Sastra Jepang (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Sastra Jepang (S1) by Title
Now showing 1 - 20 of 1005
Results Per Page
Sort Options
Item ABNORMALITAS TOKOH UTAMA DALAM CERPEN IMOMUSHI KARYA EDOGAWA RANPO(2017-01-30) ADILA SHAHIDAH; Amaliatun Saleha; Tidak ada Data DosenABSTRAK Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk menganalisa bentuk serta penyebab perilaku abnormal yang digambarkan melalui tokoh utama Tokiko dalam cerpen Imomushi karya Edogawa Rampo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan psikologi abnormal, yaitu dengan mendeskripsikan tingkah laku abnormal yang digambarkan melalui tokoh utama sesuai dengan teori dalam ilmu psikologi abnormal. Hasil analisis yang penulis dapatkan dari penelitian ini bahwa sesuai dengan teori dalam ilmu psikologi abnormal, bentuk abnormalitas yang digambarkan melalui tokoh utama dalam cerpen Imomushi dapat dikategorikan sebagai tindakan agresi, regresi, pendesakan dan kompleks-kompleks terdesak, serta sadisme. Dapat ditemukan pula bahwa penyebab yang melatarbelakangi tindakan abnormal tersebut ialah hubungan keluarga yang berantakan (broken home), cacat biologis, masa transisi, meningkatnya aspirasi dan pengejaran kemewahan materi, konflik dengan standar sosial dan norma etis.Item Adjektiva Akarui Sebagai Polisemi Dalam Bahasa Jepang: Kajian Linguistik Kognitif(2018-11-19) ASTI FAUZIAH; Isye Herawati; Jonjon JohanaABSTRAK Skripsi ini menjelaskan tentang makna adjektiva akarui sebagai polisemi dalam bahasa Jepang dan juga menjelaskan tentang hubungan antarmakna dasar dan makna perluasan dalam polisemi adjektiva akarui yang dikaji melalui kajian linguistik kognitif, dengan menggunakan majas metafora dan metonimi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan sumber data dari novel Kono Ko O Nokoshite karya Makoto Nagai dan novel Kicchin karya Banana Yoshimoto, serta dari corpus online yaitu, http://www.kotonoha.gr.jp/shonagon, dan https://ejje.weblio.jp. Adjektiva akarui sebagai polisemi memiliki makna : terang:cerah, warna yang terang/muda, jernih, ceria/menyenangkan/bahagia, jujur/adil/bersih (peraturan), dan adanya harapan untuk masa depan. Kemudian makna dasar dari adjektiva akarui adalah terang:cerah. Dan makna yang meluas secara metafora adalah ceria/menyenangkan/bahagia, jujur/adil/bersih (peraturan), dan adanya harapan untuk masa depan. Sedangkan makna yang meluas secara metonimi adalah warna yang terang/muda dan jernih. Kata kunci : adjektiva akarui , linguistik kognitif, metafora, metonimi, polisemi. ABSTRACT This study describes the meaning of akarui adjectives as polysemy in Japanese And also describes the retationship between the basic meaning and the extension meaning in the polysemy of akarui adjectives which studied through the study of cognitive linguistic, using metaphor and metonymy. The methode used is descriptive methode with data sources took from Novel Kono Ko O Nokoshite by Makoto Nagai and novel Kicchin by Banana Yoshimoto, and corpus online, http://www.kotonoha.gr.jp/shonagon, dan https://ejje.weblio.jp. Akarui adjektives as the polysemy has meaning : bright, bright colour, clear, cheerful/enjoyful/fun, fair/impartial (rule), and theres prospects for the future. Then the basic meaning of akarui adjektive is bright. And the extension meaning metaphor is cheerful/, fair/impartial (rule), and theres prospects for the future. While the extension meaning metonymy is bright colour and clear. Keywords : adjective akarui. cognitive linguitic, metaphor, metonymy, polysemy.Item adjektiva mottainai, oshii, dan zannen serta padanannya dalam bahasa sunda: kajian semantis(2014-07-21) ISNA SHOLIHATUNNISA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Bahasa Jepang memiliki banyak kata yang bersinonim. Salah satunya adalah kata mottainai, oshii, dan zannen yang memiliki makna “sayang” atau menyatakan makna “kecewa” dan “penyesalan”. Dalam pengggunaannya ketiga adjektiva tersebut sering menimbulkan pertanyaan. Penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan pendekatan semantik dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menyusun data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber. Kemudian data tersebut diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan. Adapun yang menjadi hasil penelitian ini yaitu kata mottainai, oshii, dan zannen bersinonim, dan ada kalanya bisa saling menggantikan. Mottainai digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang sia-sia, mubazir, atau pemborosan. Oshii digunakan untuk menunjukkan peristiwa yang nyaris berhasil dan menunjukkan perasaan tidak ingin kehilangan barang berharga. Zannen digunakan untuk menunjukkan kekecewaan atau penyesalan terhadap harapan yang tidak terwujud. Dalam bahasa Sunda mottainai dapat dipadankan dengan mubah, mubadir, lebar, dan nyaah. Oshii dapat dipadankan dengan hanjakal, lebar, dan nyaah. Sedangkan zannen dapat dipadankan dengan kata handeueul. Kata kunci: Semantik, Sinonim, Padanan, Mottainai, Oshii, ZannenItem Adjektiva Warui Dalam Tuturan Bahasa Jepang ( Kajian Semantik Leksikal )(2013-01-25) SALMANABILA JUNIANY; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Skripsi ini berjudul “Adjektiva Warui dalam Tuturan Bahasa Jepang”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui makna dan fungsi dari adjektiva warui baik yang berupa kata maupun frase. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mendekati, mengamati, menganalisis, membandingkan, dan memaparkan suatu masalah secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap data-data yang diperoleh sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan. Simpulan penelitian ini mengenai makna leksikal dan idiomatikal dari adjektiva warui, serta deskripsi fungsi dari makna adjektiva warui tersebut. Kata warui yang bermakna suatu hal yang tidak baik, buruk, dan menyatakan penyesalan akan menghasilkan makna yang sama dan berbeda jika dilihat dari kata yang tergabung sebagai frase. Fungsi yang muncul bervarisi, diantaranya ‘menyatakan permohonan maaf’, ‘menunjukkan perasaaan jijik terhadap suatu hal’, ‘menyatakan ekspresi ketidakpercayaan dan rasa kecewa terhadap orang lain’, dan lain-lain.Item ADVERBIA ITSUMO, TAEZU DAN TSUNE NI DALAM BAHASA JEPANG: TINJAUAN SEMANTIK LEKSIKAL(2017-04-27) MUHAMMAD AYUB; Isye Herawati; Tidak ada Data DosenABSTRAK Skripsi ini membahas tentang ruigigo dari adverbia itsumo, taezu dan tsune ni. Istilah ruigigo dalam bahasa Indonesia adalah sinonim atau kata-kata yang memiliki makna yang mirip. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalah metode deskriptif. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna, persamaan dan perbedaan, serta subtitusi adverbia itsumo, taezu dan tsune ni dalam bahasa Jepang. Adverbia itsumo, taezu dan tsune ni tidak hanya memiliki makna keadaan yang tidak berubah, namun memiliki beberapa varian makna yang harus diteliti. Sehingga makna dari adverbia tersebut tidak selalu bisa saling bersubtitusi. Teori yang digunakan adalah teori Naoko (1987) yang menjelaskan makna adverbia itsumo, taezu dan tsune ni. Kata Kunci: Adverbia, itsumo, taezu, tsune ni, ruigigo, sinonim, semantik ABSTRACT This thesis discusses the ruigigo of adverbs in itsumo, taezu and tsune ni. Ruigigo term in Indonesian language is a synonym of word that have similar meanings. The method that used in this research is the descriptive method. The purposed of this research is to describe the meanings, difference, and substitution of adverbs in itsumo, taezu and tsune ni. itsumo, taezu and tsune ni adverbs are not only explain unchangeable conditions, but also have variant meanings that have to be examine. Therefor the meaning of those adverbs are not always can be substitute each other. The theory that used is Naoko theory’s (1987) that examines the meanings of itsumo, taezu and tsune ni adverbs. Keywords: Adverbs, itsumo, taezu, tsune ni, ruigigo, synonym, semanticItem ADVERBIA KEPASTIAN KITTO, TASHIKA, DAN ZETTAI : KAJIAN SEMANTIK(2019-07-17) ANISA SHAFARAHMI KARTAWAN; Isye Herawati; Tidak ada Data DosenSkripsi ini membahas tentang tiga adverbia yang bersinonim dalam bahasa Jepang, yaitu kitto, tashika, dan zettai. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan makna serta persamaan, perbedaan, dan substitusi ketiga adverbia tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan teori yang digunakan adalah teori semantik oleh Pateda (2010), teori sinonim oleh Sutedi (2011), teori modalitas kepastian oleh Alwi (1992) dan Nitta (2003), dan teori adverbia oleh Nitta (2003). Data penelitian ini diperoleh dari sumber film drama. Hasil analisis menunjukkan bahwa kitto dan tashika memiliki makna kepastian cukup kuat yang merujuk pada kemungkinan dan makna kepastian kuat, sedangkan zettai hanya memiliki makna kepastian kuat. Persamaannya adalah adverbia kitto dan tashika memiliki makna merujuk pada kemungkinan yang diikuti verba bantu modal ~ to omoimasu dan makna kepastian kuat yang dihasilkan oleh ketiga adverbia ini diikuti kopula ~da, ~datta, dan tidak diikuti verba bantu modal. Perbedaan dari ketiga adverbia dapat dilihat dari penanda modalitas epistemik, penggunaan ungkapan makna denotatif dan konotatif, tingkat kepastian, penanda partikel, dan ragam bahasa situasi. Adverbia kitto dan tashika dapat saling bersubstitusi karena memiliki makna yang merujuk pada kemungkinan, sedangkan zettai dapat bersubstitusi dengan keduanya yang memiliki makna kepastian kuat.Item ADVERBIA PERUMPAMAAN ATAKAMO DAN MARUDE DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG (TINJAUAN STRUKTUR DAN MAKNA)(2014-10-02) LUTHVIA AINUN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini membahas mengenai adverbia atakamo dan marude. Kedua kata tersebut memiliki makna yang hampir sama yaitu ‘seperti’. Latar belakang dipilihnya kedua adverbia tersebut adalah karena sering digunakan dalam kehidupan berbahasa Jepang sehari-hari. Selain itu ketiga adverbia tersebut belum dipahami secara mendalam oleh pembelajar bahasa Jepang, terutama oleh penulis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan tinjauan teori struktur dan makna serta teknik substitusi. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa adverbia atakamo secara umum mempunyai makna bagaikan dan seolah-olah dan banyak diikuti dalam ragam bahasa formal. Sedangkan, marude secara umum mempunyai makna seperti. Atakamo dan marude biasanya diikuti oleh ~no you, ~no youna/no you ni dan ~no youda, tetapi ~mitai/mitaida hanya dapat diikuti oleh marude. Adverbia atakamo dan marude dapat bersubstitusi dilihat dari ragam bahasa yang digunakan dan diikuti oleh kata seperti ~のよう(~no you), ~のような・のように (~no youna/no you ni), dan ~のようだ (~no youda).Item ADVERBIA PERUMPAMAAN MARUDE DAN SANAGARA: KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK(2022-10-13) SYAKHSHIYAH INDA SYAHRUR R; Puspa Mirani Kadir; Tidak ada Data DosenABSTRAK Skripsi ini berjudul “Adverbia Perumpamaan Marude dan Sanagara: Kajian Sintaksis dan Semantik”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan makna serta persamaan dan perbedaan penggunaan adverbia marude dan sanagara dalam suatu kalimat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desktiptif. Teori yang digunakan adalah teori sintaksis oleh Nitta (1997) dan teori semantik oleh Shinmura (1969). Data penelitian ini bersumber dari data tulis yang terdapat pada majalah (2001-2005) di kotonoha.jp. Hasil penelitian menunjukkan persamaan dan perbedaan dalam kalimat yang beradverbia marude dan sanagara baik dari segi struktur ataupun makna. Dari segi struktur, adverbia marude dan sanagara pada umumnya diikuti penanda dan sama-sama melekat pada nomina konkret. Perbedaan struktur dari kedua adverbia ini bahwa kalimat beradverbia marude memiliki penanda yang lebih beragam dibandingkan kalimat beradverbia sanagara. Dari segi makna, adverbia marude dan sanaraga memiliki makna perumpamaan dalam arti mengumpamakan sesuatu. Dilihat dari penggunaan ungkapan denotasi dan konotasi, adverbia marude ada yang bermakna denotasi dan ada juga yang bermakna konotasi, sedangkan adverbia sanagara cenderung bermakna denotasi. Kata kunci : adverbia, marude, sanagara, semantik, sintaksis ABSTRACT This thesis entitled “Adverbia Perumpamaan Marude dan Sanagara: Kajian Sintaksis dan Semantik” (Parable Adverb Marude and Sanagara: a study of Syntatic and Semantics). This research has a purpose to find out the structure and meaning, also similarity and the difference in use adverb marude and sanagara in the sentence. The method used in this research is descriptive method. Theory used in this research are syntactic theory by Nitta (1997) and semantics theory also by Shinmura (1969). The source of the study was from written data in the magazine (2001-2005) in the kotonoha.jp. As the result of this analysis, it shows that were some similarity and difference between adverb marude and sanagara in the sentence. In the structure aspect, adverb marude and sanagara are generally followed by a marker and attached to concrete noun. The defference in the structure of this two adverb is that sentence with the adverb marude has more diverse markers than the sentence with the adverb sanagara. In terms of meaning, the adverb marude and sanagara have a parable meaning in the sense of expressing something. Seen from the use of denotative and connotative, there are marude adverbs which mean denotation and some have connotation, while sanagara adverbs tend to have denotation meaning. Keywords : adverb, marude, sanagara, semantics, syntacticItem ADVERBIA WAKTU SAIKIN, KONO GORO DAN KONO AIDA DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG (TINJAUAN SEMANTIK)(2015-01-08) SRI ENDANG AYU NINGRAT; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Penelitian ini membahas tentang tiga adverbia yang bersinonim, yaitu saikin, kono goro dan kono aida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna adverbia saikin, kono goro dan kono aida, persamaan dan perbedaan saikin, kono goro dan kono aida, serta subtitusi ketiga kata tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan teori semantik untuk menganalisis makna dari ketiga kata tersebut. Analisis ini menghasilkan kata saikin digunakan untuk menjelaskan peristiwa yang sekali terjadi, kono goro digunakan untuk menjelaskan kegiatan yang terus menerus dilakukan hingga sekarang. Sedangkan kono aida untuk menjelaskan keadaan yang terjadi di waktu lampau. Ketiga kata tersebut sama-sama memiliki makna akhir-akhir ini. Saikin dapat bersubtitusi dengan kono goro. Sedangkan kono aida dapat disubtitusi dengan saikin dan kono goro dalam situasi tertentu saja. Kata kunci: Semantik, saikin, kono goro, kono aida. ABSTRACT This reserch analyzes about three sinonyms of adverb, they are saikin, kono goro and kono aida. The purpose of this research are to describe the adverb meaning of saikin, kono goro and kono aida, the differences and similarities of saikin, kono goro and kono aida and the subtitution of those three words. The method of this research is descriptive research by applying semantic theories to anlyze the meaning of those three words. The result of this research are saikin which is used to describe the events that once occurred, kono goro used to describe the on going activities carried out until now. While kono aida to explain the circumstances that occurred in the past. Three words have the same meaning recently. Saikin can be subtituted with kono goro. Although kono aida can be subtituted with saikin and kono aida in exceptional situations. Key words: Semantic, Saikin, Kono Goro, Kono Aida.Item Aizuchi Sousou, Souka dan Naruhodo dalam Wacana Konversasi Bahasa Jepang(2013-08-26) SYAININDYA MEKAR ALIPI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenSkripsi ini membahas tentang aizuchi sousou, souka, dan naruhodo dalam wacana konversasi dalam bahasa Jepang. Aizuchi adalah salah satu jenis hyougen (ekspresi) dalam bahasa Jepang yang penggunaannya cukup kurang dipahami oleh pembelajar bahasa Jepang. Dalam pembahasannya, penelitian ini menganalisis tentang fungsi dan konteks penggunaan aizuchi sousou, souka, dan naruhodo. Aizuchi pada dasarnya memiliki makna tanggapan yang diberikan seseorang saat mendengarkan perkataan orang lain. Secara umum aizuchi sousou, souka, dan naruhodo memiliki makna yang sama yaitu “Begitu,ya” atau “Seperti yang sudah saya duga” namun memiliki penggunaan yang berbeda dan akan dianalisis melalui sosiopragmatik secara usia, gender dan status sosial penutur. Kata Kunci: Sosiopragmatik, Aizuchi, Sousou, Souka, NaruhodoItem Aliran okultisme dalam novel Rental Magica karya Makoto Sanda (Pendekatan Antropologi sastra)(2014-02-10) GANESHA ADI PRADANA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPada skripsi ini penulis mencoba menganalisa jenis-jenis aliran okultisme yang muncul di dalam novel Rental Magica: Mahouzukai Kashimasu!, Novel Rental Magica: Mahouzukai Kashimasu! Mengisahkan tentang seorang remaja bernama Iba Itsuki yang hidupnya berubah drastik setelah pada suatu hari mau tidak mau harus mewarisi kepemimpinan sebuah biro sihir bernama Astral dari ayahnya yang menghilang tujuh tahun yang lalu. Berbagai misi dan pekerjaan yang penuh rintangan dan bahaya pun dilalui oleh Itsuki dan rekan-rekan sejawatnya di Astral. Seluruh anggota Astral adalah praktisi dari berbagai jenis aliran okultisme yang berasal dari berbagai macam kebudayaan yang tersebar di seluruh dunia, sedangkan Itsuki sendiri sebagai pimpinan mereka bukanlah seorang penyihir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai jenis aliran okultisme yang muncul di dalam novel Rental Magica: Mahouzukai Kashimasu!, seperti diantaranya Onmyoudou, Shinto, Wicca, Druidisme, dan Solomon Magic, serta apa sajakah teknik-teknik serta alat-alat ritual yang digunakan di dalam aliran-aliran okultisme tersebut.Item Alur dan Teknik Pengaluran Novel Ankoku Joshi Karya Akiyoshi Rikako: Pendekatan Struktural(2016-02-17) WELLY TRISDIANTO; Budi Rukhyana; Tidak ada Data DosenPada penelitian skripsi ini, penulis menganalisis alur dan teknik pengaluran dalam novel Ankoku Joshi karya Akiyoshi Rikako. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis alur berdasarkan kriteria waktu dan jumlah, dan teknik pengaluran yang terdapat dalam novel ini. Skripsi ini menggunakan pendekatan struktural dan metode deskriptif analisis. Pendekatan struktural merupakan sarana untuk mengkaji unsur-unsur pembentuk cerita yang terdapat dalam suatu karya fiksi. Alur termasuk dalam unsur pembentuk cerita, dengan pengertian rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Jenis alur yang dibahas adalah alur berdasarkan kriteria waktu dan jumlah. Teknik pengaluran yang dibahas adalah foreshadowing atau padahan, suspense atau tegangan, surprise atau kejutan, dan plausibilitas, yang merupakan bagian dari pendekatan struktural. Berdasarkan kriteria waktu, novel ini termasuk ke dalam jenis alur campuran. Sedangkan berdasarkan kriteria jumlah, termasuk jenis alur paralel. Teknik pengaluran yang terdapat dalam novel ini, diantaranya adalah foreshadowing, suspense, surprise, dan plausibilitas.Item AMANAT DALAM SIMBOL DAN MAKNA ROMANTISISME PADA LIRIK LAGU AI TO KANASHIMI NO NOCTURNE DAN ROSEN SCHWERT(2015-10-26) MOHAMAD HADIANTO NUGROHO; Tinny Risniwati Male; Tidak ada Data DosenSkripsi ini membahas tentang amanat dalam simbol dan makna romantisisme pada lirik lagu Ai to Kanashimi no Nocturne dan Rosen Schwert karyaVersailles (Philharmonic Quintet). Penulis menggunakan metode deskriptif. Dan dalam skripsi ini penulis menggunakan pendekatan Semiotika. Studi Semiotika adalah studi yang memahas tanda, makna dibaliknya dan objek yang diwakili oleh tanda tersebut. Semiotika Saussure dikenal dengan dua sistem tanda yaitu penanda dan penanda. Hubungan keduanya bersifat arbriter. Dalam lagu Ai to Kanashimi no Nocturne dan Rosen Schwert terdapat banyak simbol yang melukiskan rasa cinta dan kesedihan seseorang yang ditinggal meninggal oleh kekasihnya. hal tersebut membuat pembaca dapat merasa perasaan yang ingin penyair sampaikan dalam puisinya. Hal itu yang membuat penulis tertarik untuk mendeskripsikan amanat berdasarkan simbol dan makna romantisisme di dalam lagu Ai to Kanashimi no Nocturne dan Rosen Schwert dengan pendekatan Semiotika Saussure sebagai alat untuk dapat mengklasifikasikan simbol di dalam lagu tersebut.Simbol dan makna romantisisme dapat dilihat dari penggunaan diksi, kata konkret, dan bahasa figuratif.Item AMANAT KEHIDUPAN PUISI ATARI TO HAZURE, HIKARI, HIKOUKI, GAIRO DAN KAWA DALAM KUMPULAN PUISI NAMIDA AJI NO KANTEN(2015-02-13) PAMETA HATI; Budi Rukhyana; Tidak ada Data DosenABSTRAK Kumpulan puisi Nakamura Tetsuya ini menceritakan tentang kehidupan seseorang dikesehariannya yang dilukiskan dengan keindahan alam. Pada penelitian ini penulis menganalisis amanat kehidupan yang terkandung dalam kumpulan puisi karya Nakamura Tetsuya tersebut. Penulis mengambil lima puisi dari kumpulan puisi karya Nakamura Tetsuya. Puisi-puisi tersebut memiliki amanat kehidupan pada setiap puisinya. Metode yang digunakan untuk menganalisis beberapa puisi ini adalah desktiptif analisis, yaitu metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan simbol alam yang kemudian disusul dengan analisis, dan dalam menganalisis digunakan pendekatan semiotik Ferdinand de Saussure. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui amanat kehidupan yang terkandung dalam puisi Namida Aji No Kanten karya Nakamura Tetsuya dengan menggunakan semiotika yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure. Melalui penelitian ini berhasil mengidentifikasi amanat kehidupan dari kelima puisi ini bahwa setiap manusia dapat termotivasi dalam menjalani hidup serta fitrah. Dan dari fitrahnya itulah dapat memotivasi diri untuk tidak menyerah, berendah hati, walau memiliki kekuasaan untuk menjalani hidupnya. Kata kunci : Ferdinand de Saussure, Simbol Alam dan Amanat Kehidupan, Semiotik, Nakamura TetsuyaItem Ambiguitas dan Fenomena Makna Samar Terjemahan Cerpen Kumo no Ito Karya Akutagawa Ryuunosuke: Kajian Semantik(2019-01-10) ALAMSYAH NUR FAUZY; Yuyu Yohana Risagarniwa; Tidak ada Data DosenSkripsi ini berjudul “Ambiguitas dan Fenomena Makna Samar Terjemahan Cerpen Kumo no Ito Karya Akutagawa Ryuunosuke: Kajian Semantik” yang membahas mengenai Ambiguitas dan Fenomena Makna Samar yang terjadi dalam menerjemahkan cerpen berbahasa Jepang tersebut. Penelitian ini dilakukan berdasarkan teori ambiguitas dan makna samar oleh Hasegawa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif−analisis. Data yang dianalisa berupa teks dari cerpen Kumo no Ito Karya Akutagawa Ryuunosuke yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan jenis ambiguitas dan makna samarnya. Hasil dari penelitian ini bisa dibagi ke dalam dua bagian yaitu analisis ambiguitas dan analisis makna samar. Dalam analisis ambiguitas, terjadi enam jenis ambiguitas yaitu, ambiguitas leksikal, ambiguitas gramatikal, ambiguitas pragmatik, ambiguitas kultural, ambiguitas metaforis, dan ambiguitas referensial dengan ambiguitas leksikal yang paing banyak terjadi. Sedangkan dalam analisis makna samar terjadi tiga fenomena makna samar yaitu, makna samar referensial, ketidakcermatan determinasi makna, kekurangan spesifikasi ungkapan makna. diketahui fenomena makna samar yang paling banyak terjadi adalah makna samar referensial yang terjadi karena perbedaan referen budaya. Kata kunci: Semantik, Makna, Ambiguitas, Fenomena Makna Samar.Item AMERIKANISASI BAND ROCK JEPANG ONE OK ROCK: KAJIAN HEGEMONI(2017-02-01) SONIA DWI YUNITA S; Riza Lupi Ardiati; Tidak ada Data DosenSkripsi ini membahas mengenai pengaruh Amerika terhadap band rock Jepang ONE OK ROCK menggunakan teori Gramsci. Dari banyaknya pengaruh Amerika pada budaya Jepang, penulis menganalisis penggunaan bahasa Inggris, musik, konser dan pemasaran karya musik band rock Jepang ONE OK ROCK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Amerikanisasi pada band rock Jepang ONE OK ROCK dan pengaruh Amerikanisasi terhadap eksistensi ONE OK ROCK di industri musik Jepang dan internasional. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif. Dalam menganalisis data digunakan teori hegemoni menurut Gramsci dan didukung oleh beberapa teori lainnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh Amerikanisasi terhadap band rock Jepang ONE OK ROCK sangat signifikan karena ONE OK ROCK mengadaptasi gaya musik Amerika untuk menembus pasar internasional. Jadi dapat disimpulkan bahwa walaupun terdapat pengaruh budaya Amerika pada band rock Jepang ONE OK ROCK, namun mereka tidak melupakan budaya dan negara asalnya seperti masih menggunakan bahasa Jepang serta tetap melakukan pertunjukkan di Jepang.Item ANALISIS KONTRASTIF EKUIVALENSI TERJEMAHAN AL-QURAN BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA JEPANG: KAJIAN SEMANTIK(2023-06-06) SITI AISYAH; Riza Lupi Ardiati; Tidak ada Data DosenAnalisis linguistik kontrastif dari pemilihan kosa kata istilah religius pada terjemahan Al-Quran bahasa Indonesia dengan bahasa Jepang bertujuan untuk mengidentifikasi kontras setiap bahasa secara linguistik dalam menginterpretasi agama Islam, terutama pada topik Rukun Islam dan Rukun Iman yang merupakan pondasi keagamaan dalam agama Islam. Dari 40 data terjemahan istilah religius yang dikumpulkan dari Al-Quran terjemahan bahasa Indonesia “Al-Quran Latin Perkata & Tajwid Warna Asy-Syifa” (2017) dan Al-Quran terjemahan Umar Mita (1973) dalam bahasa Jepang, penulis menggunakan teori analisis kontrastif yang disesuaikan dengan kajian semantik untuk mendeskripsikan bagaimana kesesuaian suatu istilah religius dalam Al-Quran dimaknai oleh pembaca secara leksikal. Hal ini menghasilkan kesimpulan bahwa setiap istilah religi ekuivalensi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang sesuai secara leksikal, namun terjadi penyesuaian mayoritas budaya yang berlaku di lingkungan masyarakat Indonesia dan Jepang dalam pemilihan kosa kata.Item ANALISIS PENERJEMAHAN DEIKSIS WACANA DALAM NOVEL ANKOKU JOSHI KARYA AKIYOSHI RIKAKO(2016-10-26) ASMA` MARDHIYAH; Nani Sunarni; Tidak ada Data DosenDeiksis adalah sebuah kata yang referennya berganti-ganti bergantung pada siapa yang menjadi pembicara dan tergantung pada lokasi dan waktu dituturkannya kata itu. Dalam bahasa Jepang, deiksis disebut dengan chokuji. Menurut Koizumi (1999 : 129) chokuji dibagi menjadi 6, yaitu ninshou, shijidaimeishi, basho no shijidaimeishi, jikan no chokuji, danwa no chokuji, shakaitekichokuji. Penelitian ini difokuskan pada penerjemahan penanda deiksis wacana dalam bahasa Jepang (danwa no chokuji) pada novel Ankoku Joshi karya Akiyoshi Rikako yang diterjemahkan menjadi Girls in the Dark oleh Andry Setiawan (2014). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Data yang diperoleh disusun dan diklasifikasikan, kemudian dialanalisis berdasarkan teori terjemahan menurut Moentaha (2006) dan teori deiksis menurut Tamotsu (1999) dan diindentifikasikan. Kesimpulan yang didapatkan terhadap analisis 18 data danwa no chokuji, yaitu: 9 data tidak mengalami perubahan jenis deiksis dan 9 data mengalami perubahan jenis deiksis 7 data menjadi penanda deiksis penunjuk dan 2 data tidak menjadi penanda jenis deiksis apapun. Selain itu, dari proses analisis terjemahan 18 data tersebut dihasilkan 8 data yang tidak mengalami perubahan bentuk deiksis dan 10 data mengalami perubahan bentuk deiksis, 7 data menjadi deiksis frasa dan 3 data mejadi deiksis morfem.Item ANALISIS PENERJEMAHAN FRASA NOMINA DALAM KOMIK HAGANE NO RENKINJUTSUSHI KARYA ARAKAWA HIROMU : TINJAUAN SEMANTIK(2015-05-01) MUHAMMAD ADYTIYA HAWARI; Isye Herawati; Tidak ada Data DosenKomik Jepang atau manga adalah salah satu jenis komik yang popular di Indonesia. Meskipun komik identik dengan bacaan anak-anak, di Jepang terdapat komik untuk berbagai kalangan, dengan cerita yang sederhana sampai tema yang berat bahkan terkadang kontroversional. Skripsi ini berjudul Analisis penerjemahan frasa nomina komik Hagane no Renkinjutsushi karya arakawa hiromu yang dianalisis dari makna penerjemahan frasa nomina berdasarkan tinjauan semantik dan metode penerjemahan apa yang dominan. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif analisis. Simpulan yang dihasilkan pergeseran makna yang dominan adalah tipe keempat. Modulasi yang dominan adalah modulasi bebas dan metode penerjemahan yang dominan adalah metode komunikatif.Item ANALISIS PERMAINAN KATA BAHASA JEPANG DALAM TERJEMAHAN KOMIK CRAYON SHINCHAN KARYA YOSHITO USUI(2016-01-20) NURSYAHBANI; Elly Sutawikara; Tidak ada Data DosenSkripsi ini membahas tentang analisis permainan kata bahasa Jepang dalam terjemahan komik Crayon Shinchan Karya Yoshito Usui. Penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut Moentaha terjemahan adalah pengalihan bahasa dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Sedangkan permainan kata menurut Humanika adalah teknik penulisan dimana terjadinya suatu pengulangan kata, perubahan bentuk vokal, atau pelesapan huruf dalam kata atau kalimat yang bermaksud untuk membuat kalimat tersebut menjadi suatu hiburan. Bahan yang penulis gunakan adalah komik Crayon Shinchan karya Yoshito Usui. Dari penelitian ini penulis meneliti mengenai permainan kata yang terjadi pada komik ini. Hasil analisis dari penelitian ini penulis mendapatkan beberapa teknik dalam menentukan permainan kata yang tepat, diantaranya permainan kata yang menggunakan majas pun atau paronomasia, perubahan fonem, dan terjemahan bebas.