Browsing by Author "Murgayanti"
Now showing 1 - 13 of 13
Results Per Page
Sort Options
Item Inisiasi Tunas Stroberi (Fragaria ananassa Duch.) Klon BAT 1 dengan Pemberian Berbagai Jenis dani Konsentrasi Sitokinin Secara In Vitro(2022-09-02) PAULINE ELISABETH PORMAN; Murgayanti; Anne NurainiStroberi merupakan komoditas subtropis yang secara konvensional diperbanyak oleh biji dan runner. Perbanyakan secara konvensional menghasilkan bibit dengan waktu lama. Diperlukan perbanyakan in vitro secara signifikan dapat meningkatkan perbanyakan bibit skala besar. Tujuan penelitian untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi sitokinin yang memberikan pertumbuhan terbaik terhadap inisiasi tunas stroberi klon BAT 1 secara in vitro. Percobaan dilakukan di Lab. Kultur Jaringan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada Januari-April 2022. Eksplan menggunakan runner stroberi klon BAT 1 ukuran ±1,5cm. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 7 perlakuan dan 4 ulangan. Media yang digunakan Murashige and Skoog (MS) dengan jenis sitokinin Thidiazuron (TDZ) maupun 2-Isopentyl adenine (2-iP) konsentrasi 0; 0,50 ppm TDZ; 0,75 ppm TDZ; 1 ppm TDZ; 1 ppm 2-iP; 2 ppm 2-iP; 3 ppm 2-iP. Hasil percobaan menunjukkan pemberian berbagai jenis sitokinin dengan konsentrasi 0,50-1 ppm mampu memberikan pengaruh terhadap banyaknya jumlah tunas, jumlah daun, tinggi kultur, dan bobot basah kultur terhadap eksplan stroberi (Fragaria x ananassa Duch.) klon BAT 1 secara in vitro. Pemberian berbagai jenis sitokinin memberikan pengaruh paling baik dengan konsentrasi 1 ppm 2-iP jumlah tunas (5,24 tunas), 1 ppm 2-iP jumlah daun (5,90 helai) 1 ppm 2-iP tinggi kultur (2,23 cm) dan 0,50 ppm TDZ bobot basah kultur (1,36 g).Item Multiplikasi Tunas Dua Kultivar Ubijalar (Ipomea batatas L.) pada Beberapa Konsentrasi Meta-topolin Secara In Vitro(2014-10-20) KOINONI BRAHMANA; Murgayanti; Agung KaruniawanUbijalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan penting di Indonesia. Tanaman ini umumnya diperbanyak secara vegetatif menggunakan stek, namun perbanyakan menggunakan stek terus menerus akan menyebabkan penurunan hasil dalam jangka waktu tertentu, oleh karena itu perbanyakan secara in vitro perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu aspek yang berperan dalam keberhasilan kultur jaringan adalah zat pengatur tumbuh sitokinin diantaranya meta-topolin. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh konsentrasi meta-topolin yang sesuai untuk multiplikasi tunas dua kultivar ubijalar secara in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, pada bulan Maret sampai Juni 2014. Eksplan yang digunakan adalah nodus tunggal dari kultur in vitro ubijalar Awachy 5 dan Kokei 14. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah kultivar ubijalar dan faktor kedua adalah konsentrasi meta-topolin. Hasil percobaan menunjukkan terjadi interaksi antara kultivar ubijalar dengan konsentrasi meta-topolin untuk karakter jumlah tunas, jumlah daun dan jumlah akar. Konsentrasi meta-topolin 1,25 ppm menghasilkan jumlah tunas paling banyak pada ubijalar kultivar Awachy 5 dan Kokei 14 secara in vitro umur 12 MST yaitu 8 tunas/planlet dan 6,89 tunas/planlet.Item Multiplikasi Tunas Stroberi (Fragaria x ananassa Duch.) Klon BAT 1 dengan Pemberian Berbagai Konsentrasi Thidiazuron dan Kinetin secara In Vitro(2023-09-21) SYALSABILA SIGFREDA IMARA; Anne Nuraini; MurgayantiMultiplikasi tunas melalui teknik mikropropagasi secara in vitro memiliki kelebihan, yaitu dapat dihasilkan bibit berkualitas dengan jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat. Keberhasilkan teknik ini ditentukan oleh bahan tanam dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) serta konsentrasinya. Teknik ini memerlukan penambahan ZPT golongan sitokinin untuk menghasilkan tunas dalam jumlah yang banyak, seperti Thidiazuron (TDZ) dan Kinetin (Kin). Thidiazuron tahan degradasi serta memiliki aktivitas biologis yang tinggi sedangkan Kinetin sifatnya stabil dan harganya relatif terjangkau. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh serta menetapkan jenis dan konsentrasi sitokinin yang memberikan hasil terbaik dalam multiplikasi tunas stroberi klon BAT 1. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tujuh perlakuan yang diulang empat kali, yaitu: Kontrol (tanpa perlakuan); TDZ (0,50 ppm; 1,00 ppm; 1,50 ppm) dan Kin (0,50 ppm; 1,00 ppm; 1,50 ppm). Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa jumlah tunas dan daun terbaik dihasilkan dari eksplan dengan penambahan Kin 0,5 ppm. Penambahan sitokinin tidak berpengaruh nyata terhadap waktu muncul tunas dan bobot basah kultur. Perlakuan kontrol menghasilkan tinggi kultur yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan dengan penambahan sitokinin.Item Pematahan Dormansi Benih Kentang G2 (Solanum Tuberosum L.) Varietas Granola L pada Berbagai Konsentrasi BAP (6-Benzylaminopurine) dan Air Kelapa(2022-04-04) TALITHA DENANEER; Sumadi; MurgayantiPerbanyakan kentang umumnya dilakukan secara vegetatif dengan menggunakan ubi sebagai benih. Salah satu kendala pada budidaya tanaman kentang adalah keterbatasan bahan tanam akibat adanya dormansi pada benih yang cukup lama. Pematahan dormansi pada benih kentang dapat dipicu dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) salah satunya adalah sitokinin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa BAP dan air kelapa dapat mengatasi dormansi pada beberapa benih. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh konsentrasi BAP dan air kelapa terbaik untuk pematahan dormansi benih kentang G2 dan untuk mengkaji keefektifan air kelapa dibandingkan dengan sitokinin sintetik. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Konsentrasi BAP yang digunakan terdiri dari: 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm, 125 ppm. Air kelapa terdiri dari tiga konsentrasi: 25%, 50%, 75%, dan perlakuan kontrol sebagai pembanding. Parameter yang diamati diantaranya adalah waktu muncul tunas, jumlah tunas, panjang tunas, bobot tunas, dan persentase benih bertunas. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian BAP dan air kelapa berpengaruh nyata terhadap waktu muncul tunas, jumlah tunas, panjang tunas pada benih kentang, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap persentase benih bertunas. Pemberian BAP 75 ppm selama 1 jam mampu mematahkan dormansi benih kentang 29 hari lebih cepat dibandingkan tanpa perlakuan dan memberikan hasil panjang tunas dan bobot tunas. Pemberian ZPT alami air kelapa 75% menghasilkan jumlah tunas paling banyak dibandingkan perlakuan lainnya.Item Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Auksin terhadap Pertumbuhan Akar Tanaman Kunyit Putih (Kaempferia rotunda L.) secara In Vitro.(2024-01-12) DESI SANDRA ANDRIATI; Murgayanti; Erni SuminarInduksi akar merupakan salah satu faktor penting dalam kesuksesan kultur jaringan karena tahapan ini akan mempersiapkan tanaman dari kondisi in vitro untuk dipindahkan di lingkungan ex vitro. Induksi akar dapat dilakukan dengan penambahan auksin Indole Acetic Acid (IAA), Indole Butyric Acid (IBA), dan Napthalene Acetic Acid (NAA) dengan konsentrasi yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dan jenis auksin terbaik untuk induksi akar kunyit putih secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2023 di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 10 perlakuan dan 3 ulangan: Kontrol, IAA (1,0 mg/L, 2,0 mg/L, 3,0 mg/L), IBA (1,0 mg/L, 2,0 mg/L, 3,0 mg/L), dan NAA (1,0 mg/L, 2,0 mg/L, 3,0 mg/L). Analisis ragam yang digunakan untuk melihat efek statistik pengaplikasian auksin adalah Uji ANOVA dan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa auksin berpengaruh nyata terhadap waktu muncul akar, jumlah akar, panjang akar, tinggi planlet, dan bobot basah planlet. Perlakuan NAA memberikan hasil terbaik terhadap jumlah akar, panjang akar, dan bobot basah planlet, sementara perlakuan IBA memberikan hasil terbaik terhadap waktu muncul akar dan tinggi planlet. Perlakuan 3,0 mg/L NAA meningkatkan jumlah akar yang terbentuk hingga 7,67 buah, dan perlakuan 1,0 mg/L NAA meningkatkan panjang akar serta bobot basah planlet. Sedangkan, perlakuan 3,0 mg/L IBA mempercepat waktu munculnya akar hingga 3,00 HST dan meningkatkan tinggi planlet hingga 18,95 cm.Item PENGARUH KONSENTRASI 6-Benzyl Amino Purine TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS APIKAL TANAMAN RAMIE (Boehmeria nivea L. Gaud.) KLON LOKAL WONOSOBO SECARA IN VITRO(2021-09-15) ESTHER CHRISTY NATASYA HUTAJULU; Murgayanti; Anne NurainiEsther Christy Natasya Hutajulu. 2021. Pengaruh Konsentrasi 6-Benzyl Amino Purine terhadap Pertumbuhan Tunas Apikal Tanaman Ramie (Boehmeria nivea L. Gaud.) Klon Lokal Wonosobo Secara In Vitro. Dibimbing oleh Anne Nuraini dan Murgayanti. Ramie merupakan tanaman tahunan bermanfaat dan perlu dibudiayakan lebih luas namun terkendala oleh terbatasnya bibit dan lamanya waktu perbanyakan tanaman. Perbanyakan tanaman dengan cara konvensional membutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun. Cara alternatif yang dapat digunakan adalah dengan perbanyakan secara in vitro. Tujuan penelitian yaitu memperoleh konsentrasi 6-Benzyl Amino Purine (BAP) terbaik untuk pertumbuhan tunas ramie (Boehmeria nivea L. Gaud.) klon lokal wonosobo secara in vitro. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Ciparanje dan Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran yang berlangsung pada bulan Agustus 2020 - Juni 2021. Bahan tanam berasal dari tunas apikal yang berukuran ± 0.3-1.0 cm. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Media yang digunakan adalah Murashige and Skoog (MS) dengan penambahan jenis sitokinin 6-Benzyl Amino Purine (BAP) dengan konsentrasi 0; 0.5; 1; 1.5; 2; dan 2.5 ppm. Hasil percobaan menunjukkan terdapat pengaruh BAP dalam memacu dan merangsang pemunculan tunas, jumlah tunas, dan jumlah daun pada tunas apikal ramie secara in vitro. Pemberian 1.5 ppm BAP pada media MS memberikan pengaruh terbaik dalam menghasilkan jumlah tunas dan jumlah daun. Kata Kunci : 6-Benzil Amino Purin (BAP), Boehmeria nivea L. Gaud., tunas apikalItem Pengaruh Konsentrasi 6-Benzylaminopurine terhadap Induksi Tunas dari Eksplan Nodus Rami (Boehmeria nivea L.) Klon Lokal Wonosobo secara In Vitro(2021-08-18) EVA APRILIA; Anne Nuraini; MurgayantiBudidaya rami mengalami kendala dalam pengadaan rizom sebagai bahan tanamnya, karena membutuhkan waktu lama untuk produksi dan waktu penyimpanan rizom yang singkat. Perbanyakan secara kultur jaringan dapat menghasilkan bahan tanam dengan jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif singkat dan terbebas dari patogen. Keberhasilan dari perbanyakan rami secara in vitro dipengaruhi oleh konsentrasi sitokinin yang ditambahkan pada media kultur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi BAP yang memberikan pengaruh terbaik dalam menginduksi tunas nodus rami. Percobaan dilaksanakan pada bulan September 2020 - Juli 2021 di Kebun Percobaan Ciparanje dan Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. Bahan tanam yang digunakan adalah buku batang (nodus) rami yang berasal dari rami klon lokal Wonosobo berumur 1-2 bulan hasil penanaman di screen house. Media dasar yang digunakan adalah Murashige and Skoog (MS). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan yaitu konsentrasi Benzil Amino Purine (BAP) 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 3,0 mg/L yang diulang sebanyak 3 kali. Hasil percobaan menunjukkan pemberian BAP berpengaruh terhadap induksi tunas aksilar dilihat dari waktu kemunculan tunas dan jumlah daun. Pemberian BAP 0,5 mg/L ke dalam media MS berpotensi memberikan pengaruh terbaik dalam menginduksi tunas aksilar pada eksplan nodus rami klon lokal Wonosobo.Item Pengaruh Konsentrasi dan Lama Pencelupan IBA (Indole-3-butyric acid) Terhadap Planlet Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) Kultivar Kokei 14 pada Fase Aklimatisasi(2015-01-13) TEDDY PRAYOGA; Murgayanti; Agung KaruniawanUbi jalar pada umumnya diperbanyak dengan menggunakan stek pucuk dan stek batang. Perbanyakan tanaman ubi jalar menggunakan stek secara terus menerus dapat menurunkan hasil dan ketahanan terhadap penyakit. Oleh karena itu, perlu dilakukannya suatu upaya untuk menghasilkan bibit yang memiliki kualitas baik melalui perbanyakan secara in vitro dengan menggunakan metode kultur jaringan. Fase paling kritis pada kultur jaringan merupakan aklimatisasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh konsentrasi dan waktu pencelupan IBA (indole-3- butyric acid) yang tepat untuk pertumbuhan planlet ubi jalar kultivar Kokei 14. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Ruang Aklimatisasi Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, pada bulan April sampai Agustus 2014. Planlet yang digunakan diperbanyak secara in vitro pada media MS0. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi IBA (0 ppm; 50 ppm; 100 ppm; 150 ppm; 200 ppm) dan faktor kedua adalah lama pencelupan (15 detik; 30 detik; 60 detik). Hasil percobaan menunjukkan terjadi interaksi antara konsentrasi IBA dengan lama waktu pencelupan. Konsentrasi IBA 50 ppm dengan waktu pencelupan 60 detik paling optimal dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar dan jumlah akar planlet ubi jalar kultivar Kokei 14 pada fase aklimatisasi.Item pertumbuhan dan perkembangan kalus ubi jalar (ipomea batatas L.) aksesi 219 pada beberapa konsentrasi 2,4 - D dan Thidiazuron(2014-04-22) DONA APRILYANA; Murgayanti; Denny Sobardini SobarnaABSTRAK Dona Aprilyana. 2014. Pertumbuhan dan Perkembangan Kalus Ubi Jalar (Ipomoea batatas L. Lam) Aksesi 219 dengan Pemberian Beberapa Konsentrasi 2,4-D dan Thidiazuron. Dibawah bimbingan Murgayanti, SP., MP. dan Erni Suminar, SP., M.Si. Ubi jalar (Ipomoea batatas L. Lam) merupakan salah satu bahan pangan yang dimanfaatkan sebagai bahan yang kaya akan zat tepung. Ubi jalar juga sebagai sumber serat pangan yang dapat menyerap kolesterol dan sumber β karoten yang baik untuk kesehatan mata. Untuk mengimbangi tingkat permintaan, perlu dilakukan kegiatan perbanyakan secara cepat, salah satu upayanya adalah dengan kultur in vitro melalui perbanyakan embrio somatik sehingga dapat dihasilkan bibit dalam jumlah yang banyak dan digunakan untuk program perbaikan tanaman Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi terbaik dari 2,4-D dan thidiazuron. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial, yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah 2,4-D dengan konsentrasi 0,1 mg L-1 (a1), 0,2 mg L-1 (a2), 0,3 mg L-1 (a3), 0,4 mg L-1 (a4) dan 0,5 mg L-1 (a5), faktor kedua adalah thidiazuron (TDZ) dengan konsentrasi 0,1 mg L-1 (s1) dan 0,5 mg L-1 (s5). Pengamatan dilakukan terhadap peubah persentase terbentuknya kalus (%), waktu muncul kalus (HST), diameter kalus (mm), warna kalus, tekstur kalus, bobot segar kalus (g) dan mikroskopis kalus. Peubah waktu muncul, diameter dan bobot segar kalus dianalisis menggunakan ANOVA two-way, sedangkan persentase terbentuknya kalus (%), warna dan tekstur kalus dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 2,4-D dan TDZ serta interaksi antara kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap bobot segar kalus asal eksplan daun ubi jalar aksesi 219. Perlakuan kombinasi konsentrasi 0,4 mg L-1 2,4-D + 0,1 mg L-1 TDZ merupakan kombinasi ZPT yang paling optimal terhadap peubah bobot segar kalus yaitu 1,66 g waktu muncul kalus yaitu 11 HST terdapat pada 2,4-D 0,1 mg L-1 + TDZ 0,1 mg L-1. Pengamatan terhadap warna dan tekstur kalus menunjukkan kalus berwarna putih, hijau dan kuning, serta bertekstur kompak pada keseluruhan perlakuan.Item Pertumbuhan dan Perkembangan Kalus Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) pada Berbagai Konsentrasi Kasein Hidrolisat dan Air Kelapa secara In Vitro(2015-10-19) SHERLY; Murgayanti; Anne NurainiDi Indonesia ubi jalar umumnya diperbanyak melalui stek, baik stek batang maupun stek pucuk. Perbanyakan melalui stek yang dilakukan terus-menerus akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas hasil dan adanya kemungkinan stek terserang penyakit, maka dilakukan upaya lain dalam penyediaan bibit ubi jalar yaitu dengan teknik kultur jaringan atau in vitro. Penelitian ini bertujuan memperoleh konsentrasi kasein hidrolisat dan air kelapa yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan kalus ubi jalar Awachy 5. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, pada bulan Januari-Juni 2015. Eksplan yang digunakan adalah daun dari kultur in vitro ubi jalar Awachy 5. Rancangan percobaan yang digunakan digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial. Faktor pertama yaitu konsentrasi kasein hidrolisat (100 mg L̄ˡ, 200 mg L̄ˡ, 300 mg L̄ˡ) dan faktor kedua konsentrasi air kelapa (50 ml L̄ˡ, 100 ml L̄ˡ, 150 ml L̄ˡ). Hasil percobaan menunjukkan adanya interaksi antara konsentrasi kasein hidrolisat dengan konsentrasi air kelapa. Konsentrasi 150 ml L-1 air kelapa dengan 200 mg L-1 kasein hidrolisat memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap penambahan ukuran kalus.Item Pertumbuhan dan Regenerasi Kalus Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L) Lam) secara In Vitro(2015-10-19) ANA MARTIA FITRIANI; Murgayanti; SumadiPerbanyakan tanaman ubi jalar menggunakan stek secara terus menerus dapat menurunkan hasil dan ketahanan terhadap penyakit. Oleh karena itu dilakukan suatu upaya untuk menghasilkan bibit yang memiliki kualitas baik dengan kultur jaringan melalui embriogenesis tidak langsung (diawali dengan pembentukan kalus). Terbentuknya kalus embriogenik didukung oleh penambahan zat pengatur tumbuh dan poliamina ke dalam media. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi 2,4-D dan putresin yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan kalus ubi jalar varietas Awachy 5. Percobaan dilakukan pada bulan April hingga Juli 2015 di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Percobaan terdiri dari dua tahap yaitu, induksi kalus embriogenik dan regenerasi kalus. Rancangan percobaan pada induksi kalus embriogenik adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola Faktorial yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi 2,4-D (0,4 mg L-1, 0,8 mg L-1 dan 1,2 mg L-1). Faktor kedua adalah konsentrasi putresin (100 mg L-1, 200 mg L-1 dan 300 mg L-1). Rancangan percobaan pada regenerasi kalus adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 9 perlakuan asal kalus. Hasil perobaan menunjukan tidak terdapat interaksi antara konsentrasi 2,4-D dan putresin dalam menunjang pertumbuhan dan regenerasi kalus ubi jalar. Penggunaan 2,4-D dengan konsentrasi 0,4 mg L-1 berpengaruh terhadap bobot kalus dan ukuran kalus. Penggunaan putresin tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah maupun ukuran kalus. Kalus yang dihasilkan dari media induksi belum bersifat embriogenik sehingga belum mampu beregenerasi ketika disubkultur pada media yang mengandung sitokinin. Regenerasi kalus ke media yang mengandung sitokinin menyebabkan beberapa perubahan pada kalus seperti perubahan warna yang didominasi oleh warna kuning dan tekstur kalus yang cenderung kompak.Item Proliferasi Tunas dan Optimasi Pertumbuhan Planlet Temu Putih (Curcuma zedoaria) dengan Zat Pengatur Tumbuh Thidiazuron dan Giberelin(2021-08-16) FENNY DEWI NUROKTAVIANTI; Murgayanti; Anne NurainiTemu putih (Curcuma zedoaria) merupakan tanaman herbal yang memiliki potensi untuk mengobati berbagai penyakit seperti kanker dan tumor. Saat ini hampir 94% bahan baku obat tradisional berasal dari dalam negeri, namun penyediaan bahan baku industri obat tradisional masih terbatas. Teknik kultur jaringan dapat digunakan sebagai alternatif untuk produksi bibit dalam waktu yang singkat dengan jumlah yang banyak. Thidiazuron memiliki potensi memacu pembelahan sel secara cepat pada sel yang bersifat meristematik sehingga dapat meningkatkan multiplikasi tunas. Penggunakan TDZ dengan konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan tunas kerdil, dan pertumbuhan terhambat, sedangkan GA3 sering digunakan dalam kultur jaringan untuk pemanjangan tunas. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh serta memperoleh konsentrasi terbaik TDZ dan GA3 terhadap pertumbuhan temu putih. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, yang dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 13 perlakuan yaitu planlet dari media TDZ (0 ppm; 0.3 ppm; 0.6 ppm; 0.9 ppm) yang berumur 6 MST disubkultur pada masing-masing konsentrasi GA3 ( 0.50 ppm;1 ppm;1.5 ppm) untuk optimasi pertumbuhannya. Hasil penelitian menunjukkan penambahan Zat Pengatur Tumbuh TDZ berbagai konsentrasi memberikan pengaruh terhadap jumlah tunas, jumlah akar, jumlah daun, dan tinggi planlet, sedangkan penambahan GA3 pada berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan planlet baik pada jumlah tunas, jumlah akar, tinggi planlet, panjang akar, bobot segar planlet serta kandungan klorofil total. Penambahan 0.3 ppm TDZ yang kemudian disubkultur pada media 1 ppm GA3 memberikan pengaruh terbaik dalam proliferasi tunas dan optimasi pertumbuhan planlet yaitu pada komponen pertumbuhan jumlah tunas, jumlah akar, tinggi planlet, dan panjang akar.Item Regenerasi Kalus Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) Kultivar Queen dengan Berbagai Konsentrasi Auksin dan Sitokinin Secara In Vitro(2021-04-14) ANGGUN PRIHATIN WANDANIAWATI; Anne Nuraini; MurgayantiAnggun Prihatin Wandaniawati, 2021. Regenerasi Kalus Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) Kultivar Queen dengan Berbagai Konsentrasi Auksin dan Jenis Sitokinin Secara In Vitro. Dibimbing oleh Murgayanti dan Anne Nuraini. Solusi untuk penyediaan bibit nanas cv. Queen dalam jumlah besar dengan waktu relatif singkat adalah perbanyakan secara in vitro melalui kultur kalus. Regenerasi kalus secara in vitro bergantung pada konsentrasi auksin dan sitokinin yang ditambahkan pada media kultur. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi auksin dan jenis sitokinin terbaik yang mendukung regenerasi dan pertumbuhan tunas pada kalus nanas cv. Queen secara in vitro. Percobaan dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2020 di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Bahan tanam yaitu kalus yang berukuran ±0.3 cm. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 13 perlakuan dan diulang tiga kali. Media yang digunakan adalah Murashige and Skoog (MS) dengan penambahan auksin Naphthalene Acetic Acid (NAA) konsentrasi 0.1; 0.2; 0.3 mg.L-1 dan sitokinin Benzyl Amino Purin (BAP) serta Kinetin konsentrasi 1.0; 1.5 mg.L-1. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kombinasi 0.1 mg.L-1 NAA + 1.0 mg.L-1 Kinetin cenderung memberikan pengaruh terbaik terhadap regenerasi dan pertumbuhan tunas nanas cv. Queen.