Teknologi Industri Pertanian (S2)

Permanent URI for this collection

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 18 of 18
  • Item
    Optimasi Proses Penyulingan Minyak Atsiri dan Perancangan Agroindustri Berbahan Kulit Jeruk Lemon (Citrus limon L.) (Studi Kasus: Desa Suntenjaya Lembang)
    (2023-09-27) ABIL FADILA; S. Rosalinda; Sarifah Nurjanah
    Jeruk lemon menghasilkan kulit sebagai produk samping sebanyak 40-50% dari total bobot buahnya. Desa Suntenjaya sebagai salah satu daerah penghasil jeruk lemon, dengan jenis unggulan California, melakukan pengolahan produk pure jeruk lemon dengan limbah kulit yang banyak. Limbah kulit jeruk lemon dalam jumlah yang banyak tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku proses produksi minyak atsiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengoptimasi kondisi proses dan perancangan agroindustri penyulingan minyak atsiri kulit jeruk lemon di Desa Suntenjaya. Metode respon permukaan (Response Surface Methodology) dengan rancangan Central Composite Design digunakan dalam penelitian ini untuk mengoptimasi waktu penyulingan (5-7 jam), suhu pemanasan (90-110°C), dan rasio bahan baku (1:10-3:10) terhadap nilai rendemen, aroma, dan kadar limonene. Kondisi optimum yang didapat kemudian digunakan dalam perancangan agroindustri yang meliputi perancangan peta proses operasi, peramalan, desain tata letak pabrik, dan studi kelayakan melalui analisis finansial pabrik. Hasil penelitian menunjukkan kondisi optimum penyulingan (t = 7 jam, T = 90°C, dan rasio bahan baku 1:10) menghasilkan rendemen sebanyak 0,66%, aroma khas lemon (3,13), dan kadar limonene 72,06%. Minyak atsiri tersebut dikarakterisasi terhadap beberapa parameter uji meliputi warna (kuning bening), indeks bias (1,47), bobot jenis (0,85), kelarutan pada alkohol 70% (1:10), bilangan asam (5,60), serta kadar air dalam basis basah (87,07%) dan dalam basis kering (8,28%). Berdasarkan hasil analisis kelayakan yang meliputi IRR (19,88%), PBP (2,02 tahun), BEP (95.381 unit), dan harga pokok penjualan Rp 22.787 unit/tahun menunjukkan proses penyulingan minyak atsiri kulit jeruk lemon layak untuk didirikan. Dengan demikian, hasil optimasi proses penyulingan minyak atsiri kulit jeruk lemon pada penelitian ini dinilai dapat diaplikasikan ke dalam sistem agroindustri terintegrasi di Desa Suntenjaya
  • Item
    Perancangan Sistem Pabrikasi Puree Jeruk Lemon (Citrus Limon) di Desa Suntenjaya Lembang
    (2023-10-11) MAULIDANTY PARAHITA SUHERMAN; Boy Macklin Pareira Prawiranegara; Fitry Filianty
    Desa Suntenjaya Lembang merupakan lokasi utama budidaya jeruk lemon jenis California dengan permasalahan utama berupa penumpukan produksi jeruk lemon yang mencapai 60 ton perbulan. Salah satu alternatif yang diusulkan adalah pengolahan jeruk lemon menjadi puree. Produksi puree jeruk lemon dapat mengatasi penunpukan stok dan meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Suntenjaya Lembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebutuhan konsentrasi natrium benzoat pada puree jeruk lemon yang menghasilkan karakteristik dan masa simpan terbaik, serta merancang sistem pabrikasi puree jeruk lemon di Desa Suntenjaya Lembang. Perlakuan yang dilakukan dalam pembuatan puree jeruk lemon yaitu konsentrasi natrium benzoat (0,04%; 0,05%; 0,06%; 0,07%; 0,08%; 0,09%; dan 0,1%) dan lama penyimpanan (1, 4, 7, 10, 14 hari) pada suhu 40oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik terbaik terdapat pada puree jeruk lemon dengan penambahan natrium benzoat 0,07%. Total mikroba pada hari ke-14 masih dibawah batas maksimal yaitu 7,5x102, dengan nilai rata-rata pH selama penyimpanan 2,47, total gula 1,77 gram/100ml, dan kadar vitamin C 55,76 mg/100ml. Dengan memperhitungkan permintaan pasar puree jeruk lemon yang signifikan selama lima tahun terakhir mencapai 13.788 jiwa. Rancangan sistem pabrikasi dibuat menyesuaikan stok bahan baku dan permintaan pasar, sehingga pabrik ini memiliki kapasitas produksi sebesar 24.000 liter/bulan dengan satu lintasan produksi. Sistem pabrikasi ini diharapkan dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi masalah penumpukan stok jeruk lemon dan dapat diaplikasikan di Desa Suntenjaya Lembang.
  • Item
    PRODUKSI PATI TERMOPLASTIK BERBASIS SINGKONG PAHIT (MANIHOT ESCULENTA CRANTZ) DAN APLIKASINYA SEBAGAI POLYBAG AKTIF BIODEGRADABLE
    (2023-04-10) RISKA SUMIRAT; Fitry Filianty; Tidak ada Data Dosen
    Penggunaan pati termoplastik sebagai polybag aktif biodegradable merupakan alternatif menuju pertanian yang berkelanjutan. Selain itu, langkah ini adalah salah satu solusi permasalahan limbah plastik konvensional yang tidak dapat terdegradasi. Salah satu bahan alami yang potensial adalah pati singkong pahit (Manihot esculenta crantz). Pati singkong pahit mempunyai kadar pati yang tinggi, namun mengandung sianida sehingga tidak dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan. Pati termoplastik disintesis dengan menambahkan urea dan gliserol di rheomixer pada suhu 90oC, 50 rpm selama 10 menit. Penggunaan plasticizer harus dilakukan secara efisien agar menghasilkan hasil optimum, oleh karena itu formulasi dianalisis menggunakan response surface method (RSM). Faktor bebas (x) adalah komposisi urea dan gliserol sedangkan respon (y) adalah kekuatan tarik dan elongasi. Hasil analysis of variance (ANOVA) menunjukkan bahwa nilai signifikansi model dan faktor berada di bawah taraf alpha (p<5%), yang menunjukkan model signifikan. Validitas model menunjukkan 99,97% untuk kekuatan tarik dan 99,96% untuk elongasi. Pati termoplastik optimum kemudian dilakukan pengujian, yaitu meliputi sifat morfologi fungsional, mekanis, termal, kritalin, barrier, dan sifat biodegradable. Proses plastisasi pati di rheomix menjadi pati termoplastik menyebabkan perubahan nilai persen kristalinitas dan suhu degradasi bergeser dan berubah pada nilai yang lebih rendah dibandingkan bahan penyusunnya. Selain itu berdasarkan hasil Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) menunjukkan terbentuknya ikatan hidrogen yang lebih kuat antara pati dan plasticizer. Permukaan pati termoplastik optimum dianalasis dengan Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkan sudah terplastisasi dengan baik, namun tidak halus. Hal ini mempengaruhi sifat barrier yang meliputi water upatake, water solubility, water vapor transmission rate (WVTR) dan sudut kontak secara berturut-turut adalah 168,5%, 37,55%, 3045,1 g/m2 day dan 82o. Selain itu pati termoplastik sudah terdegradasi sempurna pada hari ke-20. Pengembangan formula optimum hasil RSM kemudian dikembangkan menjadi polybag aktif biodegradable. Hasil formula dianalisis untuk mengetahui pengaruh urea pada karakteristik polybag dan pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel polybag menunjukkan bahwa kandungan urea terbaik yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman pakcoy adalah polybag dengan konsentrasi urea 1% (R1). Polybag R1 bertahan hidup selama 32 hari dan tahan terhadap cuaca dingin dibandingkan dengan sampel polybag lainnya yang menunjukkan fenomena daun rontok secara berurutan.
  • Item
    Optimasi Kondisi Proses Ekstraksi Pada Pabrikasi Pektin Berbahan Kulit Buah Lemon (Citrus L.) Studi Kasus: Desa Suntenjaya Lembang
    (2023-03-08) AHMAD FADHLUL KAMAL; Fitry Filianty; Mahani
    Desa Suntenjaya Lembang merupakan salah satu tempat membudidayakan lemon jenis california. Pemanfaatan lemon saat ini masih didominasi pada pemanfaatan air lemonnya saja, sedangkan kulit buah lemon yang jumlahnya mencapai 40-50% masih minim pemanfaatannya. Salah satu pemanfaatan kulit buah lemon adalah mengolahnya menjadi minyak atsiri dan pektin. Proses produksi pektin adalah menggunakan metode ekstaksi pelarut asam sitrat. Penelitian ini bertujuan untuk mencari kondisi proses suhu dan waktu ekstraksi pektin yang optimum, dengan konsentrasi asam sitrat dan rasio padatan yang sudah ditentukan. Penelitian ini menganalisis kondisi suhu 60-80℃ dan lama waktu 30-60 menit untuk mencari rendemen terbaik. Kondisi optimum yang dihasilkan pada penelitian ini berada pada kondisi 77℃ selama 57 menit dan menghasilkan rendemen 8,1%. Penelitian ini juga membandingkan berbagai kondisi bahan baku pada suhu dan waktu optimum yang menghasilkan kulit lemon sisa penyulingan mampu menghasilkan rendemen tertinggi dibandingkan kondisi kulit lemon yang lain, yaitu mencapai 10,84%. Kondisi proses optimum dan bahan kulit lemon sisa penyulingan minyak atsiri menjadi acuan untuk dilakukan scale up menjadi perancangan agroindustri pektin. Rancangan pabrikasi berfokus untuk mengolah limbah yang dihasilkan oleh industri puree dan minyak atsiri menjadi produk yang bernilai tambah. Sehingga rancangan pabrikasi pektin mampu mengolah 1.800 kg kulit lemon/hari, dan mampu menghasilkan 108 kg pektin/hari.
  • Item
    Optimasi Produksi dan Karakterisasi Selulosa Asetat dari Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit
    (2022-09-13) AISYAH HANIFAH; Efri Mardawati; Tidak ada Data Dosen
    Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah padat yang berasal dari industri pengolahan minyak kelapa sawit. Komponen penyusun TKKS antara lain selulosa, hemiselulosa dan lignin. TKKS memiliki kandungan selulosa yang besar sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi produk turunan selulosa yaitu selulosa asetat. Ekstraksi selulosa dilakukan melalui tahapan hidrolisis, delignifikasi, pulping dan bleaching. Proses ekstraksi menghasilkan selulosa dengan kadar α-selulosa 98,6% dan rendemen 19,645%. Selulosa kemudian disintesis menjadi selulosa asetat melalui tahapan aktivasi, asetilasi dan hidrolisis. Pada penelitian ini telah dilakukan optimasi proses hidrolisis dengan menggunakan Response Surface Methodology (RSM) untuk menghasilkan selulosa asetat dengan kadar astil 39-40%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi optimum proses rasio air terhadap selulosa, waktu dan suhu hidrolisis (2:1, 60 menit dan 30˚C) menghasilkan kadar asetil 39,459%. Selulosa asetat sintesis dan komersial dianalisis menggunakan analisis instrumental meliputi Thermogravimetric Analysis (TGA), Differential Scanning Calorimetry (DSC) dan Fourier Transform Infrared (FTIR). Analisis TGA menunjukkan selulosa asetat komersial mengalami kehilangan massa sebanyak 12,16% hingga suhu 185,84% sedangkan selulosa asetat sintesis mengalami kehilangan massa sebanyak 13,08% hingga suhu 170˚C. Pada tahap berikutnya, kehilangan massa mencapai 70-80% pada suhu 200-400˚C. Analisis DSC menunjukkan selulosa asetat sintesis memiliki suhu transisi gelas (Tg) 133,4˚C dan suhu leleh (Tm) >250˚C, lebih besar dibandingkan selulosa asetat komersial yang memiliki suhu transisi gelas (Tg) 109˚C dan suhu leleh (Tm) 229,23˚C. Analisis morfologi FTIR menunjukkan selulosa asetat memiliki gugus hidroksil (-OH), gugus C-H, gugus C=O, gugus C-O dan ikatan glikosidik C-O-C.
  • Item
    SINTESIS KOMPOSIT PATI TERMOPLASTIK SINGKONG PUCUK BIRU DAN POLYLACTIC ACID (PLA) SEBAGAI PLASTIK BIODEGRADABLE
    (2023-04-10) ARFIATHI; Fitry Filianty; Tidak ada Data Dosen
    Pemakaian plastik sintesis yang sulit terurai, berdampak pada pencemaran lingkungan. Plastik Biodegradable yang cepat terdegradasi menjadi salah satu alternatif permasalahan tersebut. Pati dapat dimanfaatkan menjadi bioplastik yaitu pati termoplastik (TPS) dengan tambahan isosorbid sebagai pemlastis dan asam sitrat sebagai co-plasticizer, dengan rheomixer (suhu 120ºC, 80 rpm, 7 menit). Selanjutnya dilakukan pencampuran Polylactic Acid (PLA) dengan formulasi terbaik PBCA yang menghasilkan sifat mekanis terbaik pada suhu 150 ºC, 80 rpm, 7 menit. Pencampuran dua polimer yaitu TPS dan PLA memungkinkan untuk mendapatkan plastik dengan sifat mekanis yang baik dan degradasi yang cepat dibandingkan plastik sintetis. Kombinasi PBCA/PLA sulit bercampur karena interaksi antarmuka yang buruk antara granula pati hidrofilik dan PLA hidrofobik. Penambahan asam sitrat dapat meningkatkan suhu degradasi pati interaksi antara pati dan isosorbid serta memfasilitasi pencampuran PBCA dan PLA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam sitrat mempengaruhi karakteristik pati termoplastik yaitu asam sitrat sebesar 1% meningkatkan kuat tarik dari 9,66 MPa (PBCA 0) menjadi 12,93 MPa (PBCA 1), penambahan asam sitrat menggeser puncak kristal dari 18,99 ºC pada PBCA 0 menjadi 18,72 ºC pada PBCA 3. Penambahan asam sitrat pada konsentrasi 1–5% dapat meningkatkan suhu transisi gelas dari 48,81oC menjadi 55-76oC dan storage modulus (E’) pada 25 oC dari 2,46 menjadi 3,47 GPa. Hasil analisis TGA konsentrasi asam sitrat pada PBCA menurunkan nilai Td1Onset 177 – 146,92 oC, Td2Onset dari 287,25 oC menjadi 280,15 oC dan Td1Max 171 ,83 menjadi 134,09 oC, Td1Max dari 311,12oC menjadi 304,18 oC. Penambahan PLA memperbaiki sifat kuat tarik pada TPS yaitu 13,42 MPa (PBCA/PLA 5%), penambahan PLA 20% menaikkan elongasi PBCA 0,89% menjadi 2,57%, terjadinya pergeseran derajat kristalinitas yaitu 18,78o – 18,49o ketika PLA ditambahkan. Nilai suhu awal dekomposisi (Tdonset) maupun suhu dekomposisi maksimal pada bioplastik campuran PBCA/PLA lebih kecil dibandingkan PLA murni 337,11 dan 369, 55 oC. Semakin tinggi konsentrasi PLA 5 – 20% yang ditambahkan suhu Tg pada bioplastik juga meningkat (41,55 – 55,01°C) namun masih lebih rendah dibandingkan PBCA (55,76°C), storage modulus (E’) bioplastik berkisar 0,63– 1,69 GPa. Biodegradasi sampel PBCA dan campuran PBCA dan PLA dengan metode soil burial pada hari ke 6 tersisa berat sampel yang tersisa sebesar 0 – 0,09 g sedangkan PLA hampir tidak mengalami degradasi yaitu 0,37 g, pada metode Aspergilus Niger pada hari ke 10 sampel PBCA dan PBCA/PLA telah ditutupi oleh jamur sebesar 98-99%.
  • Item
    KAJIAN PRODUKSI CELLULOSE NANOCRYSTALS (CNC) MELALUI PROSES PRE-TREATMENT DAN HIDROLISIS DARI AMPAS BONGGOL TANAMAN NANAS
    (2023-04-10) AMELIA HARIRY; Efri Mardawati; Tidak ada Data Dosen
    Konsep biorefineri dan penerapan industri berkelanjutan telah dilakukan dengan memanfaatkan limbah bonggol nanas dari ampas proses produksi enzim bromelin PT. Great Giant Pineapple, Lampung untuk menghasilkan Cellulose Nanocrystalline (CNC). Kajian biorefineri pemanfaatan limbah industri perkebunan buah nanas secara menyeluruh dilakukan dengan analisa bibliometrik dan deskriptif eksploratif menggunakan software VOSviewer 1.6.18 dengan menggunakan database penerbit jurnal yang terindeks Scopus. Produksi CNC diproduksi dengan memvariasikan perlakuan awal menggunakan kombinasi microwave dan penambahan NaOH 0.5, 1, 1.5, dan 2 % berat pada suhu 100 oC dan waktu 15 menit. Kemudian dilanjutkan dengan hidrolisis asam organik menggunakan asam maleat pada konsetrasi 50% (b/b) pada suhu 100oC selama 60 menit. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan tren riset pemanfaatan limbah industri perkebunan nanas untuk produksi nanoselulosa di Indonesia dan menentukan karakteristik CNC terbaik melalui karakterisasi rendemen, ukuran nano, zeta potensial, kristalinitas, gugus fungsional, dan kestabilan panas pada variasi perlakuan awal bahan baku dan hidrolisis asam maleat. Hasil analisa bibliometrik menampilkan visualisasi jaringan, visualisasi hamparan dan visualisasi kerapatan yang menunjukkan bahwa penelitian nanoselulosa di Indonesia mengalami peningkatan selama 7 tahun terakhir sejak tahun 2015. Perlakuan awal yang digunakan antara lain ball mill, hidrolisa asam non organik kuat, asam sitrat dan asam maleat. Sehingga perlakuan microwave dengan penambahan NaOH memiliki kebaruan pada penelitian ini. CNC berukuran nano dengan diameter rata-rata 87.03 nm, dengan zeta potensial -42.8 mV, indeks kristalinitas 56.80% dengan gugus karboksil diperoleh pada perlakuan microwave-NaOH 2% dengan rendemen tertinggi yaitu pada 12.59%. Perlakuan microwave-NaOH mampu meningkatkan kestabilan panas CNC (Tonset=304°C dan Tmaks=343,80°C) sehingga CNC yang dihasilkan potensial dipergunakan sebagai penguat pada materil komposit yang memerlukan perlakuan panas tinggi untuk proses manufakturnya.
  • Item
    Kajian Karakteristik dan Potensi Bahan Baku Nabati Dalam Proses Produksi Lesitin Halal
    (2022-10-12) ARINA SABILA NURHIDAYAT; Efri Mardawati; Tidak ada Data Dosen
    Lesitin adalah fosfolipid bersifat amphifilik yang memiliki struktur polar dan nonpolar sehingga umum diaplikasikan sebagai pengemulsi di industri pangan. Lesitin juga diperlukan sebagai bahan multifungsi di industri farmasi, kosmetik dan industri kimia seperti tekstil, cat, tinta, hingga industri pakan hewan ternak dan makanan hewan peliharaan kalengan. Akan tetapi, lesitin yang beredar di pasaran kini belum jelas status kehalalannya karena umum diproduksi dari isolasi organ tubuh hewan termasuk babi. Produksi lesitin minyak nabati kelapa sawit, kelapa, kedelai dan jagung dapat menjadi solusi. Untuk itu dilakukan penelitian ini, dengan tujuan untuk mengetahui bahan baku minyak nabati mana yang paling potensial untuk dikembangkan sebagai alternatif bahan baku lesitin halal di Indonesia berdasarkan 3 kriteria yaitu kemudahan teknologi proses, karakteristik produk yang dihasilkan dan kriteria potensi ketersediaannya. Tahapan penelitian ini dimulai dari tahapan karakterisasi bahan baku. Tahapan kedua adalah produksi, purifikasi dan karakterisasi lesitin dengan kriteria uji nilai kadar air, bilangan asam, viskositas AI, TI, rendemen, tipe emulsi, analisis komponen asam lemak, indeks creamy, kapasitas emulsi dan stabilitas emulsi. Lalu dilakukan studi literatur terkait data luas tanam, produksi dan produktivitas setiap komoditas sebagai indikator kriteria potensi ketersediaan. Selanjutnya data-data tersebut dianalisis menggunakan metode Promethee. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program Visual Promethee, disimpulkan bahwa minyak kelapa sawit adalah minyak nabati paling potensial untuk digunakan sebagai bahan baku produksi lesitin halal di Indonesia dengan nilai netflow tertinggi yaitu 0,2857. Analisis titik kritis keharaman dilakukan terhadap penggunaan bahan baku dan setiap tahapan proses dalam penelitian ini, untuk selanjutnya dapat dirumuskan Sistem Jaminan Produk Halal Lesitin Halal. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memilih produsen yang telah memiliki sertifikat halal atau yang dapat menjamin produksi sesuai dengan kriteria, mencuci alat secara berkala dan memisahkan produk dengan produk lain yang berpotensi mencemari.
  • Item
    ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN BERBASIS QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) PADA COFFEE SHOP
    (2023-03-14) NADYA NOVIANTI DWI PUTRI; Fitry Filianty; Boy Macklin Pareira Prawiranegara
    Toko Mansure merupakan salah satu kedai kopi di Lampung yang menyediakan wadah untuk bertemu dan berkumpul dengan teman bagi kalangan. Kedai ini berfokus pada kualitas pelayanan, dikarenakan pelayanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Penelitian ini difokuskan pada jasa atau pelayanan dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) pada Coffee Shop. Hasil dari penyusunan QFD ini menghasilkan sebuah rumah mutu (House of quality/HOQ) yang di dalamnya berisikan informasi mengenai perancangan pengembangan produk atau jasa serta bertujuan untuk mendapatkan gambaran nilai gap tingkat kepuasan konsumen melalui penyusunan Planning Matrix pada metode Quality Function Deployment (QFD) studi kasus konsumen Toko Mansure Kota Bandar Lampung. Selain itu untuk mengevaluasi hubungan antar Technical Correlations pada metode Quality Function Deployment (QFD) dalam memenuhi kualitas pelayanan sehingga dapat mengetahui atribut apa yang perlu dilakukan perbaikan di Toko Mansure Kota Bandar Lampung. Penelitian ini melibatkan 100 responden yang merupakan konsumen Coffee Shop secara umum dan konsumen Toko Mansure. Hasil penelitian ini menunjukkan 8 atribut telah memenuhi kepuasan konsumen dari Toko Mansure dengan menunjukan nilai gap positif dan terdapat 9 atribut yang perlu diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan karena memiliki hubungan yang kuat dengan kebutuhan konsumen sehingga atribut tersebut berkontribusi besar terhadap kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Toko Mansure.
  • Item
    Analisis Implementasi Prinsip Ekonomi Sirkular pada Bank Sampah Bersinar
    (2023-01-12) SASVIA AYU PUZIANTI; Fitry Filianty; Gemilang Lara Utama Saripudin
    Bank sampah merupakan salah satu wadah yang dapat mengelola sampah dan lingkungan yang ditransformasikan menjadi uang, namun tidak seluruh kegiatan pengelolaan sampah dan lingkungan dapat dibuktikan menerapkan ekonomi sirkular sesuai klaimnya. Kegiatan pengelolaan sampah dan lingkungan yang memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dapat diukur kesesuaiannya dengan prinsip ekonomi sirkular menggunakan circularity performance indicators (CPIs). Bank Sampah Bersinar (BSB) merupakan salah satu bank sampah yang mengklaim penerapan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampahnya, dengan jejaring kemitraan yang dimiliki serta aliran sampah dan uang kembali lagi ke nasabah dalam siklus tertutup. CPIs yang dinilai pada pengelolaan sampah di BSB mencapai nilai tingkat capaian responden (TCR) sebesar 83.46%. Kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh BSB dapat diklaim menerapkan prinsip ekonomi sirkular karena terdiri dari kegiatan 4R yakni reuse, reduce, recycle, dan repair. Hingga tahun 2022 BSB memiliki 11.000 nasabah aktif, memiliki mitra kerjasama lebih dari 60 yang terdiri dari bidang akademisi, bisnis, komunitas lingkungan, pemerintah, serta media, mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dengan terbukanya lowongan pekerjaan untuk masyarakat sekitar, mampu mereduksi sampah Kota dan Kabupaten Bandung yang perlu dikelola sebanyak 49%, dan mendapatkan penghargaan sebagai bank sampah terbaik se-Indonesia yang dinobatkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
  • Item
    PERANCANGAN STRATEGI MARKETING BARU BRAND X MENGGUNAKAN PENDEKATAN DESIGN THINKING
    (2023-04-11) WIBAWA PRADANA; Dwi Purnomo; Fitry Filianty
    Persaingan dalam dunia industri semakin ketat terlihat dari banyaknya merek teh dalam kemasan siap minum yang beredar di pasaran. Produk pesaing yang semakin banyak jumlahnya mengakibatkan konsumen semakin selektif dalam memilih produk yang akan dikonsumsinya (Fitriani 2015). Design Thinking adalah suatu proses atau pendekatan yang berpusat pada kebutuhan manusia untuk menggabungkan kebutuhan individu atau kelompok sebagai cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada (Lazuardi, 2019). Pendekatan design thinking bertujuan untuk mengatasi suatu permasalahan dengan cara memfokuskan kebutuhan pengguna (Mucjal et al., 2021). Pendekatan ini dirasa cocok untuk merancang strategi pemasaran yang tepat setelah mendapatkan identifikasi karakteristik konsumen dan analisis bauran pemasaran. Observasi langsung yang dilakukan dengan para stake holder bisnis brand X dinilai dapat menghasilkan rancangan strategi pemasaran yang sesuai. Design thinking dianggap mampu menerjemahkan permasalahan yang belum terdefinisi dalam keadaan dan situasi yang kompleks dalam sebuah perusahaan atau lingkungan usaha (Brown & Wyatt, 2010).
  • Item
    Analisis Green Marketing Starbucks Coffee terhadap Green Purchase Intention sebagai Acuan Usaha Coffee Shop Lokal Banfung
    (2022-10-03) YUNITA HASNAH DEVINA; Roni Kastaman; Efri Mardawati
    Penelitian memiliki tujuan untuk mengetahui strategi green marketing yang sudah diterapkan oleh Starbucks Coffee di Kota Bandung dan mengetahui pengaruh mediasi terhadap penerapan green marketing. Kuesioner disebarkan kepada 110 konsumen Starbucks Coffee di Kota Bandung yang kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan karakteristik responden, analisis importance-performance analysis untuk mengetahui indikator penting pada strategi green marketing dan dijadikan sebagai acuan penerapan strategi green marketing pada coffee shop lokal di Bandung, dan analisis structured equation model-partial least square (SEM-PLS) untuk mengetahui pengaruh mediasi green marketing. Hasil menunjukkan bahwa variabel terpenting pada strategi green marketing adalah variabel green product dan variabel green price tidak memiliki indikator yang dianggap konsumen penting. Hasil menunjukkan bahwa penerapan strategi green marketing memiliki pengaruh mediasi sebagian pada pemberian green knowledge terhadap peningkatan green purchase intention. Oleh karena itu, pelaku usaha coffee shop lokal ataupun Starbucks Coffee dapat mengevaluasi dan memperbaiki penerapan green marketing sehingga mendapatkan peningkatan green purchase intention yang optimal.
  • Item
    Pengujian Efek Antiobesitas Ekstrak Bawang Hitam Tunggal Melalui Penghambatan Akumulasi Lipid Selama Diferensiasi Adiposit Menggunakan Lini Sel 3T3-L1 dan Analisis Kelayakan Finansial Produk
    (2021-06-30) ERIN NUR FITRIANI; Efri Mardawati; Eko Fuji Ariyanto
    Obesitas, yang didefinisikan sebagai massa jaringan adiposa yang berlebihan, merupakan faktor utama dalam meningkatkan risiko penyakit serius seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan osteoartritis. Obesitas dikaitkan dengan perluasan jaringan adiposa oleh asupan lemak makanan yang berlebihan, yang menyebabkan hiperplasia adiposit dan hipertrofi. Dengan demikian, penghambatan diferensiasi adiposit dan akumulasi lipid merupakan target penting untuk mencegah obesitas. Bawang putih memiliki banyak efek menguntungkan, termasuk sifat antioksidan, antikanker, anti-inflamasi, dan antiobesitas. Bawang putih hitam (black garlic), salah satu produk olahan bawang putih yang terkenal dihasilkan melalui proses fermentasi pada kondisi temperatur dan kelembaban yang tinggi. Saat ini penelitian yang telah dikembangkan terhadap produk bawang putih hitam masih terfokus pada jenis bawang putih multi siung, penelitian tentang potensi bawang putihNtunggal masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek anti obesitas black garlic tunggal terhadap akumulasi lipid pada lini sel 3T3-L1. Berdasarkan hasil analisis, ekstrak black garlic mengandung senyawa polifenol sebesar 23,15 mg /g, dan senyawa flavonoid sebesar 9,75 mg/g. Berdasarkan pewarnaan Oil Red O, induksi dengan atau tanpa ekstrak bawang putih hitam mengubah pra-adiposit 3T3-L1 menjadi sel lemak bundar matang yang ditandai dengan lipid tetesan merah. Ekstrak black garlic menghambat akumulasi lipid secara signifikan pada dosis 2.5 dan 5 mg/mL (p<0.05) dan sangat signifikan pada dosis 7.5 mg/mL (p<0.01). Secara keseluruhan, hasil ini menunjukan bahwa esktrak black garlic memiliki efek penghambatan akumulasi lipid pada sel 3T3-L1 matang dan dapat dimanfaatkan dalam alternatif pegobatan obesitas. Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan keuangan, usaha produk bawang putih hitam memiliki nilai NPV sebesar Rp. 141.456.429, nilai Net B/C ratio sebesar 3,43, dengan IRR 54,89%, dan PBP selama 1,8 tahun. Hasil tersebut menyatakan bahwa usaha komoditas black garlic dinyatakan layak untuk dijalankan dari semua kriteria yang ditetapkan.
  • Item
    STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PADA UMKM SOTO SURABAYA MBAK SRIE BERDASARKAN KEPUASAN PELANGGAN DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI QUALITY FUNCTIONAL DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
    (2022-07-04) ALFANDO PUTRANTYO WIRATAMA; Roni Kastaman; Boy Macklin Pareira Prawiranegara
    Berdasarkan data dari sensus ekonomi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia terdapat sebanyak 26.073.689 unit UMKM non pertanian. Banyaknya jumlah UMKM tidak serta merta membuat lingkungan dunia UMKM menjadi baik, permasalahan yang biasa timbul di UMKM adalah persaingan pasar, kemampuan manajerial yang kurang baik. Banyaknya unit UMKM di Indonesia yang menimbulkan persaingan pasar menjadi lebih sulit serta dapat membuat kebutuhan dan keinginan konsumen mengenai suatu hal cepat berubah sehingga hal yang diperhatikan oleh banyak pelaku usaha untuk bersaing adalah mengatur kepuasan pelanggan. Soto ayam surabaya “Mbak SRie” merupakan salah satu UMKM yang bergerak dalam bidang penyajian makan dan minum serta memiliki perhatian terhadap kepuasan pelanggan sehingga memberikan kualitas terbaik untuk memenuhi ekspektasi pelanggan. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui kriteria kepuasan pelanggan soto ayam surabaya berdasarkan variabel kualitas produk, kualitas pelayanan, kualitas harga dengan melakukan survei kepuasan pelanggan. Mengetahui strategi yang diprioritaskan guna meningkatkan kualitas dari soto ayam surabaya dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Meningkatkan kualitas dari Soto Ayam Surabaya dengan cara memperbaiki kualitas secara sederhana menggunakan Quality Functional Deployment (QFD) dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Penggunaan AHP dilakukan dengan menggunakan software ExpertChoice. Kriteria kepuasan pelanggan dari masing-masing variabel dan atribut harapan termasuk kedalam kriteria baik. Variabel kepuasan pelanggan dengan nilai rata-rata tertinggi adalah variabel kualitas pelayanan dengan nilai rata-rata sebesar 4,04 kemudian disusul variabel kualitas harga dengan nilai rata-rata sebesar 3,91 dan variabel kualitas produk dengan nilai 3,86 dengan seluruh kriteria nya adalah baik. Strategi yang memiliki nilai bobot dari yang terbesar dengan menggunakan metode AHP adalah melakukan digitalisasi dengan bobot sebesar 0,308 Peningkatan kualitas dilakukan dengan fokus dimensi atau atribut kepuasan pelanggan yang memiliki nilai bobot terbesar yaitu kehalalan dan kehigienisan sebesar 7,51, rasa sebesar 7,21, kemudahan menjangkau lokasi sebesar 6,95, harga sesuai kualitas sebesar 6,77 dan dimensi kemasan dengan nilai bobot sebesar 6,59. Strategi peningkatan kualitas yang digunakan adalah melakukan penanganan secara higienis, melakukan digitalisasi dan memperbaiki kemasan serta merekayasa produk.
  • Item
    Analisis Strategi Green Marketing Terhadap Penambahan Essential Oil Pada Lotion Virgin Coconut Oil (VCO)
    (2022-09-26) PUTRI RIZQI AMALIYAH; Efri Mardawati; Boy Macklin Pareira Prawiranegara
    Peningkatan jumlah konsumsi produk green cosmetics di Indonesia disebabkan dari perubahan kesadaran konsumen untuk memperhatikan produknya mendukung kelestarian lingkungan terutama pada tanah. Salah satu produk kosmetika yang dapat mendukung produk ramah lingkungan adalah lotion Virgin Coconut Oil (VCO). Penelitian ini mengevaluasi variasi penambahan emulgator dan essential oil pada lotion Virgin Coconut Oil (VCO). Pengujian terhadap lotion, meliputi uji homogenitas, bobot jenis, stabilitas, penentu pH, organoleptik, dan logam berat, kemudian dianalisis statistik menggunakan uji Kruskall-Wallis. Dalam mendukung penjualan dan program kelestarian produk lotion ini menggunakan strategi green marketing dengan variabel 7P’s marketing mix. Dalam mengetahui strategi green marketing melalui kuesioner, kemudian dianalisis deskriptif terhadap karakteristik konsumen lotion Nucoskin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lotion dengan formulasi penambahan emulgator 2% memiliki nilai karakteristik mutu sesuai SNI dan organoleptik yang disukai oleh panelis serta strategi green marketing program retur kemasan dengan pemberian diskon 20% dapat mengurangi beban kerusakan lingkungan terhadap tanah pada lahan 7,6 m2 dari lahan sebesar 10 m2, serta didukung dengan pemasaran yang tepat dan maksimal.
  • Item
    EVALUASI POTENSI ANTITUMOR PADA LINI SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 DAN ANALISIS UMUR SIMPAN PRODUK BLACK GARLIC DENGAN METODE ACCELARATED SHELF LIFE TESTING (ASLT)
    (2021-06-08) DESI AYU SUNDARI; Eko Fuji Ariyanto; Efri Mardawati
    Black garlic sudah banyak dimanfaatkan sebagai pangan fungsional karena senyawa biokatif yang terkandung didalamnya mampu memberikan efek kesehatan bagi manusia. Senyawa bioaktif pada black garlic lebih tinggi jika dibandingkan dengan bawang putih segar, seperti polifenol, flavonoid, SAC, dan SAMC. Senyawa-senyawa ini yang berperan dalam memberikan efek kesehatan seperti memberikan efek antitumor. Beberapa penlitian menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung dalam black garlic mampu menghambat pertumbuhan tumor. Namun, seiring berjalannya waktu senyawa akan mengalami degradasi yang menyebabkan penurunan mutu pada produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek senyawa bioaktif pada black garlic yang berkontribusi terhadap penurunan pertumbuhan lini sel kanker payudara MCF-7 serta menentukan umur simpan pada produk black garlic yang diproduksi menggunakan rice cooker selama 18 hari. Metode penelitian yang digunakan dalam evaluasi antitumor adalah uji MTT Assay yang dianalisis menggunakan one way ANOVA (Analysis of Variance) dan dilanjutkan uji Duncan menggunakan aplikasi SPSS versi 25.0. sedangkan untuk pendugaan umur simpan metode yang digunakan adalah ASLT yang dilanjut dengan model matematis Arrhenius. Hasil dari penelitian menunjukkan ekstrak black garlic menggunakan etanol 70% dengan konsentrasi 500 ppm dan 1000 ppm menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0.05), namun hasil yang didapat tetap tidak menghambat pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7 sebanyak 50%. Black garlic tidak memiliki aktivitas sitotoksisitas yang disebabkan karena asal tanaman, sampel yang berwarna, proses produksi, proses ekstraksi, dan pemilihan pelarut. Black garlic yang diporduksi dengan rice cooker selama 18 hari mampu bertahan selama 147 hari pada suhu 4oC, 103 hari pada suhu 33oC, dan 97 hari pada suhu 37oC.
  • Item
    PRODUKSI XILITOL DARI BONGGOL NANAS (Ananas comosus (l.) Merr) TERHIDROLISASI SECARA ENZIMATIS DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN MIKROORGANISME Debaryomyces hansenii DAN Candida tropicalis
    (2021-09-14) AGUS TRY HARTONO; Efri Mardawati; Bambang Nurhadi
    Produksi xilitol dari bahan berlignoselulosa seperti bonggol nanas melalui dua tahapan proses yaitu proses hidrolisis dan proses fermentasi. Proses hidrolisis dilakukan secara enzimatis dan asam, sedangkan untuk proses fermentasi dilakukan dengan menggunakan dua mikroorganisme yaitu Debaryomycess hansenii dan Candida tropicalis. Sebelum dilakukannya kedua proses tersebut, bonggol nanas di karakterisasi untuk mengetahui kandungan lignoselulosa bonggol nanas. Karakterisasi bonggol nanas dilakukan dengan metode van soest. Nilai hemiselulosa yang didapatkan adalah sebesar 36,06%, selulosa sebesar 14,20% dan lignin sebesar 10,05 %. Kandungan hemiselulosa dari bonggol nanas ini cukup tinggi sehingga berpotensi untuk dapat dijadikan sebagai bahan baku produksi xilitol. Tahapan hidrolisis dilakukan dengan menggunakan enzim Cellic HTec2 untuk hidrolisis enzimatis H2SO4 4% untuk hidrolisis asam. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode DNS, nilai xilosa yang didapatkan pada proses hidrolisis enzimatis adalah sebesar 169,10 g/L dan untuk hidrolisis asam xilosa yang didapatkan adalah sebesar 68,26 g/L. Dari data yang didapat menunjukkan bahwa xilosa yang terbentuk pada hidrolisis enzimatis lebih besar dibandingan dengan xilosa hasil hidrolisis asam. Proses fermentasi substrat xilosa dilakukan dengan menggunakan mikroba D.hansenii dan C.tropicalis. Mikroba yang memiliki kemampuan mengkonversi xilosa menjadi xilitol terbaik adalah C.tropicalis dengan menggunakan substrat xilosa hasil hidrolisis enzimatis. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan sel C.tropicalis lebih tinggi dibanding D.hansenii yaitu sebesar 61,81 g/L. Kadar xilitol ditentukan dengan analisis HPLC. Konsentrasi xilitol tertinggi dihasilkan oleh mikroba C.topicalis menggunakan substrat xilosa hasil hidrolisis enzimatis yaitu sebesar 4,29 g/L.
  • Item
    PRODUKSI ETANOL DARI BONGGOL NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) DENGAN HIDROLISIS DAN FERMENTASI SECARA SIMULTAN MENGGUNAKAN TIGA JENIS MIKROORGANISME DAN DUA JENIS TAHAP PEMURNIAN
    (2023-05-15) NATASHA PUTRI SIAHAAN; Sarifah Nurjanah; Sarifah Nurjanah
    Konsumsi energi terus menerus dengan pengembangan teknologi serta penggunaan bahan bakar fosil secara ekstensif menyebabkan banyak masalah sosial, ekonomi dan lingkungan. Sehingga pencarian sumber energi terbarukan dan memanfaatkan bahan bakar alternatif seperti bioetanol terus dilakukan. Nanas merupakan alternatif bahan baku dalam pembuatan bioetanol dikarenakan Indonesia sebagai 10 negara penghasil nanas terbesar di dunia dan menyisakan 0,62 juta ton limbah nanas pertahunnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan khamir terbaik diantara Saccharomyces cerevisiae, Debaryomycess hansenii dan Candida tropicalis yang dapat menghasilkan etanol dengan konsentrasi tertinggi menggunakan metode hidrolisis enzimatik dan fermentasi secara simultan serta mengetahui perbedaan konsentrasi etanol yang dihasilkan setelah melewati satu tahapan pemurnian dan dua tahapan pemurnian. Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimental laboratorium. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode Preference Ranking Organization Methods for Enrichment Evaluation (PROMETHEE II). Proses produksi menggunakan metode Sakarifikasi dan Fermentasi Simultan (SSF) Proses pemurnian dilakukan melalui proses destilasi dalam dua tahap. Data yang dihasilkan adalah hasil pengulangan sebanyak 3 kali. Penggunaan khamir D. hansenii dan proses pemurnian satu kali menghasilkan konsentrasi etanol tertinggi yaitu 4,32 g/L. Pemurnian yang dilakukan sebanyak dua kali menurunkan konsentrasi etanol yang ada, sehingga tidak dapat dijadikan alternatif dalam produksi etanol.