Ilmu Komunikasi (S3)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Komunikasi (S3) by Author "Anter Venus"
Now showing 1 - 12 of 12
Results Per Page
Sort Options
Item DINAMIKA PERKEMBANGAN PERUSAHAAN PERIKLANAN INDONESIA(2018-03-06) MUHAMMAD ADI PRIBADI; Anter Venus; Dadang SugandaPenelitian ini membahas tentang perkembangan dinamika perusahaan periklanan di Indonesia. Perusahaan periklanan yang dimiliki oleh orang Indonesia masih terbilang muda dari segi pengalaman dibandingkan dengan perusahaan periklanan di Amerika Serikat dan Jepang yang sudah berumur lebih dari 100 tahun. Sebelum kemerdekaan, perusahaan periklanan sudah ada namun keberadaanya banyak yang merugi sehingga perusahaan-perusahaan tersebut sudah tidak ada lagi setelah kemerdekaan. kondisi ekonomi dan politik yang tidak stabil menjadi tantangan terberat dalam bisnis di bidang periklanan saat itu. Perusahaan periklanan milik orang Indonesia saat ini yang dianggap tertua dan masih beroperasi adalah Fortune Indonesia yang sudah ada sejak tahun 1971 dan Dwi Sapta IMC yang telah hadir di tahun 1989. Kondisi ekonomi dan politik di Indonesia beberapa kali mengalami gangguan namun kedua perusahaan periklanan ini masih mampu beroperasi dalam menghadapi semua tantangan tersebut. Terdapat empat pertanyaan yang ingin diungkap peneliti, pertama, mengapa perusahaan periklanan yang dimiliki oleh publik dan keluarga bisa berkembang di Indonesia ? kedua, bagaimana pengelolaan yang terjadi pada perusahaan Dwi Sapta Integrated Marketing Communication dan Fortune Indonesia? ketiga, bagaimana komunikasi dan budaya organisasi yang terjadi di perusahaan Dwi Sapta IMC dan Fortune Indonesia? keempat, apa aspek-aspek keunggulan komparatif dan kompetitif organisasi Dwi Sapta IMC dan Fortune Indonesia?. Metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus ekspolatoris. Peneliti memilih studi kasus eksploratoris agar bisa menggambar fenomena perkembangan perusahaan periklanan secara utuh. Wawancara mendalam dengan tiga orang dari Fortune Indonesia dan satu orang dari Dwi Sapta. Peneliti memaparkan faktor-faktor penentu keberhasilan dari kedua perusahaan ini dalam mempertahankan para kliennya dalam jangka panjang. Keduanya memiliki kemiripan dalam membangun perusahaan periklanan walaupun kealamian kedua perusahaan ini berbeda. Fortune Indonesia adalah perusahaan miliki publik karena perusahaan ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia sedangkan Dwi Sapta IMC adalah perusahaan milik keluarga. Kesamaan keduanya dalam membangun bisnis periklanan adalah dengan menggunakan komunikasi dan budaya organisasi untuk mendukung perencanaan komunikasi pemasaran terpadu dalam upaya mencapai tujuan, yaitu memuaskan klien. Pimpinan dari kedua perusahaan percaya bahwa dalam menjalankan bisnis periklanan, setiap anggota organisasi perlu mendapatkan kesempatan untuk berkomunikasi dalam mencurahkan ide kreatif mereka dalam menghasilkan komunikasi pemasaran yang dibutuhkan klien. Perubahan struktur organisasi adalah upaya yang dilakukan untuk melancarkan komunikasi yang terjadi didalam organisasi. Budaya organisasi yang terdiri dari nilai-nilai diperlukan untuk menjaga cara kerja dari setiap anggotanya didalam upaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada para klien. Dwi Sapta IMC memposisikan perusahaannya saat berkomunikasi dengan para klien sebagai rekan kerja yang saling membutuhkan sedangkan Fortune Indonesia memposisikan dirinya sebagai pihak yang mendengarkan dan melaksanakan keinginan klien.Item EKSISTENSI IDENTITAS MELAYU PASCAREFORMASI (Studi Etnografi Tentang Pembentukan Identitas Melayu Pascareformasi di Pekanbaru Riau)(2019-03-04) ALFARABI; Anter Venus; Nuryah Asri SjafirahSetelah sekian lama terpinggirkan di negerinya sendiri maka pada era pascareformasi Orang Melayu mulai bangkit untuk menunjukan eksistensi mereka di daerah Riau. Jalan yang diambil untuk menunjukan eksistensi tersebut dilakukan dengan merekonstruksi identitas. Bagaimana upaya Orang Melayu merekonstruksi identitas dan mensikapi komunikasi antaretnik dalam menunjukkan eksistensi adalah fokus dalam penelitian ini. Lokasi penelitian ini berada di Pekanbaru Riau dan dalam analisis peristiwanya dikonfirmasi dengan teori identitas, teori tindakan sosial dan teori konstruksi realitas sosial. Metode penelitian menggunakan etnografi dengan tehnik pengumpulan data utama adalah wawancara dan pengamatan. Hasil penelitian mendapatkan temuan bahwa mendefinisikan ulang identitas etnik merupakan langkah yang diambil untuk mendapatkan daya tawar yang lebih baik bagi Orang Melayu Riau. Usaha ini merupakan strategi Orang Melayu Riau untuk meningkatkan citra positif identitas etniknya dan mendapatkan posisi sosial yang lebih strategis ketika berhadapan dengan pendatang. Untuk mencapai kedudukan sosial yang lebih baik tersebut maka Orang Melayu merekonstruksi identitasnya dengan cara melekatkan Melayu dengan Islam sebagai satu kesatuan dan klaim Orang Melayu sebagai anak negeri. Rekonstruksi identitas Orang Melayu pascareformasi pada akhirnya bermuara pada upaya reposisi kedudukan sosial-politik Orang Melayu yang lebih baik di tengah-tengah masyarakat Riau. Rekonstruksi tersebut pada akhirnya menjadi sumber makna dan visi bagi Orang Melayu Riau untuk bersatu menuntut hak-hak mereka dan mencapai cita-cita Melayu yang jaya dalam kehidupan masyarakat yang agamis.Item Fenomenologi Trainer Dalam Komunikasi Oelatihan di Kota Bandung(2011) RISMAWATY; Anter Venus; Jenny Ratna SuminarABSTRAK FENOMENOLOGI TRAINER DALAM KOMUNIKASI PELATIHAN DI KOTA BANDUNG Oleh; Rismawaty Promotor & Copromotor ; Anter Venus, Asep Suryana, Jenny Ratna Suminar Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi pemahaman tentang pemaknaan komunikasi pelatihan, pengalaman komunikasi pelatihan trainer, motif trainer dalam komunikasi pelatihan serta faktor-faktor apa saja yang menunjang kesuksesan trainer dalam komunikasi pelatihan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi, dengan paradigma konstruktivis, dan teknik analisis interpretif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi partisan. Validasi data dilakukan melalui: perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, dan diskusi dengan sejawat. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan (1) Pemaknaan trainer terhadap komunikasi pelatihan dilihat dari makna pelatihan, tujuan pelatihan, manfaat pelatihan, dan makna komunikasi pelatihan. Pelatihan dimaknai oleh trainer sebagai anugerah yang maha kuasa, universitas kehidupan, sarana pengembangan wawasan, dan keterampilan yang unik. Tujuan pelatihan bagi trainer adalah tujuan individual, tujuan sosial, dan tujuan spiritual. Manfaat pelatihan bagi traineradalah memperluas jaringan, berguna bagi kehidupan profesional, dan memotivasi diri untuk tetap survive dalam segala kondisi. Para trainer membuat komunikasi pelatihan lebih bermakna melalui interaksi edukatif, kunci keberhasilan trainer dan ketrampilan unik. (2) Pengalaman komunikasi trainer dapat dilihat dari pengemasan suasana training, gaya komunikasi trainer, cara dalam menarik perhatian peserta, dan cara mengatasi hambatan-hambatan komunikasi. (3) Motif trainer dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu motif menjadi trainer dan motif berkomunikasi trainer. Motif menjadi trainer yaitu senang berbicara dimuka umum, aktif di organisasi, mempunyai rasa ingin berbagi, dan terinspirasi dari buku. Sedangkan motif trainer dalam berkomunikasi dapat dilihat dari harapan, tujuan, dan sikap trainer. (4) Keberhasilan komunikasi pelatihan oleh trainer ditentukan antara lain oleh faktor persiapan trainer, pengalaman trainer, kreativitas, penggunaan humor, dan pendekatan emosional. Dari penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan yang berfokus pada pengalaman komunikasi trainer dalam satu pelatihan khusus dan pada tahap-tahap proses komunikasi pelatihan seperti pada tahap awal, pelaksanaan, dan akhir pelatihan yang melibatkan respon dari peserta pelatihan. Kata Kunci : Trainer, Komunikasi Pelatihan, Motif, Pengalaman KomunikasiItem KAMPANYE DALAM PILKADA(2017-02-25) FATMAWATI; Soleh Soemirat; Anter VenusDisertasi ini bermula dari ketertarikan peneliti terhadap Pilkada Jawa Timur. Pilkada Jatim menjadi Pilkada yang memiliki beragam keunikan, baik dari sisi kampanye politik yang dilakukan oleh pasangan kandidat dan tim suksesnya maupun dari sisi persaingan diantara pada kandidatnya. Disertasi ini mengeksplorasi pengalaman subyektif pasangan Soekarwo – Saifullah Yusuf dan Tim Suksesnya dalam melakukan kampanye politik pada Pilkada Jatim tahun 2013. Sebagai Incumbent, pasangan ini berlaga kembali untuk memperebutkan kursi kekuasaan. Khofifah juga tampil kembali menjadi pesaing terkuat KarSa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan penelitian dipilih dengan metode purposive. Data dianalisis menggunakan teknik analisis fenomenologi dengan menemukan tema-tema penting dan membuat model-model dari hasil penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemaknaan informan terhadap kampanye politik adalah sebuah proses politik. Pemaknaan KarSa dan Tim sukses terhadap khalayak pemilihnya adalah relasi dialektis antara informan dengan kondisi Sosial budaya yang melatarbelakangi khalayak pemilihnya. Pengalaman kampanye politik KarSa adalah model kampanye komprehensif dan transaksional. Strategi kampanye politik adalah model sustainable terhadap empat elemen, yakni strategi jejaring, strategi pengemasan pesan, strategi optimalisasi program dan strategi media. Strategi tersebut merupakan strategi keberlanjutan posisi KarSa sebagai incumbent. Dalam Konteks Dramaturgi, Peneliti menemukan dua jenis panggung drama dalam kampanye politik KarSa, yakni panggung depan (front stage), Panggung belakang (back stage).Item kepuasan komunikasi sebagai mediator hubungan antara motif komunikasi dan psychological well-being generasi millenial(2022-02-04) SRI WAHYUNING ASTUTI; Anter Venus; Atwar BajariSri Wahyuning Astuti. Kepuasan komunikasi sebagai mediator hubungan antara motif komunikasi dan Psychological Well-being generasi millenial. Jumlah millenial di Indonesia lebih dari 50% dari total populasi. Ada ketidakkonsistenan dalam studi millenial tentang motif komunikasi mereka dan kesejahteraan psikologis mengenai otonomi dan keterampilan komunikasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis adalah Kepuasaan komunikasi dan relasional. Oleh karena itu, penelitian ini menguji apakah ada pengaruh motif millenial dan kepuasan komunikasi dan relasional terhadap Kesejahteraan Psikologis. Penelitian ini menggunakan 969 responden yang merupakan kategori millenial dalam rentang 14-18 tahun dan duduk di kelas 11 SMA di Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh antara Kesejahteraan Psikologis dan Kepuasan Komunikasi dan relasional Millenial di 10 Sekolah di Jakarta Selatan. Analisis data menggunakan JASP untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung Variebel. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi pertumbuhan pribadi millenial tinggi , dimensi otonomi millenial rendah. Salah satu motif utama generasi Millenial dalam berkomunikasi adalah cinta dan kesenangan. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun mereka dapat mengembangkan diri dalam memutuskan segalanya, generasi millenial masih sangat bergantung pada keluarga dan lingkungan mereka.Item KOMUNIKASI HUKUM DALAM PERSIDANGAN (Studi Etnografi Komunikasi tentang Komunikasi Hukum dalam Proses Persidangan Pidana di Ruang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat)(2019-05-23) AAN WIDODO; Anter Venus; Sigid SusenoPenelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan praktek komunikasi dalam persidangan, 2) mengurai komponen komunikasi dalam persidangan, dan 3) memetakan model komunikasi dalam persidangan, serta 4) mendeskripsikan komunikasi hukum dalam proses persidangan. Peneliti menggunakan metode etnografi komunikasi dengan melakukan observasi partisipan pada proses persidangan tiga perkara pidana, wawancara mendalam 15 Informan dan studi dokumentasi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Praktek komunikasi dalam persidangan terjadi dalam proses penegakan hukum melalui sidang dakwaan, sidang pemeriksaan terdakwa dan saksi, sidang tuntutan dan sidang putusan. Proses tersebut menggambarkan kekuasaan dalam persidangan melalui tindak komunikasi. (2) Komponen komunikasi melibatkan partisipan komunikasi, pesan komunikasi dan tujuan komunikasi. Perbedaan kepentingan dalam persidangan menggambarkan perbedaan peran dalam setiap proses komunikasi sehingga memunculkan hambatan komunikasi yang diatasi melalui strategi komunikasi penegak hukum dalam persidangan. (3) Model komunikasi dalam persidangan, yakni; komunikasi penegak hukum, komunikasi antar penegak hukum, komunikasi penegak hukum dengan terdakwa dan saksi, serta komunikasi di ruang pengadilan. Model ini menghasilkan empat tingkatan komunikasi dalam persidangan yakni, tingkat komunikasi inti, komunikasi tiga penjuru, komunikasi pemeriksaan, dan komunikasi di ruang sidang pengadilan. (4) Komunikasi hukum dalam persidangan pidana di dibangun berdasarkan proses pemeriksaan perkara. Komunikasi hukum melibatkan penegak hukum sebagai pelaku komunikasi, hukuman sebagai tindakan hukum, proses persidangan sebagai peristiwa komunikasi.Item KOMUNIKASI KEKERASAN DALAM TAWURAN PELAJAR DI JAKARTA STUDI FENOMENOLOGI TERHADAP PENGALAMAN TUJUHBELAS PELAKU TAWURAN PELAJAR SLTA DI JAKARTA(2016-10-27) HENI SE MM SI; Anter Venus; Tine Silvana RachmawatiKOMUNIKASI KEKERASAN DALAM TAWURAN PELAJAR DI JAKARTA (Studi Fenomenologi Terhadap Pengalaman Tujuhbelas Pelaku Tawuran Pelajar SLTA di Jakarta) Oleh: Heni Hayat Promotor & Copromotor: Dr. Anter Venus, M.A, Comm, Dr. Hj. Tine Silvana R., M.Si, Prof.Dr. Alo Liliweri, M.S Tawuran yang dilakukan pelajar merupakan reaksi dari komunikasi kekerasan yang kerap dilakukan di lingkungan sekolah. Kekerasan komunikasi yang tanpa disadari telah membentuk konsep diri seorang pelajar yang awalnya takut untuk melakukan kekerasan menjadi berani melakukan kekerasan karena desakan situasi. Desakan situasi berupa tekanan dan ancaman bisa berasal dari dalam dan luar lingkungan sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1)pemaknaan komunikasi kekerasan, 2)pengalaman dalam melakukan komunikasi kekerasan dan 3)mengetahui motif yang melatarbelakangi siswa melakukan komunikasi kekerasan dipahami dari perspektif pelaku. Teori-teori yang relevan dalam penelitian adalah: Teori Fenomenologi, Teori Interaksionime Simbolik, Teori konvergensi Simbolik, dan Teori Labelling.. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif yang menekankan pada pemahaman subjek terhadap realitas yang ada dengan menggunakan metode Fenomenologi dalam mengungkap realitas fenomena komunikasi kekerasan yang menjadi penyebab tawuran. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan melalui indepth interview dan observasi. Validasi data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu triangulasi terhadap sumber-sumber lain yang dinilai lebih kompeten. Hasil penelitian ditemukan bahwa kekerasan komunikasi yang menjadi penyebab tawuran dimaknai sebagai komunikasi kekerasan bermuatan kebencian, pertentangan dan permusuhan. Komunikasi kekerasan juga digunakan untuk kepatuhan, sebagai hukuman dan sebagai motivasi terhadap kelomponya. Kata Kunci: Komunikasi kekerasan, Menyinggung harga diri, Tawuran Pelajar.Item KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM PENGEMBANGAN KEAKSARAAN (Studi Kasus pada Pengembangan Keaksaraan di Dyatame Kelompok Belajar Anak Sumba)(2020-06-20) ZAQIA RAMALLAH; Anter Venus; Dadang Rahmat HidayatFenomena sosial keaksaraan dimulai dengan berkembangnya salah satu TBM mandiri di sebuah desa bernama Dyatame Kelompok Belajar Anak Sumba, NTT. Dyatame tergolong aktif menggiatkan keaksaraan bersama, pendampingan belajar di rumah warga, lingkaran keaksaraan menggunakan fasilitas publik dan menyediakan buku bacaan bagi anggotanya. Aktivitas ini diinisiasi oleh warga Desa Mareda Kalada, Wewewa Timur, Sumba Barat Daya. Dalam satu tahun masa operasionalnya, Dyatame berhasil melibatkan 120 anak-anak usia sekolah berpartisipasi dengan suka rela, mengambil peran dalam mengelola aktivitas pengembangan keaksaraan. Tujuan penelitian untuk mengeksplorasi mengapa komunikasi partisipatif digunakan sebagai basis pengembangan keaksaraan, mengeksplorasi bagaimana proses komunikasi partisipatif dalam aktivitas keaksaraan dan menggali prinsip-prinsip komunikasi partisipatif yang menjadi kekhasan dalam pengembangan keaksaraan di Dyatame. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang dilakukan selama dua pekan di Desa Mareda Kalada. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan dokumentasi, penelitian ini menunjukkan adanya perkembangan dalam partisipasi anak-anak sebagai anggota, yang berasal dari dua desa di sekitar Dyatame. Studi kasus ini menyimpulkan bahwa, komunikasi partisipatif menjadi basis dalam pengembangan keaksaraan karena berperan menciptakan gerakan sosial. Komunikasi partisipatif terjadi di setiap tahapan dalam aktivitas pengembangan keaksaraan. Prinsip pengulangan dalam dialog keaksaraan, promosi dan tindakan kolektif, merupakan tiga prinsip komunikasi partisipatif yang menjadi kekhasan dalam pengembangan keaksaraan. Komunikasi partisipatif dalam pengembangan keaksaraan Dyatame membuktikan bahwa partisipasi adalah mungkin jika fasilitator, agen perubahan dan anggota masyarakat termotivasi dan bersedia untuk terus berubah dan beradaptasi dengan pengembangan keaksaraan untuk perubahan sosial positif. Pengembangan keaksaraan di Dyatame mewakili aktivitas keaksaraan sebagai budaya alternatif baru, dan menggarisbawahi pentingnya partisipasi untuk pembangunan berkelanjutan.Item KOMUNIKASI PEMBELAJARAN BAGI INSAN BERKEMAMPUAN KHUSUS (Studi Etnografi Komunikasi dalam Proses Pembelajaran di dalam Kelas pada Anak Autis di Rumah Autis Cabang Depok dan Bekasi)(2021-10-19) FITRIA AYUNINGTYAS; Anter Venus; YustikasariPenelitian ini untuk mengeksplorasi proses komunikasi yang dilakukan oleh anak autis baik secara komunikasi verbal dan nonverbal. Fokus penelitian ini yaitu memahami pola komunikasi pembelajaran bagi anak autis yang difokuskan pada komunikasi pembelajaran di dalam kelas bagi anak autis di Rumah Autis. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengekplorasi karakteristik masyarakat (komunitas) tutur dalam pembelajaran bagi insan berkemampuan khusus; (2) mengekplorasi pola komunikasi yang dilakukan di dalam kelas bagi anak autis di Rumah Autis dengan menggunakan speaking grid; (3) mengekplorasi tindak tutur yang dilakukan oleh anak autis di Rumah Autis dengan menggunakan speech act theory. Penelitian ini menggunakan metode etnografi komunikasi dengan menggunakan SPEAKING Grid. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) karakteristik dari masyarakat tutur dalam pembelajaran bagi insan berkemampuan khusus lebih ke komunikasi satu arah (komunikasi directive) dari guru ke siswa dan komunikasi nonverbal (2) pola komunikasi anak autis yaitu komunikasi ekspresif dan komunikasi reseptif. Komunikasi ekspresif merupakan komunikasi nonverbal dan verbal sedang komunikasi reseptif lebih kepemahaman; (3) Guru-guru dalam aktivitas komunikasi pembelajaran di Rumah Autis baik di Rumah Autis Depok maupun Rumah Autis Bekasi sehari-harinya memanfaatkan tindak tutur yang disebut komunikasi directive dalam rangka untuk menstimulasi respons komunikasi anak-anak autis. Melalui penelitian ini, orang tua dan guru maupun terapis mendapatkan informasi berharga tentang pola dan model komunikasi pembelajaran efektif bagi anak autis di dalam kelas.Item PENGARUH MEDIA SOSIAL, TELEVISI, DAN DISKUSI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI POLITIK (Survei Pada Mahasiswa Pemilih Pemula Pemilihan Umum Presiden 2019 Di Perguruan Tinggi Negeri Jawa Barat)(2021-10-19) DRINA INTYASWATI; Anter Venus; Dadang SugianaStudi ini ingin mengkonfirmasi pengaruh media khususnya media sosial dan televisi serta radio dan surat kabar terhadap partisipasi politik. Secara konseptual penelitian ini menggunakan teori Media System Dependency yang menyatakan bahwa semakin besar kebutuhan seseorang terhadap informasi, semakin seseorang bergantung kepada media, dan semakin penting peran media dalam kehidupannya, sehingga media dan pesan-pesannya akan lebih memberikan pengaruh kepada kognisi, sikap, dan perilaku; pengaruh media tersebut dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Dengan melihat realitas politik pada masa pemilihan presiden Indonesia 2019, dilihat juga peran diskusi politik, pengetahuan politik, dan efikasi politik dalam memediasi hubungan pengaruh penggunaan media terhadap partisipasi politik. Sampel sejumlah 1066 mahasiswa pemilih pemula diambil dari enam perguruan tinggi negeri di Jawa Barat dengan menggunakan metode multistage cluster sampling. Pemilihan mahasiswa sebagai sampel berdasar beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan kurangnya pengaruh penggunaan media terhadap partisipasi politik mahasiswa. Analisis data menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan paket program AMOS 24. Hasil menunjukkan penggunaan media sosial dan televisi terkait informasi politik berpengaruh secara langsung terhadap partisipasi politik mahasiswa pemilih pemula, baik partisipasi politik daring maupun luring. Diskusi politik daring memediasi hubungan pengaruh penggunaan media sosial, televisi, dan surat kabar terkait informasi politik terhadap partisipasi politik daring mahasiswa pemilih pemula. Diskusi politik luring yang intens saja yang memediasi hubungan pengaruh penggunaan media sosial, televisi, dan surat kabar terkait informasi politik terhadap partisipasi politik mahasiswa pemilih pemula. Hanya pada kelompok mahasiswa yang kurang mengkonsumsi informasi politik dari televisi, diskusi politik luring yang intens tidak memediasi peningkatan partisipasi politik. Pengetahuan politik dan efikasi politik tidak berpengaruh langsung terhadap partisipasi politik daring, sedangkan efikasi politik memediasi hubungan pengaruh penggunaan media sosial, televisi, dan surat kabar terhadap partisipasi politik luring. Penggunaan radio tidak signifikan merefleksikan penggunaan media dari mahasiswa pemilih pemula. Semakin sering mahasiswa pemilih pemula menggunakan media sosial dan menonton televisi terkait politik terdapat kecenderungan meningkatkan partisipasi politiknya. Semakin intensif dilakukan diskusi politik daring, akan meningkatkan partisipasi politik mahasiswa pemilih pemula secara daring. Selain itu, diskusi politik luring yang intens cenderung meningkatkan partisipasi politik mahasiswa pemilih pemula baik daring maupun luring, tetapi hal tersebut tidak berlaku pada kelompok mahasiswa pemilih pemula yang kurang mengkonsumsi informasi politik dari televisi.Item Perempuan Indonesia Diaspora dalam Keluarga Campuran Budaya di Australia(2018-12-10) SRI SETI INDRIANI; Anter Venus; Aquarini PriyatnaPerempuan Indonesia diaspora di Australia adalah perempuan Indonesia yang pindah ke Australia dan menetap di sana karena berbagai faktor pemicu, terutama keinginan untuk mendapatkan masa depan dan kehidupan yang lebih baik. Fenomena itu dilihat di Calbooture, Brisbane, Queensland. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan apa dan bagaimana motif perempuan Indonesia yang menikah, pindah dan menetap di Australia; 2) mendeskripsikan pola komunikasi mereka di dalam keluarga campuran budaya di Caboolture Brisbane Australia; 3) mendeskripsikan makna identitas perempuan Indonesia diaspora yang terkonstruksi dalam keluarga campuran budaya dan 4) mendeskripsikan makna identitas perempuan Indonesia diaspora yang terkonstruksi dari persepsi mereka mengenai pandangan masyarakat sekitar mengenai diri mereka. Desain penelitian kualitatif digunakan melalui pendekatan studi Fenomenologi dengan subjek perempuan Indonesia yang hidup dan berkeluarga di dalam keluarga campuran budaya di Australia. Data penelitian diperoleh melalui teknik wawancara mendalam, observasi, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan motif perempuan tersebut terbentuk dari motif yang menyebabkan dan motif tujuan. Motif yang menyebabkan meliputi; Indonesia serba sulit, budaya ikut suami, pekerjaan suami, pelarian, polusi, penyakit dan kemacetan, serta kesulitan mencari kerja. Motif tujuan meliputi; uang pensiun, perawatan medis, keengganan menyusahkan keluarga di Indonesia, membantu keluarga Indonesia secara finansial, memiliki kehidupan di Australia, akses pendidikan yang memadai, masa depan anak, dukungan keluarga suami dan Australia sebagai negara multikultural. Pola komunikasi perempuan Indonesia diaspora dalam keluarga teradaptasi melalui komunikasi verbal meliputi; bahasa Inggris tidak terstruktur, bahasa Inggris campur, bahasa Inggris murni dengan konten apresiasi, pujian dan kata kasar dan komunikasi nonverbal meliputi; bahasa tubuh, intonasi, nada suara, sentuhan dan pakaian. Identitas perempuan Indonesia diaspora terbentuk melalui: (1) keluarga normatif, baik sebagai istri maupun sebagai ibu, (2) keluarga non-normatif, yaitu sebagai istri, mantan istri, istri ayah, mantan pasangan, ibu kandung, ibu tiri dan/atau teman serta janda. Sedangkan makna identitas terkonstruksi dari persepsi mereka terhadap pandangan masyarakat sekitar, yang terdiri dari: (1) identitas nasionalis-religius, mereka masih mengaplikasi nilai dan budaya Indonesia dan memaknai hidupnya sebagai ibadah kepada Alloh SWT, (2) identitas transisionalis, mereka merasa sudah bergeser dari budaya Timur ke Barat. Mereka tetap mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Indonesia namun terbuka dengan budaya Australia, dan (3) identitas nasionalis-berjarak, mereka tidak memikirkan masalah identitas. Kata kunci: perempuan diaspora Indonesia, keluarga campuran budaya, komunikasi, identitas, Indonesia-Australia.Item VISI RETORIK TENTANG INDONESIA BARU: Analisis Tema Fantasi Program Nawacita Presiden Joko Widodo di Twitter(2021-01-20) AGUNG PRABOWO; Anter Venus; Evie Ariadne Shinta DewiPenelitian ini mengkaji pencapaian visi dari perspektif Teori Konvergensi Simbolik. Fenomena yang melatarbelakangi adalah semakin meredupnya visi Nawacita di dalam diskursus masyarakat. Presiden Joko Widodo juga mengeluh bahwa jajaran kabinetnya tidak mampu memahami dan menerjemahkan visi Poros Maritim Dunia, salah satu program Nawacita. Permasalahan seputar visi pembangunan juga memunculkan polemik antara kembali digunakannya GBHN sebagai haluan pembangunan ataukah rencana pembangunan didasarkan pada visi masing-masing presiden. Penelitian ini beraksud untuk menjelaskan bagaimana sebuah visi pembangunan bisa tercapai dari perspektif Teori Konvergensi Simbolik (Analisis Tema Fantasi). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan realitas simbolik tentang Nawacita di kalangan pengguna Twitter. Untuk mengungkapnya, dari beberapa program unggulan Nawacita diambil perbincangan “Tol Laut” dan “Infrastruktur” sebagai artefak yang dikaji. Periode perbincangan yang dipilih adalah antara tanggal 20 – 27 Oktober 2018. Periode ini merupakan minggu pertama tahun kelima pemerintahan Jokowi-JK. Metode yang digunakan adalah Analisis Tema Fantasi. Data diperoleh dari Drone Emprit Academy dengan menggunakan kata kunci “Tol Laut” dan “Infrastruktur”. Kajian dilakukan terhadap kluster-kluster akun yang postingannya tentang Tol Laut dan Infrastruktur memperoleh retweet di urutan tiga terbanyak. Beberapa akun juga dikaji karena merupakan akun influencer. Akun-akun yang terpilih adalah @eko_kuntadhi, @jokoedy6 dan @Ferdinand_Haean untuk postingan Tol Laut. Sementara untuk postingan Infrastruktur dipilih kluster @jokowi, @panca66, @Cak_lontong ditambah @AndiArief_. Terhadap akun tersebut peneliti menelaah Tema Fantasinya, Tipe Fantasinya dan Saga. Selanjutnya dilakukan analisis dramatiknya untuk mengetahui visi retorik dari perbincangannya. Visi retorik diketahui melalui penelaahan perbincangan tentang siapa yang ditokohkan dan seperti apa karakternya (Dramatis Personae), Latar perbincangan, Plotlines (skenario)-nya dan alat yang digunakan untuk melegitimasi fantasi yang dibangun. Hasil penelitian menunjukkan, Tema Fantasi pengguna Twitter tentang Tol Laut adalah “Meningkatkan Konektivitas Pulau Terpencil”, “JalanTol di Atas Laut” “Tol Laut Bohong” dan “Kapal yang dicat Tol Laut”. Sementara Tema Fantasi Infrastruktur adalah “Indonesia siap Menjadi Negara Maju” dan “Presiden Gunting Pita”. Dari enam Tema Fantasi tersebut, yang menguat menjadi Visi Retorik adalah “Tol di Atas Laut, “Tol Laut Bohong” dan “Presiden Gunting Pita”. Temuan ini menunjukkan bahwa pengguna Twitter memiliki realitas simbolik yang berbeda dengan realitas yang dijelaskan dalam dokumen Nawacita.