Browsing by Author "Sri Hartati Pratiwi"
Now showing 1 - 20 of 32
Results Per Page
Sort Options
Item Efek Rehabilitasi Fisik pada Pasien dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE): Narrative Review(2022-08-10) ANJANI MUMTAZHAS; Sri Hartati Pratiwi; Sri HendrawatiSystemic Lupus Erythematosus merupakan penyakit autoimun yang muncul dengan manifestasi klinis yang beragam. Kelelahan menjadi gejala paling umum pada pasien yang dapat berdampak negatif pada aktivitas sehari-hari. Program rehabilitasi penting dilakukan karena pada pasien SLE masa otot dapat menurun apabila pasien dibiarkan dalam keadaan imobilitas selama lebih dari dua minggu. Studi literatur ini bertujuan untuk mengidentifikasi efek rehabilitasi fisik pada pasien dengan SLE. Metode studi literatur yang digunakan adalah narrative review. Artikel yang digunakan adalah artikel yang termasuk dalam kriteria terbit dari tahun 2012-2022, berbahasa Indonesia atau bahasa Inggris, dengan database yang digunakan adalah PubMed, CINAHL, Science Direct, ResearchGate, GARUDA, dan Google Scholar. Pendekatan PCC digunakan dalam penyusunan kata kunci. Seleksi artikel yang digunakan menggunakan pendekatan PRISMA dan dianalisis dengan metode analisis desktriptif. Artikel yang dianalisis berjumlah 9 artikel dengan hasil yaitu beberapa program rehabilitasi fisik seperti Whole Body Vibration Exercise, latihan otot inspirasi, latihan aerobik, latihan ekstremitas atas, latihan aerobik di treadmill dengan pedoman American College of Sport Medicine, latihan dengan sepeda ergometer, latihan isotonis, latihan Wii Fit, dan latihan resistensi dapat mengurangi kelelahan, tingkat depresi, dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan SLE. Hasil analisis menunjukkan bahwa rehabilitasi fisik terbukti dapat mengurangi kelelahan, depresi, dan meningkatkan kualitas hidup yang dapat dilihat dari fungsi dan aktivitas fisik yang meningkat. Rekomendasi bagi keperawatan adalah menambah intervensi berupa program rehabilitasi fisik yang sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan protokol intervensi.Item Gambaran Aktualisasi Diri Remaja Awal Pengguna Media Sosial di SMPN 2 Kota Bandung(2019-07-26) ERLYTHALIA KURNIAWATI PRILASARI; Suryani; Sri Hartati PratiwiPerkembangan teknologi terus meningkat sampai pada munculnya media sosial, dimana pengguna media sosial tertinggi ada pada usia remaja awal. Media sosial tentu akan memberikan dampak positif maupun dampak negatif, dimana individu yang paling rentan mengalami dampak negatif adalah remaja. Dampak negatif pada remaja yang paling berat adalah kekerasan atau cyberbullying, salah satu jenisnya adalah impersonation (peniruan) yaitu individu berpura-pura menjadi orang lain yang bertolak belakang dengan pencapaian aktualisasi diri remaja. Padahal pada masa remaja merupakan proses menemukan identitas dirinya sehingga mencapai proses pemenuhan diri yaitu aktualisasi diri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran aktualisasi diri remaja awal pengguna media sosial di SMPN 2 Kota Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini merupakan siswa-siswi SMPN 2 Kota Bandung. Pengambilan sampel dengan menggunakan proportional stratified random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 249 siswa. Data dikumpulkan menggunakan instrumen “Characteristics of Self-Actualization Scale (CSAS)” lalu dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Kuesioner memiliki nilai validitas lebih dari 0.3 sehingga dinyatakan valid, dan dinyatakan reliabel dengan nilai Cronbach’s Alpha 0.871. Hasil penelitian ini menunjukkan 52.2% remaja awal memiliki tingkat aktualisasi diri tinggi namun penelitian ini juga menunjukkan 47.8% remaja awal memiliki tingkat aktualisasi diri rendah, dimana hasil penelitian juga melihat aspek aktualisasi diri yang memiliki nilai mean tertinggi terdapat pada aspek tujuan dengan nilai mean 4.10 dan aspek terendah terdapat pada aspek keseimbangan batin dengan nilai mean 3.23. Penelitian ini juga menunjukkan media sosial yang paling sering digunakan oleh remaja awal adalah Instagram (42.6%). Terdapat hampir setengah responden memiliki tingkat aktualisasi diri yang rendah dan rendahnya aspek keseimbangan batin dan aspek penerimaan menunjukkan perlu ditingkatkannya peran sekolah terutama guru BK dan perawat yang ada di sekolah untuk melakukan intervensi seperti layanan konseling dan penyuluhan kepada siswa melalui media sosial.Item Gambaran Beban Kerja Mental Perawat IGD di RSUD Sumedang(2019-07-30) NELAWATI; Sri Hartati Pratiwi; Ayu Prawesti PriambodoPerawat IGD memiliki beban kerja yang cukup berat dibandingkan perawat di unit lainnya. Hal ini berkaitan dengan keadaan lingkungan yang kompleks, keadaan pasien yang mengancam jiwa dan berbagai masalah yang berkaitan dengan etik dan moral. Beban kerja mental perawat yang tinggi dapat memberikan beberapa dampak negatif, seperti kelelahan, stres kerja, kejenuhan, penuruan produktifitas hingga berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran beban kerja mental yang dialami oleh perawat di IGD di RSUD Sumedang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik total sampling yang melibatkan 31 perawat pada ruang IGD di RSUD Sumedang dengan menggunakan NASA-TLX sebagai instumen penelitian, dan telah diterjemahkan oleh Euis Nina S.Y, Mega Bagus H, & Fitria Agustina (2011) dengan nilai koefisien korelasi berada diluar derajat kebebasan N-2, sehingga NASA-TLX dengan menggunakan bahasa indonesia dikatakan valid dan reliable. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif berupa distribusi frekuensi dan mean. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 60,0% perawat IGD mengalami beban kerja mental tinggi dan sebanyak 36,7% mengalami beban kerja mental dalam kategori sangat tinggi, dengan dimensi yang paling banyak dirasakan perawat dari yang terbesar hingga terkecil yaitu dimensi Effort, Temporal demand, Pshysical demand, Performance, Frustation, dan Mental demand. Simpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar perawat IGD memiliki beban kerja mental yang tinggi. Rumah sakit disarankan untuk mengevaluasi kebijakan seperti staffing, pembagian shift, menyediakan wadah untuk berkonsultasi dan memberikan asupan kalori yang dibutuhkan.Item Gambaran Diet Pada Keluarga Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda Kota Bandung(2017-08-11) FITRI NURUL KHOTIMAH; Sri Hartati Pratiwi; Citra Windani Mambang SariDiet adalah salah satu faktor utama yang berhubungan dengan berbagai penyakit termasuk DM. Diet tinggi karbohidrat, lemak, protein, serta rendah serat dapat meningkatkan risiko kejadian DM tipe 2 terutama pada keluarga pasien sebagai kelompok berisiko. Pada penelitian sebelumnya pada mahasiswa dengan keluarga DM di Jawa Timur masih memiliki pola konsumsi makanan yang tinggi kalori. Perbedaan populasi, budaya, serta usia mungkin akan mempengaruhi hasil. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk menggambarkan diet pada keluarga pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskemas Garuda Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Responden berjumlah 46 orang yang merupakan anak kandung pasien DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda. Data diet diperoleh melalui food record selama 3 hari dihitung mengunakan software Nutrisurvey dengan hasil ukur dalam kilokalori (kcal) yang kemudian dikategorikan berdasarkan Konsensus Perkeni 2015. Hasil penelitian menujukkan bahwa sebanyak 39 (84,8%) responden dalam kategori diet kurang dari kebutuhan, sebanyak 37 (80,4%) responden dalam kategori asupan karbohidrat cukup, sebanyak 39 (84,6%) responden dalam kategori asupan lemak berlebih, sebanyak 45 (97,8%) responden dalam kategori asupan protein cukup, dan 41 (89,1%) responden dalam kategori serat kurang. Dari keseluruhan konsumsi yang diukur, maka konsumsi lemak lebih dan serat yang kurang dapat meningkatkan risiko DM tipe 2 pada keluarga pasien. Simpulan dari penelitian ini bahwa hampir seluruh keluarga pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Garuda berada pada kategori diet kurang dari kebutuhan tetapi dengan asupan lemak berlebih dan serat yang kurang. Berdasarkan hasil tersebut, maka perawat puskesmas diharapkan dapat mengoptimalkan program luar gedung dengan menyasar keluarga penderita DM untuk menjadikan diet sebagai upaya untuk mencegah risiko DM pada keluarga pasien DM tipe 2.Item Gambaran Fear Of Missing Out (FoMO) Pada Siswa Di SMA Negeri Jatinangor(2019-07-22) RIVADA NATASYA FADILLAH; Sri Hartati Pratiwi; Titin SutiniRemaja merupakan pengguna media sosial terbanyak di Indonesia dengan intensitas yang berlebih, hal ini akan menyebabkan kecanduan media sosial pada remaja yang akan berdampak buruk salah satunya ialah dapat menimbulkan fenomena Fear Of Missing Out (FoMO). Fenomena FoMO ini akan berakibat pada penurunan prestasi belajar dan akan mengganggu pola tidur pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Fear Of Missing Out (FoMO) pada siswa di SMA Negeri Jatinangor. Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X-XI IPA dan IPS di SMA Negeri Jatinangor. Teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik stratified random sampling dengan jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 272 siswa. Alat ukur yang digunakan penelitian ini menggunakan instrumen dari Przbylski et al. (2013) yaitu Fear Of Missing Out scale (FoMOs) yang sudah diuji validitasnya dengan Rhasil 0,70 dan dinyatakan valid, serta nilai reliabilitasnya diperoleh nilai yang sangat baik yaitu 0,87, 0,90, dan 0,89. Hasil data yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan analisa deskriptif yang disajikan dalam bentuk persentase. Berdasarkan hasil pada penelitian ini didapatkan sebagian besar responden mengalami tingkat FoMO level sedang (68,0%), kemudian sebagian kecil pada tingkat FoMO level tinggi (19,1%), dan pada tingkat FoMO level rendah (12,9%). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa sebagian besar responden mengalami tingkat FoMO level sedang, sehingga pihak sekolah disarankan untuk berkerjasama dengan profesi keperawatan atau tenaga kesehatan lain agar melakukan kunjungan rutin ke sekolah dan memberikan pendidikan kesehatan terkait dengan bahaya kecanduan media sosial yang dapat berdampak buruk pada remaja yaitu salah satunya menimbulkan fenomena Fear Of Missing Out (FoMO) pada remaja.Item GAMBARAN KEPUASAN TERHADAP PENGGUNAAN VIRTUAL DRY LAB PEMBELAJARAN ILMU BIOMEDIK DASAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN(2023-07-04) INDAH MILLENIA RATNASARI; Maria Komariah; Sri Hartati PratiwiVirtual dry lab merupakan metode pembelajaran baru yang diterapkan dalam mendukung pembelajaran praktikum. Kepuasan mahasiswa dalam mengaplikasikan penggunaan media Virtual Dry Lab merupakan faktor penting dalam keberhasilan pembelajaran. Rendahnya tingkat kepuasan mahasiswa akan berdampak pada motivasi belajar dan prestasi akademik mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat kepuasaan mahasiswa dalam penggunaan Virtual Dry Lab pada program studi keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah mahasiswa aktif angkatan 2022 Fakultas Keperawatan Unpad (N=204). Teknik sampling menggunakan total sampling. Data akan dikumpulkan menggunakan instrument The Post-Study System Usability Questionnaire yang sudah valid dan reliabel. Seluruh data dianalisis dengan menggunakan deskriptif univariat dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan mahasiswa dalam penggunaan Virtual Dry Lab kategori rendah sebanyak 139 responden (52,5%) sedangkan sisanya termasuk dalam tingkat kepuasan mahasiswa kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Virtual Dry Lab perlu adanya pertimbangan untuk memperbaiki spesifikasi dan konten lebih efisien, informatif dan menarik.Item Gambaran konsep diri pada pasien stroke(2021-04-13) MOCH MUGNI FAISAL; Sri Hartati Pratiwi; Francisca Sri SusilaningsihStroke merupakan salah satu penyakit yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Penyakit stroke di Indonesia menduduki urutan ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke dapat menyebabkan kerusakan pada otak yang mempengaruhi fungsi fisik dan sensorik, fungsi kognitif, cara berkomunikasi serta psikologis penderita tersebut. Gangguan psikologi yang sering dialami pasca stroke yaitu konsep diri. Tujuan studi literatur ini adalah untuk mengidentifikasi konsep diri pada pasien stroke. Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan literature review dengan tahun terbit artikel maksimal sepuluh tahun terakhir (2010-2020), Databases yang digunakan adalah Google Scholar, PubMed, dan Ebsco dengan menggunakan kata kuncinya dalam bahasa Indonesia yaitu konsep diri DAN pasien stroke,sedangkan dalam bahasa inggris yaitu self concept AND stroke patients. Sembilan artikel yang didapatkan mengenai gambaran konsep diri pada pasien stroke menunjukan bahwa pasien stroke sering mengalami gangguan pada konsep diri. Semua komponen konsep diri pada pasien stroke mengalami gangguan. Akan tetapi, komponen konsep diri yang banyak terganggu adalah Harga diri. Karena keterbatasan fisiknya tidak mampu bergerak seperti orang lain, cacat, lemah, putus asa, tidak berguna lagi, merasa jelek, memalukan, citra diri terganggu, sedih, marah, tidak berdaya bosan dan bingung.Maka dari itu, perawat harus melibatkan keluarga, teman atau orang yang dianggap penting oleh pasien dalam memberikan dukungan sosial dengan cara mendidik mereka dalam mendukung, memberikan pendidikan kesehatan dan pengetahuan. Dengan begitu, konsep diri pada pasien stroke dapat terus ditingkatkan serta membuat hidup mereka menjadi lebih bermakna. Kata Kunci : Konsep diri dan pasien strokeItem Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya(2018-08-03) ASRI NURKARIMAH; Urip Rahayu; Sri Hartati PratiwiGagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang berdampak pada gangguan metabolisme berhubungan dengan malnutrisi. Gejala mual dan muntah menjadi penyebab pasien mengalami Anorexia Cachexia Syndrome (penurunan nafsu makan). Sehingga, bila tidak diatasi akan berdampak pada pemenuhan asupan nutrisi. Untuk memperbaiki permasalahan tersebut, maka diet asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien menjadi penting untuk diidentifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien gagal ginjal kronik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik purposive sampling sebanyak 80 sampel dengan kriteria, pasien mengalami kesadaran penuh (composmentis) dan mampu baca tulis. Data diambil menggunakan food record, lalu dianalisis dengan software nutrisurvey dan hasil dianalisis lanjut secara deskriptif distribusi frekuensi, persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan energi, protein, vitamin dan mineral, hampir seluruhnya termasuk pada kategori normal atau mencukupi kebutuhan. Namun, jika dilihat dari aspek asupan protein masih terdapat 18 pasien (22,50%) memiliki asupan berlebih dan 56 pasien (70%) memiliki asupan kurang pada jenis vitamin D. Berdasarkan hasil tersebut, maka perlu adanya penanganan lanjutan seperti kolaborasi dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan edukasi dan medikasi agar pemenuhan kebutuhan asupan protein dan vitamin D pasien gagal ginjal kronik dapat terpenuhi.Item Gambaran Pengetahuan dan Persepsi Orangtua mengenai Diet Gluten Free Casein Free pada Anak Autis di 3 SLB Kabupaten Bandung(2018-07-18) ADE ROSI; Sri Hartati Pratiwi; Chandra Isabella Hostanida PurbaDiet Gluten Free Caein Free (GFCF) adalah diet yang dianjurkan untuk mengurangi perilaku hiperaktif pada anak autis namun penerapan diet ini masih rendah dikalangan orangtua. Penerapan diet yang tidak benar dapat menimbulkan masalah kesehatan dan perilaku hiperaktif anak autis tidak mengalami penurunan. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka dibutuhkan pengetahuan dan persepsi yang baik terkait diet GFCF. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana gambaran pengetahuan dan persepsi orangtua mengenai diet GFCF pada anak autis di 3 SLB Kabupaten Bandung. Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional pada 57 orangtua anak autis di 3 SLB Kabupaten Bandung dengan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner pengetahuan dan persepsi yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Data dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 28 responden (49%) memiliki pengetahuan yang kurang dan 38 orang (67%) memiliki persepsi positif mengenai diet GFCF. Hasil setiap komponen persepsi tersebut meliputi 88% responden memiliki persepsi manfaat positif, 77% responden memiliki persepsi kerentanan positif, 68% responden memiliki persepsi self efficacy positif, dan 56% responden memiliki persepsi keparahan yang positif. Pada persepsi hambatan sebanyak 53% responden memiliki persepsi negatif. Simpulan dari penelitian ini adalah sebagian orangtua dari anak autis di 3 SLB Kabupaten Bandung memiliki persepsi yang positif terhadap diet Gluten Free Casein Free, meskipun pengetahuan orangtua terkait diet GFCF dalam kategori kurang. Berdasarkan hasil tersebut, maka tenaga kesehatan khususnya keperawatan komunitas disarankan dapat melakukan kunjungan rutin untuk memberikan pendidikan kesehatan terkait diet GFCF pada orangtua anak autis di SLB.Item Gambaran Pengetahuan Pencegahan Penularan Covid-19 Masyarakat Desa Cintakarya Kecamatan Parigi Pangandaran(2023-04-11) HESTI HERYANI; Sri Hartati Pratiwi; Siti Yuyun Rahayu FitriCOVID-19 adalah penyakit yang penularannya sangat cepat, salah satu cara untuk mencegahnya dengan meningkatkan pengetahuan terkait COVID-19. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan pencegahan penularan COVID-19 pada masyarakat Desa Cintakarya Kecamatan Parigi Pangandaran. Penelitian ini berbentuk deskriptif kuantitatif. Populasinya masyarakat Desa Cintakarya Kecamatan Parigi Pangandaran (N=1.444). Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling dengan jumlah sampel (n=100). Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Student’s Knowledge, Attitudes, and Practices Toward COVID-19 (SKAPCOV-19) sudah dinyatakan valid dan reliabel. Hasil penelitian menggunakan analisis univariat berdasarkan kriteria pengetahuan baik dan tidak baik. Kemudian diidentifikasi berdasarkan sub variabel yaitu etilogi, kelompok resiko, penularan, dan pencegahan. Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan baik (55%) dan pengetahuan tidak baik (45%). Berdasarkan sub variabel, etiologi memiliki pengetahuan baik (89%) tidak baik (11%), kelompok resiko memiliki pengetahuan baik (62%) tidak baik (38%), penularan memiliki pengetahuan baik (78%) tidak baik (22%), dan pencegahan memiliki pengetahuan baik (58%) tidak baik (42%). Kesimpulannya masyarakat yang memiliki pengetahuan tidak baik masih cukup banyak, berdasarkan sub variabel yang perlu ditingkatkan mengenai pencegahan. Saran untuk tenaga kesehatan adalah memberikan edukasi mengenai pencegahan COVID-19 secara terus menerus sehingga sumber informasi yang didapatkan jelas. Kata kunci : COVID-19, masyarakat, pencegahan, pengetahuan, penularan Kepustakaan : 50 (2010-2022)Item Gambaran Pengetahuan, Sikap, Tindakan Pencegahan dan Manajemen Pada Penyintas Demam Berdarah Dengue Usia Produktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Jatinangor(2023-04-12) INDRIANTI ALVINI RIZKI; Sri Hartati Pratiwi; NursiswatiAngka kejadian Demam Berdarah Dengue saat ini masih tinggi dan dapat menyebabkan kematian. Penyintas DBD usia produktif merupakan individu yang berisiko mengalami infeksi berulang karena memiliki aktivitas yang tinggi. Untuk mengurangi risiko DBD, perlu dilakukan upaya pencegahan dan manajemen yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, tindakan pencegahan dan manajemen pada penyintas usia produktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Jatinangor. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah seluruh pasien DBD yang terdata di Puskesmas Kecamatan Jatinangor tahun 2022. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling sebanyak 64 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner Knowledge, Attitudes, and Practices (KAP) yang dikembangkan oleh Pang et al yang telah dimodifikasi dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan jumlah 50 pertanyaan, serta sudah teruji valid (r=0.313-0.699) dan reliabel (Cronbach’s alpha=0.705). Data dianalisis menggunakan analisis univariat yang disajikan dalam bentuk tendensi sentral, distribusi frekuensi, dan persentase tiap variabel. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berjenis kelamin wanita (62.5%), berusia dewasa (89.1%), dan sebanyak (12.5%) mengalami DBD lebih dari satu kali. Hampir sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi (62.5%), sikap positif (65.6%), dan tindakan baik (73.4%). Nilai terendah berada pada pengetahuan terkait konsep umum DBD (60.7%) dan tindakan pencegahan jentik nyamuk (37.8%). Sebesar (29.7%) masih melakukan tindakan yang salah saat menghadapi DBD. Puskesmas disarankan untuk melakukan penyuluhan yang dilakukan secara berkala dengan menggunakan berbagai media terkait konsep umum DBD, upaya pencegahan jentik nyamuk, dan upaya pencarian pengobatan, serta edukasi kepada pasien ketika sudah selesai menjalani perawatan untuk mencegah terjadinya infeksi berulang.Item Gambaran Perilaku Menjaga Higiene dan Sanitasi Lingkungan pada Ibu yang Memiliki Balita dalam Upaya Mencegah Diare Di Desa Cipacing(2018-07-31) FITRIA WIYANTRI; Sri Hartati Pratiwi; Chandra Isabella Hostanida PurbaDiare merupakan penyakit tertinggi kedua didunia pada balita. Ibu memiliki peranan penting untuk melakukan perilaku pencegahan diare pada anak. Perilaku menjaga higiene dan sanitasi lingkungan yang buruk dapat meningkatkan kejadian diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku menjaga higiene dan sanitasi lingkungan pada ibu yang memiliki balita dalam upaya mencegah diare di Desa Cipacing. Rancangan penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif denganpopulasi seluruh ibu yang memiliki balita di Desa Cipacing yang diambil dengan teknik cluster samplingmendapatkan sampel sebanyak 183orang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan skala Likert,dianalisis menggunakan distribusi frekuensi berdasarkan nilai mean, lalu disajikan dalam bentuk proporsi. Hasil penelitian menunjukkanperilaku menjaga higiene dan sanitasi lingkungan pada ibu yang memiliki balita di Desa Cipacing masuk kategori baik (53%) dengan komponen perilaku terendah memberikan ASI (55,2%) dan pengelolaan sampah (56,8%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perilaku ibu menjaga higiene dan sanitasi lingkungan baik, sehingga disarankan agar ibu meningkatkan kemauan untuk memberikan ASI dan melakukan pengelolaan sampah.Item Gambaran Perilaku Self Management Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Gagal Ginjal di Rumah Sakit Al-Islam Bandung(2017-07-23) NADYA TSULUTSI; Titis Kurniawan; Sri Hartati PratiwiDiabetes Melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang perlu penatalaksanaan spesifik. DM sering juga disebut sebagai silent killer, karena sering tidak disadari penderitanya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi. Komplikasi yang ditimbulkan oleh DM pun sudah banyak terjadi salah satunya gagal ginjal. Pasien DM dengan komplikasi gagal ginjal tersebut memiliki angka kematian lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengalami komplikasi gagal ginjal yang disebabkan oleh self management yang rendah. Self management yang rendah dapat menurunkan status kesehatan dan kualitas hidup pasien. Untuk itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait gambaran perilaku self management pasien DM dengan komplikasi gagal ginjal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku self management pasien DM dengan komplikasi gagal ginjal dilihat dari aspek memantau kadar gula darah, mengontrol tekanan darah, mengatur asupan cairan, mengelola diet, aktivitas fisik, dan pengobatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik total sampling. Sampel yang diambil merupakan seluruh pasien diabetes melitus dengan komplikasi gagal ginjal yang sedang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Al-Islam Bandung berjumlah 40 responden. Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik deskriptif. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan central tendency nilai mean dan median dan hasil akhir digambarkan dengan presentase. Data yang berdistribusi normal menggunakan nilai mean dan data yang berdistribusi tidak normal menggunakan nilai median. Instrumen pada penelitian ini menggunakan modifikasi dari The Summary of Dibetes Self Care Activities (SDSCA) dan The End-Stage Renal Disease Adherence Questionnaire (ESRD-AQ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku Self Management Pasien DM dengan Komplikasi Gagal Ginjal di Rumah Sakit Al-Islam Bandung sebagian besar memiliki kategori rendah (55%) dan hal ini juga diikuti dengan perilaku self management setiap aspek seperti memantau kadar gula darah (67.5%), mengontrol tekanan darah (65%), mengatur asupan cairan (67.5%), mengelola diet (57.5%), aktivitas fisik (65%), dan aspek pengobatan (77.5%). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa perlu adanya pengembangan strategi atau program untuk memperbaiki self management terutama dalam aspek aktivitas fisik serta memperbaiki konten edukasi atau mengefektifkan metode self management DM dengan komplikasi gagal ginjal secara terus menerus dan berkelanjutan. Perawat disini berperan sebagai edukator, fasilitator, dan konselor untuk pasien DM dengan komplikasi gagal ginjal. Kata kunci : Diabetes Melitus, Gagal Ginjal, Self Management. Kepustakaan : 120, 1991-2016Item GAMBARAN PERLAKUAN BULLYING PADA REMAJA DI SMAN 21 BANDUNG(2023-01-03) HANUN ANNISA NURADNI; Sri Hartati Pratiwi; Imas RafiyahPendahuluan: Bullying adalah tindakan kekerasan yang berulang. Perilaku bullying cenderung terjadi di kalangan remaja di sekolah. Pada kasus bullying terdapat dua dimensi yaitu direct bullying dan indirect bullying. Selain itu, terdapat jenis bullying yaitu bullying secara verbal, bullying fisik, bullying relasional dan cyberbullying. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perlakuan bullying pada remaja di SMAN 21 Bandung. Metode: Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui keadaan saat ini. Populasi penelitian ini adalah remaja di SMAN 21 Bandung. Sampel diambil secara teknik Total Sampling. Jumlah sampel sebanyak 125 remaja dengan kriteria yang digunakan adalah remaja kelas 10, dan menjadi korban bullying. Instrumen pada penelitian ini menggunakan instrumen Olweus Bully/Victim Questionnaire (OBVQ). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi pada korban adalah direct bullying (bullying secara langsung) dan korban mengalami jenis bullying verbal (52,0%), bullying relasional (28,0%), bullying fisik (10,4%), dan cyberbullying (9,6%). Kesimpulan: Bullying yang terjadi pada remaja sebanyak 125 orang, dengan dimensi direct bullying (bullying secara langsung), dan jenis bullying yang paling banyak dialami oleh korban adalah bullying verbal.Item Gambaran Pola Makan Mahasiswa PSDKU Universitas Padjadjaran di Pangandaran Angkatan 2022(2023-11-02) EUIS IRNA NURPADILLAH; Sri Hartati Pratiwi; Siti Ulfah Rifa`atul FitriPerubahan siswa SMA menjadi mahasiswa mengharuskan individu tinggal di tempat yang baru. Perubahan lingkungan berdampak pada berbagai hal termasuk pola makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola makan mahasiswa angkatan 2022 PSDKU Universitas Padjadjaran di Pangandaran. Metode Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan pendekatan waktu crossectional. Populasi pada penelitian ini adalah 189 mahasiswa dari lima prodi angkatan 2022 PSDKU Universitas Padjadjaran di Pangandaran, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Kuesioner yang digunakan adalah Food Frequency Questionnaire (FFQ) dengan validitas p<0,05 dan reabilitas 0,834. Data dianalisis secara statistik deskriptif dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan mahasiswa memiliki pola makan kurang (62,4%) mahasiswa, mahasiswa dengan pola makan cukup (34,4%) dan mahasiswa yang memiliki pola makan lebih (3,2%). Mahasiswa berasal dari luar Kabupaten Pangandaran (85,7%), mahasiswa yang berasal dari Kabupaten Pangandaran (14,3%). Sumber makanan dengan cara membeli makanan yang sudah jadi memiliki jumlah terbanyak yakni 74,6%. Mahasiswa PSDKU Universitas Padjadjaran di Pangandaran angkatan 2022 lebih dari setengahnya memiliki pola makan kurang. Mahasiswa disarankan untuk memperbaiki pola makan agar menjadi cukup dengan mengikuti Pedoman Gizi Seimbang yang telah dirancang oleh Kemenkes.Item Gambaran Self-Management Pada Pasien Stroke Yang Menjalani Rawat Jalan di Rumah Sakit Al Islam Bandung(2018-07-17) DEDAH RAHMAWATI; Sri Hartati Pratiwi; Titis KurniawanABSTRAK Pasien stroke membutuhkan perawatan jangka panjang baik untuk mencegah stroke berulang maupun meminimalisir komplikasi lanjut. Salah satu upaya untuk menyukseskan perawatan, pasien stroke diwajibkan menjalankan Self-Management. Di RS Al-Islam pengelolaan pasien stroke tidak hanya menggunakan terapi konven sional tetapi juga menerapkan program spiritual care, namun Self-Management pasien stroke tidak pernah dievaluasi. Penelitian ini ber-tujuan untuk mengidentifikasi Self-Management pada pasien stroke yang menjalani rawat jalan di RSAI. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yang melibatkan 40 pasien stroke yang mampu berkomunikasi dengan baik, yang diam-bil menggunakan tehnik consecutive sampling selama satu minggu, dari pasien yang menjalani Rawat Jalan di RSAI. Data dikumpulkan menggunakan Stroke Self-Management Questionnaire (SSMQ) yang terdiri dari 4 domain (kapasitas, kepercayaan diri dalam beriteraksi, strategi dan bimbingan oleh profesional kesehatan) dan terdapat 28 item dengan 4 pilihan jawaban yaitu tidak pernah (1), kadang-kadang (2), sering (3) dan selalu (4). Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif menggunakan nilai mean. Hasil penelitian menunjukkan persentase responden dengan kategori Self-Management tinggi (52,5%) lebih banyak dibandingkan dengan kategori rendah, hal yang sama ditemukan pada domain-domain self-management; domain ke-percayaan diri dalam berinteraksi dan strategi (52,5%), serta bimbingan oleh profe-sional kesehatan (55%). Sebaliknya, persentase kategori rendah lebih banyak ditemukan pada domain kapasitas (52,5%). Self-Management pada pasien stroke di RSAI cenderung tinggi, meski domain kapasitas lebih banyak yang rendah. Sehingga penting bagi petugas kesehatan untuk mengembangkan program guna meningkatkan keyakinan, motiva-si dan kemampuan pasien mengatasi dampak stroke yang dideritanya.Item Gambaran Status Demensia Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung(2017-03-05) EKA FITRI NINGSIH; Sri Hartati Pratiwi; Citra Windani Mambang SariJumlah penduduk lanjut usia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18,8 juta jiwa dan pada tahun 2025 akan mencapai 36 juta jiwa. Seiring meningkatnya usia, perubahan fungsi kognitif pada lansia juga mengalami peningkatan. Gangguan fungsi kognitif pada lansia dapat menyebabkan perubahan pada kepribadian dan mengganggu aktivitas sehari-hari apabila berlangsung secara progresif maka dapat terjadi demensia. Dengan diketahuinya status demensia pada lansia di masyarakat dapat digunakan sebagai data dasar dalam mengembangkan program yang berhubungan dengan kesehatan lansia di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran status demensia pada lansia di masyarakat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner Early Dementia Questionnaire (EDQ) pada 98 lansia yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung. Analisa univariat digunakan untuk melihat gambaran status demensia pada lansia berdasarkan karakteristik responden. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 38 reponden dengan presentasi 38,8 % mengalami early dementia dan sebanyak 60 responden dengan presentasi 61,2 % respoden termasuk kategori normal. Berdasarkan analisa dari 6 domain demensia yaitu daya ingat, konsentrasi, gejala fisik, emosi, gangguan tidur dan gejala lain didapatkan hasil domain konsentrasi tinggi sebanyak 70 responden (71,4%) dan domain gejala lain rendah 83 responden (84,7%). Petugas kesehatan diharapkan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai dasar dalam mengembangkan program kegiatan kesehatan lansia seperti posbindu lansia dengan memberikan penyuluhan berupa informasi dan edukasi terkait demensia, membina lansia dalam menjaga fungsi kognitif (olahraga, membaca buku, kegiatan keterampilan).Item Gambaran status gizi pada anak usia sekolah yang mengalami karies gigi di SDN Cimanganten IV Kabupaten Garut(2019-07-17) ANDRI AGUSTIN; Sri Hartati Pratiwi; Gusgus Ghraha RamdhanieKaries gigi yang terjadi pada anak dapat mempengaruhi status gizi mereka. Karies gigi dapat menyebabkan munculnya rasa sakit dan menyebabkan tulang di sekitar gigi terinfeksi. Pada derajat berat atau sudah mengalami abses, gigi dapat tanggal dan mengganggu alat pengunyahan. Anak akan memilih makanan yang sesuai dengan kekuatan pengunyahannya yang pada akhirnya akan mempengaruhi asupan makanan dan status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Status Gizi Pada Anak Usia Sekolah yang Mengalami Karies Gigi di SDN Cimanganten IV Kabupaten Garut. Rancangan penelitian menggunakan metode deskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 siswa/siswi dengan tingkat keparahan karies gigi tinggi dan sangat tinggi. Metode pengumpulan data dengan cara pengukuran secara langsung menggunakan Indeks Antropometri serta pemeriksaan karies gigi dihitung berdasarkan indeks DMF-T dengan menggunakan analisa data Univariat. Hasil penelitian didapatkan gambaran karies gigi pada siswa di SDN Cimanganten IV yaitu 55 siswa mengalami karies gigi tinggi dan 15 siswa mengalami karies gigi sangat tinggi, sedangkan gambaran status gizinya 2 siswa berstatus gizi sangat kurus, 5 siswa berstatus gizi kurus, 59 siswa berstatus gizi normal, 2 siswa berstatus gizi gemuk dan 2 siswa berstatus gizi obesitas. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan siswa dengan karies gigi tinggi dan sangat tinggi sebagian besar memiliki status gizi normal. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, sekolah dapat mengoptimalkan program UKGS dengan metode promotif, preventif dan kuratif sesuai kebutuhan.Item Gambaran Strategi Koping Pasien Pasca Stroke Yang Menjalani Pengobatan Rawat Jalan Di RSUD Sumedang(2019-07-19) RIZKA ANANDA RAHMATUNNISA; Sri Hartati Pratiwi; Cecep Eli KosasihABSTRAK Stroke dapat menyebabkan pasien memiliki ketergantungan kepada orang lain dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yang disebabkan oleh kecacatan fisik. Hal ini dapat menjadi stresor yang berdampak pada reaksi emosional pasien. Stresor dapat diatasi dengan penggunaan koping yang adaptif. Penggunaan koping yang tidak adaptif dapat memperburuk ketidakmampuan fisik, mempengaruhi keefektifan dari proses rehabilitasi, serta akan menurunkan kualitas hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran strategi koping pasien pasca stroke yang menjalani pengobatan rawat jalan di RSUD Sumedang. Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan teknik consecutive sampling, sampel berjumlah 56 orang dengan kriteria inklusi yaitu pasien stroke rawat jalan, GCS (13-15), tidak afasia/disorientasi, dan hemodinamika yang stabil. Instrumen pada penelitian ini menggunakan Jalowiec Coping Scale (JCS) berbahasa Indonesia dengan validitas 0,85 dan reliabilitas 0,88. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan distribusi frekuensi dan hasil akhir disajikan dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan strategi koping sebanyak (58,9%) memiliki kecenderungan menggunakan Problem Focused Coping serta (41,1%) kecenderungan Emotional Focused Coping dengan keefektifan (53,6%). Jenis strategi koping yang paling banyak digunakan adalah supportant sebanyak (50%). Dengan demikian, peneliti menyarankan agar tenaga medis dapat terus memantau dan memperhatikan penggunaan koping pada pasien dengan melakukan konseling, memberikan edukasi, serta melibatkan keluarga dalam fase rehabilitasi pasien pasca stroke. ABSTRACT Stroke can cause patients will depend on other people to fulfil their basic needs thus caused physiological problems. Thus stressor for the patients will trigger unpleasant emotional reactions. Those stressors can be taken over with adaptive coping. If the coping used is not adaptive, it will be affect their sense on physical disability, the efficacy of rehabilitation process, and quality of patients life. The purpose of this study was to know the type of coping strategies of post-stroke patients that underwent outpatient treatment at RSUD Sumedang. This study was quantitative descriptive research that used consecutive sampling technique, sample study 56 respondens with inclusion criterias : post-stroke patients, GCS (13-15), not afasia/disoriented, and stable hemodynamics. Instrument that used in this study was Jalowiec Coping Scale (JCS), it has been translated to Bahasa. Validity and reliability of JCS were 0,85 and 0,88. Collected data was analysed descriptively with frequency distribution, the final result in the form of percentage. The research results shown that strategy coping used (58,9%) had a tendency in Problem Focused Coping and (41,1%) in Emotional Focused Coping, with effectiveness (53,6%). The most used of type coping strategies was supportant (50%). So, researcher suggested that medical personnel continued to gave attention that coping used in patients with counseling, gave education both of pastients and families, also involved family into rehabilitation post-stroke patients.Item Gambaran Tingkat Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan(2023-07-05) NATHANIA PUTRI ANDINI; Sri Hartati Pratiwi; Titis KurniawanBanyak penderita diabetes melitus di Indonesia yang tidak terdiagnosis akibat keterlambatan skrining. Usia dewasa muda menjadi berisiko diabetes melitus tipe 2 (DMT2) dikarenakan termasuk dalam kelompok usia yang konsumtif tanpa diimbangi dengan pola hidup sehat. Dengan demikian, sangat diperlukan penilaian tingkat risiko DMT2 pada kalangan mahasiswa keperawatan sebagai salah satu calon tenaga kesehatan yang diharapkan mampu menjadi role model. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat risiko DMT2 pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan melibatkan 240 mahasiswa yang diperoleh menggunakan teknik sampling proporsional stratified random sampling dari total populasi sebanyak 602 mahasiswa aktif Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan instrumen Finnish Diabetes Risk Score-Bahasa Indonesia (FINDRISC-BI) yang terdiri dari 8 item pertanyaan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan pengukuran secara langsung. Analisis data dilakukan menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian terkait tingkat risiko DMT2 menunjukkan bahwa 71,3% mahasiswa termasuk pada kategori risiko rendah, sebanyak 20% pada tingkat risiko sedikit meningkat, 5,8% berisiko sedang, dan 2,9% berisiko tinggi mengalami DMT2 pada 10 tahun mendatang. Adapun parameter yang menunjukkan hasil paling kurang baik terdapat pada parameter konsumsi sayur dan buah. Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar mahasiswa memiliki risiko rendah mengalami DMT2 dalam 10 tahun mendatang, namun terdapat juga mahasiswa yang berisiko sedang bahkan tinggi. Dengan begitu, diperlukan upaya untuk mencegah semakin tingginya kasus DMT2 pada usia muda yaitu dengan merancang kampus health promotion program dan mengadakan program deteksi dini yang dapat mendorong generasi muda untuk berperilaku sehat dan meningkatkan kepeduliannya terhadap kesehatan.