Kajian Budaya (S2)

Permanent URI for this collection

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 20 of 41
  • Item
    Konstruksi Identitas Melalui Rilisan Musik: Studi Netnografi di Bandung
    (2023-07-07) OKI TURATULA NARENDRA WIGATI; Raden Muhammad Mulyadi; Widyonugrahanto
    Penggemar dan penikmat musik mulai kembali membeli pemutar analog, membeli rilisan dan mengoleksinya. Penelitian ini membahas signifikansi fandom musik indie dan identitas musik, khususnya membahas keterlibatannya dalam mengoleksi rilisan musik fisik, yaitu piringan hitam (vinyl), kaset, dan CD. Hal tersebut memunculkan fenomena mengunggah koleksi rilisan musik di instagram. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menampilkan data-data untuk mendukung temuan penelitian, serta kajian literatur. Penelitian ini menggunakan pendekatan netnografi dalam mengamati jejak digital yang menampilkan keterlibatan dalam lingkup musik di instagram. Selain itu, melakukan wawancara untuk memperoleh kedalaman informasi. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana identitas fandom musik indie terbentuk di media sosial, dan faktor apakah yang menyebabkan seseorang mengunggah koleksi rilisan musik fisik. Serta, bagaimana identitas musik dikonstruksi saat remaja oleh idharrez, amenkcoy, opetho, alter.naive, dan iamcollapse, kemudian dikonstruksi ulang dikehidupan dewasa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan pengalaman masa lalu, pribadi, dan kebangaan yang mendasari fandom musik indie mengkonstruksi identitas dari mengoleksi rilisan musik fisik yang mereka unggah di instagram. Serta, bahwa keaktifan mengunggah rilisan musik fisik di usia muda telah membentuk identitas yang melekat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah musik berperan bagi hidup mereka maka hingga saat ini mereka tetap berada dalam lingkup musik; karya, dan kiprahnya telah dikenal di kota Bandung terlihat dari unggahan mereka di instagram. Kata kunci: fandom, musik, identitas, instagram
  • Item
    Konstruksi Gender Keluarga Batih Jawa Modern dalam Film Mudik Karya Adriyanto Dewo
    (2023-07-07) JORDY SATRIA WIDODO; Aquarini Priyatna; Tidak ada Data Dosen
    Karakter pasangan suami istri Jawa dalam film seringkali ditampilkan dengan stereotipe gender, seperti anggayani (Menafkahi Keluarga) untuk suami dan manak (Memberi dan Merawat Anak) untuk istri. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan stereotipe gender suami istri dalam keluarga batih Jawa modern dalam film Mudik (2020) karya Adriyanto Dewo. Stereotipe gender merupakan nilai-nilai yang telah mapan yang disosialisasikan melalui konsep dadi wong (Jadi orang) dan durung tutug, jowo, atau rampung (Belum sempurna) dalam masyarakat Jawa tradisional. Mereka yang berhasil memenuhi nilai tersebut akan dimasukkan dalam kategori dadi wong, namun jika tidak mampu, maka akan dimasukkan dalam kategori durung tutug, jowo, atau rampung. Kajian ini menggunakan naratologi sebagai metode analisis yang dijabarkan dengan teori performativitas gender dan relasi kuasa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi suami dalam film ini dinilai tidak dapat mewujudkan konsepsi dadi wong karena ketidakhadiran anak dan ketidakstabilan finansial. Sedangkan representasi istri tidak mampu memenuhi kriteria dadi wong karena kondisinya infertilitas dan perannya di ranah publik.
  • Item
    Dapur Musik Project: Komodifikasi Musik Keroncong di Era Disrupsi
    (2023-11-15) MUSTIKA ANDINI; Widyonugrahanto; Reiza D. Dienaputra
    Di era disrupsi kini, musik keroncong sebagai tonggak musik populer di Indonesia sebagian besar mengalami pergeseran secara sistem dan fungsional: konvensional ke digital, dan sakral ke profan. Kaum muda menjadi aktor penting dalam setiap perubahan yang terjadi, khususnya dalam perkembangan musik keroncong. Di sisi lainnya, terdapat resistensi dari kaum orang tua yang menyuarakan polemik antara musik keroncong “pakem” dan yang dianggap “kekinian”. Dapur Musik Project adalah salah satu contoh kelompok musik keroncong muda yang melakukan komodifikasi musik keroncong dengan memanfaatkan media baru. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk mengkaji bagaimana dan mengapa Dapur Musik Project melakukan komodifikasi musik keroncong di era disrupsi, terutama terhadap karya-karya Manthous. Penelitian ini menggunakan teori komodifikasi yang dikemukakan Mosco (2009), kerangka berpikir Naafs dan White (2012) yang mengemukakan diskursus kaum muda, dan Bourdieu (1984) dengan teori praktik sosialnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Dapur Musik Project melakukan komodifikasi konten/isi, komodifikasi audiens/khalayak, komodifikasi tenaga kerja/pekerja, komodifikasi imanen, dan komodifikasi perluasan. Penelitian ini juga mengemukakan komodifikasi simbolik dalam praktik komodifikasi yang dilakukan oleh Dapur Musik Project terhadap karya-karya lagu ciptaan Manthous, maupun terhadap “Manthous” itu sendiri. Melalui Dapur Musik Project, penelitian ini membuktikan bahwa komodifikasi memang sangat erat kaitannya dengan praktik industri dan kapitalisme, tetapi nilai ekonomi tidak menjadi satu-satunya poin penting. Nilai-nilai sosial dalam kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan praktik sosial juga penting untuk diaksentuasikan dalam praktik komodifikasi.
  • Item
    RUANG DAN KOMUNITAS: IDENTITAS PENGGIAT PAPAN SELUNCUR PATRIOT SKATE CLUB 95 KOTA BEKASI
    (2023-11-17) MUHAMMAD ADIB AL FIKRI; Dade Mahzuni; Tisna Prabasmoro
    Papan seluncur di zaman kontemporer saat ini dianggap menjadi aktivitas karena hubungannya terhadap pengelolaan ruang yang dapat dipergunakan secara individu maupun kolektif oleh komunitas tertentu. Dalam proses perkembangan papan seluncur, komunitas spesifik akan memfungsikan ruang sebagai penanda diri yang berhubungan dengan identitas mereka. Tesis ini menjelaskan cara-cara Komunitas Patriot Skate Club 95 Kota Bekasi menghubungkan kelompok mereka dengan ruang di sekitar tempat mereka berada untuk memaknai identitas secara individu ataupun kolektif. Penelitian ini menggunakan metode etnografi, yang dilakukan melalui teknik wawancara mendalam dan pengamatan terlibat. Disamping itu, digunakan studi literatur guna melengkapi data dan analisis sehingga menghasilkan pemahaman tentang mengenai ruang, komunitas dan identitas. Hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penggiat papan seluncur menginterpretasi dan memahami tersedianya ruang publik sebagai sarana yang dapat dimanfaatkan oleh mereka secara individu maupun kolektif. Dengan komunitas Patriot Skate Club 95 sebagai objeknya, mereka terhubung dengan ruang-ruang di sekitarnya. Ruang publik skate dapat dimanfaatkan berbagai aktivitas papan seluncur. Di samping itu ruang publik tersebut mampu memperkuat identitas mereka sebagai komunitas PSC95, dan menumbuhkan rasa memiliki dari para anggotanya.
  • Item
    Transformasi Tari Badaya sebagai Tari Bubuka dalam Kelompok Tari Wayang di Kota Bandung
    (2023-01-26) PRADASTA ASYARI; Raden Muhammad Mulyadi; Dade Mahzuni
    Badaya di dalam tradisi Sunda Priangan merupakan sebuah tari bubuka yang digunakan di dalam pertunjukan Wayang Golek dan Wayang Wong maupun sebagai tari persembahan untuk menghibur para petinggi yang memiliki kedudukan di Kabupaten. Tarian ini telah hadir sekitar abad ke-19 yang disajikan oleh sekelompok perempuan berpakaian tari lengkap dengan diiringi oleh lagu berjudul Kawitan Naek Badaya. Seiring dengan perkembangannya yang hampir dua abad, tari Badaya telah mengalami transformasi yang tidak hanya terjadi pada tariannya melainkan terhadap fungsinya sekaligus. Dalam kaitan tersebut, tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan bentuk-bentuk transformasi yang terjadi pada tari Badaya dalam kelompok tari Wayang khususnya di Kota Bandung. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan konsep dan teori Transformasi, Komodifikasi, dan Strukturasi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan pendekatan etnografi, sedangkan teknik pengumpulan data meliputi pengamatan terlibat, wawancara mendalam, dan pengumpulan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa transformasi Tari Badaya terjadi melalui tiga periode yaitu periode pengadopsian, pembakuan, dan pengkomodifikasian. Dalam setiap tahap atau periode transformasi tidak terlepas dari peran agen sebagai motor penggeraknya yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat seperti kebutuhan ekonomi, politik, pariwisata, industri bisnis, dan jejaring sosial. Tari Badaya yang sebelumnya hanya berupa sebuah tari pertunjukan yang memiliki fungsi sosial, telah berubah menjadi sebuah tari pertunjukan yang bersifat komersial.
  • Item
    Foto Esai Sepak Bola di Museum Olahraga Nasional: Nostalgia dan Komunitas Terbayang
    (2023-01-26) DEDDY SETIAWAN; Widyonugrahanto; Tisna Prabasmoro
    Abstrak Orang-orang terlibat dalam nostalgia melalui museum dan pengalaman mereka, tetapi sedikit penelitian telah dilakukan untuk menghubungkan ketiganya. Artikel tersebut menempatkan esai foto di Museum Olahraga Nasional sebagai pemicu ingatan pengunjung terhadap peristiwa dalam foto yang berkaitan dengan identitas diri dan bangsa. Ia menjelaskan proyeksi identitas kolektif ketika para pengunjung menengok kembali memori lama sambil mengonsumsi dokumentasi peristiwa dalam esai foto, dan menempatkan esai foto sebagai media nostalgia komunitas yang terbayang. Artikel tersebut berpendapat bahwa esai foto tidak hanya membantu memulihkan ingatan dan pengetahuan pengunjung, tetapi juga membangun identitas pribadi dan kolektif yang menumbuhkan rasa memiliki dan inklusi.
  • Item
    Alegorisasi Trauma Nasional Dalam Film 27 Steps of May
    (2021-12-21) RIFKI ZAMZAM MUSTAFFA; Ari Jogaiswara Adipurwawidjana; Aquarini Priyatna
    Penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi isu-isu trauma, amnesia, kekerasan terhadap perempuan dan agensi mereka sebagaimana digambarkan dalam film Indonesia berjudul 27 Steps of May. Penelitian dilakukan dengan menerapkan konsep alegori dan metafora menurut Jameson dan Jakobson serta kajian film yang dikemukakan oleh Turner. Film dapat menggambarkan isu-isu tersebut melalui peranti-perantinya, khususnya tokoh-tokoh dan mise-en-scene, sehingga dapat ditemukan metafora-metafora yang membangun alegori terhadap suatu peristiwa. Pembacaan ketat yang diterapkan dalam kajian ini menemukan bahwa film ini menampilkan metafora-metafora isu pemerkosaan, agensi, amnesia dan trauma yang ditunjukkan oleh tokoh-tokohnya, yaitu May, Bapak, Pesulap dan Kurir, serta mise-en-scene dalam adegan-adegannya. Saya berargumentasi bahwa film ini merupakan alegori trauma nasional sehubungan dengan peristiwa bulan Mei 1998 di Indonesia, khususnya melalui penyajian kekerasan terhadap kelompok marginal (perempuan dan etnis Tionghoa). Meskipun film ini tampak masih terkekang oleh wacana yang patriarkal, film ini berupaya untuk menggambarkan ekspektasi kolektif bangsa Indonesia dalam menerima dan mengakui trauma nasional bersama-sama.
  • Item
    AKULTURASI ISLAM-SUNDA DALAM KITAB-KITAB RUJUKAN DI PESANTREN MIFTAHUL HUDA MANONJAYA TASIKMALAYA
    (2023-03-13) DEWI KURAESIN; Dade Mahzuni; Lina Meilinawati Rahayu
    Penelitian ini membahas ‘‘Akulturasi Islam-Sunda dalam Kitab-Kitab Rujukan di Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya’’. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara mendalam akulturasi Islam Sunda yang terdapat pada nilai-nilai budaya Islam Sunda dan ideologi dalam kitab-kitab rujukan di pesantren Miftahul Huda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kitab rujukan cenderung dipengaruhi latar budaya penulisnya. Keterpengaruhan tersebut tampak dalam nilai-nilai budaya Islam ke dalam budaya Sunda. Terdapat tiga unsur nilai budaya Sunda yang mengalami akulturasi dengan nilai ajaran Islam-Sunda: Pertama, nilai keagamaan, yakni dalam berbagai bentuk sapaan bagi Allah dengan penambahan kata Gusti, Pangéran dan aturan tata krama bahasa dalam berkomunikasi dengan-Nya. Kedua, nilai kepribadian, terdapat dalam beragam peribahasa dan ungkapan tradisional bahasa Sunda. Secara umum, dibedakan menjadi empat kategori, yakni ungkapan tradisional Sunda yang terkait dengan akal, budi, semangat dan perilaku. Ketiga, nilai sosial masyarakat, terkait dengan pandangan manusia tentang lingkungan masyarakat di mana ia berada, baik antara sesama individu, keluarga, dan masyarakat. Ideologi yang terkandung dalam kitab-kitab rujukan yakni ideologi Siger Tengah yang merupakan ideologi yang dimiliki oleh para leluhur di Sunda dan ajaran Islam sehingga dapat dicirikan sebagai ideologi pemersatu antara Islam dan Sunda.
  • Item
    TUBUH PEREMPUAN DAN TATAPAN LAKI-LAKI DALAM FILM HIJAB KARYA HANUNG BRAMANTYO
    (2022-04-07) LILIS SURYANI; Ari Jogaiswara Adipurwawidjana; Aquarini Priyatna
    Film Hijab (2015) karya Hanung Bramantyo menyajikan kisah tentang pembuatan film Chucky yang merekam kisah empat tokoh perempuan pengusaha ritel busana muslim, yang masing-masing bercerita tentang alasan mereka berhijab dan pengalaman hidupnya. Film ini menggambarkan film tentang film (metafilm) yang disajikan melalui komedi dan beroperasi dengan ironi yang merupakan elemen penting dalam struktur genre komedi. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan cara konsep hijab ditampilkan dalam film Hanung maupun film Chucky. Penelitian dilakukan dengan cara menelusuri setiap alur cerita yang mengikuti tokoh perempuan dengan menerapkan konsep tatapan laki-laki terhadap tubuh perempuan yang diungkap melalui aspek mise en scene serta didukung dengan konsep komedi dan hijab. Secara etimologis, hijab berarti memisahkan suatu hal dengan hal lain sehingga menyebabkan hal tersebut tidak terlihat dan tersembunyi dari pandangan. Konsep ini seolah-olah dibuka oleh tatapan laki-laki dengan menggunakan teknologi kamera film. Film Hanung menunjukkan bahwa (1) Film Hijab menyajikan film sebagai semacam hijab, yaitu layar atau tabir yang memisahkan laki-laki sebagai pemandang (pembuat film) dan perempuan sebagai yang dipandang (objek film), (2) Tokoh perempuan ditampilkan memiliki agensi dalam menggunakan hijab dan cara mempertahankan agensi atas tubuhnya dari tatapan laki-laki, yang diwakili oleh kedua film. Hijab sebagai pakaian dan dijadikan komoditas jual beli oleh tokoh perempuan juga dapat memberi jalan untuk mereka keluar dan terlibat di ruang publik, (3) Meskipun ditampilkan adanya usaha perempuan mengambil alih film dengan cara keluar dari cakupan tatapan laki-laki, pada akhirnya agensi perempuan tidak dapat melepaskan diri dari kuasa tatapan laki-laki sebagai pengendali alat narasi sekaligus sebagai agen wacana patriarkal.
  • Item
    REPRESENTASI AMBIGUITAS IDENTITAS RAS DAN ETNISITAS AGNEZ MO PADA INSTAGRAM @agnezmo
    (2023-04-11) AYU PRATIWI; Ari Jogaiswara Adipurwawidjana; Aquarini Priyatna
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi identitas Agnez Mo pada Akun Instagramnya. Saya mengelaborasi isu-isu yang berkaitan dengan identitas Agnez Mo yang cair sehingga dia menampilkan berbagai macam penanda adat dari suku-suku di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menerapkan konsep representasi dari Stuart Hall, Identitas dari Stuart Hall dan Woodward, Ambiguitas dari Homi Bhaba, gender, tubuh dan agensi dari Connel, Young dan Moose, apropriasi dari Rogers, Young dan schneider, serta konotasi dari Barthes. Foto Instagram memungkinkan Agnez Mo untuk menampilkan berbagai penanda suku sebagai representasi sekaligus penegasan agensi dirinya sebagai perempuan. Walaupun hal yang dilakukan olehnya merupakan apropriasi, tetapi dia dapat menampilkan dirinya dengan agensinya sebagai subjek dari foto Instagramnya. Identitasnya yang cair membuat dirinya menjadikan tubuh dan akun Instagram sebagai lokasi karena dirinya tidak terikat pada lokasi, dan komunitas masyarakat. Pengguna Instagram bukan lagi mengobjektivikasi foto Agnez Mo, tetapi Agnez Mo yang menjadi subjek dan mengobjektifikasi pengguna untuk memandang dirinya.
  • Item
    Luh Ayu Manik Mas Sebagai Representasi Superhero Perempuan Bali dalam Komik
    (2022-01-21) HANIFAH PUJI UTAMI; Aquarini Priyatna; Tisna Prabasmoro
    Penelitian ini berangkat dari maraknya marjinalisasi karakter perempuan dalam komik superhero, terutama di Indonesia. Salah satu komik yang mewujudkan tradisi budaya dan kearifan lokal Indonesia adalah Luh Ayu Manik Mas, yang menampilkan kebudayaan Bali. Tulisan ini membahas bagaimana Luh Ayu Manik Mas merepresentasikan perempuan Bali yang terwujud dalam karakternya sebagai superhero. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode analisis isi terhadap enam edisi komik Luh Ayu Manik Mas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Luh Ayu Manik Mas ditampilkan memanifestasi identitas lokal melalui ragam wujud kekuatan, sumber kekuatan yang dinamakan dengan gelang Tri Datu, dan kepercayaannya pada Tri Hita Karana. Tri Datu diyakini sebagai sumber kekuatan hidup, sedangkan Tri Hita Karana diyakini sebagai prinsip hidup yang menjamin keharmonisan dalam setiap aspek kehidupan. Luh Ayu Manik Mas merepresentasikan perempuan Bali yang dimuliakan oleh ajaran agama Hindu melalui kekuatan perempuan yang bertolak belakang dengan budaya patriarki di Bali. Penguatan peran perempuan melalui tokoh Luh Ayu Manik Mas dan unsur-unsur budaya Bali lainnya dalam komik memberikan pandangan baru terkait kekhasan superhero perempuan Indonesia
  • Item
    RELASI MASJID RAYA BANDUNG DAN PUSAT PERBELANJAAN DALAM MEMPRODUKSI RUANG KAPITAL
    (2022-04-04) YURIS FAHMAN ZAIDAN; Aquarini Priyatna; Raden Muhammad Mulyadi
    Masjid secara umum dikenal sebagai tempat beribadah bagi umat Islam. Selain dilihat sebagai ruang fisik, masjid pun merupakan ruang budaya. Budaya tersebut termanifestasi lewat kehidupan keseharian dari tiap orang yang terkoneksi dengan masjid. Ekonomi merupakan bagian dari kehidupan keseharian tersebut yang akan menghubungkan masjid dengan sektor-sektor ekonomi lainnya seperti pusat perbelanjaan. Penelitian ini akan menunjukkan relasi antara masjid dan pusat pembelanjaan yang berkontribusi pada pembangunan atau produksi ruang kapital di perkotaan. Masjid Raya Bandung (MRB) menjadi fokus penelitian untuk menyingkap pembentukan ruang kapital dan relasinya dengan pusat perbelanjaan yang ada di sekitar MRB. Metode yang dipakai adalah observasi dan wawancara mendalam pada orang-orang yang mengunjungi masjid dan pusat perbelanjaan. Teori yang digunakan untuk melihat kasus ini adalah produksi ruang dari Henri Lefebvre. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masjid bukan hanya dilihat sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi ruang kapital. Pembentukan ruang kapital ini bisa dilihat dari relasi MRB dengan tempat-tempat belanja yang ada di sekelilingnya dan praktik keseharian para pengunjung yang menggunakan MRB dan pusat perbelanjaan secara sekaligus. Dengan begitu, masjid dijadikan sebagai sarana pelanggengan proses ekonomi atau konsumerisme di ruang-ruang sekitarnya termasuk di pusat perbelanjaan.
  • Item
    KUASA ABAH SEBAGAI KETUA ADAT PADA UPACARA ADAT SEREN TAUN DI KASEPUHAN CIPTA MULYA KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT
    (2022-03-27) SHAGITA MAULADY ANJANY; Dade Mahzuni; Raden Muhammad Mulyadi
    Tesis ini berjudul Kuasa Abah sebagai Ketua Adat pada Upacara Adat Seren Taun di Kasepuhan Cipta Mulya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan signifikansi peran dan kuasa Abah sebagai ketua adat, pada upacara adat seren taun dan tahapan-tahapan proses upacara adat seren taun. Metode yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian kualitatif yang dipaparkan secara deskriptif. Sedangkan untuk menganalisis penelitian ini, peneliti menggunakan teori kuasa dari Foucault dan Weber, serta teori habitus, arena, dan modal dari Pierre Bourdieu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Abah sebagai ketua adat dalam pelaksanaan upacara adat seren taun selalu mendayagunakan modal, habitus, dan arena dalam mengatur dan menciptakan kelancaran upacara adat. Kuasa Abah melalui ketiga faktor tersebut memungkinkan tahapan-tahapan upacara adat seren taun terlaksana dengan baik dan bertahan secara turun-temurun hingga saat ini.
  • Item
    PEREMPUAN DALAM UPACARA ADAT MAPAG SRI DI DESA SLANGIT KABUPATEN CIREBON: KAJIAN EKOFEMINISME
    (2021-08-18) FAZA FAUZAN AZHIMA; Teddi Muhtadin; Aquarini Priyatna
    Tesis ini memaparkan kegiatan upacara adat Mapag Sri dan peran perempuan dalam ritual upacara adat tersebut. Dengan menggunakan sudut pandang ekofeminisme, penelitian ini membahas hubungan perempuan dengan ritual upacara adat Mapag Sri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang menghasilkan data-data hasil wawancara dan observasi lapangan. Hasilnya didapatkan bahwa Dewi Sri yang direpresentasikan sebagai perempuan yang disimbolkan juga pada tanaman padi mengindikasikan bahwa upacara adat Mapag Sri merupakan penghormatan kepada perempuan dan kepada padi sebagai hasil panen. Upacara adat ini juga menunjukan hubungan antara perempuan dengan alam. Perempuan berperan signifikan dalam ritual upacara adat ini seperti yang terlihat pada kegiatan sinoman yang merupakan salah satu rangkaian pokok dari upacara adat Mapag Sri. Perempuan desa Slangit juga berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan lain yang berhubungan kegiatan upacara. Upacara adat ini dilangsungkan setiap tahun untuk menyambut masa panen padi dapat diargumentasikan sebagai sebuah gerakan ekofeminisme karena kegiatan ini berfokus pada partisipasi dan kedekatan perempuan dengan alam, terutama dalam konteks ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan.
  • Item
    KODE-KODE SEMIOTIKA DAN IDEOLOGI PADA BALAI PERTEMUAN UMUM (BPU) RUMA GORGA MANGAMPU TUA DI JAKARTA
    (2021-01-14) TRY PUTRA RAJAGUKGUK; Dade Mahzuni; Kunto Sofianto
    Penelitian ini berjudul Kode-Kode Semiotika dan Ideologi Pada Balai Pertemuan Umum (BPU) Ruma Gorga Mangampu Tua di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan konstruksi makna tanda, kode-kode semiotika, dan ideologi dalam Balai Pertemuan Umum (BPU) Ruma Gorga Mangampu Tua di Jakarta. Penelitian ini menggunakan kajian semiotika dan diaspora yang difokuskan pada tiga objek tanda BPU Ruma Gorga Mangampu Tua yang terdapat di Jakarta; menganalisis bagaimana objek tersebut dikonstruksi oleh diaspora Batak Toba di Jakarta. Melalui penelitian tersebut diketahui bahwa objek tanda dikonstruksi sebagai imajinasi dari ruma bolon yang ditunjukkan dari fungsi atap rumah, badan rumah, pondasi rumah, panggung depan, tempat duduk, serta ragam hias gorga sebagai suatu ingatan diaspora Batak Toba di Jakarta tentang kampung halamannya. Kedua, dari elemen-elemen tersebut pula BPU Ruma Gorga Mangampu Tua di Jakarta juga menunjukkan dirinya sebagai bangunan hibrid (pencampuran identitas) modern dan tradisional yang dipahami sebagai kode-kode semiotika. Ketiga, bangunan ini juga menunjukkan ideologi si pemilik gedung melalui pilihan bentuk dan hiasan karena adanya monopoli dagang (materialisme) di balik dominasi produk-produk BPU lainnya di Jakarta yang ditunjukkan dengan penggunaan istilah ruma gorga mangampu tua. Sebagai narasi ideologi etnik Batak Toba melalui tiruan dari ruma bolon, objek tersebut dikonstruksi oleh diaspora Batak Toba di Jakarta sebagai manifestasi ingatan kampung halamannya agar mereka tetap terikat dengan nilai-nilai dan norma adat dalam tata kehidupan budaya Batak Toba.
  • Item
    Representasi Joko Widodo (Jokowi) dalam Tiga Iklan Kampanye Politik pada Pemilihan Presiden 2019
    (2022-03-21) MUHAMMAD FAUZI RIDWAN; Lina Meilinawati Rahayu; Aquarini Priyatna
    Tesis ini berjudul Representasi Joko Widodo (Jokowi) dalam Tiga Iklan Kampanye Politik pada Pemilihan Presiden 2019, yaitu video “Tiga Kartu Sakti Jokowi”, ”Mencari Pemimpin seperti Seorang Figur Bapak”, dan “Jokowi Berkampanye kepada Masyarakat”. Penelitian ini bertujuan menunjukkan Jokowi sebagai pemimpin ideal melalui representasi Jokowi sebagai sosok yang visioner, sosok yang kebapakan, dan sosok yang hadir dan dekat dengan masyarakat. Kajian dilakukan menggunakan Semiotika Roland Barthes dan Semiotika John Fiske dengan metode deskriptif kualitatif. Analisis berfokus kepada atribusi dominan Jokowi yang ditunjukkan dalam tiga iklan kampanye politik tersebut. Hasil penelitian ini merepresentasikan Jokowi sebagai (1) pemimpin visioner dengan menawarkan program Tiga Kartu Sakti untuk mengatasi masalah pengangguran, Kartu Sembako Murah untuk mengatasi masalah harga sembako yang mahal dan daya beli yang rendah, serta KIP Kuliah untuk memberikan kesetaraan akses pendidikan kepada masyarakat (2) pemimpin yang memiliki sifat kebapakan dengan memunculkan figur seorang bapak yang berkarakter penyayang, peduli, perhatian, merawat, dan menjaga masyarakat, (3) pemimpin yang hadir dan dekat dengan masyarakat melalui kehadirannya di semua kelas sosial masyarakat, identitas keagamaan, dan identitas keberagaman ras.
  • Item
    KOMODIFIKASI AGAMA PADA PROGRAM TELEVISI
    (2022-04-12) NURSOLIHAH; Gani Ahmad Jaelani; Hazbini
    Program televisi Pagi-Pagi Pasti Happy (PPPH) pada periode Mei hingga Desember 2018 yang tayang di Trans TV menggambarkan persinggungan yang tidak biasa antara agama dan kapitalisme. Dua ideologi yang hakikatnya berseberangan kini justru tampil dipadukan dalam sebuah tayangan populer yang tidak secara khusus melabeli diri sebagai program religi. PPPH menampilkan sosok ustaz sebagai simbol dari tokoh agama yang di satu sisi berperan sebagai pendakwah sekaligus sebagai pembawa acara yang menghibur khalayak. PPPH menampilkan sosok ustaz populer dengan dalih memberikan pendidikan agama sekaligus menghibur. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai proses komodifikasi agama pada tayangan PPPH. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis naratif terhadap program televisi PPPH. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program televisi PPPH telah mempertemukan dua ideologi yang berlawanan. Agama dan kapitalisme, alih-alih berbenturan, keduanya justru didamaikan dalam ruang populer. Agama diubah dari entitas yang tadinya sakral menjadi profan sebagai akibat langsung dari dipertemukannya dengan kapitalisme; sedangkan kapitalisme memanfaatkan agama sebagai komoditas melalui penggunaan simbol-simbol agama di ruang profan untuk mendapatkan keuntungan material.
  • Item
    Pengalaman Prostesis Digital pada Penonton Vlog Kecantikan
    (2019-11-27) FAUZIAH ISMI DESIANA; Ari Jogaiswara Adipurwawidjana; Aquarini Priyatna
    Tesis ini berjudul Pengalaman Prostesis Digital pada Penonton Vlog Kecantikan. Penelitian ini membahas pemroduksian pengalaman prostesis digital pada tubuh penonton vlog kecantikan. Penelitian ini menggunakan teori cyborg (cybernetic organism) yang ditawarkan oleh Donna Haraway (1985). Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa tubuh beauty vlogger yang mendemosntrasikan makeup di dalam layar merupakan tubuh buatan yang dapat mengantarkan penonton pada kepuasan mencoba produk kecantikan. Tubuh beauty vlogger yang memiliki banyak kesamaan fisik dianggap sebagai ‘mesin penyeleksi’ dan ‘laboratorium farmasi’ yang dapat menentukan kecocokan suatu produk. Tubuh Tasya Farasya dan Suhay Salim dianggap tubuh ideal bagi subjek penelitian yang dikonsumsi untuk mewujudkan fantasi makeup yang tidak mungkin direalisasikan dalam kehidupan luring. Subjek penelitian cenderung memiliki fetish pada hidung mancung khas perempuan keturunan Arab. Ketika menonton vlog Tasya Farasya dan Suhay Salim, subjek penelitian mendapatkan sensasi memiliki hidung yang mancung khas keturunan Arab tanpa melakukan operasi plastic.
  • Item
    PERFORMATIVITAS GENDER DALAM PUTRI DISNEY
    (2022-04-13) SELLA PUTRI ARBY; Lina Meilinawati Rahayu; Raden Muhammad Mulyadi
    Disney memiliki film-film animasi dengan tema kerajaan dengan seorang putri raja sebagai karakter utama yang disebut ‘Putri Disney’. Disney terus membuat film animasi bertema Putri Disney ini dari tahun ke tahun semenjak kemunculan Snow White di film animasi panjang pertama Disney, yakni film animasi “Snow White and The Seven Dwarfs”—yang rilis pada tahun 1937. Film animasi memiliki berbagai macam fungsi, salah satunya adalah menunjukkan perubahan dan perkembangan isu-isu sosial, seperti ‘citra tubuh’ dan ‘peran gender’. Semenjak kemunculan Putri Disney, dari Snow White hingga Elsa— dari film animasi “Frozen” yang ditayangkan pada tahun 2013—, Putri Disney menunjukkan berbagai perubahan. Perubahan ini ditunjukkan salah satunya melalui lirik lagu yang mereka nyanyikan atau lagu yang terdapat di dalam film animasi tersebut. Lirik-lirik lagu tersebut juga akan dibahas dalam penelitian ini karena lirik lagu mengimplikasikan adanya isu gender, seperti maskulinitas dan femininitas. Femininitas seringkali dideskripsikan sebagai kondisi ‘menjadi perempuan’ dan sebagai ideologi yang memberikan limitasi untuk perempuan. Teori analisis kritis dari Sara Mills diterapkan sebagai alat analisa utama dalam penelitian ini. Mills menggunakan teori wacana kritis untuk meneliti femininitas, ia menyatakan bahwa femininitas merupakan sebuah proses yang dikonstruksikan dan dinegosiasikan di setiap interaksi. Berlandaskan teori tersebut, penelitian ini membuktikan adanya negosiasi wacana femininitas dalam penokohan karakter perempuan Putri Disney. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kualitatif melalui sepuluh film animasi tentang Putri Disney, lirik lagu yang sudah dipilah dan cukup menggambarkan adanya negosiasi, serta desain karakter Putri Disney yang dianalisis berdasarkan teori Mills yang telah disebutkan di atas. Adapun teori analisis wacana kontekstual dari Michael Stubbs juga digunakan untuk menunjang analisis. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan karakter perempuan, melalui negosiasi panjang berdasarkan gelombang feminisme yang ditampilkan melalui penokohan karakter Putri Disney. Berdasarkan analisis tersebut, indikasi perubahan ditunjukkan melalui penokohan karakter Putri Disney yang diawali dengan adanya stereotip unsur femininitas—dan berkembang menjadi Putri Disney yang menunjukkan unsur stereotip maskulinitas—seperti aktif secara fisik, tidak mudah takut menemukan hal baru, lebih berani. Penelitian ini juga akan membuktikan bahwa perubahan tersebut tidak mengubah identitas Putri Disney sebagai seorang putri kerajaan dan sebagai perempuan.
  • Item
    KONSTRUKSI MASKULINITAS DALAM PENARI BALIAN BAWO DAYAK DEAH
    (2022-04-11) TRI SULAPMI DOLINA IKEH; Raden Muhammad Mulyadi; Aquarini Priyatna
    Tesis ini berjudul Konstruksi Maskulinitas dalam Penari Balian Bawo Dayak Deah. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan manifestasi maskulinitas laki-laki Dayak Deah yang direpresentasi dalam Penari Balian Bawo sebagai tari ritual dan tari pertunjukan. Penelitian ini menggunakan perangkat perekaman notasi Laban; menganalisis bagaimana maskulinitas ditunjukkan melalui penandaan simbol-simbol gerak tari Balian Bawo, dan penandaan atribut serta atribusi penari Balian Bawo. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa konstruksi maskulinitas terdapat pada peran Penari Balian Bawo. Peran penari tari pertunjukan diartikulasikan di ranah publik sebagai kegagahan laki-laki, dan peran penari ritual diartikulasikan di ranah domestik sebagai pemimpin. Kedua gagasan tersebut dimanifestasi penari dalam menaklukkan pohon berduri pada tari pertunjukkan, dan hadirnya Penggadikng - perempuan sebagai pendamping pada tari ritual. Konstruksi maskulinitas juga dimanifestasi penari Balian Bawo melalui pengambilan ruang gerak yang luas, dan atribut taring sebagai petanda kekuatan laki-laki.