Kesejahteraan Sosial (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Kesejahteraan Sosial (S1) by Subject "Anak"
Now showing 1 - 13 of 13
Results Per Page
Sort Options
Item Aktifitas Pemberian Makan (Feeding) Kepada Anak Oleh Pengasuh Di Taman Penitipan Anak PUSPA Sehat(2015-01-17) MELYTA PERMANAWATI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana aktifitas pemberian makan (feeding) kepada anak yang dilakukan oleh pengasuh di Taman Penitipan Anak PUSPA Sehat. Sumber data dari penelitian ini adalah orang-orang yang selalu berinteraksi langsung kepada anak-anak yang dititipkan sementara di Taman Penitipan Anak PUSPA Sehat. Aktifitas feeding yang dijelaskan adalah bagaimana fasilitas makan yang tersedia, gaya pemberian makan yang diberikan pengasuh, acuan waktu makan yang disediakan, serta interaksi yang terjadi ketika aktifitas makan tersebut terjadi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, serta studi dokumentasi. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah pengasuh, tenaga professional, pihak manajemen PUSPA Sehat serta orang tua yang anaknya dititpkan di TPA PUSPA Sehat. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa aktifitas feeding telah berjalan dengan cukup baik di PUSPA Sehat, aktifitas feeding juga telah dijalankan PUSPA Sehat sesuai dengan teori yang sebelumnya telah dikemukakan, hanya saja aktifitas tersebut belom optimal dijalankan. Hal tersebut dikarenakan beberapa pengasuh masih kurang memiliki pengetahuan tentang bagaimana mengasuh anak dengan tepat. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran dan sebuah plan of treatment berupa ‘Pelatihan Pengasuhan Terbaik Bagi Anak’. Tujuan dari dibentuknya kegiatan tersebut adalah agar para pengasuh dan pihak manajemen PUSPA Sehat paham dan terampil tentang bagaimana memberikan pengasuhan terbaik bagi anak. Selain itu, agar PUSPA Sehat bisa memberikan pelayanan pengasuhan anak yang lebih maksimal.Item Anak yang Dilacurkan Ditinjau dari Perspektif Ekologis (Studi Kasus pada Anak yang Dilacurkan Dampingan Yayasan Masyarakat Sehat di Kota Bandung)(2013-10-17) TANDANG FITRA PK; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini membahas anak yang dilacurkan ditinjau dari perspektif ekologis. Manusia berinteraksi dengan banyak sistem. Manusia yang diteliti adalah anak. Artinya, anak berinteraksi dengan banyak sistem. Berbeda dengan orang dewasa, tidak seluruh sistem yang sama berinteraksi dengan anak. Sistem yang diteliti di antaranya, sistem keluarga, sistem pendidikan, sistem religi, dan sistem pelayanan sosial. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui atau memperoleh informasi dan menganalisis permasalahan anak yang dilacurkan ditinjau dari perspektif ekologis. Secara khusus meninjau dari empat sistem, di antaranya sistem keluarga, sistem pendidikan, sistem religi, dan sistem pelayanan sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, serta menggunakan teknik penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu wawancara mendalam (indepth interview), observasi non-partisipasi, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Informan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah tujuh orang, yang terdiri dari pengurus Yayasan Masyarakat Sehat, anak yang dilacurkan, dan pihak keluarga dari anak. Informan ini dipilih secara purposive. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terjadi masalah dalam sistem keluarga anak, begitu pula yang terjadi dengan sistem pendidikan dan sistem religi. Anak mengalami masalah dengan sistem yang seharusnya menjadi pembentuk karakter anak dengan pembekalan nilai yang positif serta menjamin hak-hak anak terpenuhi dengan cara yang baik dan benar. Ditemukan pula sistem pertemanan atau lingkungan pergaulan anak serta peran media informasi dalam kehidupan anak yang dilacurkan, dan dalam temuan ini terdapat masala yang menyebabkan anak terjebak dalam situasi sulit yang akhirnya anak masuk dalam dunia prostitusi. Anak memiliki masalah dalam dirinya dan hubungannya dengan sistem, serta terdapat masalah yang terjadi dalam sistem tersebut Perspektif ekologis digunakan dalam praktik pekerjaan sosial untuk melihat suatu permasalahan. Penekanan dalam model ekologi adalah pada person in environment. Konsep ini memiliki tiga fokus utama. Fokus pertama, yaitu pada pengembangan individu dan mengembangkan individu tersebut dalam pemecahan masalah dan pengembangan kapasitas. Fokus kedua, yaitu pada hubungan antara anak dengan sistem. Fokus ketiga, yaitu pada permasalahan yang tejadi dalam sistem tersebut dan berusaha untuk memperbaiki sistem tersebut untuk memenuhi kebutuhan individu lebih efektif.Item Pemenuhan Hak Anak di Panti Asuhan ULUL AZMI Kelurahan Citeureup Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi(2016-09-19) MOCHAMMAD IQBAL MAKATITA; Arie Surya Gutama; Hetty KrisnaniPenelitian skripsi ini dilatarbelakangi oleh fenomena di lapangan yang menunjukkan bahwa anak di panti asuhan mengalami hal-hal yang tidak seharusnya didapatkan seperti tidak diberi makan, tidak mendapat pendidikan, kekerasan, eksploitasi, dan tindak kejahatan. Seharusnya peran yang diberikan panti asuhan adalah menggantikan peran orang tua untuk mengasuh dan mendidik serta memberikan pemenuhan hak anak oleh pihak panti melalui para pegawai dan pengasuh dalam penanganan yang diberikan kepada anak. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan mengenai bagaimana pemenuhan hak anak oleh panti asuhan agar mampu menjadikan anak asuh tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga dapat berguna bagi masyarakat dan Negara. Hak anak yang menjadi fokus penelitian terdiri dari tiga aspek yaitu yaitu pemenuhan hak keberlangsungan hidup dan berkembang, pemenuhan hak mendapatkan perlindungan dan pemenuhan hak berpartisipasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ialah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui pengamatan di lapangan, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Pemilihan informan dilakukan dengan mempertimbangkan keterkaitan informan dengan fokus penelitian dan pengetahuan yang dimiliki informan sehingga terpilihlah lima informan yang merupakan kepala panti, pembina, pengasuh, anak asuh, dan orang tua anak asuh. Teknik analisis data melalui proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemenuhan hak anak oleh Panti Asuhan ULUL AZMI Kota Cimahi sudah dijalankan dan panti telah mencoba memenuhi setiap aspek hak anak asuh. Namun kekurangannya ialah Panti Asuhan ULUL AZMI hanya memiliki satu pengasuh, karena pengasuh adalah orang yang paling besar perannya dalam memenuhi hak-hak anak asuh, meskipun pada prakteknya sudah baik, panti asuhan ULUL AZMI tidak bisa hanya bergantung pada satu pengasuh untuk mengurus segalanya, sehingga dibutuhkan orag lain yang berada di panti untuk memahami hak anak dan membantu peran pengasuh. Oleh karena hal tersebut penulis memberikan saran untuk memberikan program peningkatan kualitas sumber daya panti asuhan dan membangun kemandirian anak asuh memenuhi hak-haknya sendiri agar seluruh pegawai panti dapat mengetahui hak-hak anak dan dapat membantu pengasuh untuk memberikan pelayanan, dan anak asuh dapat memahami hak-hak nya sehingga dapat belajar untuk membangun kemandirian diri dengan memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan untuk memenuhi hak-haknya. Kata Kunci: Anak, Pemenuhan Hak, Hak Anak, Panti AsuhanItem PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK JALANAN OLEH RUMAH PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Di Yayasan G.A.N.K, Kiaracondong, Bandung)(2015-12-28) NANDA AIDIEL SENJA; Rudi Saprudin Darwis; Hadiyanto Abdul RachimPenelitian ini ditujukan untuk mengetahui mengenai Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Jalanan melalui Rumah Perlindungan Anak (Studi Kasus di Yayasan GANK, Bandung). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sebuah lembaga sosial kesejahteraan anak yaitu RPA GANK membantu untuk memenuhi kebutuhan dasar anak jalanan binaan mereka. Adapun aspek-aspek pemenuhan kebutuhan dasar anak jalanan yang dilihat dari penelitian ini adalah kebutuhan fisik, kebutuhan emosional, dan kebutuhan stimulasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi non-partisipasi, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah sembilan orang. Informan ditentukan berdasarkan tujuan penelitian untuk menggali lebih dalam mengenai Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Jalanan melalui Rumah Perlindungan Anak. Dalam memenuhi kebutuhan dasar hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Yayasan GANK sudah memenuhi kebutuhan dasar meliputi kebutuhan pangan dengan cara penyediaan makanan setiap hari bagi anak binaan yang datang ke yayasan, pemeriksaan kesehatan dengan cara bekerjasama dengan puskesmas atau mahasiswa kedokteran, penyediaan tempat tinggal di yayasan bagi anak yang tidak memiliki rumah, membantu membangun hubungan afektif dengan keluarga dan teman sebaya, kemudian juga memberikan pelayanan pendidikan formal, informal, dan pelatihan keterampilan bagi anak binaan. Sedangkan kebutuhan yang belum dapat dipenuhi oleh Yayasan GANK adalah pemberian pakaian (kebutuhan sandang) kepada anak-anak binaan, dan membantu membangun hubungan afektif dengan lingkungan masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada Yayasan GANK belum maksimal dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak binaan, karena ada beberapa kebutuhan yang belum dapat terpenuhi. Hal ini dikarenakan beberapa faktor penghambat seperti kondisi finansial dan kurangnya pengetahuan Yayasan GANK dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar anak sehingga mereka tidak memiliki standarisasi pemenuhan kebutuhan dasar bagi anak. Saran yang diberikan peneliti adalah membentuk unit usaha di Yayasan GANK untuk menyalurkan hasil keterampilan anak, dengan begitu mereka dapat menciptakan sumber dana sendiri, dan juga melatih kemampuan berkomunikasi, membangun relasi, dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dalam diri mereka.Item Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Oleh Panti Sosial Asuhan Anak Di Yayasan Mitra Istiqomah Kab. Sumedang(2022-10-05) MULLY ANISA NURFAUZIAH; Santoso Tri Raharjo; Gigin Ginanjar Kamil BasarPemenuhan kebutuhan dasar anak merupakan suatu hal mendasar dalam tumbuh kembang seorang anak. Terutama anak terlantar yang diterlantarkan oleh orang tuanya. Melalui salah satu Panti Sosial Asuhan Anak yang berada di Kabupaten Sumedang yang bernama Yayasan Mitra Istiqomah, anak-anak terlantar bisa mendapatkan pelayanan dari panti dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pemenuhan kebutuhan dasar anak oleh Panti Sosial Asuhan Anak Yayasan Mitra Istiqomah berdasarkan 5 dimensi kebutuhan dasar anak yang dijelaskan oleh Abraham Maslow diantaranya; dimensi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan akan rasa kasih sayang dan memiliki, kebutuhan akan rasa harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Panti Sosial Asuhan Anak Yayasan Mitra Istiqomah sudah memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada anak-anak asuh berdasarkan kelima dimensi yang dijelaskan oleh Abraham Maslow. Namun, salah satu dimensi dari kelima dimensi tersebut yaitu dimensi kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan perlu diberikan solusi guna mengatasi kondisi yang dialami oleh anak asuh. Sehingga, penulis merekomendasikan plan of treatment berupa program bernama “Peningkatan Pelayanan Panti, Anak Lebih Produktif”, dengan tujuan meningkatkan pelayanan Yayasan Mitra Istiqomah agar anak lebih produktif.Item PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK TUNAGRAHITA OLEH ORANGTUA(2016-06-11) PUSPA SAGARA ASIH; Hadiyanto Abdul Rachim; Nandang MulyanaPenelitian ini ditujukan untuk mengetahui mengenai Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Tunagrahita. Adapun aspek-aspek pemenuhan kebutuhan dasar anak tunagrahita yang dilihat dalam penelitian ini adalah kebutuhan perkembangan dimana di dalamnya terdapat; kebutuhan akan perasaan terjaminnya bahwa kebutuhannya akan terpenuhi, kebutuhan akan perasaan berwenang mengatur diri sendiri, kebutuhan akan perasaan berbuat menurut prakarsa sendiri, kebutuhan akan perasaan puas telah mengerjakan tugas, kebutuhan akan rasa bangga atas identitas diri, kebutuhan akan perasaan keakraban, kebutuhan akan perasaan keorangtuaan, kebutuhan akan perasaan integritas, kebutuhan fisik dan kebutuhan kejiwaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi non partisipasi, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 11 orang yang terdiri dari 5 orangtua dari anak tunagrahita, 5 orang anak tunagrahita dan 1 orang guru. Informan ditentukan berdasarkan tujuan penelitian untuk menggali lebih dalam mengenai Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pekerja Anak Tunagrahita. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak tunagrahita, orang tua sudah mampu memenuhi kebutuhan fisik yang mencangkup penyediaan makanan, pakaian dan tempat tinggal serta kebutuhan kejiwaan yang meliputi apresiasi dan komunikasi. Akan tetapi, dalam pemenuhan kebutuhan perkembangan orangtua masih belum dapat memenuhi dengan baik. Terdapat beberapa tingkatan dalam pemenuhan kebutuhan perkembangan anak tunagrahita yang belum dapat dipenuhi oleh orangtua karena kurangnya pemahaman ataupun kurang tepatnya pola asuh orangtua dengan anak tunagrahita. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan dasar anak tunagrahita belum dapat terpenuhi secara keseluruhan. Untuk membantu orang tua agar lebih optimal memenuhi kebutuhan dasar anak tunagrahita, saran yang diberikan peneliti adalah pelaksanaan program pelatihan yang diberikan untuk orangtua melalui Lembaga Sosial Masyarakat yang bergerak di bidang anak. Kata Kunci : Anak Tunagrahita, Kebutuhan Dasar, Retradation MentalItem Penanganan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Oleh BAPAS Kelas I Bandung(2015-03-19) RATA SIMORANGKIR; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenanganan anak yang berkonflik dengan hukum dengan tidak tepat dapat menimbulkan dampak negatif bagi tumbuh dan kembang anak tersebut. Kehadiran BAPAS bagi anak yang berkonflik dengan hukum sangat dibutuhkan untuk membimbing anak yang berkonflik dengan hukum melewati setiap proses yang akan dijalaninya. Penelitian ini berjudul Penanganan anak yang berkonflik dengan hukum oleh BAPAS Kelas I Bandung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana penanganan yang diberikan oleh BAPAS Kelas I Bandung kepada anak yang berkonflik dengan hukum pada sebelum, saat dan setelah pengadilan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik studi kasus. Informan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang yang terdiri dari: 2 (dua) orang anak yang berkonflik dengan hukum dengan dua kasus yang berbeda dan 3 Pembimbing Kemasyarakatan yang menangani kedua anak tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam serta dokumentasi. Dari penelitian ini ditemukan bahwa proses penanganan BAPAS kelas I Bandung terhadap anak yang berkonflik dengan hukum belum terlaksana dengan maksimal pada sebelum, saat dan setelah pengadilan beradasarkan peran BAPAS. Hal ini terlihat dari masih banyaknya kebutuhan anak yang berkonflik dengan hukum tidak terpenuhi. Dalam penanganannya teknik dan metode Pekerja Sosial Koreksional belum diaplikasikan secara maksimal. Sebab itu, timbullah kekosongan dalam proses penanganan anak yang berkonflik dengan hukum yang seharusnya diisi oleh Pekerja Sosial Koreksional. Plan of Treatment yang diusulkan dalam penelitian ini adalah “Aku Siap Kembali”. Plan Of Treatment ini diharapkan sebagai suatu permulaan untuk melibatkan Pekerja Sosial Koreksional dalam penanganan anak yang berkonflik dengan hukum dengan cara mempersiapkan anak yang berkonflik dengan hukum kembali ke tengah-tengah masyarakat.Item PERAN KONSELOR DALAM MENANGANI ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK (UPT P2TP2A) KOTA BANDUNG(2021-06-11) TINTIN; Budi Muhamad Taftazani; R. Nunung NurwatiABSTRAK Kekerasan seksual terhadap anak merupakan jenis tindakan kejahatan yang mampu merugikan perkembangan anak secara fisik dan mental, sehingga dibutuhkan adanya penanganan bagi korban. Konselor merupakan salah satu profesi pertolongan yang bisa melakukan penanganan tersebut, sehingga perannya sangat diperlukan untuk menangani anak korban kekerasan seksual. Salah satu lembaga yang menangani anak korban kekerasan seksual adalah Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan peran konselor sebagai konselor, konsultan, agen perubahan, agen prevensi, dan manajer di UPT P2TP2A Kota Bandung dalam menangani anak korban kekerasan seksual. Metode penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara secara mendalam, observasi nonpartisipatif, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Terdapat 7 Informan terdiri atas kepala UPT P2TP2A Kota Bandung, konselor umum UPT P2TP2A Kota Bandung dan pihak penerima manfaat untuk penanganan anak korban kekerasan seksual yang ditangani oleh konselor umum UPT P2TP2A Kota Bandung. Hasil penelitian menggambarkan peran konselor umum UPT P2TP2A Kota Bandung sebagai konselor, konsultan, agen perubahan, dan manajer sudah dilaksanakan sesuai teori peran konselor. Akan tetapi, peran sebagai manajer masih belum optimal dilakukan karena strategi pendidikan dan pelatihan untuk pencegahan kekerasan seksual terhadap anak usia 9-13 tahun hanya dengan menggunakan terapi bermain. Terapi bermain sebagai cara agar anak tidak trauma, ketakutan, dan mengurangi ingatan negatif terhadap kekerasan yang pernah dialami. Namun dalam terapi bermain ini konselor belum optimal mengeksplorasi kegunaan terapi bermain sebagai sarana pencegahan anak korban kekerasan seksual untuk tidak menjadi pelaku atau mengalami kekerasan seksual di masa depan. Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti merekomendasikan plan of treatment berupa kegiatan“Optimalisasi Peran Konselor Umum UPT P2TP2A Kota Bandung sebagai Agen Prevensi dalam Menangani Anak Korban Kekerasan Seksual”. Hal tersebut dilakukan untuk menemukan strategi pendidikan dan pelatihan sebagai sarana untuk memperoleh keterampilan coping yang meningkatkan fungsi interpersonal bagi anak korban kekerasan seksual rentang usia 9-13 tahun di UPT P2TP2A Kota Bandung. Kata Kunci: Peran Konselor, Anak, Kekerasan SeksualItem Peran Orang Tua dalam Mendampingi Anak saat Menonton Televisi(2016-12-06) PUTRI WARDATUL A; Budi Muhamad Taftazani; Nurliana Cipta ApsariTelevisi merupakan salah satu media yang digunakan oleh mayoritas keluarga di Indonesia. Tetapi sayangnya anak-anak merupakan penonton yang dianggap rawan untuk menonton televisi apabila tanpa disertai dengan pendampingan oleh orang tua. Pada penelitian ini, peneliti akan memfokuskan kepada anak dengan rentang usia 6-12 tahun. Anak pada rentang usia ini dianggap rawan untuk menonton televisi tanpa pendampingan dikarenakan televisi mengandung berbagai macam hal yang belum cocok dengan usia anak, seperti kekerasan, perceraian, mengeluarkan kata-kata kotor dan lain-lain. Penelitian ini dilakukan pada RT 02 RW 03 Rawa Bugel Kelurahan Marga Mulya, Bekasi Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dari responden diperoleh melalui kuisioner. Pengambilan sampel dengan teknik sampling tidak jenuh yaitu seluruh populasi dijadikan sampel penelitian dengan jumlah 33 responden merupakan orang tua yang memiliki anak dengan rentang usia 6-12 tahun. Hasil penelitian menunjukan apabila orang tua belum melakukan perannya untuk mendampingi anak saat menonton televisi secara optimal. Karena dari empat dimensi peran orang tua saat mendampingi anak saat menonton televisi, hanya satu dimensi yang dilakukan oleh orang tua yang dijadikan sebagai responden. Kata Kunci : Televisi, Anak, Peran Orang TuaItem PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM MENANGANI ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI LEMBAGA PERLINDUNGAN ANAK (LPA) PROVINSI JAWA BARAT(2017-04-10) PUTU WINANGGA GANAHIN SABDA; Nandang Mulyana; Dessy Hasanah Siti A.Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dan melihat peran pekerja sosial dalam menangani anak korban kekerasan seksual di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Jawa Barat. Adapun aspek-aspek yang dilihat dalam penelitian ini adalah peran pekerja sosial dalam menangani anak korban kekerasan seksual yang di dalamnya terdapat beberapa tahap penanganan, yaitu tahap engagement, intake, contract, assessment, planning, intervensi, evaluation, dan yang terakhir tahap termination atau disebut juga tahap pemutusan kontrak antara pekerja sosial dengan klien. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatid. Jumlah informan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 8 (delapan) orang, yang terdiri dari 3 pekerja sosial dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA), 1 (satu) orang dokter yang dirujuk oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, 1 (satu) orang psikolong yang dirujuk oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) dari Biro Pelayanan dan Inovasi Psikologi (BPIP) Universitas Padjadjaran, 1 (satu) orang dari pihak kepolisian di Polrestabes Bandung, 2 (dua) orang tua dari anak korban kekerasan seksual yang menerima pelayanan sekaligus menjadi klien di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Jawa Barat. Informan ditentukan berdasarkan tujuan penelitian dan sesuai dengan kebutuhan penelitian guna menggali lebih dalam tentang peran pekerja social dalam menangani anak korban kekerasan seksual. Dengan menggunakan wawancara mendalam (indepth interview) dan observasi nonpartisipasi sebagai teknik dan instrument pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukan beberapa peran pekerja social di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 5 peran yang ada, yaitu sebagai fasilitator, broker, mediator, pembela (advokat), dan pelindung (protector). Dalam pelaksanaan peran pekerja social di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Jawa Barat dapat diketahui peran-peran pekerja social yang dilakukan dalam tahapan engagement, intake, contract, assessment, planning, intervensi, evaluation, dan yang terakhir tahap termination. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pada tahap engagement pekerja sosial berperan sebagai koselor, pendamping, dan advokad. Pada tahap intake, contract, dan assessment pekerja sosial berperan sebagai konselor dan pendamping. Khusus pada tahap planning dan intervensi keempat peran dalam tinjauan konseptual dalam bab II dapat dilakukan oleh pekerja sosial. Yang terakhir dalam tahap evaluasi dan terminasi, pekerja sosial berperan sebagai konselor dan pendamping. Melihat dari kesimpulan tersebut peneliti, maka peneliti menyarankan untuk memberikan perlindungan kepada anak korban kekerasan seksual.Item PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT DALAM PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL ANAK PENYANDANG DISABILITAS BERBASIS MASYARAKAT DESA CIBIRU WETAN KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG(2020-03-11) ADITYO MUKTIWIBOWO; Nurliana Cipta Apsari; Santoso Tri RaharjoPenelitian ini berjudul, Peran Pekerja Sosial Masyarakat dalam Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Penyandang Disabilitas Berbasis Masyarakat Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan mengenai peran pekerja sosial masyarakat dalam pelayanan rehabilitas sosial anak penyandang disabilitas berbasis masyarakat di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Desa Cibiru Wetan. Fokus penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu peran Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam rehbilitasi sosial Anak Penyandang Disabilitas (APD), dan tahapan rehabilitasi sosial APD. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan metode observasi non-partisipatif. Sehingga informasi yang didapatkan menggambarkan secara detil dan mendalam, serta bersifat komprehensif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada lima orang informan yang mengetahui dan terlibat langsung dalam pelayanan rehabilitasi sosial APD, dan juga orangtua APD yang anaknya memperoleh pelayanan rehabilitasi sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) berdasarkan tugas pokok dan fungsinya ada empat yaitu sebagai motivator, inisiator, dinamisator, dan fasilitator. Kemudian kegiatan rehabilitasi sosial dan perlindungan APD di RBM Desa Cibiru Wetan terdiri dari advokasi, Penyuluhan dan sosialisasi tentang perlindungan dan rehabilitasi sosial bagi APD, TEPAK, penguatan pengasuhan, dan layanan keterapian. Dalam mejalankan peranannya PSM dapat dikatakan sudah baik, hanya saja ada sedikit kekurangan dalam menjalankan perannya sebagai inisiator dan motivator. Yang pertama dalam hal inisiasi pemecahan masalah dalam usaha ekonominya. Hasil tani RBM masih tergantung pada pengusaha tani desa yang mana tidak bisa menjual hasilnya bila pupuk dan bibit tidak berasal dari pengusaha tersebut. Yang kedua yaitu perannya sebagai motivator masih ada kekurangan, yaitu dalam hal memotivasi masih ada orangtua anak disabilitas yang angin-anginan dan tidak mau mengikuti kegiatan keterapian. Sebaiknya PSM melakukan lagi pendekatan dengan meningkatkan pemahaman orangtua dan dorongan lainnya agar orang tua mau secara aktif mengikuti kegiatan di RBM dan salah satunya kegiatan terapi rutin. Untuk meningkatkan hasil usaha ekonomi RBM Cibiru Wetan, peneliti menyarankan kegiatan fasilitasi bagi PSM dan Kader RBM dalam pemecahan masalah pendanaan RBM. Tujuannya adalah untuk meningkatkan hasil usaha RBM seperti pertanian dan kerajinan, dan meningkatkan kualitas pelayanan rehabilitasi sosial bagi APD yang akhirnya bisa menggerakan orangtua APD atau mempermudahnya untuk digerakkan mengikuti kegiatan RBM Cibiru Wetan.Item Proses Pelayanan Konseling terhadap Anak Korban Kekerasan di UPT P2TP2A Bandung(2016-10-17) AZIZA TRIZILVANIA A; Santoso Tri Raharjo; Budi Muhamad TaftazaniPenelitian ini berjudul “Proses Pelayanan Konseling terhadap Anak Korban Kekerasan di Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai proses pelayanan konseling yang diberikan oleh UPT P2TP2A Kota Bandung terhadap anak korban kekerasan. Fokus penelitian ini terdiri dari delapan aspek yang merupakan proses pertolongan anak, yaitu membangun hubungan dengan semua sistem yang relevan, identifikasi kebutuhan akan pelayanan, mengawali hubungan baik dengan klien anak, asesmen biopsikososial anak, membuat kontrak, merencanakan intervensi, pelaksanaan program, evaluasi, dan terminasi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan metode observasi non-partisipatif. Sehingga informasi yang didapatkan menggambarkan keadaan secara detail dan mendalam, serta bersifat komprehensif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada lima orang narasumber yang mengetahui dan terlibat disetiap proses pelaksanaan konseling terhadap anak korban kekerasan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses konseling terhadap anak korban kekerasan di UPT P2TP2A Kota Bandung terdiri dari tiga tahapan yaitu, konseling tahap awal, konseling tahap inti dan konseling tahap akhir. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa proses konseling yang dijalani dapat dikatakan sudah baik, dilihat dari pihak konselor sudah melakukan konseling sesuai dengan TUPOKSI yang berlaku di UPT P2TP2A Kota Bandung. Namun, dalam contoh kasus I yang merupakan kasus anak korban kekerasan seksual tidak adanya upaya khusus untuk mengembalikan kondisi psikis klien dikarenkan konseling yang berjalan pun bersifat tentatif. Selain itu, UPT P2TP2A Kota Bandung dalam menangani kasus lebih fokus kepada pelayanan hukum dan persiapan menjelang kelahiran klien. Untuk meningkatkan pelayanan konseling yang akan diberikan kepada anak korban kekerasan di UPT P2TP2A Kota Bandung, peneliti menyarankan untuk mengadakan seminar mengenai Play Therapy. Tujuannya adalah untuk membantu konselor dalam melakukan konseling yang membuat anak nyaman, sehingga intervensi kepada anak berjalan dengan baik. Kata Kunci: Proses pelayanan, konseling, anak.Item PROSES PENGASUHAN ANAK OLEH ORANG TUA DI ASRAMA BRIMOB POLDA JAWA BARAT(2019-08-21) FITRIANI AYUWANTY; Moch. Zainuddin; Arie Surya GutamaPenelitian ini berjudul Proses Pengasuhan Anak oleh Orang Tua di Asrama Brimob Polda Jawa Barat. Penelitian ini meninjau dua dimensi pola asuh yakni dimensi kontrol / demandingness dan dimensi kehangatan / responsiveness. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan dimensi pengasuhan yang diberikan orangtua kepada anak yakni dengan melihat cara orang tua memberikan tuntutan dan menunjukkan kasih sayang terhadap anak. Merode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi non partisipasi dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah enam orang, yakni tiga pasang ayah dan ibu selaku orangtua yang memiliki anak usia sekolah (6-12 tahun) dan bertempat tinggal di asrama Brimob Polda Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan dimensi kontrol dan dimensi kehangatan sudah diterapkan oleh orang tua walaupun ada beberapa aspek yang tidak diterapkan secara maksimal. Hasilnya menunjukkan dua pasang orangtua menerapkan dua dimensi secara seimbang dan pola asuh yang diterapkan yakni pola asuh authoritative / demokratis, sedangkan satu orang tua lebih dominan menerapkan dimensi kehangatan, sehingga pola asuh yang diterapkan yakni pola asuh permisif. Oleh karena itu, dari kondisi tersebut perlunya peningkatan pengetahuan bagi ayah dan ibu terkait dampak perilaku dan kepribadian anak dari pola pengasuhan yang diterapkan. Kata Kunci: Proses Pengasuhan, Orang Tua, Anak.