Ilmu Kesejahteraan Sosial (S2)

Permanent URI for this collection

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 20 of 52
  • Item
    DAMPAK PELAYANAN SOSIAL DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 3 JAKARTA SELATAN
    (2023-09-12) YUSUF KRISMAN GEA; Santoso Tri Raharjo; Gigin Ginanjar Kamil Basar
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak pelayanan sosial yang dilaksanakan oleh panti werdha dalam upaya memenuhi kebutuhan psikososial lanjut usia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Adapun sumber informan terdiri dari pekerja sosial, psikolog dan lanjut usia. Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak pelayanan sosial kepada lansia dalam memenuhi kebutuhan psikososial lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan dapat dilihat melalui kegiatan pelayanan yang dilakukan yakni pelayanan bimbingan psikologis yang meliputi layanan pemeriksaan kesehatan mental, layanan bimbingan mental spiritual, serta layanan konseling; dan pelayanan bimbingan sosial yang meliputi layanan kunjungan rumah, layanan rekreasi serta layanan keterampilan. Pelayanan sosial yang diberikan memberikan dampak dalam mengatasi setiap permasalahan-permasalahan yang dihadapi lansia, memberikan rasa senang dan bahagia, membantu terjalinnya hubungan interaksi lansia dengan keluarga, sesama lansia dan petugas panti. Sehingga, dampak dari pelayanan sosial tersebut membantu terpenuhinya kebutuhan psikologis dan sosial lanjut usia yang tinggal di panti sosial tresna werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan.
  • Item
    RESILIENSI KOMUNITAS PADA PASCA BENCANA LONGSOR (Studi Kasus di Desa Cileuksa Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)
    (2023-09-05) ADE SUDRAJAT; Muhammad Fedryansyah; Rudi Saprudin Darwis
    Resiliensi komunitas diperlukan sebagai kemampuan masyarakat dalam mengelola, memelihara dan menjaga diri masyarakat di lingkungannya guna menghadapi situasi bencana untuk mengembalikan keberfungsian sosial masing-masing individu yang terkena dampak bencana tersebut. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang resiliensi komunitas bencana dilihat dari sudut pandang community resilience Miles (2015). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik deskriptif. Lokasi penelitian berada di kampung cipendawa Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor. Adapun informan penelitian ini adalah korban terdampak bencana serta pihak-pihak yang terlibat langsung dalam peristiwa bencana longsor baik itu internal komunitas maupun eksternal yang berjumlah 12 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas di Desa Cileuksa telah resilien terhadap bencana alam longsor, hal tersebut tercermin pada dimensi well-being, identity, services dan capitals serta terwujud pada kondisi pemulihan community dan infrastructure pada pasca bencana sehingga masyarakat Desa Cileuksa kedepannya dapat lebih siaga dan mandiri dalam mempersiapkan dirinya ketika menghadapi bencana dikemudian hari. Penelitian ini merekomendasikan penelitian lanjutan terkait pengaruh resiliensi komunitas pada pasca bencana dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif.
  • Item
    PEMANFAATAN SISTEM SUMBER OLEH ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN STUNTING DI DESA PANGAUBAN KABUPATEN BANDUNG
    (2023-04-14) RISYA ANANDA PUTRI; Sri Sulastri; Nurliana Cipta Apsari
    Sistem sumber merupakan segala yang memiliki nilai, yang berada dalam simpanan atau telah tersedia, dimana orang dapat menggali dan menggunakan sebagai alat sehingga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah. Sistem sumber dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu sistem sumber formal, sistem sumber informal, dan sistem sumber kemasyarakatan. Sistem sumber ini. Penggunaan sistem sumber ini mengacu pada tiga isu yaitu isu aksesibilitas, daya terima, dan daya jangkau. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mengidentifikasi sebaran sistem sumber serta untuk mendeskripsikan dan menganalis pemanfaatan sistem sumber oleh orang tua dalam mencegah terjadinya stunting di Desa Pangauban Kabupaten Bandung. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan jumlah informan sebanyak 6 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan sistem sumber oleh orang tua dipengaruhi oleh isu daya jangkau (accessibility) yang berkaitan dengan kemudahan yang diperoleh oleh orang tua dalam mendapatkan kemudahan layanan. Isu daya terima (acceptability) berkaitan dengan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi diterimanya suatu layanan pencegahan stunting meliputi faktor pengetahuan orang tua dan keluarga, faktor hubungan dengan lingkungan, faktor sosial dan ekonomi, faktor internal, dan faktor kebutuhan layanan. Serta isu daya pakai (usability) suatu layanan pencegahan stunting tergantung pada seberapa besar layanan tersebut diterima oleh orang tua. Saran peneliti diharapkan Desa Pangauban dapat membentuk sistem pelaksana perubahan, sistem klien, sistem sasaran, dan sistem kegiatan yang ditujukan untuk mencegah terjadinya stunting serta saling bekerjasama agar tujuan tersebut dapat tercapai serta terus berkomitmen untuk selalu memprioritaskan upaya pencegahan stunting melalui sosialisasi hingga pada level keluarga. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengekplorasi hasil temuan penelitian dengan berfokus pada pemecahan masalah terkait dengan isu-isu yang dihadapi dilapangan. Selanjutnya dapat melakukan pengkajian dari hasil penjabaran isu-isu tersebut dengan pemecahan masalah terkait dengan tiga isu tersebut yang memiliki peluang besar untuk diterapkan guna mencegah terjadinya stunting.
  • Item
    EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN TERHADAP ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI LPKA KELAS II JAKARTA
    (2024-01-11) ADLIA RAHMA MAULIDA; Hadiyanto Abdul Rachim; Eva Nuriyah Hidayat
    Evaluasi proses program sangat penting dilakukan dalam suatu organisai pelayanan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi proses program layanan kepada anak berhadapan dengan hukum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Jakarta. Kajian ini didasarkan atas konsep evaluasi menurut Pietrzak, dkk yang terdiri dari empat dimensi evaluasi proses pelayanan; kebijakan lembaga, standar praktik terbaik, tujuan proses, dan kepuasan klien. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik observasi non partisipatif, wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas layanan Program Pembinaan di LPKA Kelas II Jakarta dalam dimensi standar praktik terbaik dan kebijakan lembaga berjalan menurut konsep pembinaan, tujuan proses jangka panjang dan jangka pendek terlaksana. Dalam dimensi kepuasan klien kualitas layanan sudah terpenuhi dan pihak LPKA Kelas II Jakarta sudah menerapkan sistem manajemen pelayanan pendidikan yang baik dengan memberlakukan pembinaan yang adil dan tidak membeda-bedakan. Dapat disimpulkan bahwa program pembinaan berlangsung sesuai ketentuan dan standar yang berlaku dengan terlaksananya tujuan proses serta terpenuhinya pelayanan pendidikan yang inklusif, akan lebih efektif jika LPKA Kelas II Jakarta menghadirkan peran Pekerja sosial. Penelitian ini selanjutnya merekomendasikan penerapan ilmu kesejahteraan sosial dan peran pekerja sosial koreksional dalam praktik pembinaan terhadap anak berhadapan dengan hukum di lembaga pemasyarakatan.
  • Item
    KONDISI SOCIAL WELL-BEING KELUARGA PENERIMA MANFAAT PROGRAM KEWIRAUSAHAAN SOSIAL KEMENTRIAN SOSIAL (STUDI KASUS PADA KELUARGA GRADUASI PKH DI DESA SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT-JAWA BARAT)
    (2023-10-05) MOH ERLAN NOORFARIZAL; R. Nunung Nurwati; Hery Wibowo
    Manusia merupakan makhluk yang pada alaminya berkembang Kesejahteraan sosial atau Social Well-Being merupakan suatu keadaan dimana suatu individu dapat berfungsi sosial secara baik dan mampu meningkatkan potensi yang ada pada dirinya yang dilihat dari dimensi integrasi sosial (social integration), dimensi penerimaan sosial (social acceptance), dimensi kontribusi sosial (social contribution), dimensi aktualisasi sosial (social actualization), dan dimensi hubungan sosial (social coherence). Tujuan penelitian ini guna mengetahui dan mengidentifikasi bagaimana keadaan social well-being keluarga penerima manfaat untuk program kewirausahaan sosial (ProKUS) di Desa Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat. Metode penelitian yang dipakai, yaitu pendekatan kualitatif dan deskriptif kualitatif, dengan 6 orang narasumber. Cara pengumpulan data dengan wawancara, observasi, serta studi dokumentasi. Hasil dari penelitian menyatakan jika keadaan social well-being dari keluarga penerima manfaat ini dapat dicapai oleh semua keluarga penerima manfaat dari program kewirausahaan sosial namun ada beberapa dimensi yang masih sedikit dirasakan oleh dua keluarga penerima manfaat. Saran peneliti diharapkan masyarkat juga saling memberikan dukungan terhadap lingkungan sekitar guna dapat meningkat social well-being masyarakat sekitar. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengeksplorasi hasil temuan penelitian dengan berfokus pada pemecahan permasalahan isu-isu yang dihadapi di lapangan.
  • Item
    PRINSIP HAK ASASI MANUSIA PADA PENYELENGGARAAN SISTEM LAYANAN DAN RUJUKAN TERPADU (SLRT) DI KABUPATEN BANDUNG
    (2023-09-05) FIRDA DWI ANJANI; Binahayati; Muhammad Fedryansyah
    Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) merupakan bentuk kebijakan sosial berupa layanan sosial yang membantu masyarakat miskin terhubung dengan program-program perlindungan sosial dalam rangka penanggulangan kemiskinan. SLRT memiliki fungsi sebagai pusat layanan satu pintu di daerah yang dapat menjadi tempat terkumpulnya data masyarakat miskin dan pemerlu program, tempat rujukan bagi masyarakat yang ingin mengajukan keluhan dan memerlukan program perlindungan sosial, serta tempat bagi OPD atau dinas daerah dan lembaga kesejahteraan sosial non pemerintah untuk melaksanakan program perlindungan sosial dengan menjadikan data masyarakat miskin dan pemerlu program yang terhimpun di SLRT sebagai penerima manfaat programnya. Untuk mewujudkan fungsi tersebut, diperlukan aspek penting berupa peran aktif masyarakat, tanggung jawab tenaga pelaksana SLRT dalam bersinergi dengan lembaga pemilik program, serta praktik distribusi layanan yang menghindari diskriminatif gender dan mendukung pemerataan dan keadilan. Menariknya, aspek penting tersebut selaras dengan prinsip HAM dari Teori Pendekatan Berbasis HAM berupa partisipasi, akuntabilitas, non diskriminasi dan ekuitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan prinsip HAM pada penyelenggaraan layanan penjangkauan dan layanan penanganan keluhan dan rujukan yang merupakan layanan dari SLRT. Penelitian ini telah meninjau penerapan prinsip HAM pada penyelenggaraan SLRT di Kabupaten Bandung dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif melalui kegiatan wawancara, observasi non partisipan, studi dokumentasi, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan, prinsip HAM diterapkan pada setiap layanan yang diselenggarakan oleh SLRT Kabupaten Bandung. Prinsip Non diskriminasi dan ekuitas menjadi yang paling dominan diterapkan. Sementara itu, prinsip partisipasi memiliki kelemahan, karena belum dipenuhinya kebutuhan khusus beberapa kategori penyandang disabilitas yang merupakan sasaran layanan. Kondisi seperti itu dapat membatasi keikutsertaan penyandang disabilitas dalam mengakses layanan. Berikutnya, prinsip akuntabilitas juga belum sepenuhnya dominan diterapkan, karena belum sepenuhnya OPD dan lembaga pemilik program baik dari pemerintah daerah maupun non pemerintah bersinergi dengan SLRT Kabupaten Bandung. Sehingga, diperlukan upaya peningkatan Sumber Daya Manusia SLRT, ketersediaan dan kualitas fasilitas yang mencakup kebutuhkan khusus kelompok tertentu, serta regulasi hukum yang mengatur para lembaga pemilik program untuk bersinergi dengan SLRT Kabupaten Bandung dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan SLRT di daerah yaitu untuk menanggulangi kemiskinan.
  • Item
    PEKERJAAN SOSIAL FEMINIS DALAM PENANGANAN ISU KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI CIVIL SOCIETY ORGANIZATION STUDI KASUS YAYASAN SAMAHITA BERSAMA KITA
    (2023-04-05) SHINAS FAIZA; Binahayati; Muhammad Fedryansyah
    Kekerasan terhadap perempuan masih menjadi salah satu permasalahan yang ada di masyarakat Indonesia. Penanganan isu kekerasan terhadap perempuan tersebut juga melibatkan aktor-aktor di luar pemerintah, salah satunya adalah Civil Society Organization (CSO) atau Organisasi Masyarakat Sipil. CSO merupakan salah satu aktor yang dapat memenuhi peranan, dan juga untuk membawa dan melibatkan pandangan alternatif dalam penanganan korban kekerasan terhadap perempuan. Salah satu pandangan alternatif dalam penanganan korban adalah dengan menerapkan perspektif pekerjaan sosial feminis. Perspektif pekerjaan sosial feminis tersebut dilihat dari prinsip dan strategi yang dikemukakan oleh Payne (2014). Penelitian ini mencoba untuk mengkaji penerapan perspektif pekerjaan sosial feminis, yang dilihat dari prinsip dan strategi, dalam penanganan isu kekerasan terhadap perempuan oleh Yayasan Samahita Bersama Kita sebagai salah satu CSO di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melibatkan 6 orang informan yang merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan isu kekerasan terhadap perempuan di Yayasan Samahita. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Samahita dalam penanganan isu kekerasan terhadap perempuan. Ketiga kegiatan tersebut antara lain pendampingan, advokasi, dan kampanye. Dari ketiga kegiatan itu, Yayasan Samahita telah menerapkan prinsip dan strategi dalam pekerjaan sosial feminis. Adapun prinsip tersebut antara lain commonalities, active discussion, empathy, dan partnership. Sedangkan strategi antara lain consciousness-raising, reflexivity, dialogue, self-identity, dan ethics of care.
  • Item
    INOVASI SOSIAL PADA PERENCANAAN PROGRAM EMERGENCY RESPONSE AND RECOVERY UNTUK PEREMPUAN KORBAN BENCANA ALAM DI SULAWESI TENGAH (Studi pada Yayasan Sikola Mombine)
    (2023-01-09) MELCIAN FEBRILIA PAGALU; Hery Wibowo; Sri Sulastri
    Program Emergency response and recovery merupakan program Yayasan Sikola Mombine pasca bencana berdasarkan kesepakatan kerjasama dengan YAPPIKA-ActionAid yang bertujuan untuk membantu kelompok perempuan mendapatkan kembali pijakan dan kesejahteraan mereka dan memiliki akses ke mekanisme perlindungan dalam menghadapi situasi yang sulit pasca terjadi bencana seperti kerentanan. Program emergency response and recovery terdiri dari program protection dan livelihood. Yayasan Sikola Mombine diharapkan dapat melihat dan merancang program secara inovatif dan kreatif dalam menangani masalah sosial pasca bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan inovasi sosial pada proses perencanaan program emergency response and recovery untuk perempuan korban bencana alam di Sulawesi Tengah. Adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan jumlah informan sebanyak 5 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan perencanaan program oleh Yayasan Sikola Mombine lebih fokus terhadap 8 proses yang dianggap sangat penting untuk dilaksanakan disebabkan oleh situasi dan kondisi krisis yang membutuhkan respon layanan yang cepat. Proses perencanaan program sangat partisipatif, melibatkan stakeholder yang berperan dalam pelaksanaan program terutama masyarakat sebagai penerima manfaat, sehingga program yang dirancang memiliki dasar informasi yang mendekati sempurna. Klaim inovasi sosial pada perencanaan program emergency response and recovery didasarkan pada ciri inovasi sosial yang terkandung didalam proses perencanaan program yaitu: keterlibatan beragam pihak yang bersinergi dalam mengelola kompleksitas dari sebuah program; mempromosikan kepemimpinan perempuan akar rumput dalam proses pengambilan keputusan agar dapat mengangkat kepentingan perempuan dalam kehidupan masyarakat; bertujuan dalam peningkatan kapasitas dan penguatan kapasitas lokal dan ketahanan masyarakat khususnya korban perempuan sebagai kelompok rentan; serta mengakomodir kebutuhan perempuan bukan saja sebagai korban kekerasan berbasis gender namun lebih luas perempuan penyintas dapat menerima program layanan untuk menjadi pemimpin, pengambil keputusan, dan mendorong kepentingan perempuan dalam manajemen risiko bencana.
  • Item
    PROSES PELAYANAN SOSIAL DI LK3 KOTA CIMAHI BERBASIS FAMILY CENTERED PRACTICE
    (2023-03-27) RESTI KIRANA; R. Nunung Nurwati; Hery Wibowo
    ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena mengenai keluarga disfungsional. Individu yang memiliki masalah pada keluarga tentu memerlukan bantuan pihak ketiga yaitu pekerja sosial. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat proses pelayanan sosial oleh pekerja sosial di LK3 Kota Cimahi dilihat dari sudut pandang pendeketan family centered practice. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Partisipan meliputi pekerja sosial, konselor dan klien LK3 Kota Cimahi. Penelitian menunjukan bahwa pekerja sosial di LK3 Kota Cimahi melakukan pelayanan sosial dimulai dari adanya penjangkauan atau dengan adanya aduan lalu masuk ke tahap engagment, assesmen, perencanaan intervensi, pelaksanaan intervensi , evaluasi dan terminasi. Kompetensi, elemen, strategi yang dilakukan sudah sesuai dengan komponen family centered practice. Indikator keberhasilan yang dipegang oleh pekerja sosial dan konselor yaitu merujuk pada tujuan-tujuan pekerja sosial yang tercapai. Tujuan tersebut diantaranya enhance the problem solving and coping capacities of people dan link people with system that provide them with resourses, service, and opportunities. Kata Kunci: Keluarga, Pelayanan Sosial, Pekerja Sosial, Family Centered Practice   ABSTRACT This research is based by on phenomenon of dysfunctional families. Individuals who have family problems certainly need the help of a third party, namely social workers. The purpose of this study is to look at the process of social services by social workers at LK3 Cimahi City from the perspective of a family centered practice approach. This study uses a qualitative approach. Data and information collection techniques are carried out by means of observation, interviews and documentation. Participants in this study were social workers, counselors and LK3 clients in Cimahi City. The results of the study showed that social workers at LK3 Cimahi City carried out social services starting from outreach or complaints and then entered the engagement, assessment, intervention planning, intervention implementation, evaluation and termination stages. The competencies, elements, strategies implemented are in accordance with the components of family centered practice. Indicators of success held by social workers and counselors refer to the goals achieved by social workers. These goals include enhancing the problem solving and coping capacities of people and linking people with systems that provide them with resources, services, and opportunities. Keywords: family, social services, social workers, family centered practice
  • Item
    PERAN KELUARGA DALAM PEMANFAATAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN BAGI LANJUT USIA
    (2022-09-14) PRISTHALIA VERNANDA GUNAWAN; Sri Sulastri; Binahayati
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran keluarga dalam pemanfaatan PKH bagi lanjut usia. Penelitian ini didasari oleh kerangka teori peran keluarga yang terdiri dari manajemen/pengelolaan keuangan keluarga yang digagas oleh Manullang dalam Siregar pada tahun 2019; dukungan sosial keluarga yang digagas oleh Kaakinen dkk. pada tahun 2015; dan perawatan keluarga yang digagas oleh Milligan pada tahun 2004. Penelitian kualitatif ini dilakukan terhadap 6 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH, 6 lanjut usia penerima manfaat PKH, dan 1 pendamping PKH. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Data dianalisis melalui tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan di Desa Mlaten Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga dalam mengelola dana bantuan sosial PKH sebagian besar berfokus pada tahap implementasi. Sedangkan, peran keluarga sebagai penyedia dukungan sosial yang paling terlihat adalah peran keluarga sebagai penyedia dukungan instrumental. Sementara itu, peran keluarga sebagai penyedia perawatan masih sangat berfokus pada penyedia perawatan fisik bagi lanjut usia. Rekomendasi dalam penelitian ini adalah peningkatan intensifitas proses pendampingan oleh pendamping PKH terhadap KPM PKH, pemilihan lokasi pelaksanaan kegiatan layanan PKH secara bergantian, pemeriksaan kesehatan di rumah bagi lanjut usia dengan kondisi tertentu, perhatian khusus pada beban perawat terhadap lanjut usia, dan pengoptimalan pelaksanaan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)/Family Development Session (FDS) sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan KPM PKH.
  • Item
    Pendekatan Berbasis Hak dalam Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Gorontalo
    (2022-10-06) YOLANDIKA ARSYAD; Muhammad Fedryansyah; Binahayati
    Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang berbasis perlindungan sosial. Sebagai salah satu kebijakan penanggulangan kemiskinan, PKH seharusnya didasarkan pada pendekatan berbasis hak, yang didalamnya memuat prinsip-prinsip HAM yakni partisipasi, akuntabilitas, non-diskriminasi, dan kesetaraan. Penerapan prinsip HAM dalam tahapan PKH dilakukan untuk memberdayakan penerima manfaat sebagai pemegang hak serta mengembangkan kapasitas pemerintah sebagai pengemban tugas untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa implementasi pendekatan berbasis hak dalam pelaksanaan PKH yang meliputi tahap perencanaan, penetapan calon KPM, validasi, penetapan KPM, penyaluran bantuan, pendampingan, Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga, verifikasi komitmen, pemutakhiran data, serta transformasi kepesertaan. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan 9 orang informan yang dipilih secara purposif yang terdiri dari Kepala Bidang rehabilitasi dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kota Gorontalo, Koordinator PKH Kota Gorontalo, Pendamping PKH, Keluarga Penerima Manfaat, serta tokoh masyarakat di Kota Gorontalo. Pengumpulan data dilakukan melalui proses wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan berbasis hak telah diterapkan pada setiap tahapan PKH, namun setiap prinsip memiliki kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaannya. Secara umum 4 prinsip HAM paling menonjol pada tahapan bisnis proses PKH yang meliputi kegiatan validasi, penyaluran, pendampingan, P2K2, verifikasi, pemutakhiran data, serta transformasi kepesertaan. Sedangkan pada 3 tahapan lainnya yakni perencanaan, penetapan calon KPM, dan Penetapan KPM masih minim terkait penerapan beberapa prinsip HAM seperti partisipasi, akuntabilitas, dan non-diskriminasi. Oleh karena itu, kedepannya implementasi PKH membutuhkan evaluasi dan transformasi agar penerapan prinsip HAM dapat dioptimalkan dalam setiap tahapan PKH di Kota Gorontalo.
  • Item
    Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada Organisasi Pelayanan Sosial (Studi kasus di Yayasan Biruku Indonesia)
    (2022-10-05) DJULAIHA SUKMANA; Soni Akhmad Nulhaqim; Nurliana Cipta Apsari
    ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksananaan manajemen pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam memberikan pelayanan sosial bagi penyandang disabilitas di Yayasan Biruku Indonesia (YBI), Bandung. Penelitian ini dituntun oleh teori Kettner (2013) yang meliputi tahap seleksi, perekrutan, orientasi, pelatihan, pengembangan karir, penilaian kinerja, dan pemutusan hubungan kerja. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif, adapun informan dalam penelitian ini terdiri dari pengurus Yayasan, guru, terapis, dan keluarga penyandang disabilitas. Data dikumpulkan melalui melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Selanjutnya pengelolaan data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanan manajemen pengembangan sumber daya manusia di YBI pada tahap seleksi sudah dilakukan perencanaan, namun pada analisis pekerjaan hanya membahas tentang kriteria latar belakang pendidikan, dan tidak ada penetapan masa kerja; Tahap perekrutan semua sudah dilakukan dengan baik; Tahap orientasi hanya diberikan pengenalan program dan uraian tugas. Tahap pelatihan sudah baik; Namun, tahap pengembangan karir terbatas karena jabatan strategis dipegang oleh keluarga; Kemudian, tahap penilaian kerja di YBI baru ada penilaian loyalitas, absensi, dan hasil kerja; Lebih lanjut, tahap akhir pemutusan hubungan kerja di YBI masih diselesaikan secara kekeluargaan serta belum ada aturan yang jelas dan tertulis. Oleh karena itu, Yayasan Biruku Indonesia perlu melaksanakan manajemen pengembangan sesuai dengan pengembangan sumber daya manusia yang meliputi seleksi, perekrutan, orientasi, pelatihan, pengembangan karir, penilaian kinerja, dan pemutusan hubungan kerja secara baik. Kata Kunci: Manajemen, pengembangan, sumber daya manusia, organisasi pelayanan sosial.
  • Item
    EVALUASI PROSES PROGRAM PELAYANAN GELANDANGAN PENGEMIS OLEH PANTI PELAYANAN SOSIAL PENGEMIS GELANDANGAN ORANG TERLANTAR MARDI UTOMO SEMARANG
    (2022-10-02) MARYATUN; Santoso Tri Raharjo; Budi Muhamad Taftazani
    Panti Pelayanan Sosial Pengemis Gelandangan Orang Terlantar (PPS PGOT) Mardi Utomo Semarang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yang memiliki tugas pokok dan fungsi melaksanakan layanan rehabilitasi sosial dalam penanganan gelandangan dan pengemis melalui pendekatan tahapan pertolongan dalam pekerjaan sosial. Pada tahun 2021 angka terminasi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) pada PPS PGOT Mardi Utomo terjadi penurunan sebanyak 43 (empat puluh tiga) orang dari tahun sebelumnya yang berjumlah 113 (seratus tiga belas) orang. Dalam prakteknya panti menerima sasaran pelayanan dengan karakteristik yang berbeda dari segi usia, status keluarga maupun kondisi kesehatan jiwa. Perbedaan karakteristik PPKS, menjadikan kebutuhan yang tidak sama sehingga perlu upaya layanan yang sesuai masing-masing karakteristik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi serta mengevaluasi proses program pelayanan gelandangan dan pengemis yang dilakukan oleh PPS PGOT Mardi Utomo Semarang dengan karakteristik PPKS yang berbeda. Berdasarkan indikator pemenuhan upaya rehabilitasi sesuai harapan dan kebutuhan masing-masing PPKS diketahui penyebab belum tercapainya hasil program pelayanan secara maksimal. Adapun penelitian ini menggunakan desain evaluasi proses program menurut teori (Grinnell, R.M.. Gabor, P. & Unrau, 2019) dengan pendekatan kualitatif untuk melihat jalannya proses pelayanan sehingga dapat diketahui keefektifan program berdasarkan komponen di dalamnya berupa latar belakang program, profil klien, profil staf pelaksana program, jumlah layanan yang diberikan kepada klien, intervensi dan kegiatan program, dukungan administrasi, tingkat kepuasan klien serta tingkat efisiensi program. Hasil penelitian evaluasi terkait proses pelayanan gelandangan dan pengemis oleh Panti Pelayanan Sosial Pengemis Gelandangan Orang Terlantar Mardi Utomo Semarang khususnya dalam komponen intervensi dan kegiatan program melalui proses pertolongan dalam pendekatan pekerjaan sosial menunjukkan bahwa terdapat sejumlah kekurangan karena belum mengimplementasikan tahapan pelayanan secara spesifik sesuai karakteristik PPKS. Proses penerimaan meskipun dalam standar pelayanan PPS PGOT hanya menerima PPKS sesuai kriteria (usia 19 hingga 60 tahun serta sehat jasmani dan rohani), namun pada prakteknya masih terdapat PPKS dengan usia anak dan remaja maupun dengan gangguan kejiwaan sehingga berpengaruh pada proses asesmen, perumusan rencana penyelesaian masalah, intervensi, resosialisasi hingga terminasi yang belum sepenuhnya mempertimbangkan karakteristik PPKS tersebut. Selanjutnya terkait komponen evaluasi proses program lainnya secara umum dapat diidentifikasi hingga diketahui faktor yang menjadi penghambat dan pendukung proses pelayanan. Panti bersama pihak terkait perlu menyesuaikan tahapan pelayanan dengan indikator pemenuhan upaya rehabilitasi sosial sesuai kebutuhan PPKS dan mengupayakan peningkatan komponen pendukung program hingga pada tataran tingkat efisiensi program melalui perencanaan penganggaran.
  • Item
    IMPLEMENTASI GREEN SOCIAL WORK PADA PROGRAM KAMPUNG IKLIM DI INDONESIA (Studi Kasus Desa Ujungalang Kabupaten Cilacap)
    (2022-10-03) JAKA RAMDANI; Rudi Saprudin Darwis; Budhi Gunawan
    Perubahan iklim saat ini mengancam 60 persen penduduk Indonesia yang bertempat tinggal di wilayah pesisir laut. Berdasarkan prediksi Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) salah satu wilayah pesisir laut di Pantai Selatan Pulau Jawa yaitu Desa Ujungalang Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah akan terkena dampak kenaikan muka air laut. Upaya peningkatan adaptasi masyarakat bertujuan untuk meminimalisir kerentanan, yang dapat dilakukan salah satunya melalui Program Kampung Iklim. Uniknya program pemberdayaan tersebut merujuk pada kerangka Green Social Work yang melibatkan multipihak seperti Green Social Worker, Profesi atau ahli (transdisiplin), masyarakat, dan kemitraan. Oleh karenanya, penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan implementasi Green Social Work pada Program Kampung Iklim dengan studi kasus di Desa Ujungalang Kabupaten Cilacap. Kerangka kerja Green Social Work digambarkan menggunakan penelitian kualitatif yang bersumber dari data primer maupun sekunder. Adapun, hasil penelitian dari data wawancara mendalam, observasi semi partisipan, dan studi kepustakaan diolah dan dianalisa hingga memperoleh temuan penelitian meliputi langkah Risk Assessment (Penilaian Risiko) terdapat kombinasi aplikasi Sistem Informasi Data Indeks Kerentanan (SIDIK) untuk menentukan tingkat kerentanan. Langkah Mitigation Planning (Rencana Mitigasi) terdapat kelemahan pada tidak dilengkapi upaya kuratif yang dapat mendukung program. Langkah Action Plan Development (Pengembangan Rencana Aksi) terdapat disinternalisasi inklusi sosial pada kriteria pemilihan kegiatan prioritas. Langkah Action Plan implementation (Implementasi Rencana Aksi) terdapat upaya meminimalisir risiko konflik pada penerapan program. Langkah Action Plan Evaluation (Evaluasi Rencana Aksi) terdapat indikator pada masing-masing bidang. Temuan tersebut merujuk diperlukannya peningkatan kolaborasi multipihak melalui pembenahan program yang lebih komprehensif khususnya pada kerangka program dengan menerapkan standar baku yang jelas, terukur, sinergis, dan sistematis.
  • Item
    Perlindungan Anak Terlantar di Rumah Perlindungan Sosial Asuhan Anak (RPSAA) Ciumbuleuit Kota Bandung
    (2022-03-22) GINA INDAH PERMATA NASTIA; Sri Sulastri; Eva Nuriyah Hidayat
    Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan persentase anak terlantar yang tinggi, yakni sebesar 1,26% atau sebanyak 22.122 anak terlantar. Guna menangani masalah tersebut, diperlukan upaya perlindungan anak terlantar melalui lembaga pengasuhan alternatif, yakni panti asuhan.Namun, pengasuhan berbasis lembaga ini memiliki sejumlah faktor risiko bagi perkembangan anak, sehingga pemindahan dini sistem pengasuhan berbasis lembaga menjadi sistem pengasuhan berbasis keluarga merupakan pilihan terbaik bagi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses perlindungan anak terlantar di Rumah Perlindungan Sosial Asuhan Anak (RPSAA) Ciumbuleuit Kota Bandung, sebagai upaya pemerintah dalam menangani masalah tingginya persentase anak terlantar di Provinsi Jawa Barat. Adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan jumlah informan sebanyak 11 orang, yakni terdiri dari 5 orang pekerja sosial yang bertugas di RPSAA Ciumbuleuit Kota Bandung, serta 5 anak dan 1 keluarga yang menerima pelayanan dari RPSAA Ciumbuleuit Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perlindungan anak terlantar di RPSAA Ciumbuleuit Kota Bandung belum diimplementasikan sesuai dengan proses pelayanan sosial dalam perlindungan anak terlantar, baik pada pelayanan bagi anak maupun pelayanan bagi keluarga. Pada pelayanan bagi anak, pekerja sosial belum melakukan asesmen yang mengidentifikasi seluruh aspek pada anak maupun keluarga; intervensi yang diberikan belum mampu memenuhi kebutuhan emosional anak; evaluasi yang tidak rutin, tidak konsisten, dan tidak mempergunakan instrumen evaluasi; serta fungsinya yang cenderung sebagai lembaga penyedia akses terhadap pendidikan daripada sebagai lembaga pengasuhan alternatif terakhir bagi anak. Dalam pelayanan bagi keluarga, proses pendekatan awal belum melibatkan penetapan tujuan bersama dan kontrak dengan keluarga; asesmen yang tidak mengidentifikasi aspek-aspek pada kondisi anak dan keluarga secara keseluruhan; rencana intervensi dan intervensi yang jenis metode dan keterlibatan para profesional yang masih terbatas dan belum sesuai dengan masalah dan kebutuhan keluarga; serta tidak adanya evaluasi terhadap perkembangan keluarga. Oleh karena itu, lembaga perlu mengatur kembali proses pelayanan sosial yang diimplementasikan, baik bagi anak maupun keluargam agarr pelayanan yang diberikan sesuai dengan masalah dan kebutuhan anak dan keluarga.
  • Item
    Pengambilan Keputusan oleh Pemimpin Pada Aktivitas Operasional di Organisasi Layanan Manusia (Studi SOS Childrens Village Lembang, Bandung Barat Saat Situasi Pandemi Covid-19)
    (2022-10-04) EKA NURWAHYULININGSIH; Hadiyanto Abdul Rachim; Soni Akhmad Nulhaqim
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin di organisasi layanan manusia, sebagai upaya yang dilakukan dalam merespon situasi krisis yang dihadapi oleh SOS Children’s Village Lembang, Bandung Barat selama masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dan jenis penelitian deksriptif kualitatif, dengan informan terdiri dari pemimpin atau village director, program koordinator, educator SFC, educator FSP, dan administrasi. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi; serta teknik analisa data menggunakan reduksi data, display data, kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan define the situation or problem (menentukan situasi atau masalah) yakni dapat membedakan antara masalah yang sebenarnya dengan indikasi-indikasinya, sehingga mempermudah administrator untuk melangkah ke tahapan selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan. Colect and study the facts (mengumpulkan dan mempelajari fakta), data dan informasi yang diperoleh dapat menggambarkan tentang kemungkinan alternatif solusi yang bisa dilakukan, namun belum dilakukan analisa secara mendalam terhadap fakta yang ditemukan karena keterbatasan waktu yang dimiliki. Formulate choices (merumuskan pilihan), pemetaan dilakukan oleh pemimpin sebagai administrator sehingga memperoleh sepuluh alternatif pilihan termasuk risiko yang harus diantisipasi. Anticipate likely results of the choices (antisipasi kemungkinan hasil dari alternatif), memperhatikan aspek tingkat risiko dari setiap alternatif yang tersedia. Considers feelings (mempertimbangkan perasaan), terdapat kelemahan pada tahapan ini yakni masih mempertimbangkan kekuatan pribadi dari pemimpin. Choose sound action (memilih tindakan yang tepat), berbagai upaya dilakukan dengan memperhatikan risiko serta menghindari penundaan keputusan yang terlalu lama dapat melemahkan proses administrasi. Follow through (menindaklanjuti), melakukan implementasi terhadap pilihan yang telah dirumuskan berupa kebijakan pembatasan aktivitas operasional di organisasi. Be flexible (bersikap fleksibel), administrator terbuka terhadap perubahan yang terjadi. Evaluate results (evaluasi hasil), strategi yang digunakan sudah cukup efektif dalam proses pengambilan keputusan, dan dapat dijadikan sebagai rujukan untuk melakukan perbaikan. Untuk meminimalisir risiko yang tidak diinginkan dalam pengambilan keputusan, penting bagi pemimpin dan pemangku kepentingan yang terlibat dapat lebih memperhatikan dampak dari keputusan, agar keberlangsungan aktivitas organisasi dapat terlaksana dengan baik.
  • Item
    SELF-DISCLOSURE ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI RPSAA AMAL SHOLEH PROVINSI GORONTALO
    (2022-09-14) DETYO EKA CAHYA SALIM; Budi Muhamad Taftazani; R. Nunung Nurwati
    Self-Dislcosure merupakan pemberian informasi tentang diri seseorang yang biasanya dirahasiakan namun diberitahu kepada orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai proses pengungkapan anak korban kekerasan seksual di RPSAA Amal Sholeh Provinsi Gorontalo dengan melihat lima dimensi yaitu Ukuran/Jumlah, Valensi, Kejujuran, Maksud dan Tujuan, dan Keakraban. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualititatif dengan metode studi kasus. Sumber data yang digunakan meliputi data primer dan data skunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dan studi dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan uji kredibilitas pemeriksaan yaitu trianggulasi sumber, trianggulasi waktu, trianggulasi teknik, Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualititatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengunkapan anak korban kekerasan seksual dilakukan kepada keluarga, waktu keterbukaan anak berbeda-beda, tergantung berapa banyak informasi tentang kekerasan seksual yang dimiliki oleh anak. Ketiga informan melakukan pengungkapan secara mandiri dengan menangis karena perasaan takut terhadap respon negatif dari lawan bicara. Respon negatif yang ditimbulkan oleh orang tua menyebabkan dua dari tiga orang anak menyembunyikan beberapa informasi tentang kekerasan seksual yang di alaminya kepada orang tuanya dan lebih terbuka kepada polisi karena memberikan perasaan nyaman dan aman ketika melakukan keterbukaan tentang kekerasan seksual. Tujuan anak korban kekerasan seksual melakukan pengungkapan atas kejadian yang di alaminya adalah agar anak tidak mendapatkan tindakan kekerasan seksual dari pelaku. Dua dari tiga informan menceritakan hubungan percintaan kepada sahabat ataupun saudaranya. Akan tetapi ketiga informan tidak menceritakan kekerasan seksual kepada siapapun termasuk teman dekat ataupun saudaranya karena beranggapan kekerasan seksual merupakan suatu aib yang harus disembunyikan.
  • Item
    PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP BURNOUT PEKERJA SOSIAL PADA PELAYANAN ANAK KORBAN TINDAK KEKERASAN SEKSUAL
    (2023-12-13) ANDITA RATIH; Binahayati; Sri Sulastri
    Dalam praktik pekerjaan sosial, terdapat satu seting yang sangat rentan mengalami burnout, yaitu para pekerja yang terlibat dalam perlindungan anak, khususnya korban tindak kekerasan seksual. Tujuan dari penelitian kuantitatif ini adalah mengases tingkat burnout dan tingkat dukungan sosial para pekerja sosial, serta menganalisis seberapa besar pengaruh dukungan sosial, usia, dan masa kerja terhadap burnout. Informan penelitian sebanyak 20 orang yang dipilih secara subjektif dengan kriteria spesifik, yaitu pekerja sosial di lembaga pemerintahan yang memiliki sertifikat kompetensi dan memberikan pelayanan kepada anak korban tindak kekerasan seksual. Survei dilakukan menggunakan Work-related version of the Burnout Assesment Tool (BAT-23) dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) untuk mengukur tingkat burnout dan dukungan sosial. Data dikumpulkan secara daring melalui Google Form, kemudian dianalisis menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 25. Penelitian menunjukkan para pekerja sosial yang bekerja pada pelayanan anak korban tindak kekerasan seksual selaku responden mengalami burnout berada dalam kategori sedang. Mereka menerima dukungan sosial dalam kategori sedang dari keluarga, teman, maupun orang lain yang signifikan. Di konteks pelayanan anak korban kekerasan seksual, dukungan sosial, usia, dan masa kerja tidak memiliki dampak signifikan terhadap tingkat burnout para pekerja sosial. Hal ini mengindikasikan bahwa, walaupun dukungan sosial penting dalam menjaga kesejahteraan individu, namun dalam kasus pekerja sosial yang menangani kasus yang sangat traumatis, variabel ini mungkin tidak cukup kuat untuk mengurangi burnout. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengeksplorasi faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi burnout atau melibatkan sampel yang lebih besar untuk memperkuat temuan ini secara statistik.
  • Item
    EFEKTIVITAS PROGRAM PARENTING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN CHILD MALTREATMENT: META-ANALISIS
    (2022-10-03) APRELLIA ANGGRAENI; R. Nunung Nurwati; Gigin Ginanjar Kamil Basar
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas program parenting sebagai upaya pencegahan penganiayaan anak di negara berkembang Asia. Metode yang digunakan berupa meta-analisis. Pencarian dilakukan pada basis data Scopus dan Web of Science. Kata kunci yang digunakan adalah “parenting program” dan sinonim lainnya, digabungkan dengan “child maltreatment” dan sinonim lainnya. Hasil penelusuran mengidentifikasi 1.318 artikel yang kemudian diperiksa berdasarkan judul. Sebanyak 239 abstrak artikel diperiksa dan dilanjutkan dengan pemeriksaan 123 teks lengkap artikel untuk diperiksa lebih detail dan dinilai kelayakannya. Sembilan artikel Randomized Controlled Trial (RCT) disertakan pada meta-analisis ini. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak Review Manager 5.4. Temuan menunjukkan bahwa penelitian ditemukan di negara berkembang wilayah Asia Tenggara dan Asia Barat Daya yaitu di negara Filipina, Thailand, Cina, dan Iran. Total random effect keseluruhan dari setiap luaran pada satu waktu setelah intervensi sebesar 0.03. Temuan ini menunjukkan program parenting tidak memiliki efek yang signifikan terhadap upaya pencegahan penganiayaan anak di negara berkembang Asia. Penelitian RCT lain diperlukan untuk memperkuat penelitian berbasis bukti yang telah ada.
  • Item
    Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Penyandang Disabilitas Cerebral Palsy di Sekolah Luar Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung
    (2023-06-19) RIA FAISYAHRIL; Santoso Tri Raharjo; Hery Wibowo
    ABSTRAK Tesis ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti terhadap perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak penyandang disabilitas cerebral palsy. Penerimaan orang tua terhadap anak penyandang disabilitas cerebral palsy terdapat lima tahapan, yaitu tahap penyangkalan (denial), tahap kemarahan (anger), tawar menawar (bargaining), tahap depresi (depression), dan tahap penerimaan (acceptance). Penjabaran tahapan penerimaan dalam tesis ini menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Elizabeth Kubler Ross. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pendekatan ini digunakan untuk menggali aspek-aspek dan deskripsi yang mendalam. Subyek penelitian ini adalah 3 orang tua yang memilki anak penyandang disabilitas cerebral palsy secara purposive. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam (in-depth interview), observasi dan studi dokumentasi. Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah uji credibility, uji transferability, uji depenability, dan uji confirmability. Selanjutnya hasil penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang memilki anak penyandang disabilitas cerebral palsy ada yang telah menerima dan ada yang masih dalam proses menerima kondisi anaknya yang di diagnosa menyandang cerebral palsy. Namun tidak semua orang tua kelima tahapan penerimaan yang dikemukakan oleh Elizabeth Kubler Ross.