S1 - Sarjana
Permanent URI for this community
Browse
Browsing S1 - Sarjana by Title
Now showing 1 - 20 of 562
Results Per Page
Sort Options
Item Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Daun Daruju (Acanthus ilicifolius) Serta Formulasinya Dalam Bentuk Sediaan Pasta Gigi(2017) NADIYAH ADIRA HANUN; Eri Bachtiar; Yasmiwar SusilawatiTidak terkontrolnya mikroba mulut dapat menyebabkan plak yang mengiritasi gusi. Ekstrak daun Acanthus ilicifolius mengandung metabolit sekunder yang dapat menghambat mikroba penyebab plak. Riset ini bertujuan untuk mengetahui potensi antibakteri dari ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air daun A. ilicifolius serta membuat formulasi sediaan pasta gigi dari ekstrak atau fraksi dengan aktivitas antibakteri tertinggi. Daun A. ilicifolius dimaserasi menggunakan pelarut etanol 70% kemudian difraksinasi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat. Pemeriksaan kandungan kimia dilakukan dengan skrining fitokimia dan Kromatografi Lapis Tipis. Selanjutnya dilakukan uji antibakteri terhadap Streptococcus mutans dan Bacillus subtilis. Berikutnya fraksi etil asetat daun A. ilicifolius dibuat formulasi sediaan pasta gigi dan dilakukan evaluasi sediaan. Hasil riset menunjukkan fraksi etil asetat memiliki kekuatan antibakteri tertinggi karena menjadi satu-satunya yang dapat menghambat bakteri S. mutans dan B. subtilis dengan masing-masing diameter rata-rata zona hambat pada range 3.5-4.5 mm dan range 19.7-22.5 mm sehingga fraksi etil asetat digunakan sebagai bahan antibakteri pasta gigi. Evaluasi sediaan pasta gigi menunjukkan bahwa warna, aroma, rasa, bentuk, daya sebar, dan pH dengan konsentrasi 3, 6, dan 9% memenuhi standar pasta gigi. Berdasarkan hasil riset dapat dikatakan bahwa fraksi etil asetat daun A. ilicifolius dapat menjadi kandidat bahan antibakteri pasta gigi.Item Aktivitas Antibakteri Kerang Hijau (Perna viridis) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Vibrio harveyi(2013) LUKMAN BIMA P; Mega Laksmini Syamsuddin; Yeni MulyaniIndonesia memiliki luas wilayah perairan yang sangat besar dengan total luas 5,9 juta km2. Dengan luasnya wilayah perairan Indonesia, maka potensi sumberdaya hayati lautnya sangatlah besar. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia adalah kerang hijau. Riset ini dilakukan pada bulan April 2018 hingga Mei 2018 . Sampel kerang hijau Perna viridis diperoleh dari pasar Ciroyom Bandung yang berasal dari perairan Cirebon. Ekstraksi kerang hijau, uji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Molekuler serta Laboratorium Bioproses dan Bioprospeksi Bahan Alam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran. Riset ini bertujuan untuk mengetahui jenis kandungan metabolit sekunder pada Perna viridis dan kemampuan ekstrak Perna viridis sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Vibrio harveyi serta mengetahui seberapa baik potensi kerang hijau (Perna viridis) sebagai zat antibakteri. Riset ini menggunakan metode eksploratif dan analisis data secara deskriptif. Parameter pengamatan adalah nilai rendemen ekstrak, identifikasi senyawa metabolit sekunder dan zona bening aktivitas antibakteri. Hasil riset menunjukan bahwa kerang hijau mengandung senyawa metabolit sekunder berupa senyawa steroid, alkaloid, flavonoid dan saponin. Pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak kerang hijau terhadap bakteri Staphylococcus aureus menghasilkan zona bening paling besar pada konsentrasi 100.000 ppm dengan ukuran 10,49 mm dan paling kecil pada kontrol negatif dengan ukuran 5,31 mm. Untuk pengujian pada bakteri Vibrio harveyi menghasilkan zona bening paling besar pada kontrol positif dengan ukuran 10,17 mm dan paling kecil pada kontrol negatif dengan ukuran 5,46 mm.Item AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TERIPANG GAMAT (Stichopus variegatus) DAN TERIPANG SUSU (Holothuria fuscocinerea) DARI PERAIRAN TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU(2023-11-13) MUHAMMAD SEPTIAN AZHAR SIREGAR; Eri Bachtiar; Atikah NurhayatiPeristiwa penggunaan senyawa antioksidan sintetik secara rutin dapat menimbulkan penyakit degeneratif bagi para penggunanya, sehingga diperlukan kandidat senyawa potensi antioksidan alami untuk mengurangi terhadap penggunaan senyawa antioksidan sintetik. Teripang merupakan invertebrata laut yang memilki sifat terapeutik karena senyawa bioaktif yang dikandungnya berpotensi sebagai antioksidan, antijamur, antikoagulan, dan antihipertensi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi teripang Stichopus variegatus dan Holothuria fuscocinerea sebagai antioksidan alami alternatif menggantikan antioksidan sintetik dengan memperhatikan kemampuan aktivitas antioksidan beserta senyawa pendukung fenolik dan karotenoid. Pelaksanaan penelitian dimulai dari 1 April 2021 hingga 29 September 2021 dengan beberapa metode dimulai dari pengambilan sampel di Perairan Taman Nasional Kepualauan Seribu, simplisia, ekstraksi metode maserasi, pengujian antioksidan menggunakan metode DPPH (4, 6, 8, dan 10 mg/mL) dan β-carotene bleaching assay (10 mg/mL), uji total kandungan fenolik dan karotenoid, yang terakhir dilakukan analisis ANOVA one way dan Pearson correlation dengan derajat signifikan masing-masing 0,05 (5%) terhadap ekstrak sampel S.variegatus dan H.fuscocinerea. Hasil penelitian uji antioksidan DDPH dan β-carotene bleaching assay setelah dilakukan uji ANOVA one way diperoleh nilai aktivitas antioksidan P < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan signifikan konsentrasi sampel terhadap aktivitas antioksidan. Pada metode DPPH (IC50) dan β-carotene bleaching assay (%Hambatan) ekstrak sampel S.variegatus dan H.fuscocinerea secara berurutan yaitu (6,31 mg/mL dan 46,37%) dan (10,29 mg/mL dan 45,75%). Hubungan yang kuat pada kandungan fenolik dan karotenoid dibuktian dengan hasil analisis Pearson correlation dengan derajat signifikan 0,05 (5%) diperoleh nilai kemungkinan (P-value) P < 0,05. Hasil pengukuran total kandungan fenolik dan karotenoid pada ekstrak sampel teripang S.variegatus dan H.fuscocinerea secara berurut yaitu (41,43 ± 0,67 GAE mg/g dan 38,37 ± 0,22 µmol/ g) dan (27,39 ± 0,8 GAE mg/g dan 33,64 ± 0,07 µmol/g). Berdasarkan nilai hasil uji antioksidan dan total kandungan fenolik serta karotenoid diperoleh kesimpulan bahwa pada ekstrak sampel S.variegatus dan H.fuscocinerea memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah sehingga untuk dijadikan antioksidan alami alternatif dalam menggantikan antioksidan sintetik masih belum bisa.Item AKTIVITAS ANTIPIGMENTASI EKSTRAK METANOL DAN ETIL ASETAT Sargassum crassifolium DAN Gracilaria etil asetat(2013-07-25) SISKA KARLINA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Pelaksanaan penelitian dimulai dari tanggal Maret-Juni 2013. Uji inhibisi dilakukan untuk mengetahui aktivitas antipigmentasi paling tinggi dari ektrak metanol dan etil asetat Sargassum crassifolium dan Gracilaria coronopifolia. Sampel rumput laut diambil di Pantai Sayang Heulang, Garut Selatan, Jawa Barat. Sampel diekstraksi menggunakan dua jenis pelarut yaitu metanol dan etil asetat. Metabolit sekunder yang terdapat pada S.crassifolium adalah flavonoid, tanin dan steroid sedangkan G.coronopifolia adalah saponin, flavonoid dan steroid. Sampel dan kontrol (daun Carica papaya dan hidroquinon) digunakan untuk menginhibisi mushroom tyrosinase yang mempunyai nilai aktivitas unit sebesar 0,0066 U/mL. Pada waktu inkubasi ± 24 jam nilai IC50 terbaik adalah hidroquinon dengan konsentrasi sampel sebanyak 1,026 µg/mL diikuti ekstrak etil asetat S.crassifolium 1,517 µg/mL, ekstrak etil asetat daun Carica papaya 2,335 µg/mL, ekstrak etil asetat G.coronopifolia 6,942 µg/mL, ekstrak metanol S.crassifolium 22,484 µg/mL.Item Aktivitas Bakteri Endofit Batang Mangrove Avicennia marina Sebagai Penghasil Antibiotik(2013-07-23) RETNO ADIARTI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Ilmu Kelautan, dimulai dari tanggal 11 Februari 2013 sampai dengan 22 Mei 2013. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri endofit yang ada di dalam jaringan batang mangrove Avicennia marina dan melihat tingkat efektivitas antibiotik dari bakteri endofit terhadap bakteri Vibrio harveyi dan Staphylococcus aureus. Bakteri yang berasal dari batang mangrove Avicennia marina diisolasi kemudian dilakukan fermentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 isolat yang didapat, isolat yang memiliki kemampuan antibiotik terbaik adalah isolat 2 (7,46 mm) untuk V.harveyi dan isolat 4.2 (3,89 mm) untuk S.aureus. Senyawa aktif yang terkandung antara lain alkaloid, tanin, dan saponin. Hasil uji biokimia menunjukkan bahwa isolat 2 adalah Paenibacillus amylolyticus yang bersifat motil, menghasilkan enzim protease, amilase, mereduksi nitrat, dan sulfur. Isolat 4.1 adalah Enterobacter clocea yang bersifat motil, mampu merombak karbohidrat, menghasilkan enzim urease, dan mereduksi nitrat, dan isolat 4.2 adalah Bacillus firmus merupakan bakteri yang bersifat motil, menghasilkan enzim amilase, renin, protease, serta mereduksi nitratItem Aktivitas Ekstrak Metanol Rumput Laut Sargassum crassifolium Sebagai Imunomodulator Pada Udang Windu (Penaeus moonodon)(2014-01-21) ALLIN SUSMAY YUNISAS; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenAllin Susmay Yunisas (Dibimbing oleh : Yeni Mulyani dan Santi Rukminita A.). 2013. Aktivitas Ekstrak Metanol Rumput Laut Sargassum crassifolium Sebagai Imunomodulator Pada Udang Windu (Penaeus monodon). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran, Jatinangor. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Juni 2013 sampai dengan Desember 2013. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran senyawa bioaktif dalam rumput laut Sargassum crassifolium dan efektifitas ekstrak Sargassum crassifolium dalam meningkatkan ketahanan tubuh udang windu. Rendemen ekstrak Sargassum crassifolium diperoleh 2,27% dalam 113,3 gram sampel kering Sargassum crassifolium. Uji fitokimia menunjukkan rumput laut Sargassum crassifolium mengandung senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid, saponin, tanin dan steroid. Hasil uji LC50 24 jam ekstrak Sargassum crassifolium menunjukkan hasil 200 ppm. Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam media pemeliharaan udang windu yaitu 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm dan 200 ppm. Pada uji perlakuan penambahan campuran ekstrak dan pakan, respon udang windu terhadap pakan baik. Parameter kualitas air selama penelitian pada kisaran toleransi yang baik dengan salinitas 30-38 ppt, suhu 25-280C, oksigen terlarut 6,5-8,3 mg/L, pH 6,90-7,14. Uji in vivo yaitu penginfeksian terhadap serangan bakteri, bakteri yang digunakan adalah Vibrio harveyi dengan kepadatan 104 cfu/ml dan 107 cfu/ml. Hasil penelitian menunjukkan penginfeksian dengan kepadatan 104 cfu/ml dan 107 cfu/ml untuk masing-masing konsentrasi menghasilkan kelangsungan hidup udang windu terbaik yaitu mencapai 100%.Item AKUMULASI LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN TIMBAL (Pb) PADA LAMUN Thalassia hemprichii DI PERAIRAN PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU(2013-10-22) DWIKO HANDIKO BOWO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Dwiko Handiko Bowo (Dibimbing oleh : Indah Riyantini dan Roffi Grandiosa). 2013. Akumulasi Logam Berat Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb) Pada Lamun Thalassia hemprichii di Perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akumulasi logam berat Cd dan Pb pada lamun Thalassia hemprichii serta distribusi logam berat tersebut pada bagian akar dan daun lamun Thalassia hemprichii di Perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu yang dilakukan pada bulan Oktober - November 2012. Pengambilan sampel untuk pengukuran kandungan logam berat Cd dan Pb dilakukan dengan metode survei melalui petak kuadrat. Sementara itu, pengukuran kandungan logam berat Cd dan Pb pada bagian akar dan daun lamun Thalassia hemprichii menggunakan metode Atomic Absorbtion Spektrophotometry (AAS). Lamun Thalassia hemprichii di perairan pulau Panggang, Kepulauan Seribu dapat mengakumulasi logam berat Cd dan Pb dengan akumulasi logam berat Cd tertinggi sebesar 0,0280 ppm dan logam berat Pb tertinggi sebesar 0,9523 ppm. Akar pada lamun Thalassia hemprichii lebih banyak mengakumulasi logam berat Cd dan Pb dibandingkan dengan daun. Kemampuan lamun Thalassia hemprichii dalam mengakumulasi logam berat Cd dan Pb dikategorikan pada tingkat rendah dengan nilai faktor biokonsentrasi dibawah 250. Kata kunci : Logam Berat, Cd, Pb, Lamun, Thalassia hemprichii, Pulau PanggangItem AKUMULASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA DAGING IKAN PATIN (Pangasius sp.) DAN SEDIMEN DI WADUK JATILUHUR(2015-07-30) MUHAMMAD FIKRUR R; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenMuhammad Fikrur Ridha (Dibimbing oleh : Zahidah dan Eddy Afrianto). 2014. Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Daging Ikan Patin (Pangasius sp.) dan Sedimen di Waduk Jatiluhur. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Juli – 25 Agustus 2014 dengan tujuan untuk mengetahui kadar logam berat Timbal (Pb) yang terkandung pada daging ikan patin (Pangasius sp.) dan sedimen di Waduk Jatiluhur. Penelitian dilakukan di 3 stasiun berdasarkan aliran air masuk ke Waduk Jatiluhur, yaitu: Outlet Cirata (stasiun 1), perairan Cisomang (stasiun 2), perairan Cilalawi (stasiun 3) dan sebagai pembanding adalah ikan patin yang berasal dari budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Jatiluhur sedangkan sebagai kontrol adalah ikan patin dari Kabupaten Subang. Parameter yang diamati adalah konsentrasi timbal pada daging ikan patin, air dan sedimen, sedangkan parameter penunjang adalah suhu, pH, oksigen terlarut dan transparansi cahaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akumulasi kadar logam berat timbal tertinggi pada daging ikan patin adalah ikan yang berasal dari perairan Cilalawi sebesar 0,37 ppm. Sedangkan kadar logam berat timbal tertinggi pada sedimen di perairan Cisomang yaitu sebesar 18,32 ppm. Kata kunci : Logam berat timbal, Pangasius sp., Sedimen, Waduk Jatiluhur.Item Akumulasi Logam Berat Timbal oleh Avicennia marina di Muara Bendera Kabupaten Bekasi Jawa Barat(2014-08-07) DESTA TANSYA H; Mochamad Untung Kurnia Agung; JuniantoPenelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2014 dengan tujuan untuk mengetahui bagian jaringan tubuh mangrove jenis Avicennia marina yang paling banyak menyerap logam berat Timbal di Muara Bendera Kabupaten Bekasi, dan juga untuk membandingkan tingkat akumulasi logam berat Timbal pada mangrove berdasarkan lokasi stasiun. Penelitian dilakukan di 3 stasiun berdasarkan tingkat cemaran yang terjadi di lokasi penelitian, dengan pengambilan sampel 2 titik per stasiunnya. Parameter yang diamati meliputi a) suhu, salinitas, pH, b) konsentrasi timbal pada air, sedimen, akar, batang dan daun mangrove Avicennia marina, d) nilai BCF dan nilai TF. Analisis logam Timbal dilakukan dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spechtrophotometric). Kadar logam berat Timbal paling banyak terakumulasi di bagian akar dibandingkan pada bagian batang dan daun untuk jenis mangrove Avicennia marina, dengan nilai konsentrasi tertinggi yaitu 0.2541 ppm yang terdapat pada stasiun 2. Nilai BCF tertinggi terdapat pada akar dari air (5.8410), sedangkan nilai TF tertinggi terjadi pada akar-batang (1.0653). Tingkat akumulasi tertinggi logam berat Timbal pada mangrove berdasarkan jarak terjadi pada stasiun 2 yang merupakan daerah muara yang memiliki kepadatan mangrove yang lebih tinggi.Item AKUMULASI MIKROPLASTIK PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN LAUT YANG DIDARATKAN DI TPI GAUNG PADANG SUMATERA BARAT(2015) JIHAN SYAFITRI; Herman Hamdani; Rusky Intan PratamaPenelitian ini bertujuan untuk mengamati akumulasi mikroplastik yang terdapat pada saluran pencernaan ikan diantaranya pada lambung dan usus ikan yang didaratkan di TPI Gaung Padang. Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode survei. Data primer diperoleh dari pengambilan sampel di lapangan (in situ) berupa hasil tangkapan ikan laut yang didaratkan di TPI Gaung, Padang. Analisis sampel dilakukan di laboratorium (ex-situ) berupa identifikasi mikroplastik pada lambung dan usus ikan di Laboratorium Biogeokimia FPIK Universitas Padjadjaran. Parameter penelitian meliputi: bentuk mikroplastik yang terakumulasi pada lambung dan usus ikan dan jenis polimer mikroplastik. Hasil penelitian menunjukkan mikroplastik lebih banyak di temukan pada ikan kembung, dengan bentuk fragmen ditemukan lebih banyak pada ikan kembung dan ikan pepetek. Pada saluran pencernaan ikan, mikroplastik lebih banyak terakumulasi pada lambung ikan daripada usus ikan. Mikroplastik berwarna hitam merupakan mikroplastik yang paling banyak di temui pada ikan. Ukuran mikroplastik mendominasi pada ukuran 100-500 μm. Polimer mikroplastik yang ditemukan berasal dari jenis Polyethylene (PE) dengan tingkaat kesamaan 91,53%.Item Akumulasi Mikroplastik Pada Siput Nerita articulata Dengan Berbagai Ukuran di Kawasan Mangrove Batu Karas, Pangandaran, Jawa Barat(2022-10-17) FITRI AYU AZHARI; Mochamad Rudyansyah Ismail; Sri AstutyMikroplastik merupakan sampah plastik yang berukuran kurang dari 5mm. Mikroplastik dapat terdistribusi ke dalam ekosistem mangrove, yang berada di kawasan pesisir, kemudian terakumulasi di sedimen dan akar tumbuhan mangrove. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kepadatan akumulasi mikroplastik dalam tubuh siput N. articulata pada berbagai ukuran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan analisis laboratorium yaitu pengambilan sampel lingkungan dan sampel siput N. articulata. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium biogeokimia dan Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK Unpad. Kepadatan mikroplastik pada kolom air 1,75 -3 partikel/L, terbanyak jenis fiber dan pada substrat 1,75 – 3 partikel/gram, terbanyak jenis fiber, dan pada siput mangrove 3,25 – 5,75 partikel/individu terbanyak jenis fragmen.Item AKUMULASI TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) SERTA KERUSAKAN PADA INSANG, HATI DAN DAGING IKAN PATIN (Pangasius sp.) DI WADUK SAGULING(2013-08-20) ARINDINA AZZAHRAWAANI MUTIARA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Arindina Azzahrawaani Mutiara (Dibimbing oleh: Ike Rustikawati dan Titin Herawati). 2013. Akumulasi Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) serta Kerusakan Pada Insang, Hati Dan Daging Ikan Patin (Pangasius sp.) Di Waduk Saguling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam insang, hati dan daging ikan patin dengan membandingkan hasil analisis dengan SNI 7397:2009, serta mengetahui tingkat kerusakan struktur organ insang, hati dan daging secara histopatologi. Ikan yang dijadikan obyek penelitian adalah ikan patin (Pangasius sp.) hasil tangkapan alam dari Waduk Saguling dan hasil budidaya di Cijengkol Subang dengan membedakan tiga ukuran yaitu kecil (20-25 cm), sedang (30-35 cm) dan besar (40-45 cm). Penelitian dilakukan di Waduk Saguling dengan mengambil tiga stasiun, yaitu: perairan Maroko (stasiun 1), perairan Ciminyak (stasiun 2) dan pintu air Waduk Saguling (stasiun 3) serta pembanding dari Cijengkol Subang. Sampel dibedakan mejadi 2 yaitu sampel untuk preparat histopatologi, dan sampel untuk analisa kadar timbal dan kadmium pada organ. Kadar logam berat Pb dan Cd pada organ insang, hati dan daging ikan patin diuji menggunakan Atomic Absorption Spectometry (AAS). Kadar logam berat yang terakumulasi dalam organ khususnya daging telah melebihi ambang baku mutu SNI 7387:2009. Hasil pengamatan histopatologi yang dilakukan terhadap insang, hati dan daging ikan patin secara umum telah mengalami perubahan atau kerusakan pada organ tersebut. Kerusakan insang diantaranya Melano Makrofag Center (MMC), edema, hiperplasia, kongesti, dan fusi lamela. Kerusakan hati berupa MMC, nekrosis, degenerasi dan degenerasi lemak. Pada daging tidak terjadi perubahan (normal). Kerusakan yang terjadi pada insang, hati dan daging ikan patin diakibatkan oleh adanya timbal dan kadmium yang terakumulasi. Pada sampel organ didapatkan kandungan Pb yaitu, pada insang (0,01-120 ppm), hati (0,01-160 ppm), daging (0,01-130 ppm) dan air tidak terdeteksi. Kata Kunci: histopatologi, kadmium, patin, Saguling, timbalItem Analilis Bahaya dan Titik Kendali Kritis pada Pananganan Tuna Loin Beku di PT. Awindo International Jakarta(2013-10-09) HAFIZ AULIA ILHAMI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenHafiz Aulia Ilhami (Dibimbing oleh: Eddy Afrianto dan Kiki Haetami). 2013. Analisis Bahaya dan Titik Kendali Kritis pada Penanganan Tuna loin Beku di PT. Awindo International Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dalam mengidentifikasi dan mencegah potensi bahaya pada penanganan tuna loin beku di PT. Awindo International. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode yang digunakan yaitu metode survei. Metode survei yang dilakukan dengan mengikuti seluruh alur proses penanganan tuna loin beku mulai dari penerimaan bahan baku sampai pengangkutan selanjutnya dilakukan analisis bahaya dan identifikasi titik kendali kritis pada setiap tahapan proses. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penanganan tuna loin beku di PT. Awindo International telah menerapkan HACCP dengan benar. Kesimpulan ini diambil berdasarkan hasil pengujian pada setiap tahapan proses yang teridentifikasi titik kendali kritis masih di bawah batas kritis dengan suhu pusat sampel bahan baku 0,7oC, 1,2oC, 2,2oC dan kadar histamin 0,7 ppm serta alat pendeteksi logam yang masih memiliki sensitivitas deteksi logam sebesar 2,5 mm. Hasil pengujian TKK yang tidak melebihi batas kritis didapatkan produk tuna loin beku yang memenuhi standar SNI dengan nilai organoleptik 7, suhu pusat tidak melebihi 3oC, jumlah ALT 50.000 koloni/gram, kadar histamin 1,91 ppm serta tidak ditemukannya serpihan logam. Berdasarkan hasil identifikasi, tahap penerimaan bahan baku dan pemeriksaan logam teridentifikasi sebagai titik kendali kritis. Kata kunci: HACCP, Titik Kendali Kritis, Tuna Loin BekuItem ANALISIS BAHAYA DAN PENENTUAN TITIK PENGENDALIAN KRITIS PADA PENANGANAN IKAN LAYUR BEKU DI PT. AGB PALABUHANRATU(2014-02-14) RAIS ABDULLAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Rais Abdullah (Dibimbing oleh : Eddy Afrianto dan Iis Rostini) 2014. Analisis Bahaya dan Penentuan Titik Pengendalian Kritis pada Penanganan Ikan Layur Beku di PT. AGB Palabuhanratu. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) pada penanganan ikan layur beku di PT. AGB Palabuhanratu. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survey. Metode survey dilakukan dengan cara mengikuti seluruh alur proses penanganan ikan Layur beku mulai dari penerimaan bahan baku sampai dengan pengangkutan. Analisis bahaya dan identifikasi titik kendali kritis dilakukan pada setiap tahapan proses. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses penanganan ikan Layur beku di PT. AGB Palabuhanratu telah menerapkan HACCP dengan baik dan benar. Hasil pengujian pada setiap tahapan proses yang teridentifikasi titik kendali kritis masih dibawah batas kritis dengan suhu bahan baku 2oC - 3oC. Proses pengemasan dan pelabelan telah diawasi dengan ketat. Hasil pengujian titik kendali kritis tidak melebihi batas kritis, sehingga didapatkan produk ikan Layur beku yang memenuhi standar SNI dengan nilai organoleptik 7. Suhu bahan baku tidak melebihi 4oC. Jumlah ALT 50.000 koloni /gram serta tidak ditemukannya serpihan logam berdasarkan hasil identifikasi. Tahap penerimaan bahan baku, proses pengemasan dan pelabelan teridentifikasi sebagai titik kendali kritis. Kata kunci: HACCP, Ikan Layur Beku, Titik Kendali Kritis ABSTRACT Rais Abdullah ( Supervised by : Eddy Afrianto and Iis Rostini ) 2014. Hazard Analysis and Critical Control Point Determination on Handling Layur Fish Frozen PT . AGB Palabuhanratu. The purpose of this research was to studied and analyzed the application of HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) on frozen layur fish handling at PT. AGB Palabuhanratu. The research used descriptive study by survey method. Survey method was conducted by follow the entire workflow of frozen layur fish handling process from raw materials input to distribution. The risk and identified critical control point in each stage of the process was analyzed. The results revealed that the process of frozen layur fish handling at PT. AGB Palabuhanratu had good HACCP implemented. The analysis resulted in each stage of the process that identified showed the critical control point was still below of the critical limit with the temperature of raw material between 2oC - 3oC. The process of packaging and labelling were under strict supervision. The test result of critical control point was obtained frozen layur fish product fulfilled SNI standards with organoleptic value 7. The temperature of raw material was not exceed to 4 °C. The amount of ALT was 50,000 colonies/gram. and metal materials were not found based on the identification. The input of raw materials, packaging and labelling process identified as critical control point . Keywords : Critical Control Point, Frozen Layur Fish, HACCPItem Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis Pada Penanganan Pasteurisasi Daging Rajungan Kaleng di PT. PAN Putra Samudra Cirebon(2015-04-20) RIO HASTRIYANA SURYA ATMADJA; Rita Rostika; Eddy AfriantoPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) pada penanganan daging rajungan pasteurisasi di PT. PAN Putra Samudra. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survey yang dilakukan dengan cara mengikuti seluruh alur proses penanganan daging rajungan pasteurisasi kaleng mulai dari penerimaan bahan baku sampai dengan pemuatan dan pengapalan. Analisis bahaya dan identifikasi titik kendali kritis dilakukan pada setiap tahapan proses. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses penanganan daging rajungan pasteurisasi di PT. PAN Putra Samudra telah menerapkan HACCP dengan baik dan benar. Hasil pengujian pada setiap tahapan proses yang teridentifikasi titik kendali kritis masih di bawah batas kritis dengan suhu bahan baku 20C – 30C. Hasil pengujian titik kendali kritis tidak melebihi batas kritis, sehingga didapatkan produk daging rajungan pasteurisasi kaleng yang memenuhi standar SNI dengan nilai organoleptik 7, suhu bahan baku tidak melebihi 4,40C, jumlah angka lempeng total 190 koloni/gram. Tahap penerimaan bahan baku, proses penutupan kaleng, pasteurisasi, dan penyimpanan dingin teridentifikasi sebagai titik kendali kritis.Item ANALISIS BAHAYA DAN PENGENDALIAN TITIK KRITIS PENANGANAN UDANG BLACK TIGER BEKU TANPA KEPALA (HEADLESS) DI PT RED RIBBON INDONESIA,MEDAN(2009) RAYMOND A SIAHAAN; Eddy Afrianto; Rusky Intan PratamaABSTRAK Raymond Antony Siahaan (Dibimbing oleh: Eddy Afrianto dan Rusky Intan Pratama) 2014. Analisis Bahaya dan Titik Kendali Kritis pada Penanganan Udang Black Tiger Beku tanpa Kepala (Headless) di PT. Red Riboon Indonesia, Medan. Penelitian Analisis Bahaya dan Titik Kendali Kritis pada Penanganan Udang Black Tiger Beku tanpa Kepala (Headless) dilakukan di Kawasan Industri Medan I, Sumatera Utara dan dilaksanakan pada bulan Mei 2014. Analisis Bahaya dan Titik Kendali Kritis dilakukan pada penelitian ini terhadap penanganan produk udang black tiger headless beku di PT. Red Ribbon Indonesia. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya nyata dalam penerapan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) pada penanganan udang black tiger. Metode yang dilakukan pada penelitian ini ialah dengan melakukan observasi di lapangan yaitu menitikberatkan pada perbandingan data yang dimiliki PT Red Ribbon Indonesia dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2705.1, SNI 01-2705.2 dan SNI 01-2705.3 tentang udang beku. Prosedur penelitian yang dilakukan yaitu pengamatan alur proses penanganan udang beku, analisis potensi bahaya, identifikasi titik kendali kritis. Data organoleptik, mikrobiologi, kimia dan fisik yang dimiliki PT Red Ribbon Indonesia dibandingkan dengan SNI udang beku didukung dengan data GMP (Good Manufacturing Practices) dan SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure) yang dimiliki perusahaan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penanganan udang headless di PT.Red Ribbon Indonesia sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), dan produk udang headless yang diproduksi aman untuk dikonsumsi oleh manusia. PT. Red Ribbon Indonesia telah menerapkan sistem HACCP dengan baik dan benar. Hal ini terlihat dari data alur proses, kimia, dan organoleptik telah memenuhi standar SNI dan aman untuk dikonsumsi.Item ANALISIS BAHAYA DAN TITIK KENDALI KRITIS PADA PENANGANAN CAKALANG PRECOOKED LOIN BEKU DI PT. GABUNGAN ERA MANDIR(2013-09-06) DILLA S PUTRA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Dilla Samwijayanto Putra (Dibawah bimbingan Eddy Afrianto dan Iis Rostini). 2013. Analisis Bahaya dan Titik Kendali Kritis pada Penanganan Cakalang Precooked Loin Beku di PT. Gabungan Era Mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peranan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dalam mencegah potensi bahaya pada penanganan cakalang precooked loin beku di PT.. Gabungan Era Mandiri (GEM). Penelitian menggunakan metode survei, dengan mengikuti secara langsung alur proses penanganan produk dari penerimaan bahan baku sampai pengepakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penanganan cakalang precooked loin beku di PT. GEM telah menerapkan sistem HACCP dengan baik. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan hasil uji mikrobiologi bahan baku memiliki hasil Angka Lempeng Total (ALT) sebesar 8,000 koloni/g, hasil ALT produk sebesar 5,000 koloni/g, hasil ALT air 20 koloni/g dan es sebesar 60 koloni/g. Hasil pengujian kimia bahan baku memiliki uji histamin sebesar 0,076 mg/Kg sedangkan produk akhir sebesar 0,062 mg/Kg dan mercury (Hg) dalam bahan baku sebesar 0,28 mg/Kg sedangkan produk tidak ditemukan. Hasil pengujian organoleptik pada bahan baku masih memenuhi standar dengan nilai rata-rata 7,2. Berdasarkan hasil identifikasi, ditemukan adanya titik kendali kritis (CCP) pada alur proses yaitu pada proses penerimaan bahan baku yang perlu dilakukan pengawasan.Item Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis Pada Pengolahan Siomay Ikan Kakap di CV. Bening Jati Anugrah Bogor Jawa Barat(2023-04-03) ARIE WIDIANTO; Yuniar Mulyani; Rusky Intan PratamaPengendalian mutu perlu dilakukan dengan sistem jaminan mutu pangan. Jaminan mutu pangan merupakan seluruh kegiatan terencana yang diterapkan dalam sistem mutu dan diperagakan sesuai kebutuhan. Riset ini bertujuan untuk menganalisis bahaya dan menentukan titik pengendalian kritis pada proses pengolahan siomay ikan kakap putih. Riset dilaksanakan di CV. Bening Jati Anugrah Bogor Jawa Barat mulai bulan Agustus hingga September 2022. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus. Prosedur penelitian meliputi pengamatan alur proses pengolahan siomay ikan, analisis potensi bahaya, identifikasi titik pengendalian kritis, pengujian mikrobiologi dan pengujian organoleptik. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Bahaya yang mungkin terjadi pada pengolahan siomay ikan kakap berupa bahaya biologis, fisik, dan kimiawi. Hasil analisis bahaya yang didapatkan titik kendali kritis ada pada tahap proses penerimaan bahan baku, pengukusan, pengemasan dan penyimpanan. Hasil uji organoleptik produk akhir menggunakan metode uji skoring dengan parameter uji yaitu kenampakan, bau, rasa dan tekstur mendapatkan hasil yang sama yaitu 7, sehingga sesuai SNI 7756:2013 nilai tersebut masih sesuai dengan standar minimal yang dapat diterima yaitu 7. Hasil uji mikrobiologi produk akhir siomay ikan sebesar 7,5 x 102 CFU/g. Siomay ikan kakap yang diproduksi di CV. Jati Bening Anugrah berdasarkan hasil uji mikrobiologi dan uji organoleptik yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa produk ini sesuai dengan SNI 7756:2013, sehingga dapat diterima dan aman dikonsumsi masyarakat.Item Analisis Biaya Eksternalitas Limbah Pakan Usaha Keramba Jaring Apung di Waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta(2014-11-19) SYIFA KARUNIA; Iwang Gumilar; Nia kurniawatiABSTRAK Syifa Karunia (Di bawah bimbingan: Iwang Gumilar dan Nia Kurniawati). 2014. Analisis Biaya Eksternalitas Limbah Pakan Usaha Keramba Jaring Apung di Waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta Penelitian bertujuan untuk menganalisis manfaat biaya dari keberadaan KJA yang mengakibatkan eksternalitas limbah pakan, serta merumuskan upaya pengelolaan budidaya sistem KJA di Waduk Jatiluhur. Penelitian dilakukan di Waduk Jatiluhur pada bulan April-Mei 2014. Penelitian dirancang sebagai penelitian deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah biaya eksternalitas dari usaha KJA di Waduk Jatiluhur adalah Rp 681.781.977.425 yang terdiri dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk upaya pengurangan sedimen di Waduk Jatiluhur adalah sebesar Rp 2.259.325.248/tahun, serta jumlah yang dikeluarkan akibat pakan ikan yang terbuang ke dasar perairan adalah sebanyak Rp 62.689.440.000. Jumlah keuntungan yang dihasilkan pembudidaya KJA di Waduk Jatiluhur pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 151.213.134.501 dengan R/C 1,25. Keberadaan KJA dengan adanya biaya eksternalitas tetap menghasilkan manfaat sebesar Rp 86.164.369.253 dengan nilai net benefit 1,13. Pihak pengelola Waduk Jatiluhur perlu menerapkan SEMDAL. Selain itu perlu segera direalisasikan penertiban KJA ilegal untuk meminimalisir jumlah KJA dan adanya lembaga khusus yang mengurus penebaran benih ikan plankton feeder secara kontinyu dan terkonsep.Item Analisis Bio-Teknik Penangkapan Udang Jerbung (Penaeus merguiensis) di Perairan Pangandaran.(2021-09-12) NIKEN RIZKY AYU; Alexander M. A. Khan; Lantun Paradhita DewantiUdang jerbung merupakan salah satu komoditas sumberdaya perikanan tangkap di Kabupaten Pangandaran yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Tingginya permintaan pasar udang jerbung menyebabkan terjadi gejala penangkapan berlebih. Tujuan penelitian untuk mengetahui aspek bio-teknik penangkapan, potensi maksimum lestari dan tingkat pemanfaatan udang jerbung di Perairan Pangandaran. Penelitian dilakukan di TPI Minasari Pangandaran dan TPI Bojongsalawe pada Bulan Maret – Juni dengan metode deskriptif survey yang bersifat studi kasus. Data yang dikumpulkan yaitu data panjang dan berat udang, kontruksi trammel net, hasil tangkapan serta upaya penangkapan. Analisis yang dilakukan yaitu analisis aspek bio-teknik penangkapan, Catch Per Unit Effort (CPUE), potensi maksimum lestari dan tingkat pemanfaatan. Hasil penelitian menunjukan kisaran panjang udang jerbung 3 – 20 cm dan berat 14,3 – 167,3 g didominasi oleh udang betina dengan pola pertumbuhan allometric negative. Udang jerbung ditangkap menggunakan trammel net ukuran mata jaring outer net 5 1/5 inch dan inner net 1 3/4 inch. Pengoperasian trammel net dilakukan siang hari dimulai dari setting, drifting, dan hauling menggunakan pola penangkapan one day trip fishing. Potensi maksimum lestari udang jerbung sebesar 74,05 ton per tahun dengan upaya penangkapan optimum sebesar 10.286 trip per tahun. Tingkat pemanfaatan sumberdaya udang jerbung di Perairan Pangandaran sebesar 96% dan berada pada status fully exploited.