Farmasi (S1)
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Item SINTESIS MESOPORI SILIKA IMPRINTED DENGAN RASIO MOLAR TEOS:MTES (2,4:1) MENGGUNAKAN METODE PENGGABUNGAN LANGSUNG UNTUK PEMISAHAN ETIL PARAMETOKSI SINAMAT DARI EKSTRAK KENCUR(2022-03-15) KEVIN REINARD LIE; Aliya Nur Hasanah; Driyanti RahayuEtil parametoksi sinamat (EPMS) merupakan salah satu hasil isolasi rimpang kencur (Kaempferia galanga L.). EPMS juga memiliki potensi khasiat anti-inflamasi, anti tuberkulosis, dan bahkan agen apoptosis pada kanker. Di luar itu, EPMS berpotensi memiliki khasiat larvacidal, insektisidal, dan penangkal nyamuk. EPMS dapat diisolasi dengan menggunakan metode perkolasi maupun metode soxhletasi yang membutuhkan tahapan yang panjang, memakan waktu, membutuhkan banyak pelarut, serta membutuhkan keahlian khusus dalam penggunaan instrumen. Oleh karena itu, dibutuhkan metode isolasi EPMS yang cepat dan efisien. MIP-MS (Molecularly Imprinted Mesoporous Silica) dapat dibuat untuk mengatasi kekurangan dari MIP tradisional salah satunya adalah performa yang menurun saat digunakan pada matriks kompleks seperti ekstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kinerja analitik dari mesopori silika imprinted yang disintesis dengan perbandingan prekursor silika TEOS:MTES (2,4:1) dengan metode penggabungan langsung. Tahapan penelitian ini adalah sintesis MIP-MS dan NIP-MS yang kemudian dilakukan ekstraksi template dan surfaktan serta dilakukan evaluasi kemampuan adsorpsi, kapasitas adsorpsi, dan selektivitas dari sorben MIP-MS dan NIP-MS. Selain itu, dilakukan karakterisasi sorben dengan Fourier Transform Instrument Infrared (FTIR) dan Transmission Electron Microscope-Energy dispersive X-ray spectroscopy (TEM-EDS). Sorben MIP-MS menunjukkan kinerja analitik yang lebih baik dibandingkan dengan NIP-MS dengan nilai afinitas 0,2429 mg/g dan kapasitas Langmuir sebesar 1,7479 mg/g serta selektif terhadap metil sinamat, sinamaldehida, dan kaempferol dengan nilai IF sebesar 1,531. Hasil karakterisasi dengan FTIR dan TEM-EDS menunjukkan keberhasilan sintesis sorben dan keberhasilan ekstraksi pada NIP-MS. Namun, gambaran permukaan serta ukuran sorben masih tidak dapat diperkirakan karena kualitas gambar yang buruk. Hasil pengujian pada ekstrak kental menunjukkan % yield EPMS 0,130±0,002 % pada MIP-MS dan NIP-MS, dengan persentase kemurnian EPMS 90,65±0,026 % pada MIP-MS dan 89,76±0,700 % pada NIP-MS. Berdasarkan hasil tersebut, MIP-MS untuk EPMS dalam ekstrak kencur dapat dikembangkan menjadi metode ekstraksi EPMS dari sampel ekstrak.Item PENGARUH POLIMORFISME GEN CYP4F2 rs2108622 DAN FAKTOR LAIN TERHADAP VARIASI DOSIS WARFARIN PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG(2022-04-12) AIDA ROJA FADLILAH; Norisca Aliza Putriana; Tina RostinawatiWarfarin merupakan derivat kumarin yang bekerja sebagai antagonis vitamin K (VKA) dengan mekanisme memblok vitamin K-epoxide reductase (VKOR). penggunaan warfarin masih menjadi tantangan di dunia kesehatan karena indeks terapinya yang sempit dan banyaknya variasi dosis yang berbeda antar individu. Genetik, usia, dan BMI merupakan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap penentuan dosis warfarin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh polimorfisme gen CYP4F2 rs2108622, usia, serta BMI terhadap variasi dosis warfarin pada pasien terapi warfarin yang terdaftar di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yang pertama pengajuan ethical clearance dan pengambilan sampel. Lalu sampel darah dari 77 subjek diisolasi dan diamplifikasi menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Penentuan genotipe dilakukan dengan metode sequencing Sanger dan menunjukan bahwa terdapat 47 (61,04%) sampel bergenotipe CC, 27 (35,06%) sampel bergenotipe CT, dan 3 (3,90%) sampel bergenotipe TT. Distribusi genotipe populasi penelitian memenuhi kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan nilai chi-square hitung sebesar 0,1324. Berdasarkan analisis statistik regresi linier multivariat polimorfisme gen CYP4F2 rs2108622 memiliki pengaruh terhadap variasi dosis warfarin (p-value 0,007), begitu pula dengan usia (p-value 0,005) dan BMI (p-value 0,009). Dimana sumbangan efektif untuk setiap variabel adalah 8,76% usia, 8,29% polimorfisme gen CYP4F2 dan 7,95% BMI.Item FORMULASI SEDIAAN KRIM ANTI KEBOTAKAN DARI EKSTRAK n-HEKSANA LIMBAH KULIT KAKAO (Theobroma cacao L.) MENGGUNAKAN MIXTURE DESIGN(2023-01-11) FADILA NUR ANNISA; Resmi Mustarichie; Dolih GozaliPrevalensi alopesia meningkat seiring bertambahnya usia, meski begitu hanya terdapat 2 jenis obat yang disetujui FDA untuk pengobatan alopesia yaitu Minoxidil dan Finasteride. Di Indonesia, kulit buah kakao telah digunakan secara empiris sebagai perangsang pertumbuhan rambut terutama oleh masyarakat Dingga Linggarjati. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa fraksi n-Heksana kulit buah kakao dapat merangsang pertumbuhan rambut pada konsentrasi 15%. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula optimal hasil analisis dan optimasi sediaan krim ekstrak n-Heksana kulit buah kakao. Metode yang digunakan adalah perancangan formula berdasarkan variasi konsentrasi asam stearat dan trietanolamin menggunakan perangkat lunak Design Expert, formulasi dan evaluasi sediaan krim, analisis data secara statistika menggunakan ANOVA, dan optimasi dengan menggunakan perangkat lunak Design Expert metode Simplex Lattice Design (SLD). Hasil evaluasi organoleptik, pH, viskositas, daya sebar, tipe krim, homogenitas, dan stabilitas menunjukkan bahwa krim memenuhi persyaratan sediaan krim yang baik namun terdapat perbedaan yang signifikan pada pH dan viskositas serta terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada daya sebar setelah dilakukan uji stabilitas. Berdasarkan hasil analisis dan optimasi, diperoleh formula optimal yang memiliki nilai desirabilitas 1.00 berupa kombinasi konsentrasi asam stearat 18.6% dan trietanolamin 3.4%, dengan nilai prediksi pH, viskositas, dan daya sebar secara berurutan sebesar 6.237, 31146 cPs, dan 5.574 cm.Item Determinan dan Konteks Sosial dalam Penggunaan Obat Tradisional pada Populasi Penyakit Kronis di Indonesia(2023-08-01) KEVIN APRILIO; Ivan Surya Pradipta; Raden Maya FebriyantiLatar Belakang: Pengobatan tradisional digunakan secara meluas di Indonesia, terutama untuk pasien penyakit kronis. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan untuk menganalisis potensi pengembangannya dan irasionalitas penggunaannya. Oleh karenanya, penelitian ini menganalisis proporsi dan karakteristik pengguna pengobatan tradisional pada pasien penyakit kronis dalam keterkaitannya pada konteks sosial penggunaan pengobatan tradisional di Indonesia. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan terhadap pasien penyakit kronis dewasa terobati menggunakan pangkalan data Indonesian Family Life Survey kelima. Analisis deskriptif dilakukan untuk menentukan proporsi pengguna pengobatan tradisional, sedangkan regresi logistik multivariat digunakan untuk menentukan karakteristik yang terasosiasi dengannya. Analisis konteks sosial dalam penggunaan pengobatan tradisional dilakukan dalam kerangka teori health-seeking behavior dan penggunaan obat rasional. Hasil: Sebanyak 4.901 subjek diikutkan dalam penelitian ini dan 27,1% di antaranya merupakan pengguna pengobatan tradisional. Pengguna pengobatan tradisional terbanyak didapat pada pasien kanker (43,9%), gangguan hati (38,3%), gangguan kolesterol (34,3%), diabetes (33,6%), dan stroke (31,7%). Karakteristik yang berkaitan dengan pengguna pengobatan tradisional meliputi persepsi kondisi kesehatan diri yang rendah (OR 2,59, 95% CI 1,76-3,81), kepatuhan pengobatan yang rendah (OR 2,49, 95% CI 2,17-2,85), berusia di atas 65 tahun (OR 2,17, 95% CI 1,63-2,90), memiliki pendidikan tinggi (OR 1,64, 95% CI 1,17-2,29), dan tinggal di luar Pulau Jawa (OR 1,27, 95% CI 1,11-1,45). Konteks sosial yang ditemukan berpengaruh dalam penggunaan pengobatan tradisional meliputi pengetahuan, akses, dan persepsi kesehatan pasien. Kesimpulan: Rendahnya kepatuhan pengobatan yang ditemukan dalam penelitian ini menandakan kemungkinan irasionalitas pengobatan pasien penyakit kronis. Namun begitu, peranan sistem pengobatan tradisional dalam health-seeking behavior pasien menunjukkan potensi pengembangannya. Penelitian ilmiah lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan pengobatan tradisional di Indonesia.Item PENINGKATAN KELARUTAN KARVEDILOL DENGAN TEKNIK MULTIKOMPONEN KRISTAL MENGGUNAKAN KOFORMER ASAM BENZOAT, ISONIKOTINAMID, DAN SAKARIN(2022-06-05) RANIA TALINTA LAYYAREZA; Sandra Megantara; Iyan SopyanKarvedilol merupakan obat golongan beta-adrenergik bloker dan alpha-1 secara non selektif yang digunakan untuk mengatasi hipertensi dan gagal jantung iskemik ringan hingga berat yang termasuk ke dalam obat golongan BCS kelas II dengan kelarutan rendah dan permeabilitas tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kelarutan karvedilol melalui pembentukan multikomponen kristal. Metode yang dilakukan pada penelitian ini meliputi skrining koformer secara in silico, pembuatan multikomponen kristal dengan metode solvent evaporation menggunakan koformer asam benzoat, isonikotinamid, serta sakarin dengan perbandingan mol 1:1, 1:2, dan 2:1untuk setiap koformer, uji kelarutan jenuh, uji disolusi intrinsik, dan karakterisasi yang terdiri dari pemeriksaan spektrum IR, PXRD, dan DSC. Hasil skrining koformer secara in silico menunjukkan adanya interaksi non kovalen antara karvedilol dengan setiap koformer dimana interaksi terbaik terjadi pada karvedilol dengan isonikotinamid meliputi ikatan hidrogen dan π-π stacking dengan afinitas ikatan -2,5 kkal/mol. Berdasarkan hasil pembuatan multikomponen kristal, didapati padatan yang kering pada multikomponen kristal CVD:Asam benzoat dan CVD:Isonikotinamid di setiap perbandingan mol. Hasil uji kelarutan jenuh menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan karvedilol murni yaitu 2,460 mg/L dimana peningkatan kelarutan tertinggi terjadi pada CVD:asam benzoat (1:2) yaitu 56,91 kali (140 mg/L) , CVD:isonikotinamid (1:2) yaitu 41,26 kali (101,5 mg/L), dan CVD:sakarin (1:2) yaitu 24,39 kali (60 mg/L) dibandingkan dengan perbandingan mol lainnya sehingga dilanjutkan ke tahap evaluasi uji disolusi. Hasil profil disolusi yang diperoleh yaitu 33,115% pada karvedilol murni, 99,484% pada CVD:isonikotinamid (1:2), 93,422% pada CVD:asam benzoat (1:2), dan 42,265% CVD:sakarin (1:1). Hasil karakterisasi yang meliputi terjadinya pergeseran puncak pada spektrum IR, pola termogram dari hasil DSC yang berbeda, dan terdapat puncak baru pada difraktogram dari hasil XRD multikomponen kristal menunjukkan adanya pembentukan fasa padat baru bila dibandingkan dengan karvedilol murni. Kesimpulan pada penelitian ini adalah pembentukan multikomponen kristal dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi karvedilol dan semua karakterisasi menunjukkan adanya interaksi antara karvedilol dengan isonikotinamid dan terbentuknya fasa padat baru.Item PEMURNIAN IMUNOGLOBULIN-Y (IgY) ANTI- MPT64 MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI ADSORPSI TIOFILIK(2022-06-05) SHINTANI AYUNDA KHAIRUNNISA; Toto Subroto; Sri Agung Fitri KusumaDalam pengembangan kit diagnostik tuberkulosis, diperlukan antibodi anti-MPT64 yang murni guna mendeteksi antigen MPT64 dan menghindari false positive. Antibodi poliklonal (IgY) yang digunakan dalam pengembangan kit ini diisolasi dari kuning telur ayam. Kandungan protein, lipid, dan lipoprotein yang tinggi pada hasil isolasi IgY perlu dihilangkan agar mekanisme IgY anti-MPT64 dapat diketahui seutuhnya tanpa gangguan komponen lain. Salah satu metode penghilangan komponen tersebut dengan menggunakan metode kromatografi adsorpsi tiofilik yang merupakan kolom spesifik terhadap IgY. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan rasio persentase gradien pengelusi sehingga dapat diperoleh IgY anti-MPT64 dengan tingkat kemurnian terbaik secara kualitatif. Metode yang dilakukan meliputi pemurnian menggunakan metode kromatografi adsorbsi tiofilik dengan rasio persentase gradien pengelusi 5 step gradien dan 2 step gradien, kemudian dikarakterisasi dengan SDS-PAGE dan ditetapkan kadar IgY anti-MPT64 dengan metode Lowry. Hasil karakterisasi terbaik akan dikarakterisasi lanjut dengan dot blot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pemurnian dengan 5 step gradien memiliki tingkat kemurnian lebih baik dibandingkan hasil pemurnian dengan 2 step gradien berdasarkan profil pita SDS-PAGE, meskipun perolehan kadar pada hasil pemurnian 2 step gradien (2,2632 mg/mL) lebih tinggi dibandingkan kadar hasil pemurnian 5 step gradien (1,35482 mg/mL).Item PENINGKATAN KELARUTAN KARVEDILOL DENGAN TEKNIK DISPERSI PADAT MENGGUNAKAN POLIMER NATRIUM ALGINAT, GUAR GUM, XANTHAN GUM, DAN LOCUST BEAN GUM(2022-06-05) NURDIANI ADININGSIH; Sandra Megantara; Iyan SopyanPenyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian secara global, karvedilol (CVD) merupakan beta bloker non selektif dengan aktivitas penghambat reseptor alfa-1 yang sering diresepkan untuk pengobatan penyakit kardiovaskular. Menurut Biopharmaceutics Classification System (BCS), CVD termasuk ke dalam BCS kelas II karena memiliki permeabilitas membran yang tinggi tetapi memiliki kelarutan yang rendah. Obat dengan kelarutan yang rendah dapat menyebabkan bioavailabilitas yang buruk. Maka dari itu, pada penelitian ini dilakukan pembuatan dispersi padat sebagai upaya untuk meningkatkan kelarutan dan profil disolusi dari CVD. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu studi in silico dengan metode ligand-ligand docking menggunakan AutoDockTools dan Vina Wizard pada PyRX, pembuatan dispersi padat menggunakan metode kneading dengan perbandingan bobot antara obat dan polimer yaitu 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4, evaluasi dispersi padat yaitu uji kelarutan dan uji disolusi, serta karakterisasi dispersi padat dengan FTIR, DSC, dan PXRD. Hasil studi in silico menunjukkan adanya interaksi yang terjadi antara CVD dengan polimer natrium alginat (NA), xanthan gum (XG), guar gum (GG), dan locust bean gum (LBG). Terdapat dua kompleks yang membentuk 2 ikatan hidrogen yaitu CVD-NA dengan energi ikatan (Ei) = -2,4 kkal/mol dan CVD-GG dengan Ei = -2,9 kkal/mol serta terdapat dua kompleks yang membentuk 1 ikatan hidrogen yaitu CVD-XG dengan Ei = -2,6 kkal/mol dan CVD-LBG dengan Ei = -2,9 kkal/mol. NA dan XG dipilih sebagai pembawa dalam dispersi padat karena memiliki jumlah ikatan hidrogen yang berbeda. Hasil uji kelarutan CVD murni yaitu 2,46 ± 0,03 mg/L, dispersi padat CVD menunjukkan peningkatan kelarutan pada seluruh sampel dengan peningkatan tertinggi pada masing-masing polimer yaitu 27,48 ± 1,59 mg/L (11,17 kali) pada CVD:NA (1:4) dan 222,95 ± 3,53 mg/L (90,63 kali) pada CVD:XG (1:4). Hasil profil disolusi yang diperoleh pada menit ke 60 yaitu sebesar 64,95 ± 0,45% pada CVD murni, 83,32 ± 1,19% pada CVD:NA (1:4), dan 72,56 ± 3,62% pada CVD:XG (1:4). Karakterisasi dilakukan terhadap dispersi padat CVD:NA (1:4). Penurunan intensitas dan pergeseran bilangan gelombang pada spektrum FTIR menunjukkan adanya interaksi antara CVD dan NA. Berkurangnya intensitas puncak endotermik pada termogram DSC menunjukkan keadaan amorf dari obat, dan hasil PXRD menunjukkan adanya penurunan kristalinitas obat. Dispersi padat terbukti dapat meningkatkan kelarutan dan profil disolusi dari CVD, hasil penelitian juga menunjukkan semakin banyaknya ikatan hidrogen yang terbentuk antara obat dengan polimer maka peningkatan kelarutan dan profil disolusi yang terjadi juga semakin meningkat.Item OPTIMASI EKSPRESI GEN PENGKODE PEPTIDA ANTIMIKROBA REKOMBINAN LL-37 (pJexpress411_LL37) PADA Escherichia coli BL21 (DE3)(2022-06-05) IKRIMA MADANIATUN NADIA; Tina Rostinawati; Sri Agung Fitri KusumaPeptida LL-37 merupakan peptida antimikroba kelompok cathelicidin yang diproduksi alami oleh sel epitel dan limfosit pada manusia. Sebagai peptida antimikrobial, LL-37 memiliki aktivitas beragam seperti antimikroba, antijamur, antivirus, antikanker dan dapat memodulasi sistem imun bawaan pada saat terjadi inflamasi. Untuk memperoleh peptida LL-37 rekombinan dalam jumlah optimal, ekspresi gen tersebut dapat dilakukan dengan teknologi DNA rekombinan yaitu mentransformasikan LL-37 hasil konstruksi plasmid pJexpress411 kedalam sel inang berupa Escherichia coli BL21 (DE3). Pada penelitian ini dilakukan optimasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekspresi protein rekombinan LL-37 dalam Escherichia coli BL21 (DE3) menggunakan Central Composite Design (CCD), sehingga diperoleh hasil ekspresi yang optimum. Faktor-faktor yang dioptimasi meliputi konsentrasi penginduksi (IPTG) dan waktu penginduksi menggunakan kombinasi sesuai rancangan CCD. Hasil optimasi ekspresi protein rekombinan LL-37 dievaluasi menggunakan karakterisasi protein SDS-PAGE, kemudian dikuantifikasi menggunakan software ImageJ. Data yang diperoleh dianalisis kembali secara statistika. Hasil penelitian ini diperoleh ekspresi gen pengkode peptida LL-37 yang optimal pada konsentrasi IPTG sebesar 1,3 mM selama 4 jam.Item Hubungan Gangguan Tidur Dengan Kejadian Depresi Pada Masyarakat Indonesia(2022-01-13) JIHAN NURUL THURFAH; Sofa Dewi Alfian; Irma Melyani PuspitasariGangguan tidur adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada jumlah, waktu tidur, dan kualitas tidur individu. Seseorang yang mengalami gangguan tidur mengalami gangguan mental seperti gangguan bipolar, gangguan kecemasan umum, dan terutama depresi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gangguan tidur dengan kejadian depresi pada masyarakat Indonesia yang disesuaikan (adjusted) dengan faktor sosiodemografi. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari The Indonesian Family Life Survey 5 (IFLS-5) tahun 2014. Data diambil dari codebook IFLS-5 sesuai dengan variabel yang diinginkan, kemudian diekstraksi menggunakan Stata dan dianalisis dengan analisis regresi logistik biner menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 26. Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu dengan gangguan tidur kategori berat memiliki risiko untuk mengalami depresi sebesar 28,38 kali (aOR = 17,697- 45,516); kategori sedang memiliki risiko sebesar 10,15 kali (aOR = 6,680-15,432); kategori ringan berisiko 2,97 kali (aOR = 1,828-4,838) dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki gangguan tidur. Status perkawinan kategori bercerai mempengaruhi secara signifikan kejadian depresi (p = 0,036). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat keparahan gangguan tidur pada masyarakat Indonesia, maka semakin berisiko untuk mengalami depresi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pentingnya meningkatkan kualitas tidur serta sebagai upaya preventif dari depresi.Item Hubungan Depresi dengan Multi Morbiditas pada Orang Dewasa di Indonesia(2022-01-13) IVANNY OLIVERA YULIYANTY SINAGA; Melisa Intan Barliana; Sofa Dewi AlfianKesehatan mental dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik seseorang. Permasalahan mental seperti depresi dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya lebih dari satu penyakit kronis (multi morbiditas). Tujuan dari studi ini adalah mengidentifikasi hubungan depresi dengan kejadian multi morbiditas setelah dikontrol variabel perancu pada masyarakat Indonesia. Studi ini merupakan cross sectional observasional dengan data yang diambil dari Indonesian Family Life Survey gelombang kelima (IFLS-5). Kriteria inklusi penelitian ini adalah memiliki data gejala depresi dan jumlah penyakit kronis yang diderita. Pengujian secara statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS Versi 26. Data yang didapatkan di analisis secara deskriptif dan kemudian dilakukan seleksi variabel perancu dilakukan menggunakan analisis univariat dengan signifikansi yang diukur dari nilai p-value 0,25 yang kemudian akan diinklusikan ke dalam uji multivariat. Variabel perancu ialah usia, status merokok, status pekerjaan, etnis, dan riwayat pendidikan. Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan metode regresi logistik backward elimination. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia dengan depresi memiliki lebih tinggi untuk menderita multi morbiditas bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami depresi.Item Pengembangan Metode Analisis Deksametason dalam Jamu di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor dengan Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis(2022-02-18) ADIRA RAHMAWATY; Rimadani Pratiwi; Aliya Nur HasanahBahan kimia obat (BKO) yang ditemukan dalam obat tradisional seperti jamu bertujuan untuk menambahkan serta mempercepat efek terapi yang dirasakan oleh para penggunanya. Salah satu contohnya adalah penambahan BKO deksametason dalam jamu pegal linu. Untuk mengetahui kandungan BKO deksametason dalam jamu tersebut dilakukan pengembangan metode analisis secara kuantitatif dengan reaksi pembentukan kompleks deksametason-hidroksilamin dengan fluoranil yang diukur dengan instrumen spektrofotometri UV-Vis yang kemudian hasilnya dibandingkan dengan metode standarnya yaitu Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Sampel jamu sebanyak 16 sampel diperoleh dari Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Hasil validasi spektrofotometri UV-Vis menunjukkan hasil yang baik dengan persamaan linear yang dibentuk dari konsentrasi 1-40 µg/mL yang menunjukkan nilai koefisien korelasi (R2) sebesar 0,9965, LOD dan LOQ sebesar 0,21 µg/mL dan 0,64 µg/mL, %recovery untuk konsentrasi 80%,100%, dan 120% secara berturut-turut yaitu 100,14%±0,58; 98,35%±1,19; dan 99,00%±1,18, serta %RSD sebesar 0,75%. Hasil analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis, dari 16 sampel sebanyak 6 sampel terkonfirmasi mengandung BKO deksametason dengan rentang kadar 7,44 – 21,61 µg/mL. Metode tersebut telah dibandingkan dengan KCKT dan hasilnya menunjukkan bahwa kadar yang diperoleh sesuai dengan metode standar dengan rentang simpangan sebesar 0,00 – 0,25. Berdasarkan hal tersebut, metode analisis ini dapat digunakan dan menjadi metode alternatif untuk analisis BKO deksametason dalam jamu.Item KUALITAS HIDUP PASIEN TERAPI WARFARIN MENGGUNAKAN DASS (DUKE ANTICOAGULANT SATISFACTION SCALE) DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. HASAN SADIKIN BANDUNG(2022-03-31) ADINDA NASWA PUTRI; Norisca Aliza Putriana; Dika Pramita DestianiWarfarin merupakan salah satu obat antikoagulan oral dengan indeks terapi sempit sehingga dosis yang dibutuhkan antar individu bervariasi. Selain itu dalam mengonsumsi warfarin harus memodifikasi gaya hidup seperti membatasi aktivitas, makan dan obat-obatan tertentu, karena hal tersebut meningkatkan resiko efek samping warfarin seperti pendarahan. Monitoring kualitas hidup pasien terapi warfarin dapat dilakukan dengan pengecekan nilai INR dan kuesioner tentang kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien yang menggunakan terapi warfarin di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dan hubungannya dengan faktor demografi. Penelitian diawali dengan validasi kuesioner Duke Anticoagulant Satisfaction Scale (DASS), pengisian kuesioner oleh responden dan analisis variabel yang signifikan menggunakan metode Chi-square untuk dilakukan analisis faktor risiko dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan kuesioner telah valid dan dari 88 responden sebanyak 52 orang memiliki skor 143,734. Dan didapatkan tingkat pendidikan rendah (OR = 4,916; 95% CI: 1,845 – 13,098), dan usia ≥ 52 tahun (OR = 3,161; 95% CI: 1,213 – 8,242) memiliki risiko lebih tinggi untuk mempunyai skor kualitas hidup 56,266 ≤ x ≤ 143,734.Item Pembuatan Indicator Strip Berbasis Polimer Polimetilmetakrilat (PMMA) dan Campuran Polimer Polistirena (PS) dan PMMA untuk Deteksi Pewarna Merah K3 pada Produk Kosmetik(2022-06-04) SYIFA AMANDA; Rimadani Pratiwi; Aliya Nur HasanahMerah K3 merupakan salah satu zat perwarna sintetik yang dilarang ditambahkan ke produk kosmetik seperti eyeshadow, lipstick, dan rouge sebab dapat memicu gangguan darah dan sarkoma limpa. Perkembangan metode analisis merah K3 terbatas pada instrumentasi seperti KLT, spektrofotometri UV-Vis, KCKT, NMR, dan LC/MS menjadi kendala ketika diaplikasikan di lapangan. Salah satu metode analisis kualitatif yang lebih sederhana, cepat, dan bersifat on site diwujudkan dalam indicator strip. Indicator strip yang dibuat berbasis polymethylmethacrylate (PMMA) dan campuran polystyrene (PS) dan PMMA untuk identifikasi merah K3. Pembuatan indicator strip berbasis PMMA dan campuran PS dan PMMA dilakukan menggunakan metode reagent blending dengan pereaksi spesifik asam sulfat (H2SO4) P, asam klorida (HCl) P, dan natrium hidroksida (NaOH) 10%. Prinsip deteksi merah K3 dengan indicator strip adalah terjadinya reaksi perubahan warna spesifik. PMMA dibuat dalam konsentrasi 5% dan campuran PS:PMMA 1:2, 1:3, dan 1:4 dengan perbandingan antara pelarut dan pereaksi spesifik 60:40, 80:20, dan 90:10. Indicator strip berbasis PMMA 5% terbaik yang diperoleh antara lain PMMA-H2SO4 P (90:10), PMMA-HCl P (80:20), dan PMMA-NaOH 10% (60:40) dengan batas deteksi berturut-turut sebesar 20 ppm, 50 ppm, dan 20 ppm. Sementara indicator strip berbasis campuran PS:PMMA (1:4) terbaik yang diperoleh antara lain PS:PMMA-H2SO4 P (90:10), PS:PMMA-HCl P (80:20), dan PS:PMMA-NaOH 10% (60:40) dengan batas deteksi berturut-turut sebesar 20 ppm, 10 ppm, dan 20 ppm. Seluruh indicator strip stabil hingga waktu 80 hari. Indicator strip dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam identifikasi merah K3 dalam produk kosmetik apabila dispike pada konsentrasi tertentu.Item HAMBATAN DAN FASILITAS IMPLEMENTASI PELAYANAN KEFARMASIAN KOMUNITAS UNTUK PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI KOTA BANDUNG(2022-05-27) HASNA SITI MUNIFAH ISMAN; Erna Herawati; Ivan Surya PradiptaMasih tingginya angka kesenjangan antara notifikasi kasus tuberkulosis (TB) terdiagnosis dan yang tidak terdiagnosis menunjukkan pentingnya partisipasi berbagai fasilitas swasta seperti apotek yang menjadi fasilitas pilihan pertama bagi pasien TB mendapatkan pengobatan gejalanya. Pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai hambatan dan fasilitas untuk dapat melibatkan apoteker di apotek dalam strategi perluasan pengendalian TB melalui fungsi 3M (mendeteksi kasus, memonitoring terapi, dan mengedukasi). Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dilakukan di wilayah Kota Bandung. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan FGD pada partisipan dari berbagai latar belakang. Seluruh hasil perekaman wawancara ditranskripsi dan dianalisis menggunakan bantuan software Atlas.ti 9. Wawancara dilakukan pada 15 partisipan dan diidentifikasi 18 hambatan yang diklasifikasikan dalam lima tema utama (faktor pedoman, pasien, individu tenaga kesehatan, interaksi antar profesional, insentif dan sumber daya) serta diidentifikasi enam fasilitas pendukung yang diklasifikasikan dalam dua tema utama (interaksi antar profesional serta insentif dan sumber daya). Terdapat grup komunikasi whatsapp, program KOPI TB, sistem rujukan fasilias swasta, sistem informasi SITB dan WIFI TB, serta SKP IAI yang dapat menjadi sarana pendukung pelaksanaan fungsi 3M ini. Hambatan dan fasilitas yang telah diidentifikasi dapat digunakan sebagai informasi dan panduan awal untuk melakukan intervensi lanjutan terkait pelibatan apoteker di apotek dalam program pengendalian tuberkulosis.Item ANALISIS SUB FRAKSI AKTIF (F.EA-C) PENGHAMBAT POLIMERISASI HEME DAUN MIANA (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br.) DENGAN METODE LIQUID CHROMATOGRAPHYTANDEM MASS SPECTROMETRY(2018) NABILA PUTRI AZZAHRA; Intan Timur Maisyarah; Ami TjitraresmiMalaria merupakan penyakit serius yang disebabkan oleh parasit Plasmodium sp. melalui vektor nyamuk Anopheles betina. Penyakit malaria masih menjadi permasalahan global dengan tingkat kematian cukup tinggi di dunia. Saat ini, telah ditemukan adanya kasus parasit Plasmodium sp. yang resisten terhadap obat-obatan antimalaria yang beredar. Daun miana (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br.) merupakan salah satu bahan tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk mengobati malaria. Saat ini informasi mengenai daun miana sebagai antimalaria masih sangat terbatas. Pada penelitan sebelumnya, sub fraksi C, D, E dari fraksi etil asetat daun miana memiliki aktivitas penghambatan polimerisasi heme secara in vitro. Polimerisasi heme merupakan mekanisme parasit Plasmodium dalam bertahan hidup di tubuh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam sub fraksi C dari fraksi etil asetat (F.EA-C) daun miana yang memiliki aktivitas penghambatan polimerisasi heme dengan menggunakan instrumentasi Liquid Chromatography-Tandem Mass Spectrometry (LC-MS/MS). Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengekstrasi simplisia daun miana dengan pelarut etanol 96%, lalu difraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, butanol, dan air. Fraksi etil asetat kemudian dipisahkan dengan metode kromatografi cair vakum menggunakan sistem pelarut n-heksan-etil asetat dan etil asetat-metanol dengan kepolaran bertingkat sehingga menghasilkan lima gabungan sub fraksi (F.EA-A hingga F.EA-E), kemudian F.EA-C dianalisis dengan metode LC-MS/MS. Hasil analisis F.EA-C dengan metode LC-MS/MS menunjukkan adanya lima metabolit sekunder yang diduga merupakan 3-O-β-galaktopiranosil kuersetin, kaemferol-3-O-β-D-glukopiranosid, rhein 8-glukosida, serta dua senyawa lain dengan rumus molekul C23H20O13 dan C23H29NO9.Item STRATEGI IMPLEMENTASI PELAYANAN KEFARMASIAN KOMUNITAS UNTUK PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI KOTA BANDUNG(2022-04-14) FAUZIA RAHMA CAHYANI; Ivan Surya Pradipta; Erna HerawatiPandemi COVID-19 menyebabkan terjadinya penurunan angka deteksi dan pelaporan kasus TB. Apotek sebagai tempat pertama ketika pasien mencari pengobatan berpotensi dalam melakukan pendeteksian kasus TB sehingga dapat menghindari terjadinya keterlambatan pengobatan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi strategi yang tepat dalam mengimplementasikan program PPM dengan keterlibatan farmasi komunitas dalam fungsi 3M (mendeteksi kasus TB, memonitoring terapi TB, dan mengedukasi masyarakat). Studi kualitatif dilakukan di Kota Bandung dengan partisipan dari berbagai latar belakang (apoteker di apotek, apoteker Puskesmas, pengelola program TB tingkat Puskesmas, dokter, dan organisasi profesi). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan FGD. Hasil wawancara ditranskripsikan dari rekaman audio dan visual lalu data dianalisis dengan bantuan software Atlas.ti 9 dan dilaporkan mengikuti kaidah COREQ-32. 15 partisipan telah diwawancara dengan melaporkan 18 strategi dari tujuh domain Flottorp, yaitu diperlukan pedoman pelaksanaan program, capacity building, pelatihan komunikasi, program terjadwal, ceklis skrining, telemedisin, formulir rujukan, sosialisasi program, menyediakan sistem informasi, SKP, ruang konseling, regulasi dan kontrak. Strategi-strategi yang ditemukan dalam penelitian ini dapat menjadi panduan bagi penentu kebijakan dalam membuat program PPM berbasis farmasi komunitasItem UJI IN SILICO METABOLIT SEKUNDER DAUN MIANA (Plectranthus scutellarioides (L) R.Rb) TERHADAP PLASMODIUM FALCIPARUM LACTATE DEHYDROGENASE SEBAGAI KANDIDAT ANTIMALARIA(2022-02-23) KIRKA DWI APRIALI; Ami Tjitraresmi; Ida MusfirohMalaria tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. Berdasarkan data WHO 2019, terdapat 299 juta kasus dengan 409 ribu kematian akibat malaria. Terjadinya strain Plasmodium falciparum yang resisten terhadap obat golongan klorokuin mengharuskan pencarian dan pengembangan target obat antimalaria. Enzim Plasmodium falciparum Lactate Dehydrogenase (PfLDH) merupakan enzim yang terlibat dalam langkah akhir glikolisis dan mengkatalisis interkonversi piruvat menjadi laktat yang selanjutnya terlibat dalam pembentukan NAD+ yang diperlukan untuk enzim glikolitik gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase dalam menghasilkan energi. Oleh karena itu enzim PfLDH merupakan target obat yang potensial untuk antimalaria yang menyebabkan kematian parasit Plasmodium falciparum karena bergantung pada enzim ini untuk produksi energi. Tumbuhan family Lamiaceae telah terbukti sebagai sumber tumbuhan yang memiliki aktivitas antimalaria. Sebagian besar senyawa yang terkandung adalah golongan terpenoid dan flavonoid. Oleh karena itu senyawa metabolit sekunder daun miana (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.) dikembangkan untuk kandidat antimalaria melalui kajian interaksinya terhadap enzim PfLDH. Penelitian dilakukan secara in silico melalui simulasi penambatan molekuler, analisis senyawa potensial menggunakan aturan Lipinski, dan prediksi ADMET berbasis ligan. Berdasarkan studi yang telah dilakukan pada 27 senyawa daun miana, diketahui bahwa senyawa torreyol memiliki interaksi yang paling baik terhadap reseptor PfLDH yang ditunjukkan dengan nilai energi ikatan (∆G) sebesar -6,58 kkal/mol dengan konstanta inhibisi 14,96 µM serta berinteraksi dengan residu asam amino kunci pada klorokuin yaitu GLU122, PHE52, VAL26, ALA98, ILE54, dan ILE119. Senyawa torreyol juga memiliki sifat fisikokimia yang baik dengan memenuhi aturan Lipinski dan memiliki profil ADMET yang paling baik dibandingkan senyawa lainnya.Item Implementasi Farmakoterapi dalam Penangan Kasus Hiperkalsiuria dan Hiperoksaluria: Tinjauan Pustaka(2022-01-20) LIKA GINANTI FEBRIANA; Jutti Levita; Sri Adi SumiwiHiperkalsiuria adalah suatu keadaan saat kadar kalsium dalam urin melebihi 275 mg/hari pada pria dan 250 mg/hari pada wanita. Hiperoksaluria adalah suatu keadaan saat kadar oksalat dalam urin melebihi 40 mg/hari. Keterkaitan berbagai kondisi patologis dan penyakit seperti nefrolitiasis maupun kerusakan tulang dengan hiperkalsiuria dan hiperoksaluria menyebabkan diperlukannya studi teoritis yang komprehensif untuk mendukung terapi. Kajian pustaka ini bertujuan untuk mengetahui hiperkalsiuria dan hiperoksaluria secara patofisiologi, kaitannya dengan mekanisme pembentukan batu kalsium oksalat, diagnosis, dan farmakoterapi. Selain itu, terdapat laporan kasus yang mendukung penyajian teori dalam praktik klinis. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian pustaka. Sumber pustaka yang digunakan pada penelitian ini ditelusuri melalui 2 basis data yaitu PubMed® dan Google Scholar. Patofisiologi hiperkalsiuria dan hiperoksaluria berhubungan dengan kelainan yang terjadi pada ginjal, usus, dan tulang. Hiperkalsiuria dan hiperoksaluria berhubungan dengan pembentukan batu kalsium oksalat. Diagnosis keduanya secaranya umum dapat dilakukan dengan pengukuran kadar kalsium dan oksalat dengan mengukur urin pada 24 jam, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Farmakoterapi hiperkalsiuria dan hiperoksaluria diberikan untuk meminimalisir dan memperbaiki gejala, seperti vitamin dan obat lainnya. Terdapat beberapa laporan kasus mengenai hiperkalsiuria dan hiperoksaluria dan penanganannya yang dapat menunjang praktik klinis.Item Analisis Hubungan Gejala Depresi Terhadap Risiko Penyakit Kardiovaskular pada Populasi Usia Menengah dan Usia Lanjut di Indonesia(2018) PUTRI GIRI RIZKI PERMATA; Sofa Dewi Alfian; Irma Melyani PuspitasariDepresi merupakan penyakit dengan pola prevalensi semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Namun kesadaran dan kepedulian terhadap gejala depresi masih rendah dan seringkali tidak terdeteksi. Sudah banyak penelitian di negara maju menunjukkan adanya hubungan depresi dengan penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan gejala depresi dengan kejadian penyakit kardiovaskular di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional menggunakan sumber data sekunder Indonesia Family Life Survey gelombang 5 (IFLS-5). Kriteria inklusi data subjek penelitian yaitu responden berusia ≥ 45 tahun, memiliki gejala depresi dengan skoring CESD-10, serta memiliki data terkait penyakit kardiovaskular. Untuk kriteria eksklusi berdasarkan responden yang tidak memiliki data lengkap. Analisis dilakukan berdasarkan total populasi, serta berdasarkan subkelompok usia menengah (45-60 tahun) dan usia lanjut (>60 tahun). Tahapan penelitian dimulai dengan analisis univariat, seleksi bivariate (p-value < 0,25) dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik dengan melaporkan nilai odds ratio (OR), 95% Confidence Interval (CI), dan p-value. Jumlah sampel penelitian yang diamati sebesar 9.049 orang, terdiri atas 6.436 usia menengah dan 2.613 usia lanjut. Hasil analisis menunjukkan gejala depresi memiliki hubungan yang signifikan dengan risiko kejadian kardiovaskular setelah dikoreksi dengan variabel perancu usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, obesitas, tingkat pendidikan, tempat tinggal ((OR) 1,56 [95% CI 1,18-2,05], p-value = 0,002). Berdasarkan analisis subkelompok usia didapatkan perbandingan bahwa gejala depresi hanya memiliki hubungan yang signifikan pada kelompok usia lanjut setelah dikoreksi dengan variabel perancu obesitas, tingkat pendidikan, tempat tinggal ((OR) 1,89 [95% CI 1,22-2,94], p-value = 0,005). Pada usia menengah tidak terdapat hubungan yang signifikan setelah dikoreksi dengan variabel perancu jenis kelamin, kebiasaan merokok, obesitas, tingkat pendidikan dengan nilai odds ratio (OR) 1,39 [95% CI 0,98-1,98], p-value = 0,063. Dapat disimpulkan gejala depresi meningkatkan risiko kejadian penyakit kardiovaskular. Pada subkelompok masing-masing usia, kelompok usia lanjut meningkatkan risiko kejadian penyakit kardiovaskular, sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan padakelompok usia menengah. Oleh karena itu, diperlukan skrining depresi pada kelompok usia lanjut untuk menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.Item FORMULASI GRANUL INSTAN KOMBINASI EKSTRAK PEGAGAN, JAHE MERAH, DAN TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE GRANULASI BASAH(2022-04-02) ADINDA PUTRI LESTARI; Raden Bayu Indradi; SriwidodoDi masa pandemi Covid-19 ini, masyarakat perlu menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh, agar terhindar dari paparan virus Covid-19. Salah satu upaya untuk mencegah terpaparnya Covid-19, yaitu dengan menjaga imunitas tubuh. Imunitas tubuh dapat dipertahankan melalui aktivitas imunomodulator. Kemenkes RI merekomendasikan beberapa tanaman yang berkhasiat sebagai imunomodulator, seperti pegagan, jahe merah, dan temulawak. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan granul yang memenuhi persyaratan evaluasi granul yang baik dan memiliki rasa yang diterima oleh pengguna. Ekstrak dibuat melalui metode maserasi dengan pelarut etanol 70%, dan sediaannya dibuat dengan metode granulasi basah yang terdiri dari 3 formula berbeda pada konsentrasi PVP sebagai bahan pengikat, dengan perbandingan F1:F2:F3 (2,5:3:3,5). Pengujian yang dilakukan terhadap ketiga formula meliputi uji laju alir, sudut diam, indeks kompresibilitas, kecepatan terdispersi, susut pengeringan, uji hedonik dan uji cemaran mikroba. Berdasarkan hasil penelitian, formula 1 memiliki laju alir sebesar 10,795 ± 0,812 g/s, sudut diam 28,577 ± 0,116o, nilai indeks kompresibilitas sebesar 8,321 ± 1,406%, kecepatan terdispersi 0,18 ± 0,007 g/s, dan susut pengeringan 4,619 ± 0,310%. Selain itu, formula 1 menjadi sediaan yang paling disukai oleh responden dari segi rasa berdasarkan hasil uji hedonik. Berdasarkan uji cemaran mikroba Angka Lempeng Total didapatkan hasil sebesar 2.905 cfu/g dan Angka Kapang Khamir sebesar 983 cfu/g, hal tersebut menunjukan keduanya memenuhi batas cemaran mikroba yang ditetapkan BPOM.