Biologi (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Biologi (S2) by Title
Now showing 1 - 20 of 39
Results Per Page
Sort Options
Item Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Aksi Fraksi Ekstrak Daun Bakau Merah (Rhizophora stylosa Griff.) terhadap Klebsiella pneumoniae ATCC 700603(2023-08-08) KARINA KALASUBA; Mia Miranti Rustama; Sri Rejeki RahayuningsihKlebsiella pneumoniae merupakan bakteri multi drug resistant (MDR) penyebab berbagai penyakit pada manusia, termasuk pneumonia. Untuk menangani bakteri MDR ini, diperlukan terapi alternatif dari senyawa bioaktif tumbuhan. Rhizophora stylosa Griff secara tradisional telah dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan dan diketahui mengandung senyawa bioaktif dengan sifat antibakteri. Meskipun menawarkan potensi besar, penelaahan senyawa bioaktif R. stylosa masih dalam tahap awal. Dengan demikian, teknik ekstraksi maserasi dan teknik pemisahan senyawa dengan ekstraksi cair-cair digunakan untuk mengekstraksi senyawa bioaktif dari daun R. stylosa. Aktivitas antibakteri dari fraksi juga dievaluasi terhadap K. pneumoniae ATCC 700603 menggunakan difusi sumuran dan pengukuran kebocoran komponen sel. Penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi n- heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi aqueous daun R. stylosa menghambat pertumbuhan K. pneumoniae secara sedang, nilai MIC 60% pada fraksi n-heksana, nilai MIC 40% pada fraksi etil asetat dan fraksi aqueous. Efek ini sejalan dengan adanya penghambatan sintesis protein dan asam nukleat, seperti yang ditunjukkan oleh pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer UV-Vis terhadap pelepasan bahan sel pada 260 dan 280 nm. Selain itu, mikrograf elektron sel K. pneumoniae yang diperlakukan dengan fraksi aqueous daun R. stylosa menegaskan bahwa fraksi tersebut merusak formasi sel. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi aqueous daun R. stylosa memiliki potensi untuk bertahan dalam penelitian tambahan untuk menentukan senyawa bioaktif yang berkontribusi terhadap aktivitas antibakteri, serta serangkaian uji aktivitas dan toksisitas.Item AKTIVITAS ANTIFUNGI DARI EKSTRAK ETIL ASETAT METABOLIT Penicillium citrinum TERHADAP JAMUR PATOGEN PADA TANAMAN RAMI(2022-10-26) KARTIKA SARI; Vira Kusuma Dewi; Asri Peni WulandariJamur patogen pada tanaman merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. Jamur endofit Penicillium citrinum menghasilkan metabolit sekunder aktif yang jauh lebih beragam dan terkenal dengan produksi metabolit mikotoksin. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi senyawa metabolit yang terdapat pada ekstrak etil asetat Penicillium citrinum serta uji aktivitas antifungi terhadap jamur patogen rami yaitu Fusarium spp dan Clonostachys rosea. Identifikasi senyawa metabolit dilakukan menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS). Uji antifungi dilakukan meggunakan metode difusi sumuran serta ditentukan nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC50) dan Minimum Fungicidal Concentration (MFC) menggunakan metode dilusi cair mikrodilusi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 7 senyawa dominan pada ekstrak etil asetat. Uji aktivitas antifungi menunjukkan ekstrak etil asetat Penicillium citrinum memiliki aktivitas yang kuat pada konsentrasi ekstrak 20%, 40%,60%,80%, dan 100%. Aktivitas sangat kuat ditunjukkan pada konsentrasi 100% dengan zona hambat terhadap Fusarium solani isolat 3248941, Fusarium solani isolat Colpat-359, Fusarium oxysporum isolat N-61-2, dan Clonostachys rosea strain B3042 masing – masing sebesar 30.57 ± 2.13, 29.05 ± 1.61, 29.80 ± 0.34, 31.46 ± 0.57 mm. Nilai MIC50 terkecil diperoleh pada penghambatan ekstrak etil asetat terhadap F. solani 3248941 dan C. rosea strain B3042 yaitu sebesar 6.3 mg/mL. Ekstrak etil asetat P. citrinum menujukkan aktivitas antifungi yang sangat kuat yang dapat menghambat pertumbuhan jamur patogen tanaman rami.Item AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swing.) DALAM PENGHAMBATAN BROWNING PADA KULTUR IN VITRO PISANG KEPOK (Musa paradisiaca L. var. Kepok Tanjung)(2020-10-13) NANDANG PERMADI; Euis Julaeha; Mohamad NurzamanPisang kepok (M. paradisiaca L. var. Kepok Tanjung) merupakan jenis pisang olahan yang banyak dikonsumsi masyarakat. Salah satu alternatif penyediaan bibit pisang kepok yang populer pada saat ini adalah teknik kultur in vitro. Namun, respon browning pada eksplan yang disebabkan oleh enzim polifenol oksidase (PPO) menjadi masalah utama yang sering terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak kulit Citrus aurantifolia dalam penghambatan browning eksplan pisang kepok tahap inisiasi tunas secara in vitro pada media Murashige and Skoog (MS). Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan desain Rancangan Acak Lengkap menggunakan faktor tunggal, yaitu antioksidan ekstrak kulit C. aurantifolia dengan taraf konsentrasi 0, 100, 200, 300, 400, dan 500 ppm; 100 ppm asam askorbat, dan 100 ppm polivinil pirolidon (PVP) sebagai kontrol positif. Parameter yang diamati adalah indeks browning dan aktivitas enzim PPO. Ekstrak kulit C. aurantifolia diperoleh dengan maserasi residu kulit C. aurantifolia menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan etanol yang kemudian ditambahkan ke dalam media kultur. Konsentrasi penghambatan 50% (IC50) ditetapkan dengan metode 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) dan aktivitas enzim PPO ditetapkan dengan menggunakan substrat katekol yang diukur dengan spektrofotometer UV-vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat kulit C. aurantifolia mulai hari ke-6 pada konsentrasi 300 ppm dapat menghambat terjadinya oksidasi. Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya nilai indeks browning. Pada konsentrasi yang sama, aktivitas antioksidan paling tinggi terlihat mulai hari ke-9 dengan aktivitas enzim PPO sebesar 80,261 U/mL.Item ANALISIS STATUS TROFIK DAN INDEKS KUALITAS PERAIRAN DI KAWASAN RESTORASI MANGROVE PROVINSI JAWA BARAT(2022-04-06) RAMDAN NURDIANA; Yudi Nurul Ihsan; Tri Dewi Kusumaningrum PribadiHutan mangrove merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang memiliki fungsi sosial, ekonomi, dan ekologis bagi lingkungan di sekitarnya, namun sering mengalami tekanan akibat kegiatan antropogenik. Degradasi hutan mangrove secara signifikan terjadi karena adanya alih fungsi menjadi kawasan industri, pemukiman, perikanan, dan pariwisata. Upaya restorasi dilakukan untuk memperbaiki kawasan dalam upaya mengembalikan fungsi ekologis. Pendekatan kualitas perairan sebagai indikator keberhasilan restorasi mangrove perlu dilakukan untuk melihat tingkat layanan ekosistemnya. Penelitian bersifat eksploratif ini bertujuan untuk mengetahui tingkat trofik dan indeks kualitas perairan serta korelasinya dengan faktor lingkungan. Pengamatan dilakukan di dua lokasi yang merupakan kawasan hutan mangrove di wilayah pantai utara dan selatan Jawa Barat. Daerah pengambilan sampel air pada masing-masing lokasi penelitian terdiri dari 3 titik sampling. Nilai produktivitas primer diukur dengan metode botol oksigen gelap-terang. Faktor fisika kimia perairan yang diukur terdiri dari hasil obervasi langsung dan analisis laboratorium. Perhitungan status trofik dan indeks kualitas perairan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai data parameter lingkungan yang dihubungkan dengan standar baku perairan untuk peruntukannya. Hasil analisis diperoleh status trofik di kedua lokasi cenderung termasuk eutrofik dengan indeks kualitas perairan termasuk kategori kotor dengan nilai di kisaran 25-50.Item DETEKSI MARKA MAJOR HISTOCOMPATIBILITY COMPLEX II (MHC II) PADA IKAN GURAMI (Osphronemus goramy) STRAIN JAMBI DAN KALIMANTAN TAHAN PENYAKIT MOTILE AEROMONAD SEPTICAEMIA (MAS)(2021-08-30) RITA FEBRIANTI; Keukeu Kaniawati Rosada; Tidak ada Data DosenPenyakit Motile Aeromonad Septicaemia (MAS), yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila dapat mengakibatkan kematian massal hingga 100%. Deteksi marka molekuler yang terkait dengan sifat ketahanan terhadap penyakit dapat digunakan sebagai dasar seleksi sifat ketahanan penyakit. Salah satu gen yang potensial sebagai marka resistensi adalah major histocompability complex (MHC). Keberadaan gen MHC kelas II pada benih ikan gurami strain jambi dan kalimantan belum pernah dilaporkan, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mendeteksi keberadaan gen pengkode protein MHC, khususnya gen MHC kelas II. Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu: tahap persiapan dan tahap penelitian. Tahap persiapan terdiri dari: persiapan ikan uji, yaitu ikan gurami jambi (GJ) dan gurami kalimantan (GK), dan penyiapan bakteri A. hydrophila (karakterisasi bakteri, uji postulat Koch, dan LD50). Tahap penelitian meliputi uji tantang ikan gurami terhadap A. hydrophila, analisis parameter utama dan parameter pendukung. Uji tantang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan enpat perlakuan dan tujuh ulangan, yaitu Ikan gurami jambi diinjeksi phosphate buffer saline (PBS) (KJ), gurami kalimantan diinjeksi PBS (KK), gurami strain jambi dinjeksi A. hydrophila (GJ), dan strain kalimantan diinjeksi A. hydrophila (GK). Pada tahap persiapan, diperoleh LD50 bakteri A hydrophila pada strain GJ dan GK berturut-turut sebesar 3,2×105 CFU/mL dan 0,97×105 CFU/mL. Sementara itu, tingkat kematian ikan uji menunjukkan perbedaan nyata antara ikan gurami kontrol dengan ikan gurami strain GJ dan GK. Data tingkat kematian ikan dan intensitas gejala klinis menunjukkan bahwa populasi GJ lebih resisten terhadap A. hydrophila dibandingkan populasi GK. Gambaran darah ikan, meliputi total sel darah merah, total sel darah putih, kadar hemoglobin, dan kadar hematokrit, menunjukkan perbedaan nyata antara ikan yang diinjeksi bakteri dengan yang diinjeksi PBS, baik pada populasi GJ maupun GK. Analisis histopatologi organ utama ikan yang diinfeksi pathogen menunjukkan adanya kerusakan pada organ hati, ginjal, dan limpa, seperti nekrosis, kongesti, vakuolisasi, edema, dan hemoragi. Gen MHC II terdeteksi kedua strain uji (GJ dan GK), baik ikan yang tahan maupun yang rentan pascainfeksi. Namun demikian, terdapat perbedaan hasil amplifikasi gen MHC II dari ikan yang rentan dengan ikan yang tahan, yaitu terdeteksinya dua fragmen DNA sepanjang sekitar 400 pb dan 585 bp pada ikan yang tahan dan hanya satu fragmen DNA (400 bp) pada ikan yang rentan. Oleh karena itu, fragmen gen MHC II berukuran sekitar 585 bp dapat dijadikan kandidat marka molekuler spesifik untuk mendapatkan ikan GJ dan GK yang tahan terhadap infeksi bakteri A. hydrophila.Item EFEK FORMULASI ENKAPSULASI SPORA Metarhizium anisopliae DENGAN ZEOLIT DAN TALK NANOPARTIKEL TERHADAP MORTALITAS DAN WAKTU KEMATIAN LARVA Crocidolomia pavonana(2022-06-10) NAWIR ILHAMI; Mia Miranti Rustama; Wawan HermawanAplikasi spora jamur Metarhizium anisopliae secara langsung di lapangan untuk pengendalian serangga hama Crocidolomia pavonana kurang efektif, karena spora jamur sangat rentan terhadap paparan sinar UV dari cahaya matahari. Pada penelitian ini teknik enkapsulasi spora jamur dengan zeolit dan talk nanopartikel telah dilakukan dan diuji kemampuannya terhadap mortalitas dan waktu kematian larva Crocidolomia pavonana. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan 4 ulangan. Faktor perlakuan yang diuji adalah formulasi spora Metarhizium anisopliae terenkapsulasi zeolit dan talk nanopartikel yang terdiri dari 6 taraf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enkapsulasi spora Metarhizium anisopliae dengan zeolit dan talk nanopartikel menyebabkan mortalitas larva dalam (24 jam) setelah diinfeksi, masing-masing sebesar 92,5 % dan 85 %. Enkapsulasi spora Metarhizium anisopliae dengan zeolit dan talk nanopartikel juga dapat mempercepat waktu kematian larva masing-masing selama rata-rata 1,075 dan 1,150 hari. Formulasi enkapsulasi spora jamur M. anisopliae dengan zeolit dan talk nanopartikel tetap berpengaruh terhadap mortalitas dan waktu kematian larva C. pavonana, dengan mortalitas tertinggi dan waktu kematian tercepat terjadi pada larva yang diinfeksi enkapsulasi spora jamur dengan zeolit nanopartikel.Item Efek Pemberian Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Sebagai Adjuvan Terhadap Kadar Besi dan Histologis Jantung Tikus (Rattus norvegicus) Jantan Model Besi Berlebih(2023-09-25) REZQITA PUTRI PITALOKA; Mas Rizky Anggun Adipurna Syamsunarno; Kartiawati AlipinIron overload atau besi berlebih dapat menyebabkan akumulasi zat besi pada organ termasuk jantung yang dapat berakhir pada kerusakan organ. Penggunaan kelator besi sintetis dapat menyebabkan efek samping apabila digunakan secara jangka panjang. Kayu secang (Caesalpinia sappan L.) mengandung senyawa flavonoid dan brazilin yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi dan pengelat zat besi sehingga berpotensi sebagai kelasi besi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh dosis efektif ekstrak etanol kayu secang (EEKS) sebagai adjuvan dalam menurunkan kadar besi pada jantung dan memperbaiki struktur histologis jantung. Penelitian dilakukan secara eksperimental yang terdiri atas tujuh perlakuan dengan lima ulangan yang terdiri dari kontrol normal (aquades), kontrol positif (iron dextran (ID)), pembanding (ID, deferiprone (DFP)), dan kelompok uji adjuvan (ID, DFP, dan EEKS dengan dosis 50, 100, 150, dan 200mg/kg BB/hari). ID diberikan secara intravena dengan dosis 15 mg/kg BB/hari sebanyak 4 kali selama 12 hari pertama dengan interval 3 hari sekali, sedangkan DFP dan EEKS diberikan secara oral setiap hari selama 28 hari setelah pemberian ID. Parameter yang diamati adalah kadar besi jantung dan histologis jantung. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar besi jantung sebesar 47%, luas besi jantung sebesar 88%, luas fibrosis sebesar 72%, dan perbaikan pada struktur histologis jantung pada perlakuan kombinasi EEKS 50 mg/kg BB dan DFP 1,8 mg/kg BB. Hal ini disebabkan oleh kemampuan kelasi besi, antioksidan, dan antiinflamasi yang dimiliki EEKS. Dapat disimpulkan bahwa dosis tersebut merupakan dosis efektif EEKS sebagai adjuvan.Item EFEKTIVITAS FORMULA NANOPARTIKEL ZEOLIT HaNPV1 TERHADAP MORTALITAS dan WAKTU KEMATIAN LARVA Crocidolomia pavonana Fab. (Leptidoptera: Pyralidae)(2020-11-19) IKHSAN GATOT AJI PRASETIO; Wawan Hermawan; Mia Miranti RustamaCrocidolomia pavonana merupakan hama utama tanaman kubis dan telah resisten terhadap insektisida sintetis. Agensia mikroba adalah salah satu alternatif pengendalian untuk mengatasi masalah resistensi hama. Nuclear Polyhedrosis Viruses (NPV) sebagai agensia microbial memiliki kendala faktor lingkungan seperti suhu dan paparan sinar ultra violet. Zeolit telah umum digunakan sebagai bahan pembawa untuk melindungi NPV. Dalam penelitian ini, zeolit direduksi menjadi partikel berukuran nano dengan metode milling beads dan diamati pengaruh konsentrasinya sebagai bahan pembawa Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Viruses (HearNPV) yang telah disubkultur terhadap mortalitas dan waktu kematian larva Crocidolomia pavonana. Formula menggunakan empat konsentrasi suspensi nanopartikel zeolit yaitu 0,5, 1, 1,5 dan 2%. Metode Rancangan Acak Kelompok diterapkan dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan penggunaaan nanopartikel zeolit dapat meningkatkan mortalitas dan peningkatan konsentrasi zeolit menyebabkan mempercepat waktu mematikan Crocidolomia pavonana instar 3. Dengan demikian, waktu mematikan tercepat adalah 1,2 hari (26 jam) dengan percobaan konsentrasi 2% yang jauh lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan tanpa nanopartikel zeolit 2,9 hari (57 jam). Peningkatan konsentrasi zeolit hingga 2% dalam sistem pengiriman untuk HearNPV meningkatkan kinerja pada waktu kematian dan mortalitas terhadap Crocidolomia pavonana. Disimpulkan bahwa nanopartikel zeolit sebagai sistem pengiriman ditingkatkan dan menciptakan sinergi dalam menginfeksi Crocidolomia pavonana.Item ETNOBOTANI DAN KONSERVASI KEBUN BAMBU DI DESA CIJAMBU TANJUNGSARI KABUPATEN SUMEDANG(2023-10-06) MUHAMMAD IHSAN; Johan Iskandar; Budi IrawanMasyarakat memiliki pengetahuan dalam memanfaatkan dan mengelola kebun bambu, manfaat bambu banyak dirasakan baik dari segi ekologis, ekonomi, dan sosial-budaya. Masyarakat di Desa Cijambu memanfaatkan bambu pada berbagai aspek di kehidupan sehari-hari. Namun dengan masuknya pertanian komersial menjadikan kebun bambu banyak diubah menjadi kebun dengan nilai ekonomi lebih tinggi seperti kebun sayur. Akibatnya Pengetahuan terhadap pemanfaatan dan pengelolaan kebun bambu menjadi berkurang dengan lebih banyak yang tertarik mengelola kebun sayur dari pada kebun bambu, konversi lahan kebun bambu menjadi kebun sayur juga menurunkan potensi bambu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi kebun bambu dan keanekaragaman jenis bambu, aspek etnobotani terkait pemanfaatan dan pengelolaan kebun bambu, serta aspek konservasi kebun bambu oleh masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran (mixed method) yang meliputi pengumpulan aspek agroekosistem, etnobotani, dan konservasi dengan teknik wawancara semi terstruktur bersama informan, dan wawancara terstruktur bersama responden. Pengumpulan data lapangan juga dilakukan dengan melihat langsung kebun bambu milik masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bambu ditanam di tiga lokasi; kebun bambu, sisi jalan, dan tebing. Total luasan kebun adalah 2,897 Bata atau 4,06 Ha. Terdapat enam jenis bambu menurut masyarakat: awi tali (Gigantochloa apus), awi gombong/surat (Gigantochloa verticillata), awi temen (Gigantochloa atter), awi bitung (Dendrocalamus asper), haur hejo (Bambusa vulgaris var. vulgaris), dan haur koneng (bambusa vulgaris var. striata). Nilai indeks keanekaragaman bambu sebesar 2,945 dengan kategori keanekaragaman sedang, jenis awi tali merupakan jenis bambu dengan nilai SDR tertinggi. Terdapat sebanyak 41 jenis pemanfaatan pada bambu yang meliputi 3 pemanfaatan secara ekologi, 32 pemanfaatan secara ekonomi, dan 6 pemanfaatan secara sosial-budaya. Indeks nilai guna (use value) tertinggi pada jenis awi tali (G. apus) dengan nilai 0,786 yang dikategorikan sebagai jenis mayor dengan manfaat besar bagi masyarakat. Kepemilikan kebun bambu dimiliki secara pribadi melalui pewarisan (98%) dan dibeli (2%) serta dikelola dengan pengetahuan dari orang tuanya. Masyarakat melakukan konservasi kebun bambu dengan mewariskan kebun secara turun temurun, menggunakan teknik penebangan tebang pilih untuk memperpanjang regenerasi bambu, dan memodifikasi kebun bambu dengan ditanami kopi untuk menambah penghasilan.Item Etnoekologi Pengelolaan Mina Padi di Desa Lampegan Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung(2020-11-13) IIK NURUL FATIMAH; Johan Iskandar; Ruhyat PartasasmitaPada masa lalu para petani di Jawa Barat, menggunakan ketersediaan air yang banyak di sawah untuk mempraktikan pengelolaan ekologi mina padi. Petani dalam pengelolaannya berlandaskan Traditional Ecological Knowledge (TEK) secara lekat budaya. Pengelolaan ekologi mina padi dengan menggunakan pengetahuan ekologi tradisional tersebut mengalami beberapa perubahan. Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan ini diantaranya adalah program revolusi hijau, lahan yang semakin sempit, ketersediaan air hingga terbatasnya penyebaran pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan mina padi. Studi ini dilaksanakan di Desa Lampegan Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung yang masih mempraktikan mina padi, pengelolaan yang dilakukan masih diadaptasi dengan kondisi ekologi lokal dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji sejarah ekologi mina padi, pengelolaan ekologi mina padi di Desa Lampegan dan manfaat mina padi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran yaitu kombinasi metode kualitatif dan metode kuantitatif dengan pendekatan etnoekologi. Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan observasi, wawancara semi terstruktur dan wawancara berstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan ekologi mina padi di Desa Lampegan terbagi menjadi dua periode yaitu periode sebelum revolusi hijau (1945-1980) dan periode setelah revolusi hijau (2019). Pada periode sebelum revolusi hijau (1945-1980) pengelolaan mina padi masih menggunakan unsur budaya dan sosial yang tinggi. Sedangkan pada periode setelah revolusi hijau (2019), pengelolaan sudah menggunakan penggunaan teknologi, dan input lebih banyak berasal dari pabrik. Masyarakat di desa Lampegan mendapatkan manfaat dari aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek sosial baik pada periode sebelum maupun sesudah revolusi hijau.Item Etnoprimatologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles, 1821) Di Kawasan Cagar Alam Bojonglarang Jayanti (Studi Kasus: Konflik Monyet Ekor Panjang dengan Masyarakat Desa Karangwangi Cianjur(2018-08-31) EGA OKTAVIANUS PUTRA; Ruhyat Partasasmita; Johan IskandarEtnoprimatologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles, 1821) Di Kawasan Cagar Alam Bojonglarang Jayanti (Studi Kasus: Konflik Monyet Ekor Panjang dengan Masyarakat Desa Karangwangi Kabupaten Cianjur Jawa Barat) Oleh : Ega Oktavianus Putra Pembimbing : Prof. Dr. Johan Iskandar, M.Sc., Dr. Ruhyat Partasasmita, M.Si ABSTRAK Perubahan dan gangguan habitat sering menimbulkan konflik antara hewan primata dengan manusia, seperti penjarahan hasil panen/crop raiding. Kondisi Cagar Alam Bojonglarang Jayanti yang berbatasan langsung dengan lahan pertanian dan pemukiman masyarakat Desa Karangwangi menyebabkan tingginyan potensi konflik monyet ekor panjang dengan masyarakat. Penurunan keanekaragaman hayati akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, konversi lahan dan sengketa wilayah dengan masyarakat sekitar kawasan Cagar Alam Bojonglarang Jayanti memicu dampak konflik yang lebih besar. Pemahaman yang komprehensif mengenai situasi konflik yang ada dan yang berpotensi akan muncul serta pengaruhnya baik untuk saat ini maupun dimasa mendatang, serta bagi manusia maupun primata, menjadi sangat penting. Hal ini membutuhkan pengintegrasian data kuantitatif dan kualitatif dari berbagai aspek perilaku dan ekologi manusia dan primata, ditambah dengan pemahaman yang baik mengenai persepsi masyarakat lokal terhadap situasi yang ada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed method research yang dilakukan secara konkuren dengan pendekatan etnoprimatologi. Metode kualitatif yaitu observasi langsung dan wawancara semistruktur yang dilakukan secara mendalam (deep interview). Metode kuantitatif dilakukan dengan wawancara terstruktur, kemudian digunakan pula metode concentration count untuk penghitungan populasi monyet ekor panjang. Hasilnya menunjukan bahwa masyarakat lokal Karangwangi mengetahui fungsi sosial, ekologi dan ekonomi monyet ekor panjang. Faktor utama penyebab konflik monyet ekor panjang dengan masyarakat Karangwangi yaitu karena kerusakan hutan di Cagar Alam Bojonglarang Jayanti. Nilai kerugian ekonomi hasil pertanian masyarakat akibat konflik sebesar Rp. 52.823,00 KK/Bulan. Kepadatan populasi monyet ekor panjang di kawasan Cagar Alam Bojonglarang Jayanti sebesar 15,1 ekor/km². Kata kunci : Etnoprimatologi, Monyet Ekor Panjang, crop raiding, Cagar Alam Bojonglarang JayantiItem EVALUASI PERFORMA BENIH IKAN PATIN PERKASA (Pangsianodon hypophthalmus) DAN BENIH IKAN PATIN PASUPATI (Pangasius sp.) TERHADAP CEKAMAN LINGKUNGAN PERAIRAN pH ASAM(2021-08-12) JADMIKO DARMAWAN WIDI PRASETIYA; Joni Haryadi D.; Tri Dewi Kusumaningrum PribadiPeningkatan produksi patin nasional dapat dilakukan melalui pengembangan budidaya ikan patin unggul di lahan gambut marginal. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh cekaman lingkungan perairan pH asam terhadap performa benih ikan patin perkasa dan patin pasupati. Penelitian dilakukan di Balai Riset Pemuliaan Ikan pada bulan Oktober 2020 hingga Februari 2021. Ikan uji adalah benih ikan patin perkasa dan patin pasupati dengan dua ukuran berbeda yaitu benih berukuran ±2 inci dan ±5 inci. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu uji pendahuluan dan uji performa. Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui metode penurunan pH dan ambang minimum pH untuk uji performa. Ikan uji ditebar pada bak fiber 30 liter sebanyak 10 ekor/wadah. Perlakuan terdiri dari lima taraf pH yaitu 3,0; 4,0; 5,0; 6,0; dan 7,0 dengan metode penurunan pH secara langsung dan bertahap melalui penambahan larutan asam klorida (HCl) 1 M. Uji performa dilakukan menggunakan bak fiber kotak 250 Liter, yang disekat menjadi 4 bagian. Padat penebaran untuk benih ±2 inci sebanyak 75 ekor/wadah, sedangkan benih ±5 inci sebanyak 15 ekor/wadah. Berdasarkan hasil uji pendahuluan, perlakuan uji performa terdiri dari empat taraf pH yaitu 4,0; 5,0; 6,0; dan 7,0 (kontrol) dengan metode penurunan pH secara bertahap. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan, kelangsungan hidup, kadar glukosa darah konversi pakan dan histologis jaringan insang. Hasil penelitian menunjukkan benih ikan patin perkasa berukuran ±2 inci memiliki pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup dan konversi pakan yang terbaik hingga taraf pH 4,0.Item EVALUASI REVEGETASI DI AREA EX-LONGSOR LAHAN MILIK PERHUTANI BLOK CIBITUNG PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT(2019-09-11) GALANG ARI PURNAMA; Ruhyat Partasasmita; Erri Noviar MegantaraGunung Bedil di Wilayah Gunung Malabar Pangalengan Jawa Barat merupakan salah satu hutan hujan tropis. Kerusakan hutan menyebabkan tanah menjadi labil dan tidak adanya penahan air saat musim hujan. Bencana longsor yang terjadi pada bulan Mei 2015 merupakan bencana cukup besar yang terjadi di area Hutan Gunung Bedil dan menutup Blok Cibitung Petak 71 dan 72 Perhutani. Luas area yang mengalami kerusakan yaitu 5,9 ha. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status revegetasi lahan ex-longsor yang telah dilakukan oleh Perhutani bekerja sama dengan Star Energy Geothermal Wayang Windu Limited (SEGWWL), mengevaluasi status revegetasi kaitannya dengan karakteristik lahan revegetasi dan memberikan rekomendasi perbaikan tanaman yang mengalami ketidaknormalan pertumbuhan. Kegiatan ini menitikberatkan pada daya tumbuh dan performa pertumbuhan tanaman hasil revegetasi pada tahun tanam 2015-2016 dengan jenis tanaman revegetasi yaitu Pinus merkusii Jungh & de Vriese. Metode pengumpulan data untuk menentukan status revegetasi yaitu pembuatan plot contoh untuk pengambilan data tanaman, dan data faktor yang mempengaruhi status revegetasi yaitu pengambilan sampel analisis tanah. Metode analisis data kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan nilai persentase tumbuh dan persentase kesehatan tanaman dan kualitatif untuk menentukan faktor yang mempengaruhi revegetasi dan menghaslkan rekomendasi. Berdasarkan data daya tumbuh dan performa tanaman, hasil penelitian menunjukan bahwa status revegetasi belum berhasil karena nilainya masih dibawah 80%.. Hasil perhitungan rata-rata persentase tumbuh dan persentase kesehatan tanaman dari pengamatan yang telah dilakukan masing-masing sebesar 59.75% dan 52.42%. Faktor dari kondisi ini adalah permeabilitas, porositas, bobot isi yang tidak sesuai dan kekahatan kimia tanah seperti pH yang asam, dan kekahatan beberapa unsur hara seperti N-Total, P, K, Ca, dan Mg yang tidak mendukung bagi pertumbuhan tanaman.Item FORMULASI RODENTISIDA NABATI BERBASIS UMBI GADUNG (Dioscorea hispida) TERHADAP KERUDAKAN ORGAN LAMBUNG, HATI DAN GINJAL TIKUS (Rattus norvegicus, Berkenhout 1769) JANTAN GALUR WIATAR(2023-06-14) ANDRE DIAN PERMANA; Yasmi Purnamasari Kuntana; Desak Made MaliniPengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan pemanfaatan senyawa bioaktif tumbuhan sebagai pestisida nabati. Sumber bioaktif yang dikaji potensinya sebagai pestisida nabati adalah umbi gadung (D. hispida). Tujuan penelitian ini adalah membuat formulasi berbasis umbi gadung (D. hispida) dalam merusak histologis lambung, hati dan ginjal tikus (R. norvegicus Berkenhout, 1769) jantan galur Wistar. Penelitian dilakukan secara eksperimental di laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan. Hewan uji yang digunakan adalah 25 ekor tikus jantan dengan rata-rata berat ±180 g (koefisien variasi 6,07%). Susunan perlakuan yang diberikan adalah KN (umpan blok tanpa umbi gadung), KP (umpan blok brodifakum), P1 (formula umpan + umbi gadung 30%), P2 (formula umpan + umbi gadung 50%) dan P3 (formula umpan + umbi gadung 70%). Perlakuan diberikan selama 4 hari berturut-turut. Pada hari ke-5, tikus disuntik ketamin dengan dosis 70 mg/kgBB dan dikorbankan dengan cara dislokasi leher. Organ diisolasi dan dibuat preparat histologis. Parameter yang diamati adalah struktur maskroskopis lambung, hati dan ginjal (warna, tekstur). Mikroskopis lambung (erosi mukosa, sel radang, vasodiltasi kapiler), hati (hepatosit, vena sentralis, sinusoid) dan ginjal (diameter glomerulus dan jarak ruang Bowman). Hasil penelitian menunjukkan adanya kerusakan makroskopis meliputi warna yang hitam dan tekstur kasar pada ketiga organ tersebut. Terjadi kerusakan mikroskopis lambung (erosi mukosa dan sel radang), hati (hepatosit nekrosis, vena sentralis melebar dan sinusoid menyempit tidak teratur), ginjal (glomerulus mengecil dan ruang bowman melebar). Kesimpulan dari penelitian ini adalah formula umpan umbi gadung 50% adalah formula paling efektif sebagai rodentisida nabati.Item IDENTIFIKASI SPESIES BERDASARKAN GEN 16S rRNA DAN EFEK IRADIASI BERKAS ELEKTRON PADA Spirulina sp.(2018-02-20) MICHELLE AZISTA NABILA CASANDRA; Annisa; Asri Peni WulandariKarakteristik isolate Spirulina sp. sebagai isolat kultur koleksi di Laboratorium Mikrobiologi, FMIPA-Unpad menunjukkan adanya ciri-ciri yang tidak konsisten dengan Spirulina secara umum, sehingga memerlukan konfirmasi spesies secara molekuler. Potensi Spirulina sp. tersebut dalam memproduksi antioksidan fikosianin perlu ditingkatkan untuk menghasilkan senyawa metabolit dengan strategi mutasi. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan nama spesies dari isolat Spirulina sp. , dan menghasilkan isolat mutan yang berpotensi sebagai produser fikosianin yang tinggi. Identifikasi dilakukan dengan direct sekuensing berdasarkan gen 16S rRNA, selanjutnya sekuen diunggah pada program Basic Local Alignment Search Tool (BLAST) untuk dianalisis tingkat kemiripannya dengan spesies-spesies Spirulina yang ada di data bank gen (NCBI). Hasil dari proses iradiasi berkas elektron pada dosis 160 kGy, 240 kGy, dan 320 kGy diamati untuk parameter pola pertumbuhan dan produksi fikosianin. Seleksi isolat unggulan yang selanjutnya disebut sebagai Spirulina strain AM-M1 diobservasi berdasarkan karakter morfologi, pola pertumbuhan, dan produksi fikosianin. Iradiasi berkas elektron menunjukkan 240 kGy sebagai dosis yang efektif merubah morfologi sel yang lurus menjadi spiral, meningkatkan pola pertumbuhan, dan meningkatkan produksi fikosianin dari Spirulina sp.Item ISOLASI METABOLIT SEKUNDER HASIL FERMENTASI Cladosporium sp. EN-S01 DAN UJI SITOTOKSISITASNYA TERHADAP LINI SEL KANKER PAYUDARA MCF-7(2018-10-01) RR INDRY NOVIARIN EXAMINATI; Asri Peni Wulandari; Desi Harneti Putri HuspaKanker payudara adalah kanker yang umum diderita wanita dan merupakan kelompok penyakit yang menempati peringkat kedua penyebab kematian setelah penyakit jantung. Cladosporium sp. EN-S01 merupakan fungus endofitik makroalgae Sargassum cineureum. Telah dilaporkan bahwa ekstrak kasar hasil fermentasinya menunjukkan adanya potensi aktivitas antikanker MCF-7. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi dan karakterisasi senyawa hasil fermentasi Cladosporium sp. EN-S01, serta mengevaluasi aktivitas antikankernya terhadap lini sel kanker payudara MCF-7. Isolasi dan purifikasi dilakukan dengan teknik kromatografi kolom menggunakan silika G60, sedangkan karakterisasi struktur senyawa murni diidentifikasi secara spektrofotometri dengan spektroskopi inframerah (IR), ultraviolet (UV), dan resonansi magnet inti (NMR). Senyawa murni yang didapat yaitu 1,3,4-trihidroksipentan-2-yl 4-hidroksibenzoat. Uji sitotoksisitas dievaluasi menggunakan uji prestoblue. Nilai IC50 senyawa tersebut terhadap lini sel kanker payudara MCF-7 adalah 746,03 μg/mL.Item KARAKTERISASI BIOFILM ASAL BENDUNGAN BALAMBANO DAN KAREBBE, LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN(2021) TSABITA FADHILATURRAHMAH; Sunardi; Keukeu Kaniawati RosadaBiofilm merupakan komunitas bakteri yang terasosiasi dengan permukaan substrat dan diselubungi oleh substansi matriks polimer ekstraseluler yang umumnya terbentuk dari polisakarida, DNA, protein, dan lipid. Biofilm dapat melekat pada material alami atau material buatan seperti pada beton. Beton adalah material utama pada konstruksi Bendungan Balambano dan Karebbe. Biofilm adalah salah satu faktor yang memengaruhi kondisi bendungan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai komunitas bakteri yang menyusun biofilm beton Bendungan Balambano dan Karebbe, Luwu Timur, Sulawesi Selatan serta mengetahui pengaruh isolat bakteri dalam menyebabkan korosi pada beton. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis struktur komunitas bakteri penyusun biofilm, analisis fisiologi komunitas bakteri penyusun biofilm, serta analisis kemampuan isolat bakteri asal Bendungan Balambano dan Karebbe dalam menyebabkan biokorosi pada beton. Analisis data dilakukan secara statistik dan deskriptif. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah ditemukannya kelompok bakteri heterotrof (HB), Neutrophilic Sulfur-Oxidizing Bacteria (NSOB), Acidophilic Sulfur-Oxidizing Bacteria (ASOB), dan Sulfate-Reducing Bacteria (SRB) pada biofilm asal Bendungan Balambano dan Karebbe. Secara fisiologi, komunitas bakteri asal biofilm Bendungan Karebbe mampu menggunakan sumber karbon yang lebih beragam dengan laju metabolisme sumber karbon yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan komunitas bakteri asal biofilm Bendungan Balambano. Selain itu, ditemukan isolat bakteri asal Bendungan Balambano dan Karebbe yang dapat menyebabkan biokorosi pada beton secara signifikan, yaitu Pseudomonas fluorescens.Item KEMAMPUAN BAKTERI INDIGENOUS TANAH TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SARIMUKTI CIPATAT BANDUNG DALAM MENDEGRADASI STYROFOAM(2021-04-08) TRI RAHAYU HIDAYAT; Tati Herlina; Ida IndrawatiJumlah sampah styrofoam mencapai 27,02 ton per bulan di Kota Bandung. Styrofoam yang digunakan sebagai bahan pengemas makanan terbentuk atas stirena dan benzena. Migrasi benzena dari bahan pengemas ke makanan yang dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai penyakit. Metode untuk mengurangi limbah styrofoam salah satunya adalah dengan mencari bakteri yang dapat mendegradasi styrofoam secara alami. Sumber yang paling potensial ditemukannya bakteri pendegradasi yaitu di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Metode penelitian menggunakan metode eksploratif deskriptif yang terdiri atas tahapan uji biodegradasi dengan metode Winogradsky Colomn, isolasi dan identifikasi bakteri pendegradasi Styrofoam, penghitungan persentase kehilangan berat Styrofoam, Scanning Electron Microscope (SEM), analisis perubahan gugus fungsi dengan FTIR, dan analisis fisik dengan X-ray Diffraction (XRD). Hasil penelitian ini menemukan 4 spesies bakteri pendegradasi polistiren adalah Pseudomonas aeruginosa, Bacillus amyloliquefaciens, Bacillus cereus dan Bacillus firmus. Perubahan karakteristik pada polistiren paling optimal terjadi pada minggu ke-8. Persentase penurunan berat kering polistiren mengalami penurunan hingga 18,23%, analisis fisik dengan Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkan pembentukan pori-pori di permukaan Styrofoam, dan analisis gugus fungsi menunjukkan bahwa gugus fungsi menjadi lebih sederhana setelah proses degradasi. Hasil yang didapatkan dapat dipertimbangkan untuk digunakan sebagai metode untuk mengurangi limbah Styrofoam.Item Keragaman Genetik Bambu Desa Karangwangi Kabupaten Cianjur dan Kebun Raya Bogor Berdasarkan Penanda Molekuler Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)(2018-02-26) RINI HAFZARI; Annisa; Tia SetiawatiBambu merupakan tumbuhan yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Pemanfaatan bambu secara terus menerus tanpa ada usaha pelestarian dapat menyebabkan terjadinya pengurangan jenis bambu yang berdampak pada kepunahan. Penelitian keragaman genetik bambu berdasarkan penanda molekuler dapat membantu mengumpulkan data plasma nutfah untuk keperluan konservasi bambu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik bambu asal Desa Karawangi dan Kebun Raya Bogor dengan menggunakan penanda molekuler Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD). Empat puluh primer digunakan untuk seleksi primer dan hanya 24 primer yang menghasilkan pita polimorfik. Total jumlah pita DNA yang dihasilkan dari 24 primer adalah 1106 pita dengan jumlah alel polimorfik 954 dan ukuran pita yang dihasilkan berkisar antara 162-2247 pb. Selain itu terdapat 11 primer yang menghasilkan alel unik. Nilai Polymorphic Information Content yang dihasilkan primer berkisar antara 0,9-0,98 yang dikategorikan informatif. Dendogram dibuat berdasarkan koefisien kesamaan Dice dapat membagi sampel menjadi 3 klaster. Simpulan dari penelitian ini adalah penanda RAPD dapat diaplikasikan untuk mengetahui tingkat keragaman genetik bambu dari Desa Karangwangi dan Kebun Raya Bogor sehingga berpotensi digunakan dalam upaya konservasi bambu indonesiaItem Kuantitas Mikroplastik Pada Perifiton Di Sungai Citarum Hulu(2021-03-03) ISMA NOVIANA; Keukeu Kaniawati Rosada; Tri Dewi Kusumaningrum PribadiPencemaran plastik di ekosistem perairan menjadi beban lingkungan yang mengkhawatirkan. Permasalahan plastik ini juga dialami oleh Indonesia khususnya di perairan Sungai Citarum Hulu. Sungai Citarum berperan penting sebagai air baku air minum PDAM, untuk pembangkit listrik di dua pulau yaitu Jawa-Bali dan menyediakan kebutuhan air irigasi sawah di Jawa Barat. Mikroplastik yang merupakan pecahan sampah plastik dengan ukuran 300 μm hingga 5 mm terdapat di lingkungan perairan. Keberadaan perifiton mampu merespon perubahan lingkungan perairan dengan cepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman perifiton yang terdapat di Sungai Citarum Hulu, mengetahui jumlah mikroplastik yang terdapat pada perifiton yang dibedakan berdasarkan tipe, warna dan ukuran mikroplastik serta untuk mengetahui bagaimana korelasi kelimpahan mikroplastik terhadap keanekaragaman perifiton. Software WarpPLS 5.0 digunakan untuk analisis hubungan keanekaragaman perifiton dan kelimpahan mikroplastik. Hasil penelitian menunjukan bahwa keseluruhan rata-rata kelimpahan mikroplastik di Sungai Citarum Hulu pada musim kemarau sebesar 408,56 partikel m-2 dan 448,67 partikel m-2 pada musim hujan. Kelimpahan total perifiton pada musim kemarau berkisar 4,5x104 Ind/m2 sampai dengan 1,3x108 Ind/m2 sedangkan kelimpahan total perifiton pada musim hujan berkisar 2,1x103 Ind/m2 sampai dengan 6,8x104 Ind/m2. Tingginya mikroplasik akan menurunkan kelimpahan perifiton pada musim kemarau namun tidak demikian pada musim hujan. Kata kunci: Mikroplastik, Perifiton, Sungai Citarum.