Keperawatan (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Keperawatan (S1) by Author "Aat Sriati"
Now showing 1 - 20 of 76
Results Per Page
Sort Options
Item Dukungan Sosial Pada Ibu Hamil Yang Mengalami Ketakutan Akan Persalinan : A Scoping Review(2022-10-12) SITI NURATIQ; Sukmawati; Aat SriatiLatar Belakang : Ketakutan melahirkan merupakan masalah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup ibu hamil sehingga perlu penanganan berupa dukungan sosial untuk mengurangi ketakutan akan persalinan agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan. Tujuan penelitian ini untuk memetakkan dukungan sosial pada ibu hamil yang mengalami ketakutan akan persalinan berdasarkan literatur yang telah dipublikasikan. Metode : Metode yang digunakan ialah scoping review dengan pencarian artikel yang dilakukan di database PubMed, EBSCOhost, Science Direct dan Garuda yang terbit pada tahun 2012-2022 dengan kriteria artikel berbahasa Inggris, berbahasa Indonesia dan tersedia full text. Setelah dilakukan seleksi dengan pendekatan diagram PRISMA dan penilaian menggunakan JBI, maka didapat 8 artikel yang akan dianalisis. Hasil : Hasil literature review dari 8 artikel terkait dukungan sosial pada ibu hamil dengan ketakutan akan persalinan yang memenuhi kriteria menunjukkan terdapat 5 jenis dukungan sosial yang dapat diberikan yaitu dukungan komunikasi, dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan pendampingan dan bantuan pemenuhan kebutuhan persalinan dimana dukungan tersebut dapat membantu ibu hamil mengurangi ketakutan akan persalinan Kesimpulan : Upaya penanganan ketakutan akan persalinan pada ibu hamil dapat dilakukan dengan pemberian dukungan sosial yang dapat membantu ibu hamil mempersiapkan persalinan dengan baik sehingga percaya diri mampu melewati persalinan dengan nyaman dan aman.Item Faktor Faktor Yang Melatarbelakangi Kecemasan Pada Pasien Dewasa Pre Operasi Jantung Di Rsup Dr Hasan Sadikin Bandung(2016-06-16) NENA RATINI; Aan Nur'aeni; Aat SriatiAdanya pasien dewasa pre operasi jantung yang batal operasi, salah satunya karena pasien mengalami kecemasan yang tidak terkaji secara dini yang dilatarbelakangi beberapa faktor yaitu kekhawatiran terhadap nyeri, kecacatan, ruang dan peralatan operasi serta kematian. Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran faktor-faktor yang melatarbelakangi kecemasan dan gambaran tingkat kecemasan pasien dewasa pre operasi jantung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, pengambilan sampel menggunakan accidental sampling didapatkan 30 responden selama 1 bulan. Kecemasan diukur menggunakan instrument Zung Self Anxiety Scale validitas 0,794-0,594 dan reliabilitas 0,944. Faktor-faktor yang melatarbelakngi kecemasan dilihat menggunakan checklist yang dikembangkan dari berbagai sumber. Data yang terkumpul dipersentasikan kemudian dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan pasien dewasa pre operasi jantung mengalami cemas ringan – sedang 40,00% dan cemas berat 33,33% serta 26,67% pasien tidak masuk ke dalam kategori cemas. Faktor-faktor yang melatarbelakangi kecemasan terdiri dari kekhawatiran terhadap nyeri setelah operasi 100%, kecacatan menetap 100%, kematian 100%, suasana ruang operasi 100%, nyeri saat operasi 95,45%, kecacatan sementara 90,9% dan peralatan operasi 81,8%. Hasil penelitian disimpulkan bahwa kecemasan pasien dewasa pre operasi jantung cukup tinggi, sebagian besar pasien mengalami kekhawatiran terhadap faktor-faktor yang melatarbelakangi kecemasan, pihak rumah sakit terutama tim bedah jantung di RSUP DR Hasan Sadikin Bandung harus lebih memperhatikan kondisi psikologis pasien selain kondisi fisiknya dan dibuatkan SOP tentang materi edukasi sesuai hasil penelitian, bimbingan rohani, adanya psikolog khusus untuk pasien pre operasi jantung sehingga kecemasan pasien menurun dan operasi berhasil dengan baikItem GAMBARAN CABIN FEVER PADA MAHASISWA PROGRAM SARJANA FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PADA MASA PEMBELAJARAN DARING DAN HYBRID: ANALISIS KOMPARATIF(2023-01-04) NIA AINUN NADINA MAHALI; Aat Sriati; Theresia EriyaniCabin fever merupakan istilah yang ditujukkan pada perasaan negatif seperti perasaan cemas, lesu, iritabilitas, murung, bosan atau perasaan tidak puas akibat terisolasi di suatu tempat dalam waktu lama. Kebijakan pelaksanaan pembelajaran yang semula daring kini menjadi pembelajaran hybrid yang dilakukan dengan menggabungkan kelas virtual dengan kelas konvensional. Dalam perubahan sistem pembelajaran tersebut membuat mahasiswa harus beradaptasi kembali dengan kebijakan pembelajaran yang ada, hal ini salah satunya bisa memicu terjadinya cabin fever. Kesehatan mental mahasiswa daring lebih memburuk dibandingkan dengan mahasiswa pada masa pembelajaran hybrid, hal ini akan berpengaruh kedepannya dalam pengembangan identitas profesional mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan cabin fever pada mahasiswa program sarjana Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran pada masa pembelajaran daring dengan hybrid. Desain yang digunakan adalah cohort deskriptif kuantitatif dengan pendekatan komparatif. Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Keperawatan angkatan 2019 dan 2020 dan jumlah sampel 262 mahasiswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan data primer dan sekunder dengan menggunakan kuesioner Cabin Fever Scale yang terdiri dari 10 item dengan nilai validitas 0,385-0,706 dan nilai reliabilitas Cronbach alpha (0,725). Analisa data bivariat menggunakan uji wilcoxon. Analisis hipotesis menunjukkan hasil bahwa H1 diterima dan dengan asymp. sig. sebesar 0,000 yang artinya terdapat perbedaan signifikan antara cabin fever saat pembelajaran daring dengan hybrid. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai cabin fever pada masa hybrid lebih rendah dibandingkan daring. Selain itu, perbedaan yang didapatkan dari gejala yang dirasakan berdasarkan item pertanyaan cabin fever yaitu item pertanyaan merasa tidak puas dan sering tidur siang. Diharapkan perlu adanya pengembangan intervensi untuk penanganan atau pengelolaan dan pencegahan cabin fever.Item Gambaran Culture Shock pada Perawat Alumni Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran(2022-10-14) BAYU RAHADIAN PERMANA; Aat Sriati; Ida MaryatiSeorang perawat yang memiliki tingkat cultural competence rendah beresiko untuk mengalami culture shock, yaitu kondisi dimana seorang perawat mengalami gangguan emosional ketika bertemu satu tatanan sosial-budaya dan pola pikir yang berbeda.Culture Shock akan berdampak pada pemberian asuhan keperawatan yang kurang efektif. Hal tersebut berujung kepada menurunnya kualitas pelayanan kesehatan di suatu fasilitas layanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran culture shock pada perawat alumni PPN Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah perawat alumni PPN Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Instrumen yang digunakan oleh peneliti pada variabel independen berupa kuesioner culture shock (Amalia, 2017). Analisis data akan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian ini menunjukan hasil bahwa sebanyak 69,2% responden mengalami culture shock rendah, sebanyak 29,9% mengalami culture shock sedang, dan 0,9% responden mengalami culture shock tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tingkat culture shock pada perawat alumni PPN sudah optimal. Hal tersebut menunjukan kesiapan dari perawat alumni PPN memasukan unsur budaya dalam konteks pemberian asuhan keperawatan pada klien.Item Gambaran Cyberbullying pada Siswa di SMAN Jatinangor(2023-07-06) GALIH GANJAR PRAKOSO; Aat Sriati; ErmiatiBerkembangnya teknologi informasi di Indonesia membuat semakin banyaknya pengguna internet dan gawai yang didominasi oleh remaja. Terdapat beberapa risiko yang dibawa oleh kemajuan teknologi komunikasi ini salah satunya cyberbullying. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran cyberbullying di SMAN Jatinangor. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dengan desain deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMAN Jatinangor, Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling sebanyak 860 siswa. Kuesioner penelitian yang digunakan adalah CVBS oleh Çetin et al (2011) yang telah diterjemahkan dan diuji face validity kepada siswa kelas XII IPS 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 486 siswa (74,54%) menjadi pelaku dan korban, 12 siswa (1,84%) menjadi pelaku, dan 117 siswa (17,94%) menjadi korban cyberbullying. Bentuk cyberbullying paling banyak dilakukan dan diterima siswa adalah seseorang atau pelaku menggunakan kata kasar dalam sosial media dengan jumlah 474 siswa (72,70%) sebagai korban dan 285 siswa (43,71%) sebagai pelaku. Sedangkan bentuk cyberbullying yang paling sedikit diterima siswa adalah siswa dipaksa berbicara tentang masalah seksual di internet dengan korban sebanyak 133 siswa (20,40%) dan bentuk cyberbullying yang paling sedikit dilakukan oleh siswa adalah penipuan menggunakan internet dengan jumlah pelaku 16 siswa (2,45%). SMAN Jatinangor merupakan salah satu sekolah dengan kasus cyberbullying dilihat dari jumlah korban dan pelaku paling banyak di sekolah tersebut. Hal ini menunjukkan perlu adanya tindak lanjut pencegahan dan penanganan kasus cyberbullying di sekolah.Item Gambaran Fear of Missing Out Pada Siswa SMA Yang Aktif Menggunakan Instagram(2022-09-05) HANIFA HASANAH; Aat Sriati; Henny YulianitaSosial media instagram yang sedang banyak digunakan oleh kalangan remaja dapat mengakibatkan fenomena Fear of Missing Out (FoMO). FoMO ini dapat menimbulkan perasaan cemas apabila tidak terhubung dengan orang lain, sehingga menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan sehari- hari, akademik, dan hubungan sosial. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran FoMO pada siswa SMAN 2 Tasikmalaya yang aktif menggunakan instagram. Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah siswa SMA yang aktif menggunakan instagram. Pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling dengan jumlah sampel 201 (n=201). Instrumen penelitian menggunakan Fear of Missing Out Scale (FoMOs) dari Przybylski, Murayama, Haan, dan Gladwel, yang telah ditejermahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Fathadhika & Afriani dengan tiga hasil uji realibilitas yaitu 0,87, 0,90, dan 0,89. Analisis data yang digunakan adalah analisa data deskriptif dengan penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan 12,9 % responden memiliki kategori FoMO rendah, 66,7% responden kategori sedang, dan 20,4% responden kategori tinggi. Hasil penelitian durasi penggunaan instgaram per hari menunjukan, 30,3 % responden menggunakan selama 10 – 31 menit, 25,9% selama 31 – 60 menit, 19,9 % selama 1 – 2 jam, 14,4 % selama 2 – 3 jam, dan 9,5 % responden lebih dari 3 jam. Lebih dari setengah siswa SMAN 2 Tasikmalaya kelas 10, 11 IPA dan IPS memiliki kategori FoMO sedang dengan sebagian besar menghasilkan durasi penggunaan instagram 10 – 30 menit ke atas. Maka dari itu perlu untuk dilakukan pencegahan dan penanganan FoMO pada siswa yang aktif menggunakan sosial media instagram.Item Gambaran Insecurity dan Cyberbullying Victim Pada Mahasisa Sarjana Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran(2022-01-07) AYUNI PUTRI KHAIRUNNISA; Aat Sriati; Theresia EriyaniSalah satu bentuk penyalahgunaan media sosial adalah maraknya kasus cyberbullying yang sebagian besar terjadi pada usia remaja hingga dewasa awal. Pada umumnya, korban cyberbullying akan merasa cemas, depresi, serta insecure. Insecure merupakan sebuah perasaan yang dimiliki oleh seseorang ketika dirinya merasa dikucilkan, tidak diinginkan, dibenci oleh lingkungan sekitarnya. Seseorang dengan insecure akan mengalami dampak yang cukup signifikan pada kepercayaan diri dan penurunan tingkat konsentrasi sehingga akan mengakibatkan penurunan dalam bidang akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran insecurity dan cyberbullying victim pada mahasiswa Fakultas Keperawatan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Populasi penelitian adalah mahasisa sarjana aktif angkatan 2017-2020 (N=837). Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling dengan response rate >70% dan jumlah sampel sebanyak 599 mahasiswa. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner Cyberbullying Victimization untuk menggambarkan cyberbullying victim dan Security – Insecurity Test (S-I Test) untuk menggambakan insecurity. Seluruh data dianalisis menggunakan deskriptif univariat dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak merasa insecure dan rata-rata tidak pernah mengalami menjadi korban cyberbullying 1 bulan terakhir. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan hasil yang bervariasi dan tidak sedikit responden yang mengalami cukup merasa insecure dan mendapatkan perlakuan cyberbullying. Kesimpulan dari penelitian adalah meskipun sebagian besar responden tidak mengalami insecure dan menjadi korban cyberbullying, tidak menutup kemungkinan responden yang mengalami insecure dan mendapatkan beberapa perlakuan cyberbullying memiliki dampak negatif hingga menganggu aktivitas. Diharapkan responden serta instansi pendidikan melakukan upaya penanganan maupun pencegahan supaya dampak yang ditimbulkan tidak semakin besar. Kata Kunci: Cyberbullying, Cyberbullying Victimization, Emotional Security, InsecurityItem Gambaran Kecemasan Orang Tua Yang Memiliki Anak Thalasemia di Ruang Nusa Indah Bawah Poliklinik RSUD dr. Slamet Garut(2018-09-11) LUTVI TRIYADI; Aat Sriati; Ema Arum RukmasariABSTRAK Thalassemia merupakan salah satu jenis penyakit kelainan darah bawaan yang ditandai dengan kerusakan sel darah merah yang mudah rusak. Penyakit ini menimbulkan masalah yang besar bagi penderita maupun keluarganya. Masalah yang dirasakan orang tua adalah munculnya kecemasan. Kecemasan merupkan suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang tidak mempunyai arah yang jelas dan tidak spesifik yang disertai dengan respon-respon psikologis. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan kecemasan orang tua yang memiliki anak thalassemia di ruang nusa indah bawah RSUD dr. Slamet Garut. Rancangan penelitian menggunakan deskriftif kuantitatif. Tehnik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan jumlah sampel 67 responden. Tingkat kecemasan diukur dengan menggunakan kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS) yang berskala likert data dikelompokan ke dalam 4 kategori yaitu cemas ringan (20-44), cemas sedang (45-59), cemas berat (60-74), dan panik (75-80). Analisis data menggunakan univariat sehingga menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa orang tua yang memiliki anak thalassemia sebagian besar (70.1%) mengalami cemas ringan, dan hampir setengahnya (29.9%) mengalami cemas sedang. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa orang tua yang memiliki anak dengan thalassemia di Ruang Nusa Indah Bawah RSUD dr. Slamet Garut sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan. Saran untuk pihak Rumah Sakit khususnya Bidang Keperawatan untuk memberikan edukasi mengenai thalassemia kepada keluarga ataupun anak.Item GAMBARAN KECEMASAN PADA PASANGAN HIDUP PASIEN PENYAKIT GAGAL JANTUNG DI UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT AL-ISLAM BANDUNG(2017-08-02) TANTI AGUSTININGSIH; Ayu Prawesti Priambodo; Aat SriatiABSTRAK Kecemasan yang muncul pada pasangan dari pasien gagal jantung dapat disebabkan karena kecemasannya terhadap kondisi kesehatan pasangannya. Kecemasan pada pasangan dapat memperburuk kondisi pasien seperti meningkatkan resiko rawat inap, meningkatkan kematian, menurunkan angka kekambuhan, merubah perilaku pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kecemasan pada pasangan hidup pasien gagal jantung di RS Al Islam Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan jumlah responden 52 orang yang diambil menggunaan teknik consecutive sampling. Penelitian menggunakan instrumen Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item, pertanyaan mengenai kecemasan terdiri dari 14 item yang telah diuji validitas dan reliabilitas dengan nilai reliabilitas alpha croncbach 0,8517 dan nilai validitas 0,2017-0,6674. Pilihan jawaban menggunakan skala likert dengan skor 0-3, Hasi penelitian ini didapatkan, kecemasan yang paling banyak dialami responden adalah kecemasan berat sekali (44,2%), setengah dari responden yang mengalami kecemasan berat sekali adalah berjenis kelamin perempuan (65,4%), sebagian kecil responden mengalami kecemasan pada usia 56-65 (42,3%), dan setengah dari responden mengalami kecemasan memiliki hubungan suami dengan pasien (63,5%). Diharapkan pihak RS Al Islam Bandung untuk meningkatkan pelayanan keperawatan dengan cara memberikan informasi kesehatan dan mengajarkan teknik relaksasi terhadap pasangan hidup pasien gagal jantung untuk mengurangi tingkat kecemasan supaya keterlibatan pasangan dalam perawatan klien dapat maksimal. Kata kunci : gagal jantung, kecemasan, pasangan hidup Kepustakaan : 31, 1995-2013Item Gambaran Kecemasan Remaja yang mengalami Perilaku Bullying di SMPN 2 Tarogong Kidul Garut(2019-09-04) WAHDATUN NISA ILFATIN; Nina Sumarni; Aat SriatiABSTRAK Bullying merupakan suatu tindakan yang tidak diharapkan berada di lingkungan sekolah, perilaku bullying merupakan perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang tidak nyaman. Di Indonesia kasus bullying menduduki angka yang lebih tinggi dibanding dengan negara lain di kawasan Asia. Salah satu dampak dari tindakan bullying bagi korban secara psikologis adalah kecemasan. Kecemasan secara psikologis dapat menyebabkan siswa tidak fokus dalam pembelajaran sekolah. Tingkatan kecemasan ada 4 yaitu, kecemasan ringan, sedang, berat dan panik. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kecemasan pada remaja yang mengalami perilaku bullying di SMPN 2 Tarogong Kidul Garut. Metode penelitian menggunakan deskripstif kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling, populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VIII dan IX di SMPN 2 Tarogong Kidul Garut dengan jumlah 404 orang. Pengambilan sampel didapat dari hasil screening yang sesuai dengan kriteria sampel yaitu semua siswa kelas VIII dan IX berdasarkan hasil screening yang menjadi korban bullying didapatkan sebanyak 47responden. Instrumen yang digunakan berupa kuisioner kecemasan. Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi dan presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami kecemasan sebanyak 31 orang (66,0%), dan sebagian kecil responden mengalami kecemasan ringan sebanyak 8 orang (17,0%), kecemasan sedang sebanyak 6 orang (12,8%), kecemasan berat sebanyak 1 orang (2,1%), dan panik 1 orang (2,1%). Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa korban bullying tidak mengalami kecemasan, namun sebagian kecil siswa korban bullying mengalami kecemasan. Penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi petugas kesehatan khususnya guru Bimbingan Konseling untuk tetap mempertahankan penurunan tingkat kecemasan bagi korban bullying. Kata kunci : Kecemasan, Bullying, Remaja Kepustakaan : 2008-2018Item GAMBARAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA SMA DI KECAMATAN BATUNUNGGAL(2018-10-19) DIAN KURNIA RAHAYU; Aat Sriati; Mamat LukmanPacaran yang tidak sehat terjadi karena remaja masih dalam tahap mencari identitas diri, dan salah satu penyimpangan yang mungkin terjadi adalah kekerasan dalam pacaran. Di Kota Bandung, selalu ada kasus kekerasan dalam pacaran setiap tahunnya, serta terdapat 309 laporan masalah pacaran di Kecamatan Batununggal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kekerasan dalam pacaran pada remaja SMA di Kecamatan Batununggal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yang dilakukan di Kecamatan Batununggal. Teknik sampling yang digunakan adalah purposif, dengan jumlah sample sebanyak 353 remaja yang memenuhi kriteria inklusi sedang berpacaran atau pernah berpacaran. Hasil penelitian menunjukan 52,1% responden pernah melakukan kekerasan ringan dan 47,9% melakukan kekerasan berat. Sebanyak 54,4% responden pernah mengalami kekerasan dalam pacaran ringan dan 45,6% mengalami kekerasan berat. Berdasarkan jenis kekerasan kekerasan verbal dan emosional memiliki mean terbesar berdasarkan pelaku kekerasan (4,71) dan korban kekerasan (5,15). Simpulan penelitian ini adalah responden cenderung pernah melakukan dan mengalami kekerasan dalam pacaran ringan. Berdasarkan jenis kekerasan kekerasan verbal dan emosional paling banyak dilakukan dan dialami oleh responden. Perawat diharapkan dapat lebih mendekatkan diri pada remaja agar dapat melakukan pengkajian mengenai masalah dalam pacaran, serta menentukan intervensi untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam pacaran.Item Gambaran Konsep Diri Akademik Pada Remaja Korban Bullying di SMP Negeri 2 Cileunyi(2018-04-09) ANNE CINTYA AFRILIANI; Aat Sriati; Efri WidiantiBullying yang terjadi di sekolah memiliki dampak negatif pada korban dibanding pelaku. Bullying memiliki pengaruh pada penyesuaian sosial dari para korban yang mempengaruhi prestasi sekolah. Dalam pendidikan, konsep diri akademik memiliki peran penting dalam pencapaian prestasi belajar siswa dan dapat membantu siswa menyikapi perilaku bullying. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri akademik pada remaja korban bullying di SMP Negeri 2 Cileunyi meliputi academic, social, dan self regard. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh korban bullying kelas 7-8 SMP Negeri 2 Cileunyi, teknik sampel yang digunakan yaitu total sampling dengan jumlah responden 91 orang. Data diambil dengan menggunakan instrumen konsep diri akademik dari Sriati yang terdiri dari 45 pernyataan menggunakan skala likert dengan nilai validitas 0,339-0,761 dan reliabilitas 0,952. Konsep diri akademik dianalisa menggunakan nilai mean baik total dan tiap dimensi. Hasil ditunjukkan dengan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian responden yaitu 47 orang (51,6%) memiliki konsep diri akademik positif dan sisanya sekitar 44 orang (48,4%) memiliki konsep diri akademik negatif. Pada dimensi akademik sebanyak 48 orang (52,7%) memiliki aspek yang positif, pada dimensi sosial sebagian besar yaitu 55 orang (60,4%) memiliki aspek yang positif, dan pada dimensi self regard sebagian besar yaitu 51 orang (56%) memiliki aspek yang positif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsep diri akademik positif dan konsep diri akademik negatif pada remaja korban bullying di SMP Negeri 2 Cileunyi tidak berbeda jauh. Oleh karena itu, disarankan kepada pihak sekolah untuk tetap menyediakan layanan bimbingan konseling, pemberian motivasi, dan pelatihan pengembangan karakter agar tidak terjadi penurunan konsep diri akademik serta menurunkan kejadian bullying.Item Gambaran Konsep Diri Akademik Remaja Korban Bullying di SMP Negeri 4 dan MTs Negeri 3 Bandung-Barat(2020-10-13) RIAN NUGRAHA; Dyah Setyorini; Aat SriatiBullying memiliki dampak negatif terutama bagi korban. Bullying berpengaruh terhadap konsep diri akademik seorang remaja. Konsep diri akademik berperan penting salah satunya dalam menunjang pencapaian akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri akademik remaja korban bullying di SMP Negeri 4 dan MTs Negeri 3 Bandung-Barat. Rancangan penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini seluruh korban bullying di SMP Negeri 4 dan MTs Negeri 3 Bandung-Barat. Teknik total sampling digunakan dalam penelitian ini dengan jumlah 121 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Gatehouse Bullying Scale (GBS) (validitas=0,36-0,63;α=0,82) dan Kuesioner Konsep Diri Akademik (validitas=0,339-0,761;α=0,952). Kemudian data dianalisis menggunakan nilai rata-rata. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden yaitu 66 orang (55%) memiliki konsep diri akademik negatif dan sebanyak 55 orang (45%) memiliki konsep diri akademik positif. Remaja dengan konsep diri akademik negatif cenderung lebih peka terhadap kritik, merasa tidak disenangi orang lain, bersikap pesimis terhadap kemampuannya. Remaja yang memiliki konsep diri akademik positif biasanya memiliki keyakinan dalam kemampuan akademiknya, merasa dirinya setara dengan orang lain dan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa sebagian besar remaja korban bullying di SMP Negeri 4 dan MTs Negeri 3 Bandung Barat memiliki konsep diri akademik negatif.Item Gambaran Kontrol Diri Penggunaan Smartphone Pada Siswa Sekolah Menengah Atas dan Sederajat di Kecamatan Jatinangor(2018-12-13) WULAN SELVIA ANDRIANI; Aat Sriati; Ahmad YaminPenggunaan smartphone yang berlebihan menyebabkan kecanduan smartphone dan nomophobia hingga berdampak gangguan mental komorbiditas. Hal ini dapat diantisipasi dengan adanya kontrol diri, seharusnya mereka mampu untuk mengatur dan menjalankan tugas sebagai pelajar sehingga tidak mengalami kecanduan smartphone. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kontrol diri penggunaan smartphone pada siswa SMA dan Sederajat di Kecamatan Jatinangor. Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif dengan populasi berjumlah 2.376 siswa dan sampel sebanyak 342 responden yang menggunakan teknik proportional sample random sampling. Pengambilan data menggunakan Skala Kontrol Diri yang dimodifikasi dari Rika (2012) dengan nilai validitas antara 0,431-0,783 dan koefisien alpha croncbah 0,919. Terdiri dari 27 item pernyataan menggunakan skala likert 1 – 5. Data dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap sub-variabel. Hasil penelitian menunjukan bahwa kontrol diri penggunaan smartphone pada siswa menyebar dalam tiga kategori yakni kontrol diri tinggi (15,8%), kontrol diri sedang (80,7%), dan kontrol diri rendah terhadap penggunaan smartphone (3,5%). Kesimpulan penelitian ini adalah persentase terbesar partisapan memiliki kontrol diri sedang terhadap penggunaan smartphone, artinya partisipan tidak selalu melakukan pengendalian terhadap semua impuls memainkan smartphone yang partisipan miliki. Rekomendasi hasil penelitian ini agar perawat komunitas dan pihak sekolah membentuk program untuk mencegah penggunaan smartphone agar tidak berlebihan melalui berbagai sumber informasi, terutama sumber informasi yang signifikan bagi remaja.Item Gambaran Kualitas Hidup Keluarga Pasien Gangguan Jiwa Di Desa Kersamanah Kabupaten Garut(2016-07-16) ANSAR FARISY; Aat Sriati; Imas RafiyahABSTRAK Gangguan jiwa merupakan masalah yang serius, penting dan berbahaya karena dapat menyangkut keselamatan dan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain. Gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan hingga tingkat berat yang memerlukan penanganan khusus, sehingga perlu adanya upaya keluarga atau seorang caregiver untuk membantu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan peran yang akan menimbulkan beban dan akan mempengaruhi kualitas hidup keluarga, baik dari keadaan kesehatan fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas hidup keluarga pasien gangguan jiwa di Desa Kersamanah Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik sampling total sampling. Sampel terdiri dari 49 anggota keluarga pasien gangguan jiwa. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner WHOQOL-Bref dengan 26 item pertanyaan. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif secara statistik melalui perhitungan distribusi frekuensi dan nilai mean dari setiap item perdimensi. Hasil menunjukkan kualitas hidup tertinggi pada dimensi kesehatan fisik adalah item aktivitas (x = 3.57). Dimensi psikologis kualitas hidup tertinggi pada item spiritualitas (x = 3.29). Dimensi hubungan sosial kualitas hidup tertinggi adalah pada item dukungan sosial (x = 3.35). Dimensi lingkungan kualitas hidup tertinggi adalah item akses pelayanan kesehatan (x = 3.51). Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hidup keluarga pasien gangguan jiwa lebih dari setengahnya secara keseluruhan adalah biasa-biasa saja. Dengan demikian edukasi yang dapat diberikan untuk membantu keluarga adalah mengatur waktu, memiliki koping yang baik dan persepsi positif dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa. Kata kunci : gangguan jiwa, keluarga, kualitas hidup Kepustakaan : 42, 1981-2013Item GAMBARAN MASALAH KESEHATAN LANSIA BERDASARKAN ANGKA KUNJUNGAN DI PUSKESMAS MAJALAYA(2018-07-20) AGIESTA SEPHYA SHOBARINA; Aat Sriati; Iwan ShalahuddinPermasalahan kesehatan lansia dapat mengakibatkan penurunan fungsi tubuh lansia dan menjadi faktor yang meningkatkan permasalahan kesehatan lansia. Akibatnya banyak lansia datang ke pelayanan kesehatan setiap harinya dengan keluhan yang sama maupun keluhan berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran masalahan kesehatan lansia berdasarkan angka kunjungan di puskesmas majalaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif studi dokumentasi. Objek penelitian adalah catatan kesehatan lansia yang berobat ke puskesmas dari bulan April 2017 - Maret 2018. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling. Jumlah sampel sebanyak 3899 lansia berdasarkan angka kunjungan. Pengumpulan data menggunakan dokumen kunjungan lansia di puskesmas majalaya selama 1 tahun terakhir. Penelitian ini menggunakan analisis distribusi frekuensi dan proporsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya lansia datang secara mandiri tanpa diantar oleh keluarganya dan hipertensi merupakan penyakit dengan urutan tertinggi yang dialami lansia (40,9%) masalah kesehatan lainnya adalah rematik (14,9%), flu batuk (8,2%), gastritis (7,9%) dan chepalgia (7,6%) itu merupakan 5 penyakit tertinggi yang dialami lansia di Puskesmas Majalaya selama 1 tahun terakhir. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa dari 22 penyakit yang alami lansia, hipertensi merupakan penyakit terbanyak yang dikeluhkan lansia. Disarankan agar petugas pelayanan kesehatan untuk lebih mengoptimalkan pelayanan mengenai penanganan penyakit kronis pada lansia.Item GAMBARAN MEKANISME KOPING MAHASISWA RUMPUN KESEHATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN YANG MENGALAMI PERCERAIAN ORANG TUA(2019-07-25) KURNIA MEISHINTA DEWI; Aat Sriati; Eka Afrima SariPengalaman perceraian orang tua menjadi stresor jangka panjang bagi anak yang dapat menimbulkan dampak negatif sehingga diperlukan upaya untuk mengatasi stresor tersebut dengan mekanisme koping. Berdasarkan studi pendahuluan di Universitas Padjadjaran terdapat mahasiswa rumpun kesehatan yang memiliki dampak negatif dari perceraian orang tua, yaitu sangat tertekan, sedih, dan memiliki trauma terhadap pernikahan. Maka dari itu penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran mekanisme koping mahasiswa rumpun kesehatan Universitas Padjadjaran yang mengalami perceraian orang tua. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Responden penelitian ini adalah mahasiswa rumpun kesehatan Universitas Padjadjaran yang mengalami perceraian orang tua sebanyak 84 responden dengan teknik total sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen Jalowiec Coping Scale (JCS) dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif yang disajikan dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 91,67% mahasiswa rumpun kesehatan Universitas Padjadjaran yang mengalami perceraian orang tua memiliki kecenderungan menggunakan mekanisme koping Emotional Focused Coping (EFC) dengan keefektifan sebanyak 64,30%. Sub variabel yang cenderung digunakan yaitu Optimisme (50%). Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh mahasiswa rumpun kesehatan Universitas Padjadjaran yang mengalami perceraian orang tua cenderung menggunakan EFC dengan sub variabel Optimisme. Dengan demikian, peneliti menyarankan kepada mahasiswa rumpun kesehatan Universitas Padjadjaran yang mengalami perceraian orang tua untuk menggunakan koping efektif sesuai langkah-langkah diantaranya menerima masalah, memikirkan penyelesaian masalah, dan mencari dukungan sekitar.Item Gambaran Pengetahuan Anak Tentang Tindakan Kekerasan Di SDN X Jatinangor(2019-07-26) CONI SEMIAWAN; Aat Sriati; SetiawanKekerasan pada anak merupakan salah satu masalah sosial yang belum dapat teratasi dengan baik sampai saat ini. Tindak kekerasan pada anak dapat berupa kekerasan fisik, verbal, emosional dan kekerasan seksual. Di Indonesia, berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Komisi Pelindungan Anak Indonesia (KPAI), kasus kekerasan pada anak terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu alasan tingginya kejadian kekerasan ini adalah rendahnya pengetahuan anak terhadap tindak kekerasan yang mungkin mereka alami. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk diteliti karena pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk bertindak (Afni, 2017). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan anak tentang tindakan kekerasan. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain deskriptif kuantitatif, dengan teknik analisa data univariat. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas V dan VI di Sekolah Dasar Negeri X Jatinangor. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling (n=87). Penelitian ini menggunakan kuisioner yang berjudul Children’s Knowledge of Abuse Questionnaire yang sudah dilakukan uji validitas dimana dinyatakan valid (r = 0.361-0.651). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat dikatakan siswa-siswi kelas V dan VI di SDN X Jatinangor memiliki pengetahuan mengenai tindakan kekerasan yang cenderung baik, dimana skor rata-rata 20.77 + standar deviasi 3.205. Terdapat sebanyak 53% siswa-siswi yang memiliki pengetahuan dengan nilai diatas rata-rata, namun terdapat sebanyak 47% siswa-siswi yang memiliki nilai dibawah rata-rata. Pengetahuan baik yang sudah dimiliki oleh siswa-siswi sekolah dasar ini sebaiknya dapat difasilitasi oleh sekolah, seperti memberikan materi pembelajaran mengenai kekerasan, dan menyediakan guru bimbingan konseling. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat faktor penyebab lain yang membuat angka kekerasan pada anak tetap tinggi.Item GAMBARAN PENGGUNAAN DAN TINGKAT KECANDUAN INTERNET PADA SISWA-SISWI SMA X DI JATINANGOR(2018-07-17) DIAN DEWI NOVIANTY; Ahmad Yamin; Aat SriatiABSTRAK Pengguna internet terbanyak di Indonesia adalah remaja dengan akses waktu yang berlebih dan mayoritas akses terhadap games online dan sosial media. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kecanduan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan internet dan tingkat kecanduan internet pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X-XI IPA dan IPS di SMA X di Jatinangor. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan stratified random sampling dan didapatkan sampel sebanyak 269 siswa. Data dikumpulkan menggunakan instrumen yang dikembangkan peneliti berdasarkan teori dari Alice Robbin (2008) dan instrumen Internet Addiction Test (IAT). Data yang didapatkan dianalisis dengan analisa deskriptif yang disajikan dalam bentuk presentase. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden tergolong heavy users baik pada weekday (56,5%) dan weekend (68,4%). Hampir seluruh responden mengakses aktivitas internet yaitu social media (79,9%) dan untuk berkomunikasi (74%) setiap harinya. Hampir setengah dari responden mengalami kecanduan di tingkat ringan (43,9%). Simpulan penelitian ini bahwa sebagian besar responden adalah pengguna heavy users dengan aktivitas yang paling sering diakses adalah social media. Tingkat kecanduan pada penelitian ini didominasi pada tingkat ringan. Sehingga disarankan kepada pihak sekolah untuk bekerjasama dengan perawat atau tenaga kesehatan dalam melakukan upaya preventif dan promotif kepada siswa dengan cara edukasi terkait cara managemen waktu dan pemanfaatan social media yang baik dalam penggunaan internet. Kata Kunci : internet, kecanduan internet, penggunaan internet, remaja Kepustakaan : 70, 1998-2018 Item Gambaran Perilaku Mencari Bantuan (Help Seeking Behaviour) Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran(2020-10-13) NISRINA APRILIA PUTRI; Atlastieka Praptiwi; Aat SriatiMahasiswa keperawatan sebagai calon perawat profesional perlu memiliki kemampuan sebagai problem solver. Mahasiswa sering menghadapi stres, sehingga membutuhkan strategi koping yang baik. Perilaku mencari bantuan adalah strategi koping yang berorientasi pada masalah yang dapat digunakan mahasiswa keperawatan sebagai strategi koping untuk menghadapi stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku mencari bantuan (help seeking behaviour) mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Rancangan penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah mahasiswa aktif Fakultas Keperawatan Unpad (N=961). Teknik sampling menggunakan total sampling dengan response rate 53% (n=509). Instrumen menggunakan GHSQ versi Bahasa Indonesia yang sudah valid dan reliabel. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif berupa frekuensi, dan persentase. Persentase sumber bantuan yang akan dicari yaitu pasangan (66,1%), teman (77,5%), ibu (82,8%), ayah (72,1%), anggota keluarga yang lain (68,2%), tenaga kesehatan jiwa (58,5%), dokter umum (43,5%), dosen (45%), dan guru agama (52,1%). Sebanyak 113 (22,2%) mahasiswa pernah mencari sumber bantuan formal dan 396 (77,8%) mahasiswa belum pernah mencari sumber bantuan formal. Saat ini sebagian besar mahasiswa mencari sumber bantuan informal karena masalah yang disebabkan oleh lingkungan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagian besar responden mencari bantuan informal dibanding bantuan formal. Untuk mendorong mencari bantuan formal dapat dikembangkan kegiatan untuk meningkatkan literasi kesehatan mental mahasiswa sehingga dapat membentuk komunitas yang sadar akan kesehatan mental dan saling mendorong antar individu untuk mencari bantuan formal. Selain itu, program promosi mengenai pelayanan bimbingan dan konseling perlu ditingkatkan.