ambohitantely. The Madagascar National Park doesn`t reach its objective for the conservation of the Reserve Special Ambohitantely without having considered the community local living around the protected area and which is the first target being actors of its destruction but in order to be able to mobilize the local community, to identify the social problems linked to the environmental problems of the Reserve Special Ambohitantely and to be able to resolve them together between the Madagascar National Park and the community local . This research used qualitative methods with a descriptive interpretation,its a case study.Data collected through documentation works,field of observation and interviews to Madagascar National Parks`s staff, public entities and the local community living in the peripheral areas of the Reserve Special Ambohitantely . The results showed that the conservation of the Reserve Special Ambohitantely is based on the locality of development whose direct intervention of the local community in all the different stages of processes, from the preparation to the implementation of the program is weak. . This weakness explains the failure not only for the local development but also the conservation of the Reserve Special Ambohitantely which is the main mission of the Madagascar National Parks. Consideration and participation of the community local as first actors, decision-makers and controllers in the development of their locality as well as in efforts to conserve the Reserve Special Ambohitantely are to be improved to achieve the expected objectives.Item PROSES PELAYANAN SOSIAL BAGI PEREMPUAN KORBAN TINDAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) MELALUI ORGANISASI LOKAL "BALE ISTRI" DI DESA CIPAKU KECAMATAN PASEH KABUPATEN BANDUNG(2018-02-23) NADA KUSUMA; Sri Sulastri; Nandang MulyanaABSTRAK Tingginya angka kasus tindak kekerasan dalam tangga (KDRT) terhadap perempuan serta dampak yang ditimbulkannya mendorong peran organisasi lokal untuk melakukan pelayanan sosial bagi perempuan korban KDRT tersebut. Bale Istri merupakan salah satu organisasi lokal yang berfokus pada pelayanan sosial bagi perempuan korban KDRT di Desa Cipaku Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung. Sebagai organisasi lokal yang memiliki keterbatasan sumber daya, Bale Istri mampu melakukan proses pelayanan sosial bagi perempuan korban KDRT dan membantu mengurangi dampak kekerasan tersebut. Kondisi tersebut mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai proses pelayanan sosial yang dilakukan oleh Komunitas Bale Istri terhadap perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di Desa Cipaku Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung. Proses pelayanan sosial bagi perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga pada penelitian ini akan dikaji menggunakan konsep proses pelayanan sosial yang digagas oleh Watson dan West (2006) yaitu terdiri dari proses assessment, implementasi/intervensi, evaluasi dan terminasi. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan dilakukan melalui metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan informan yang dipilih sercara purposif antara lain pengurus Bale Istri, pendamping dan korban KDRT yang ditangani. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pelayanan sosial terhadap perempuan korban tindak kekerasan dalam rumah tangga dilakukan oleh Bale Istri dalam bentuk sosialisasi, konseling, rehabilitasi, advokasi dan pemberdayaan. Proses pelayanan sosial yang dilakukan oleh Bale Istri dilakukan mulai dari tahap assessment, implementasi, evaluasi hingga terminasi. Tahap assessment dimulai pada saat ada pelaporan, selanjutnya Bale Istri melakukan penggalian informasi, analisis informasi dan merumuskan aksi tindakan. Pada tahap implementasi, metode intervensi yang digunakan disesuaikan dengan jenis, penyebab serta dampak KDRT yang dialami korban. Metode intervensi yang sering dilakukan adalah dalam bentuk konseling. Setelah melakukan implementasi Bale Istri selanjutnya melakukan evaluasi untuk menilai keberhasilan intervensi yang dilakukan dan perkembangan korban. Apabila korban telah menunjukan perkembangan ke arah positif selanjutnya dilakukan terminasi. Pada proses pelayanan sosial yang dilakukan oleh Bale Istri, kerjasama dengan para mitra merupakan aspek pendukung yang sangat penting. Kata Kunci: Pelayanan sosial, Proses Pelayanan Sosial, Organisasi LokalItem SUMBER RESILIENSI PENSIUNAN LANJUT USIA PEREMPUAN DI KOTA DEPOK(2018-07-02) ANASTASIA VREIDE; Santoso Tri Raharjo; Sri SulastriSetiap individu yang bekerja akan mengalami masa pensiun. Pada masa pensiun terjadi banyak perubahan situasi. Memasuki masa pensiun berarti juga memasuki masa lansia. Pada masa lansia, penelitian menunjukkan bahwa perempuan hidup lebih lama daripada laki-laki. Perempuan, terutama lansia dikategorikan dalam kelompok rentan. Untuk menghadapi situasi rentan, diperlukan diri yang resilien untuk mencapai hidup yang sejahtera. Menurut Grothberg, diri yang resilien tercipta dari adanya dukungan sekitar, kekuatan diri, dan hubungan sosial yang positif. Usia harapan hidup di Kota Depok mencapai 73 tahun, lebih tinggi dari usia harapan hidup nasional yang mencapai hanya 70,7 tahun. Angka harapan hidup di kota ini termasuk tinggi, sehingga perlu diteliti tentang sumber-sumber resiliensi pada perempuan pensiunan yang sudah lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber resiliensi dari perempuan pensiunan yang sudah lansia di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data didapatkan dari hasil wawancara dan dokumentasi. Ada empat orang informan utama dalam penelitian ini dengan ketentuan bahwa informan adalah seorang perempuan pensiunan di Kota Depok, masih menjadi sumber penghasilan utama dalam keluarga saat pensiun, dan pada saat bekerja berada pada posisi sebagai pegawai biasa (staff). Hasil penelitian ini adalah seluruh informan memiliki dukungan sekitar yang positif, kekuatan diri yang positif, dan hubungan sosial yang positif, namun masih ditemukan struktur dan aturan keluarga yang kurang kuat. Nampak juga bahwa ada komunikasi dan hubungan yang kurang kuat antara informan dengan anak mereka. Kata kunci: resiliensi, kelompok rentan, pensiun, perempuan.Item COPING STRATEGY PEREMPUAN KORBAN INCEST(2018-07-16) SUPENA ADIADIPURA; Binahayati; R. Nunung NurwatiKekerasan seksual pada anak memberikan dampak traumatis yang berbeda-beda pada seseorang dan dapat menjadi sangat mengkhawatirkan sebab dapat menimbulkan dampak jangka panjang di sepanjang kehidupan anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa stategi coping yang dilakukan korban perempuan dewasa dengan riwayat masa kecil incest, dalam menghadapi masalah-masalahnya di lingkungan sosialnya. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif retropektif . .melalui wawancara dan analisa mendalam dengan mengumpulkan ingatan masa kecil korban perempuan dewasa dengan riwayat masa kecil incest intra familial dengan menganalisa. Bagaimana coping dilakukan atas karakteristik pelecehan yang dialaminya dan apa korelasinya antara keberfungsian korban dimasa dewasa saat ini menjadi focus utama yang diteliti. Pada aspek problem-focused coping yang terdiri dari yaitu keaktifan diri informan, perencanaan dalam mengatasi masalah, keterlibatan dalam kegiatan, kontrol diri, dan dukungan sosial instrumental korban incest lebih banyak melakukan penghindaran terhadap sumber permasalahan. Sedangkan pada aspek coping yang kedua adalah Emotion-Focused Coping, yang terdiri dari dukungan sosial emosional, interpretasi positif, penerimaan, penolakan dan religiulitas korban secara emosional mengalami ketidakstabilan dalam mengontrol emosi. Penelitian ini merekomendasikan beberapa hal antara lain penguatan kebijakan mengenai perlindungan anak, penyusunan program tindakan pencegahan kekerasan seksual anak dan sanksi pidana tegas terhadap pelaku incest.Item Implementation of Social Protection Program for Women Workers in the Garments Industry of Bangladesh(2018-07-18) MD. JAHIRUL ISLAM; Binahayati; R. Nunung NurwatiABSTRACT The Bangladeshi garment sector is a leading garment manufacturing industry in the world and this sector is dominated by women workers. The purpose of this study is to assess the implementation of social protection program for women workers in Bangladesh`s garment industry. This research used qualitative approach with adequate description and the technique of the study was case study. Data were collected through in-depth interviews toward workers, compliance and admin department. The study found the following results of this research there are much social protection problem in the readymade garments sector about the health status and safe working environments rules fully violated .Readymade garments workers are most of uneducated or low educated so they don’t know what is their right about their job .they don’t get proper information too. RMG sector in Bangladesh building, fire and health hazards, and the owner is responsibleItem Analisis Formulasi Kebijakan Hutan Hak oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ditinjau dari Perspektif Stages of The Policy Formation Process berbasis Nilai(2018-09-24) NISA NI`MAH UTAMI; Budhi Wibhawa; Soni Akhmad NulhaqimPenelitian ini menganalisa proses Formulasi Kebijakan Hutan Hak oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ditinjau dari Stages of The Policy Formation Process berbasis Nilai. Penelitian dilaksanakan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta. Penelitian ini menggunakan kerangka/konsep Cummins, Byers and Pedrick terkait tahap formulasi kebijakan yaitu 1) identifikasi masalah dan penemuan kasus, 2) pengumpulan data dan analisis data, 3) menginformasikan kepada masyarakat dan mengidentifikasi stakeholders, 4) pilihan-pilihan kebijakan dan mengembangkan tujuan kebijakan, 5) membangun dukungan masyarakat dan membangun koalisi, 6) rancangan program berbasis nilai kolaborasi, partisipasi/penyertaan dan saling ketergantungan dalam suatu proses formulasi kebijakan hutan hak. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif dengan tehnik studi. Informan penelitian meliputi perwakilan dari Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, Direktorat Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat serta lembaga non Pemerintah Teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan observasi non partisipan serta studi dokumentasi. Analisa data meliputi reduksi data, penyajian dan kesimpulan. Penelitian ini menemukan bahwa setiap proses formulasi kebijakan Hutan Hak yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan tahapan sesuai dengan tahapan pembentukan kebijakan konsep/kerangka Cummins, Byers and Pedrick serta berbasis nilai. Kelemahan dalam proses formulasi adalah kurangnya sumberdaya dan partisipasi masyarakat hukum adat serta belum adanya pekerja sosial dalam proses tersebut. Rekomendasi penelitian meliputi perlunya adanya peran pekerja sosial dalam perumusan kebijakan baik sebagai Direct service worker, advocate, researcer, organizer, community organizer, communication planner, planner, cost/benefit analyst, manager, administrator dan peningkatan sosialisasi kepada masyarakat hukum adat melalui pendekatan kelembagaan adat. Pentingnya peran pekerja sosial dalam perumusan kebijakan sehingga dapat meningkatkan keberhasilan suatu kebijakan dalam proses formulasi kebijakan hutan hak dan tujuan formulasi dapat tercapai secara optimal.Item Analisis Struktur Layanan Sosial Terhadap Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Eks Pengungsi Timor Timur (Studi di Kabupaten Belu, NTT)(2018-10-16) EVERD SCOR RIDER DANIEL; Budhi Gunawan; BinahayatiPendidikan merupakan layanan dasar yang terkait langsung pada hak dasar anak, yaitu mendukung proses tumbuh kembang. Pendidikan menjadi bagian dari hak anak yang sangat penting dan mendasar sehingga pemerintah berkewajiban menjamin agar hak tersebut terpenuhi secara maksimal. Namun, masalah yang dialami anak-anak eks pengungsi Timor Timur dimana mereka belum mendapat standar pendidikan yang maksimal karena masalah utama pada faktor layanan pemerintah. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan konsep child right ecology atau ekologi hak anak (Bronfenbrenner, 1976), berupaya menganalisis struktur layanan pendidikan dan faktor-faktor persoalan di level micro (keluarga), meso (sekolah), exo (LSM) dan macro (pemerintah). Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan teknik pengumpulan data menggunakan purposeful sampling. Tujuan penelitian untuk mengintegrasikan level-level yang berpengaruh pada layanan pendidikan agar kebutuhan dasar anak-anak eks pengungsi terpenuhi dan terlayani secara baik.Item PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR BERBASIS MASYARAKAT DI DESA TUDI, KECAMATAN MONANO, KABUPATEN GORONTALO UTARA PROVINSI GORONTALO(2018-10-31) SYAHPUTRA ADISANJAYA SULEMAN; Rudi Saprudin Darwis; Budhi WibhawaIndonesia merupakan wilayah yang rentan terhadap bencana banjir. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi geografis, geologis, hidrologis, maupun demografis di Indonesia yang menunjukkan bahwa negara ini rentan akan terjadinya bencana seperti banjir. Sebagaimana tercatat pada tahun 2017 sampai dengan bulan Maret, bencana banjir mencapai 313 kejadian (BNPB, 2017). Fenomena penanggulangan bencana banjir di Indonesia umumnya masih bersifat top-down serta tidak melibatkan partisipasi masyarakat. Pendekatan top-down seringkali digunakan untuk mengelola konsekuensi bencana. Fenomena yang sama juga terjadi di Provinsi Gorontalo, dimana penerapan kebijakan dan program penanggulangan bencana banjir masih bersifat top-down. Hasil observasi lapangan yang dilakukan, bahwa program penanggulangan bencana banjir masih dalam tataran pemberian bantuan dan pembangunan infrastruktur, adapun penanggulangan berbasis masyarakat tidak sepenuhnya melibatkan partisipasi masyarakat. Proses penanggulangan bencana banjir berbasis masyarakat di Desa Tudi, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan dekskriptif. Tekenik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tudi tentang penanggulangan bencana banjir berbasis masyarakat di Desa Tudi, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi skill sharing, helping community to develop skill dan helping community to use their existing skill and wisdom tercermin dalam penanggulangan bencana banjir di Desa Tudi. Penanggulangan bencana banjir berbasis masyarakat di Desa Tudi, baik dari prabencana, saat terjadi bencana, dan prabencana dilakukan oleh masyarakat, organisasi lokal TAGANA, dan pemerintah.Item SINGLE PARENT DAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)(2019-01-15) SYURDIANA RADIANSYAH; Santoso Tri Raharjo; Rudi Saprudin DarwisPenelitian ini berfokus pada pelaksanaan PKH pada KPM berstatus single parent di Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat ditinjau dari dimensi kebijakan sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mendeskripsikan pelaksanaan PKH pada KPM berstatus single parent. Sesuai dengan pendapat Gilbert and Terrel bahwa dalam merumuskan suatu program kebijakan sosial perlu memperhatikan empat dimensi sosial, yaitu Social Allocations; Social provisions; Delivery System; Finance, serta nilai-nilai kebijakan seperti equity; equality; dan adequacy. Pengumpulan data penelitian ini melalui studi pustaka, studi dokumentasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah pertama dari nilai equality masih ada masyarakat terutama para single parent di berbagai desa yang ada di Kecamatan Cikalong Wetan belum tersentuh oleh bantuan sosial sama sekali diakibatkan belum terdaftarnya para masyarakat yang dikategorikan miskin ini dalam Basis Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin (BDTPFM), padahal secara kriteria kepesertaan mereka layak menerima bantuan termasuk PKH. Sensitifitas aturan program PKH terhadap KPM berstatus single parent perlu diperhatikan terutama mengenai nilai bantuan yang diberikan karena beban dan kebutuhan orang tua tunggal lebih besar bila dibandingkan keluarga utuh. Kedua dari nilai equity kebijakan sosial PKH, data yang digunakan dalam kegiatan validasi kepesertaan awal PKH merupakan data lama, sehingga menimbulkan kecemburuan di masyarakat yang belum mendapat bantuan sosial sama sekali. Nilai bantuan yang diberikan dengan kewajiban yang harus dilakukan semisal mengikuti kegiatan P2K2 harus di sesuaikan.Terakhir, dari nilai adequacy kebijakan sosial PKH, Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) sebagai program solusi bagi masyarakat yang belum mendapat bantuan sosial belum maksimal dikarenakan masyarakat yang didata tidak akan langsung mendapat bantuan sosial yang sesuai dengan keadaan mereka. Perluasan komponen Orang dengan Kecacatan Berat (ODKB) dan lansia merupakan nilai tambah bagi bantuan sosial PKH. Perlu adanya evaluasi mengenai proses penentuan sasaran PKH, pemberian nominal bantuan sesuai dengan status keluarga KPM, pemenuhan sarana dan prasarana yang menunjang penyaluran bantuan serta sistem pelaporan yang efektif ketika terjadi permasalahan seputar PKH di lapangan.Item COMMUNITY ORGANIZING DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL(2019-03-12) ADE ABDUL JAFAR SIDDIQ; Nandang Mulyana; R. Nunung NurwatiCommunity Organizing erat kaitanya dengan dan pengembangan ekonomi. Salah satu upaya dalam mengaplikasikan pengembangan masyarakat dengan melihat dua unsur tersebut yaitu melalui pengembangan ekonomi lokal pelaku usaha mikro, Kecil dan menengah. Penelitian ini berusaha untuk menggambarkan Community Organizing dalam pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Kuningan. Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengkaji tahapan community organizing yang terkait UMKM dalam upaya pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Kuningan maka penelitian ini dirancang menggunakan jenis penelitian kualitatif. Informan diambil adalah pelaku usaha UMKM Jeruk nipis dan Tape ketan, Dinas Koperasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kesehatan, Bagian Ekonomi DPRD serta organisasi lokal. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Community Organizing, yang dilakukan dalam pengembangan ekonomi lokal dilihat berdasakan kepada proses programming, coordination, education dan fundraising. Pada aspek programming, pemerintah melalui Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 dengan konsep agropolitan sedangkan UMKM berlandasakan kepada asas pengembangan usaha. Coordination dilakukan secara dua arah antara pemerintah dan pemerintah. Sedangkan education dilakukan melalui transfer knowledge berupa pelatihan dan pendampingan yang dilakukan oleh Pemerintah maupun UMKM. Sedangkan pemanfaatan lembaga keuangan sebagai aspek fundraising ditemukan dalam kelompok UMKM Tape ketan. Penelitian ini merekomendasikan memfasilitasi pengembangan UMKM Tape Ketan dalam aspek pelatihan, penguatan sumberdaya manusia, meningkatkan kerjasama dengan pihak lain untuk mengembangkan secara optimal potensi UMKM di Kabupaten Kuningan serta UMKM Jeniper dan Jenisa perlu membantu Kelompok UMKM Intan Kencana agar dapat menjadi lebih berkembang.Item Evaluasi Program Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Yang Dilakukan Gerakan Muara Jawa Bersih (GMJB) Melalui Bank Sampah Muara Jawa(2019-07-10) NAUFAL FADHIL; Sri Sulastri; R. Nunung NurwatiABSTRAK Sampah merupakan salah satu masalah sosial yang sering timbul akibat dari sebuah konsekuensi kehidupan, dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan beragam aktivitas, semakin besar pula peningkatan jumlah volume dari aktivitas tersebut. Sampah merupakan barang atau material sisa yang tidak diinginkan dari hasil akhir sebuah proses tertentu. Sampah ada karena adanya aktivitas manusia, hampir setiap aktivitas manusia berpotensi menghasilkan buangan atau sampah, baik sampah organik yang biasa disebut sebagai sampah basah atau pun sampah anorganik sebagai sampah kering. Gerakan Muara Jawa Bersih (GMJB) mempunyai visi untuk menciptakan Kecamatan Muara Jawa menjadi lingkungan yang bersih, sehat, asri, harmoni dan lestari serta mmberdayakan masyarakat dalam bidang pengelolaan dan pelestarian lingkungan. Selain itu GMJB mempunyai misi, dimana salah satunya dengan menerapkan sistem pemeberdayaan masyarakat melalui sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data didapatkan dari hasil wawancara dan dokumentasi. Ada empat orang informan utama dalam penelitian ini dengan ketentuan bahwa informan adalah orang yang berkontribusi dalam pengelolaan sampah di Muara Jawa. Hasil penelitian ini adalah seluruh informan memiliki dukungan sekitar yang positif, kekuatan diri yang positif, dan hubungan sosial yang positif, namun masih ditemukan struktur dan program yang kurang kuat. Nampak juga bahwa ada kekurangan dan hubungan yang kurang kuat antara pengurus dan masyarakat sekitar. Kata kunci: evaluasi program, pengelolaan sampah, bank sampah,Item Peran Pendamping dalam Pelaksanaan Program Kube (Kelompok Usaha Bersama) pada Dinas Sosial Kota Ambon(2019-12-10) BADHMORE NANLOHY; Rudi Saprudin Darwis; Nandang MulyanaABSTRAK KUBE merupakan salah satu bentuk program pengentasan kemiskinan yang dijalankan oleh beberapa Kabupaten/Kota yang ada pada beberapa provinsi di Indonesia yang salah satunya adalah Kota Ambon, Provinsi Maluku. Dinas Sosial Kota Ambon merupakan lembaga pemerintah yang diberikan kepercayaan untuk mengelola program KUBE bagi kelompok masyarakat miskin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan peran pendamping KUBE ketika mendampingi kelompok KUBE dan apakah peran tersebut mempengaruhi keberlangsungan usaha dan perkembangan usaha dari KUBE tersebut. Peran pendamping KUBE akan dianalisis dengan menggunakan empat peran dan keterampilan yang disampaikan oleh Jim Ife dan Frank Tesoreiro (2006) yaitu peran fasilitatif, peran educational, peran representasional, dan peran teknis beserta dengan seluruh peran dan keterampilan spesifik yang ada di dalamnya. Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah tipe penelitian kualitatif dengan mengunakan teknik pengumpulan data yaitu: observasi (pengamatan), wawancara mendalam daan studi dokumentasi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Hasil penelitian menemukan bahwa hampir seluruh peran dan keterampilan spesifik yang disampaikan oleh Jim Ife dan Frank Tesoreiro (2006) dapat ditemukan dalam peran yang dilakukan oleh pendamping KUBE yang ada di Kota Ambon. Namun, ada juga beberapa peran dan keterampilan spesifik yang belum ditemukan antara lain: peran dalam melakukan konfrontasi dan peran dalam melakukan advokasi. Dari keempat peran dan keterampilan yang disampaikan oleh Jim Ife dan Frank Tesoreiro (2006) terdapat juga beberapa peran spesifik yang berdampak pada pengembangan usaha kelompok antara lain yang pertama peran dan keterampilan fasilitatif terdapat peran dalam pemberian semangat sosial, peran dalam memfasilitasi kelompok, dan peran dalam melakukan komunikasi pribadi. Kedua peran dan keterampilan mendidik, terdapat peran peningkatan kesadaran dan peran untuk memberikan informasi. Ketiga peran dan keterampilan representasi terdapat peran dalam menggunakan media, peran dalam membangun jaringan kerja dan peran dalam membagi pengetahuan dan pengalaman. Dan terakhir, peran dan keterampilan teknis, terdapat peran dalam membantu kelompok menggunakan komputer, dan peran dalam melakukan presentasi verbal dan tertulis.Item integrasi pelayanan lanjut usia di balai perlindungan sosial tresna werdha ciparay kabupaten bandung(2020-12-14) ISHAK FADLURROHIM; Soni Akhmad Nulhaqim; Nandang MulyanaPenelitian ini menunjukkan integrasi pelayanan lanjut usia di BPSTW Ciparay Kabupaten Bandung, melihat gambaran lanjut usia terlantar dengan permasalahan kondisi fisik, psikologis dan sosial yang menyebabkan membutuhkan perawatan, perlindungan dan pemenuhan kebutuhan lanjut usia. Model layanan responsif bertujuan mengoordinasikan pelayanan formal dan informal, sering kali melalui pengaturan pengembangan integrasi layanan. Perkembangan integrasi layanan muncul dikarenakan meningkatnya morbidity dan mortality serta optimalisasi tim multi disiplin beriringan dengan pemanfaatan teknologi. Pandangan terhadap perkembangan integrasi layanan, Delnoij membuat tingkatan integrasi pelayanan sebagai perhatian kepada stake holder dalam mengambil kebijakan dan pemberian layanan di antaranya integrasi klinis berada di level mikro, profesional berada di level meso, organisasional berada di level meso dan fungsional berada di level makro. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, informan ditentukan berdasarkan purposive sampling dengan teknik in depth interview, observasi dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian integrasi pelayanan lanjut usia lebih menekankan kepada Proses Integrasi klinis, merupakan mekanisme untuk menjalankan layanan pada tingkatan mikro dalam mendukung tahap pemenuhan kebutuhan lansia yang tepat melalui kesepahaman dan kesepakatan bersama dengan melakukan penilaian, perencanaan dan pengelolaan layanan memperhatikan keberlanjutan pemberian layanan dengan pertimbangan dan berbagi pemecahan masalah, melalui manajemen kasus yang dibuat untuk memberikan layanan pro aktif kepada lanjut usia serta memanfaatkan teknologi informasi dalam memudahkan koordinasi dan keberlanjutan layanan. Integrasi profesional berada pada tingkat meso, memberikan pemahaman tentang pentingnya membangun hubungan antar profesional tim/ unit meliputi pekerja sosial, perawat dan pramu werdha dengan menghargai serta memahami perbedaan penilaian dalam perencanaan yang di koordinasi kan melalui tim/ koordinator untuk memenuhi tujuan dan manfaat dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan. Integrasi organisasional berada pada tingkat meso, berperan dalam mengontrol, menjaga dan membuat inovasi yang dapat dilakukan dengan komunikasi yang membangun kepercayaan dan kemudahan mendapatkan aksesibilitas layanan serta budaya organisasi membuat lingkungan yang ramah dan nyaman bagi lanjut usia, melalui kebersamaan dan dinamika kelompok antara pemberi layanan dan penerima layanan dalam meningkatkan pelayanan serta komitmen dalam memahami, menjaga dan merawat lanjut usia dengan berbagai permasalahannya. Integrasi Fungsional berada pada tingkat makro yang merupakan regulasi atau aturan yang dibuat sebagai dasar pelaksanaan pemberian layanan untuk memberikan perawatan, perlindungan dan pemberian layanan bagi lanjut usia terlantar didasari tujuan tertentu biasanya dipengaruhi interest group dalam membuat suatu regulasi yang dibuat sebagai pemecahan masalah. Penelitian ini diharapkan memperkaya informasi dan penjelasan ilmu bagi pengembangan konsep pekerjaan sosial dengan lanjut usia di institusi/ lembaga serta pelayanan yang efektif dan efisien di BPSTW Ciparay.Item KEKUATAN MANTAN PENDERITA SKIZOFRENIA DIPANDANG DARI STRENGTH PERSPECTIVE (Kasus di eks Karesidenan Pekalongan Provinsi Jawa Tengah)(2021-03-11) LUKMAN EFFENDI; Nurliana Cipta Apsari; Rudi Saprudin DarwisMantan penderita skizofrenia pada hakikatnya adalah individu yang telah pulih dari gangguan kejiwaan yang pernah dialami. Kondisi ini memungkinkan mereka untuk melaksanakan keberfungsian sosial mereka. Meskipun demikian, beberapa kajian-kajian dalam pekerjaan sosial banyak menyoroti tentang permasalahan dan kekurangan pada mantan penderita skizofrenia. Sementara dalam perkembangan keilmuan, pekerjaan sosial memiliki satu perspektif yang melihat klien dari segi kekuatan, perspektif ini dikenal sebagai perspektif kekuatan. Graybeal mencoba mengkonseptualisasikan 5 (lima) aspek dalam perspektif kekuatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kekuatan dalam menjalankan keberfungsian sosial mantan penderita skizofrenia dipandang dari perspektif kekuatan berdasarkan 5 (lima) aspek dari Graybeal, diantaranya: Sumber-sumber, Pilihan-pilihan, Pengecualian-pengecualian, Kemungkinan-kemungkinan dan Solusi. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian berada di eks Karesidenan Pekalongan Provinsi Jawa Tengah. Adapun informan dalam penelitian ini adalah lima orang mantan penderita skizofrenia. Guna mendapatkan data yang lebih komprehensif peneliti juga menggali data dari anggota keluarga. Fokus penelitian ini mengkaji kekuatan-kekuatan yang dimiliki mantan penderita skizofrenia. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa mantan penderita skizofrenia memiliki potensi yang dapat dijabarkan dari aspek sumber-sumber, aspek pilihan-pilihan, aspek kemungkinan-kemungkinan, aspek pengecualian-pengecualian dan aspek solusi. Penelitian ini merekomendasikan bahwa, dengan adanya perspektif kekuatan diharapkan dapat mengubah cara pandang terhadap mantan penderita skizofrenia.Item TRANSMIGRAN MENJADI AGEN PERUBAHAN DALAM PENINGKATAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT LOKAL DI SEKITAR KAWASAN TRANSMIGRASI(2021-11-09) AZHARY ADHYN ACHMAD; Nandang Mulyana; R. Nunung NurwatiPeningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat tertentu dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah peran dan pengaruh orang-orang yang telah berhasil meningkatkan kualitas hidupannya terlebih dahulu kemudian memberikan dorongan, motivasi serta berbagi inovasi dengan masyarakat lain yang mengalami kendala dalam proses peningkatan kondisi hidupnya agar dapat keluar dari permasalahan yang dihadapi dan berupaya mengikuti dan melaksanakan strategi perubahan yang ditularkan oleh penggerak perubahan. Orang-orang yang berhasil melakukan perubahan positif terhadap kondisi kehidupan suatu masyarakat dapat disebut sebagai Agen Perubahan. Fokus utama penelitian ini mengenai transmigran menjadi Agen Perubahan yang menularkan inovasi dan mampu diadopsi oleh masyarat lokal sehingga mendorong dan membantu peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal di sekitar kawasan transmigrasi Desa Topoyo, kabupaten Mamuju Tengah Sulawesi Barat. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan pemilihan informan secara purposif dan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Untuk melihat bagaimana transmigran menjadi agen perubahan dalam menularkan inovasi dan membantu peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal, digunakan pendekatan konsep Agen Perubahan dan Adopsi Inovasi yang dikembangkan oleh Everett Rogers (2003). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa melalui beberapa kegiatan yang mengarah pada pelaksanaan tugas dan peran Agen Perubahan serta strategi adopsi inovasi yang dilakukan transmigran kepada masyarakat lokal, dapat memberikan pengaruh dan dorongan terhadap peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal di sekitar kawasan transmigrasi desa Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah. Hal tersebut terungkap dalam penelitian ini bahwa sebelum masuknya transmigran kondisi daerah dan masyarakat lokal di Desa Topoyo masih sangat tertinggal dan belum mengalami perkembangan dari aspek sosial dan ekonomi, namun dengan masuknya transmgiran dengan berusaha mengembangkan potensi lokal yang tersedia melalui penerapan inovasi yang juga diadopsi oleh masyarakat lokal sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup transmigran dan masyarakat lokal yang sejak awal hidup berdampingan secara aman dan damai sehingga berpengaruh terhadap proses peningkatan dan perkembangan kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dan transmigran itu sendiri