Ilmu Kesehatan Gigi Anak (Sp.)

Permanent URI for this collection

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 20 of 114
  • Item
    Hubungan antara Infeksi Odontogenik dan Spektrum Total Karies Gigi dengan Oral Health Related Quality Of Life pada Anak Disabilitas Intelektual
    (2023-10-12) AFINA SABILA; Ratna Indriyanti; Eriska Riyanti
    Anak Disabilitas Intelektual (DI) memiliki perkembangan intelektual, dan adaptasi sosial yang lebih lambat daripada anak normal. Mereka memiliki prevalensi karies tidak terawat lebih tinggi dan seringkali berkembang menjadi karies dengan keterlibatan pulpa hingga infeksi odontogenik. Spektrum total karies gigi merupakan gambaran kondisi gigi sehat hingga hilang akibat karies, yang dapat dinilai menggunakan indeks CAST (Caries Assesment Spectrum and Treatment), sedangkan infeksi odontogenik dapat dinilai dengan indeks PUFA (Pulp Ulcer Fistula Abcess). Masalah gigi sering berdampak pada kualitas hidup sehingga diperlukan penilaianOral Health Related Quality of Life (OHRQoL) terhadap anak DI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara infeksi odontogenik, spektrum total karies dengan OHRQoL pada anak DI. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik survei menggunakan kuesioner OHIP-14. Teknik pengambilan sampel yaitu Total Sampling, didapatkan 43 subjek anak DI yang memenuhi kriteria inklusi. Data diuji secara statistik menggunakan uji non parametrik Spearman Correlation dan uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan nilai infeksi odontogenik pada rata-rata populasi anak DI adalah 1,79 yang termasuk kategori buruk, dan spektrum total karies gigi sebanyak 51,16% termasuk morbiditas berat. Analisis multivariat terdapat hubungan signifikan antara infeksi odontogenik, spektrum total karies, dan OHRQoL; serta infeksi odontogenik dengan spektrum total karies gigi berhubungan signifikan dengan masing-masing p-value =0,0000, sedangkan hubungan antara OHRQoL baik dengan infeksi odontogenik dan spektrum total karies masing-masing memiliki nilai p-value >0,05 sehingga dinilai tidak signifikan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa infeksi odontogenik pada anak DI dinilai buruk. Spektrum total karies gigi pada anak DI mayoritas termasuk morbiditas berat. Terdapat hubungan antara infeksi odontogenik, spektrum total karies dan OHRQoL, serta adanya hubungan antara infeksi odontogenik dengan spektrum total karies, namun hubungan antara OHRQoL dengan infeksi odontogenik maupun OHRQoL dengan spektrum total karies gigi masing-masing dinilai tidak berhubungan.
  • Item
    Daya Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) Terhadap Biofilm Streptococcus mutans ATCC 25175
    (2023-10-12) FEBRIA FERNANDEZ; Iwan Ahmad Musnamirwan; Meirina Gartika
    Streptococcus mutans merupakan bakteri utama penyebab karies. Salah satu pencegahannya adalah dengan menghilangkan biofilm oral menggunakan agen antibakteri. Daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) mengandung senyawa aktif yang memiliki aktivitas antibakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC), Minimum Bactericidal Concentration (MBC), Minimum Biofilm Inhibitory Concentration (MBIC), dan Minimum Biofilm Eradication Concentration (MBEC) ekstrak daun sirih merah terhadap Streptococcus mutans ATCC 25175, menganalisis perbedaan perubahan massa biofilm antara pemberian ekstrak daun sirih merah dan klorheksidin serta menganalisis pengaruh lamanya induksi/pemberian ekstrak daun sirih merah terhadap massa biofilm. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni, dilakukan di Laboratorium Sentral Universitas Padjadjaran. Uji MIC, MBC, MBIC, dan MBEC ekstrak daun sirih merah menggunakan metode mikrodilusi. Uji fitokimia dilakukan dengan menambahkan pereaksi. Data hasil penelitian dilakukan uji normalitas data dengan uji chi-square. Analisis data menggunakan uji ANAVA untuk melihat perbedaan massa biofilm. Analisis korelasi Pearson untuk melihat pengaruh lamanya induksi/pemberian ekstrak daun sirih merah terhadap perubahan massa biofilm. Hasil uji fitokimia ekstrak daun sirih merah mengandung senyawa fenolik, tanin, flavonoid, saponin, triterpenoid, dan steroid yang memiliki aktivitas antibakteri. Nilai MIC ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) adalah 70%, nilai MBC adalah 100%, nilai MBIC terdapat pada konsentrasi 80% dan nilai MBEC adalah 90%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan perubahan massa biofilm Streptococcus mutans ATCC 25175 antara pemberian ekstrak daun sirih merah dan klorheksidin dalam waktu 30 menit dengan p-value 0,00110,05. Simpulan penelitian adalah ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) memiliki daya antibakteri terhadap biofilm Streptococcus mutans ATCC 25175.
  • Item
    Perbandingan Tingkat Stres Dan Nyeri Anak Antara Penyuntikan Menggunakan Alat CCLAD Memakai Fitur Musik Dengan Alat CCLAD Memakai Buffer Anestetikum
    (2023-10-11) SYARIFAH MUTHIA ULFA; Meirina Gartika; Eka Chemiawan
    Tindakan anestesi lokal merupakan manajemen nyeri terhadap perawatan gigi invasif, paradoksnya anestesi lokal dengan penyuntikan dapat memicu stres dan nyeri bagi pasien anak. Penggunaan alat CCLAD (Computer Controlled Local Anesthetic Delivery) dengan fitur musik dan buffer anestetikum dapat menjadi pilihan dalam menjawab tantangan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat stres dan nyeri anak antara penyuntikan menggunakan alat CCLAD disertai fitur musik (Soga Smart I®) dengan alat CCLAD (The Wand Plus®) menggunakan buffer anestetikum sodium bicarbonate 8,4 %. Jenis penelitian adalah eksperimental semu dengan pengambilan sampel secara purposive sampling dengan kriteria inklusi: anak usia 6 hingga 9 tahun dengan indikasi injeksi palatal, serta menyetujui informed consent. Kriteria eksklusi; anak yang memiliki anomali pertumbuhan perkembangan baik fisik maupun mental. Tingkat stres diukur melalui kadar enzim sAA (salivary Alfa Amylase) menggunakan alat Cocorometer® dan tingkat nyeri dinilai melalui denyut nadi dan SpO2 yang diukur menggunakan pulse oximetry serta penilaian perilaku anak dengan skor FLACC (Face, Legs, Activity, Cry and Consolability). Analisis statistik yang digunakan adalah t-test, Wilcoxon dan Mann-Whitney dengan taraf signifikansi < 0,05. Hasil penelitian mengenai gambaran nilai seluruh sub-variabel pada setiap perlakuan menunjukkan terdapat peningkatan nilai rata-rata denyut nadi setelah penyuntikan dengan alat CCLAD memakai fitur musik dan penurunan nilai rata-rata denyut nadi setelah penyuntikan menggunakan alat CCLAD memakai buffer anestetikum. Pada pengukuran SpO2, terdapat kesamaan nilai rata-rata saat sebelum dan sesudah penyuntikan dengan kedua alat CCLAD. Pada pengukuran nilai rata-rata kadar enzim sAA, terdapat peningkatan sesudah penyuntikan dengan kedua alat CCLAD. Pada pengukuran skor FLACC, terdapat penurunan nilai rata-rata ranks sesudah penyuntikan dengan kedua alat CCLAD. Hasil uji kesamaan pada seluruh sub-variabel antar perlakuan menunjukkan hasil non-signifikan. Simpulan penelitian adalah terdapat kesamaan tingkat stres dan nyeri anak antara penyuntikan menggunakan alat CCLAD yang memakai fitur musik (Soga Smart I®) dan alat CCLAD (The Wand Plus®) yang memakai buffer anestetikum (sodium bicarbonate 8,4 %).
  • Item
    HUBUNGAN ANTARA FUNGSI ORAL SISTEM STOMATOGNATI DENGAN PERILAKU MAKAN (PICKY EATER) PADA ANAK STUNTING
    (2023-10-11) WITA PUSPITASARI; Arlette Suzy Puspa Pertiwi; Meirina Gartika
    Stunting merupakan dampak dari tidak terpenuhinya gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan anak dan dapat berlanjut pada usia prasekolah karena asupan gizi yang tidak adekuat untuk kejar tumbuh. Asupan gizi yang tidak adekuat diantaranya disebabkan oleh hambatan pada perkembangan fungsi oral dan perilaku makan picky eating. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran fungsi oral pada anak stunting, mengetahui gambaran perilaku makan pada anak stunting, menganalisis perbedaan fungsi oral sistem stomatognati pada anak stunting dan non-stunting, menganalisis perbedaan perilaku makan pada anak stunting dan non-stunting, dan menganalisis hubungan antara fungsi oral sistem stomatognati dengan perilaku makan (picky eater) pada anak stunting. Jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional, dilakukan pada 73 anak stunting dan 74 anak non-stunting sebagai kontrol di Posyandu cakupan Puskesmas Caringin, Kelurahan Margahayu Utara dan Babakan Ciparay, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung. Fungsi oral sistem stomatognati dinilai menggunakan Mouth Rinsing Functional Test (MRF-T) yang ekefektifannya telah diuji oleh Ogawa, dan perilaku makan anak dinilai menggunakan kuesioner Child Eating Behavior Questionnaire (CEBQ) dikembangkan dan divalidasi pertama kali oleh Wardle (Spearman Brown = 0,792). Hasil penelitian dianalisis statistik dengan uji parametrik independence t-test, uji non parametrik Mann Whitney dan korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan terdapat perbedaan fungsi oral sistem stomatognati pada anak stunting dan non-stunting yaitu p-value = 0,001; terdapat perbedaan perilaku makan pada anak stunting dan non-stunting yaitu pvalue food approach, food avoidant dan food fussiness secara berturut-turut 0,041, 0,001, dan 0,001; dan tidak terdapat hubungan antara fungsi oral sistem stomatognati dengan perilaku makan pada anak stunting yaitu p-value fungsi oralfood approach, fungsi oral-food avoidant dan fungsi oral-food fussiness secara berturut-turut 0,016, 0,228, dan 0,198. Simpulan penelitian adalah gambaran fungsi oral pada anak stunting mayoritas berada pada kategori simetri, gambaran perilaku makan pada anak stunting adalah food avoidant atau menghindari makanan dan berdasarkan food fussiness mayoritas masuk pada kategori pilih-pilih makanan, terdapat perbedaan fungsi oral sistem stomatognati pada anak stunting dan non-stunting, terdapat perbedaan perilaku makan pada anak stunting dan non-stunting, serta tidak terdapat hubungan antara fungsi oral sistem stomatognati dengan perilaku makan (picky eater) pada anak stunting.
  • Item
    Pengaruh Penggunaan Flipchart Tooth Brushing Visual Pedagogy Terhadap Status Kebersihan Gigi Anak Gangguan Spekturm Autisme
    (2023-10-12) HANNA RIA LESTARI TARIGAN; Arlette Suzy Puspa Pertiwi; Inne Suherna Sasmita
    Gangguan Spektrum Autisme (GSA) adalah spektrum gangguan yang memengaruhi keterampilan sosial, komunikasi individu, dan fungsi kognitif dengan awitan khas pada anak usia dini, yang dapat berlanjut hingga usia dewasa. Anak GSA dinilai lebih rentan mengalami penyakit mulut daripada individu normal. Anak GSA mengalami kesulitan dalam mempelajari keterampilan dasar perawatan diri termasuk menyikat gigi terkait gangguan perilaku, minat dan aktivitas terbatas, ketangkasan manual terbatas, dan masalah sensorik. Penggunaan visual pedagogy dapat meningkatkan keterampilan kebersihan mulut dan kerja sama anak GSA. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penggunaan flipchart Tooth Brushing Visual Pedagogy terhadap status kebersihan gigi anak GSA. Metode penelitian korelasional dilakukan pada 24 anak GSA yang terbagi menjadi dua kelompok di Yayasan Biruku Kota Bandung. Penilaian indeks plak dengan Patient Hygiene Perfomance (PHP) dilakukan dalam tiga kali pemeriksaan. Analisis data menggunakan statistik non-parametrik berupa analisis korelasional rank spearman. Hipotesis diuji dengan statistik t-test. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh penggunaan flipchart Tooth Brushing Visual Pedagogy terhadap status kebersihan gigi anak GSA yang tidak signifikan dengan p-value > 0,05. Analisis uji kesamaan indeks PHP rata-rata berdasarkan waktu menunjukkan hubungan non signifikan dan tidak berbeda pada pemeriksaan pertama dan kedua dengan p-value > 0,05 (0,3026 dan 0,1865), sedangkan pada pemeriksaan ketiga analisis menunjukkan hubungan yang signifikan dan berbeda p-value < 0,05 (0,0139). Simpulan penelitian adalah terdapat pengaruh penggunaan flipchart TBVP terhadap status kebersihan gigi anak GSA. Penggunaan flipchart TBVP dapat menurunkan indeks plak dan meningkatkan status kebersihan gigi anak GSA, namun tingkat kekuatan korelasinya sangat lemah.
  • Item
    Hubungan Tingkat Keparahan Karies dengan Oral Health Related Quality of Life (OHRQoL) Anak Stunting
    (2023-10-11) AFIRA ANDJANI; Arlette Suzy Puspa Pertiwi; Ratna Indriyanti
    Stunting merupakan gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Stunting diukur dengan indikator pengukuran tinggi badan terhadap usia TB/U menurut World Health Organization (WHO) child growth standard. Anak stunting lebih rentan untuk terkena karies gigi karena adanya perubahan karakteristik saliva seperti penurunan laju dan pH. WHO mengakui bahwa kesehatan gigi dan mulut yang buruk dapat memiliki dampak mendalam pada kualitas hidup (QoL) di masyarakat. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan tingkat keparahan karies dengan Oral Health-Related Quality of Life (OHRQoL) pada anak stunting. Metode penelitian analitik korelasional dilakukan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Caringin pada 74 anak stunting berusia 3-5 tahun. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk menilai tingkat keparahan karies. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan pengisian kuesioner Early Childhood Oral Health Impact Scale (ECOHIS) oleh seluruh ibu dari anak stunting. Analisis data menggunakan uji non-parametrik Spearman Correlation dan uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keparahan karies pada anak stunting yang dinilai menggunakan indeks International Caries Detection and Assessment System (ICDAS) didapatkan dalam kategori rendah (47,30%). OHRQoL anak stunting yaitu kurang berdampak (54,05%). Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan signifikan tingkat keparahan karies terhadap Oral Health Related-Quality of Life pada anak stunting, dengan nilai p-value 0,0002 (p-value <0,05). Simpulan penelitian adalah tingkat keparahan karies berhubungan dengan Oral Health-Related Quality of Life (OHRQoL) anak stunting, meningkatnya keparahan karies maka oral health related quality of Life (OHRQoL) anak stunting semakin menurun.
  • Item
    EVALUASI KEMAMPUAN MELAKUKAN GERAKAN LATIHAN OTOT OROFASIAL MENGGUNAKAN VIDEO ANIMASI DAN LATIHAN MANUAL PADA ANAK SINDROM DOWN
    (2024-01-07) LENDRI NUGRAHENI ASTUTI; Risti Saptarini Primarti; Williyanti Suwondo
    Hipotonia merupakan manifestasi umum yang diamati pada Sindrom Down terutama mengenai otot pengunyahan dan orofaringeal, dapat menyebabkan ketidakseimbangan kekuatan otot antara bibir dan lidah. Manajemen perilaku latihan otot orofasial pada anak Sindrom Down dapat menggunakan video animasi dan latihan manual. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kemampuan melakukan gerakan latihan otot orofasial dengan video animasi, latihan manual, dan gabungan video animasi dan latihan manual pada anak Sindrom Down. Jenis penelitian adalah eksperimen semu dilakukan pada 12 anak Sindrom Down di Yayasan POTADS Kota Bandung. Penelitian dilakukan di RSGM UNPAD. Kemampuan latihan otot orofasial diukur menggunakan kriteria penilaian Object Retrieval Through Observational Learning Rating Criteria menurut Esseily. Hasil penelitian dianalisis statistik dengan uji Repeated Measures Anova dan uji Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan latihan manual memiliki keberhasilan lebih baik dibandingkan video animasi dalam kemampuan melakukan gerakan. Hasil analisis latihan manual pada tingkat kesulitan mudah hari ke-5 dan ke-10, tingkat kesulitan sedang hari ke-5 dan ke-10, dan tingkat kesulitan sulit hari ke-1 sampai ke-20 memiliki p value0,05. Simpulan penelitian adalah latihan manual lebih berhasil dibandingkan video animasi dalam kemampuan melakukan gerakan latihan otot orofasial, gabungan video animasi dan latihan manual lebih berhasil dibandingkan video animasi dalam kemampuan melakukan gerakan latihan otot orofasial, dan latihan manual memiliki keberhasilan yang sama dengan gabungan video animasi dan latihan manual dalam kemampuan melakukan gerakan latihan otot orofasial.
  • Item
    HUBUNGAN ANTARA KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN ORAL HEALTH RELATED QUALITY OF LIFE PADA ANAK DISABILITAS INTELEKTUAL
    (2023-10-12) LILA SARI; Eka Chemiawan; Eriska Riyanti
    Kesehatan gigi dan mulut anak disabilitas intelektual (DI) merupakan elemen penting yang mempengaruhi kesehatan secara umum. Anak DI membutuhkan bantuan dari orang tua atau pengasuh dalam perawatan sehari-hari. Perspektif dari orang tua dan pengasuh akan mempengaruhi bagaimana cara mereka memilih dan melakukan perawatan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada anak DI dari perspektif orang tua atau pengasuh. Metode penelitian analitik korelasional dilakukan di Sekolah Luar Biasa (SLB) bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Bandung dengan total 43 anak dan orang tua atau pengasuh. Oral Health-Related Quality of Life (OHRQoL) diukur dengan kuesioner Parents-Caregiver Perceptions Questionnaires 16-item short form (PCPQ-16). Pengukuran untuk menganalisis kebersihan rongga mulut menggunakan indeks OHI-S dan tingkat karies menggunakan indeks DMF-T dan deft-t. Berdasarkan kuesioner dan pemeriksaan klinis didapati status kebersihan mulut sedang (skor 2,1), status karies gigi permanen sangat tinggi (skor 4,6), status karies gigi sulung sedang (skor 3,7) dan OHRQoL dengan kategori kurang berdampak sebesar 69,77%. Terdapat hubungan yang signifikan antara status kebersihan mulut dan status karies dengan p-value 0,0051, namun analsis antara variabel lain memiliki hubungan yang tidak signifikan. Hubungan signifikan juga terlihata antara kesehatan gigi dan mulut dengan OHRQoL (p-value 0,0000). Terdapat hubungan antara status kebersihan mulut dan kebersihan gigi. Terdapat hubungan antara kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut dari perspektif orang tua atau pengasuh pada anak DI di SLB D YPAC Bandung.
  • Item
    Hubungan Kebiasaan Bernapas Melalui Mulut dengan Sleep Disorder Breathing pada Penyandang Down Syndrome
    (2023-10-11) VANIA CHRISTIANI; Ratna Indriyanti; Williyanti Suwondo
    Bernapas melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan buruk yang umum terjadi pada penyandang Down syndrome, merupakan salah satu gejala dari sleep disorder breathing (SDB). SDB adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. SDB disebabkan karena penyempitan saluran napas atas dan mengakibatkan gangguan ventilasi dan kualitas tidur yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan bernapas melalui mulut dengan SDB pada penyandang Down Syndrome. Metode penelitian adalah observasional analitik dengan menggunakan Sleep Questionnaire for Children with Down syndrome menurut penelitian Emma Sanders, dkk. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling dan didapatkan 33 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah penyandang Down syndrome dengan usia 2-17 tahun dan orang tua penyandang Down syndrome yang bersedia menandatangani informed concent sebagai persetujuan mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah penyandang Down syndrome yang tidak kooperatif, orang tua penyandang Down syndrome yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap, dan 0rang tua yang memiliki keterbatasan khusus untuk mengisi kuisioner seperti keterbatasan fisik dan mental. Data diuji secara statistik menggunakan uji Ekstrak Fisher. Hasil penelitian menunjukkan persentase penyandang Down syndrome yang bernapas melalui mulut 27,3% dan penyandang Down syndrome yang mengalami SDB 42,4%. Penelitian dari 14 anak menunjukkan SDB sejumlah 4 orang anak memiliki kebiasaan bernapas melalui mulut dengan p-value = 1,0. Simpulan penelitian adalah tidak terdapat hubungan antara kebiasaan bernapas melalui mulut dengan SDB.
  • Item
    Hubungan Frekuensi Konsumsi Pangan yang Mengandung Gluten dan Kasein terhadap Indeks Karies serta Massa Tubuh pada Anak Gangguan Spektrum Autisme
    (2023-10-11) HANIFAH SEPTIANTI; Inne Suherna Sasmita; Iwan Ahmad Musnamirwan
    Diet bebas gluten dan kasein merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki gejala serta berkontribusi pada perjalanan penyakit yang lebih baik pada gangguan spektrum autisme (GSA). Selektivitas makanan yang lebih tinggi pada anak GSA membatasi mereka dari asupan protein yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan rongga mulut serta berkontribusi pada indeks massa tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara frekuensi konsumsi pangan yang mengandung gluten dan kasein terhadap indeks karies serta massa tubuh pada anak GSA di Yayasan Biruku Indonesia. Metode penelitian analitik dilakukan dengan pemeriksaan indeks karies DMFT/deft, pengukuran tinggi badan, dan berat badan pada 29 anak GSA, serta teknik wawancara menggunakan Food Frequency Questionnaire pada orang tua/pengasuh. Data yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan Spearman’s Rank Correlation. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi konsumsi pangan yang mengandung gluten dan kasein pada anak GSA adalah ‘rendah’ (Rata-rata = 206), indeks deft ‘sedang’ (Rata-rata = 3,62), indeks DMFT ‘rendah’ (Rata-rata = 2) dan indeks massa tubuh ‘normal’ (Rata-rata = 21,5). Hubungan frekuensi konsumsi pangan yang mengandung gluten dan kasein dengan indeks deft tidak signifikan (p-value = 0,2474), hubungan dengan indeks DMFT dan massa tubuh signifikan (p-value = 0,0070 dan 0,0066). Simpulan penelitian adalah tidak terdapat hubungan frekuensi konsumsi pangan yang mengandung gluten dan kasein dengan indeks deft pada anak GSA, sedangkan terdapat hubungan frekuensi konsumsi pangan yang mengandung gluten dan kasein terhadap indeks DMFT serta massa tubuh pada anak GSA. Semakin tinggi frekuensi konsumsi pangan yang mengandung gluten dan kasein, maka indeks DMFT dan massa tubuh pada anak GSA semakin meningkat.
  • Item
    ANALISIS KETERAMPILAN ARTIKULASI ANTARA ANAK BERNAPAS MELALUI MULUT DAN ANAK BERNAPAS NORMAL MENGGUNAKAN METODE DIADOKOKINESIS PADA SOFTWARE PRAAT
    (2024-01-08) NANA LILYANI; Kartika Indah Sari; Arlette Suzy Puspa Pertiwi
    Keterampilan artikulasi merupakan aspek penting dalam perkembangan bahasa pada anak-anak yang dapat dihambat oleh adanya kebiasaan bernapas melalui mulut. Bernapas melalui mulut yaitu keadaan menghirup dan menghembuskan napas melalui mulut karena obstruksi pada hidung, kebiasaan buruk, dan gangguan anatomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan artikulasi antara anak yang bernapas melalui mulut dan anak yang bernapas normal berdasarkan parameter waktu pelafalan, pitch, dan intensitas. Metode diadokokinesis diterapkan pada penelitian ini untuk mengukur gerakan tepat dan cepat pada sistem fonetik. Penelitian ini melibatkan sekelompok anak usia sekolah dasar yang terbagi menjadi dua kelompok: kelompok anak yang bernapas melalui mulut dan kelompok anak yang bernapas normal. Data akan dikumpulkan melalui perekaman suara menggunakan software Praat. Analisis hasil mencakup parameter waktu pelafalan, pitch, dan intensitas suara. Hasil penelitian, keterampilan artikulasi anak bernapas melalui mulut lebih lama berdasarkan parameter waktu pelafalan (p=0,001;p<0,005), lebih tinggi berdasarkan parameter pitch (p=0,002;p<0,005), dan lebih kuat berdasarkan parameter intensitas (p=0,003;p <0,005) dibandingkan anak bernapas normal. Simpulan terdapat perbedaan keterampilan artikulasi antara anak bernapas melalui mulut dan anak bernapas normal berdasarkan parameter waktu pelafalan, pitch, dan intensitas.
  • Item
    Hubungan Penilaian Diet dan Perilaku Kebersihan Mulut Dengan Status Kesehatan Mulut Remaja Putri (Suatu Studi Survey Dalam Upaya Pencegahan Stunting)
    (2022-10-14) YUNNY MAHRIANI; Arlette Suzy Puspa Pertiwi; Iwan Ahmad Musnamirwan
    Kelompok yang rentan mengalami masalah nutrisi adalah remaja, khususnya remaja putri, yaitu dengan menjaga status nutrisi dan kebersihan mulutnya. Mempersiapkan diri sejak pranikah, yaitu pada calon pengantin terutama calon pengantin putri sampai pada masa sebelum hamil, hamil, dan pasca melahirkan, hal tersebut yang perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh langsung terhadap janin yang dikandungnya. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan penilaian diet dengan status kesehatan mulut remaja putri, hubungan antara perilaku kebersihan mulut dengan status kesehatan mulut remaja putri, dan hubungan antara penilaian diet dan perilaku kebersihan mulut dengan status kesehatan mulut remaja putri. Jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional, dilakukan pada 96 remaja putri di SMPN 26 dan SMP Muhammadiyah 6 Bandung. Penilaian diet dilihat dari perilaku makan dan antropometri. Perilaku makan menggunakan Kuesioner Adolescent Food Habits Checklist (Cronbach alpha=0.86) dan pemeriksaan antropometri dilakukan dengan melihat tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan atas menggunakan standar dari PERMENKES tahun 2020. Perilaku kebersihan mulut menggunakan kuesioner Oral Health Behavior (Cronbach alpha=0,842). Status kesehatan mulut menggunakan kuesioner Dental Health Status Assessment (Cronbach alpha=0,842). Hasil penelitian dianalisis statistik dengan uji korelasi Spearman’s Rank Correlation dan Regresi Linier Ganda. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penilaian diet dengan status kesehatan mulut, yaitu perilaku makan dengan rs=0,082 dan p-value=0,429; pemeriksaan antropometri dengan p-value=0,262; terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kebersihan mulut dengan status kesehatan mulut dengan rs=0,3 dan p-value=0,003; tidak terdapat hubungan antara penilaian diet dan perilaku kebersihan mulut dengan status kesehatan mulut, dengan r 2 multiple=13,2%. Simpulan penelitian adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penilaian diet dengan status kesehatan mulut remaja putri, terdapat hubungan antara perilaku kebersihan mulut dengan status kesehatan mulut remaja putri, dan tidak terdapat hubungan antara penilaian diet dan perilaku kebersihan mulut dengan status kesehatan mulut remaja putri.
  • Item
    HUBUNGAN KETERAMPILAN MOTORIK BICARA DENGAN INTELIGIBILITAS BICARA SEBAGAI PENILAIAN KEMAMPUAN BICARA ANAK SINDROMA DOWN
    (2023-10-12) MIRANTINI APRILISNA; Risti Saptarini Primarti; Kartika Indah Sari
    Anak Sindroma Down menunjukkan beberapa anomali anatomis dan keterbatasan fungsi rongga mulut. Anomali anatomis yang ditemukan meliputi ukuran lidah relatif besar dan palatum sempit, serta hipotonia pada otot orofasial, yang berdampak pada gangguan motorik bicara sehingga sulit untuk dipahami. Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan keterampilan motorik bicara berdasarkan parameter laju kecepatan dan akurasi/konsistensi motorik bicara dengan inteligibilitas bicara sebagai penilaian kemampuan bicara anak Sindroma Down. Populasi pada penelitian ini adalah anak Sindroma Down terdaftar di Yayasan POTADS yang melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut UNPAD bulan Mei - Juni tahun 2023. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan consecutive sampling, dengan kriteria inklusi anak kooperatif dengan usia anak 8-18 tahun dan orang tua bersedia terlibat dalam penelitian. Keterampilan motorik bicara menggunakan metode Oral Diadokokinesis (ODK) dengan parameter yang diukur adalah laju kecepatan dan akurasi/konsistensi motorik bicara, serta inteligibilitas bicara menggunakan Intelligibility in Context Scale (ICS). Studi korelasi analitik observasional dengan rancangan potong lintang. Analisis korelasi dilakukan menggunakan uji Rank Spearman, dan kemaknaan hasil uji statistik ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05. Sebanyak 19 anak dan orang tua diikutsertakan dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara skor laju kecepatan motorik bicara dengan skor ICS (r = 0,663; nilai p = 0,002), dan terdapat hubungan bermakna antara skor akurasi/konsistensi motorik bicara dengan ICS (r = 0,649; nilai p = 0,003). Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara keterampilan motorik bicara berdasarkan parameter laju kecepatan dan akurasi/konsistensi motorik bicara dengan inteligibilitas bicara sebagai penilaian kemampuan bicara anak Sindroma Down.
  • Item
    Hubungan Celah Bibir Langit-langit Unilateral dan Bilateral Komplit dengan Malposisi dan Malformasi Gigi Insisivus Lateral Maksila
    (2022-10-17) RIZQA SEPTIANOLY PRATIWI; Eka Chemiawan; Williyanti Suwondo
    ABSTRAK Celah bibir langit-langit merupakan adanya deformitas fasial yang memungkinkan gigi sulung dan permanen juga dapat terkena dampak anomali seperti malposisi dan malformasi. Gigi insisivus lateral adalah yang paling umum terkena pada pasien dengan celah bibir langit-langit. Diagnosis malposisi dan malformasi gigi dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan klinis, dan evaluasi diagnostik berupa model studi, foto klinis, dan radiograf panoramik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan celah bibir langit-langit unilateral dan bilateral komplit dengan malposisi dan malformasi gigi insisivus lateral maksila. Metode penelitian adalah analitic cross-sectional, dengan sampel penelitian berupa 35 data primer pemeriksaan klinis dan data sekunder radiograf panoramik pasien anak 5-13 tahun di YPPCBL RSGM Universitas Padjadjaran Bandung. Penelitian ini melihat kondisi anomali gigi secara klinis dan intepretasi dari radiograf panoramik. Data dianalisis menggunakan analisis Konkordal Kendall dan korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan impaksi merupakan jenis malposisi gigi insisivus lateral maksila yang paling banyak ditemui pada celah bibir langit-langit unilateral maupun bilateral komplit. Peg shape merupakan jenis malformasi gigi insisivus lateral maksila yang paling banyak ditemui pada celah bibir langit-langit unilateral komplit sinistra. Angka agenesis gigi insisivus lateral maksila paling tinggi ditemui pada celah bibir langit-langit bilateral komplit dibandingkan dengan unilateral komplit. Terdapat hubungan antara celah bibir langit-langit unilateral dan bilateral komplit teruji signifikan secara statistik sebesar 78% dengan p-value = 5,69E-32 < 0,05. Simpulan penelitian yaitu terdapat hubungan antara celah bibir langit-langit unilateral dan bilateral komplit dengan malposisi dan malformasi gigi insisivus lateral maksila.
  • Item
    Hubungan Parenting Stress Pada Orang Tua Dengan Oral Health-Related Quality of Life (OHRQoL) Anak Tuna Rungu
    (2022-10-15) AMILA YASHNI MAULUDI ABDALLAH; Ratna Indriyanti; Inne Suherna Sasmita
    Parenting stress merupakan reaksi psikologis yang tidak menyenangkan terhadap tuntutan sebagai orang tua, dapat terjadi pada orang tua yang memiliki anak tuna rungu. Tingkat parenting stress yang tinggi pada orang tua menyebabkan pengasuhan yang kurang efektif, terkait dengan kualitas hidup yang rendah pada anak-anak tersebut. Hambatan terhadap perawatan kesehatan gigi dan mulut dapat memperburuk Oral Health-Related Quality of Life (OHRQoL). Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi hubungan parenting stress pada orang tua dengan OHRQoL anak tuna rungu. Metode penelitian adalah analitik dengan survey menggunakan kuisioner PSI-SF dan PCPQ. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive Sampling dan didapat 29 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Data diuji secara statistik menggunakan uji non parametrik Spearman Correlation dan uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara parenting stress pada orang tua dengan OHRQoL anak tuna rungu, dengan nilai rs = 0,43 dan p-value = 0,0100 yang menunjukkan terdapat hubungan parenting stress pada orang tua dengan OHRQoL anak tuna rungu. Simpulan penelitian adalah terdapat hubungan parenting stress pada orang tua dengan OHRQoL anak tuna rungu.
  • Item
    Hubungan antara Sleep-Disordered Breathing dengan Oral Health Related Quality Of Life (OHRQoL) Anak Mouth Breathing
    (2022-10-14) MEI LINA LESTARI SIBURIAN; Risti Saptarini Primarti; Eka Chemiawan
    Sleep-disordered breathing (SDB) dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas pernapasan selama tidur dan berhubungan dengan penyempitan saluran napas atas yang mengganggu ventilasi, dan menyebabkan desaturasi oksihemoglobin dan penurunan kualitas tidur. Mouth breathing merupakan faktor etiologi terjadinya SDB. SDB merupakan masalah klinis yang sering terjadi pada anak dan terdapat sejumlah kesulitan dalam diagnosisnya. Kesehatan mulut merupakan bagian dari kesehatan umum dan adanya hambatan terhadap perawatan kesehatan gigi dan mulut anak dapat memperburuk Oral Health-Related Quality of Life (OHRQoL). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara antara sleep-disordered breathing dengan oral health-related quality of life anak mouth breathing. Metode penelitian adalah deskriptif dan analitik dengan menggunakan kuesioner Pediatric Sleep Questionnaire (PSQ) and Child Oral Health Impact Profile Short Form (COHIP-SF 19). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan multistage random sampling dan didapat 95 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Data diuji secara statistik menggunakan uji non parametrik Mann-Whitney dan Spearman Correlation. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara sleep-disordered breathing dengan oral health-related quality of life anak mouth breathing, dengan nilai rs = -0,724 dan p-value = 0,001. Simpulan penelitian adalah terdapat hubungan antara sleep-disordered breathing dengan OHRQoL anak mouth breathing. Peningkatan keparahan SDB yang dinyatakan oleh nilai skor PSQ tinggi menunjukkan OHRQoL yang rendah.
  • Item
    Hubungan Mouth Breathing dengan Sleep-disordered Breathing pada Anak
    (2022-10-14) ALIANNISYA FATMA; Risti Saptarini Primarti; Iwan Ahmad Musnamirwan
    Mouth breathing merupakan salah satu kebiasaan buruk yang paling banyak terjadi pada anak dan dianggap sebagai kebiasaan bernapas yang tidak normal. Penyebab utama dari sebagian besar kasus mouth breathing adalah adanya jalan napas melalui hidung yang terhambat. Mouth breathing merupakan faktor etiologi terjadinya gangguan pernapasan saat tidur atau sleep-disordered breathing (SDB) pada anak. Penderita SDB sebagian besar tidak menyadari atau tidak memperdulikan adanya gangguan tersebut dan masih dianggap sebagai suatu hal yang biasa dan tidak berbahaya. Kesulitan dalam mendeteksi SDB merupakan tantangan bagi seluruh tenaga medis karena gangguan ini merupakan salah satu kondisi yang cukup berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas penderitanya. Penegakan diagnosis SDB dapat dilakukan secara subjektif melalui anamnesis, pemeriksaan klinis, dan penggunaan kuesioner Pediatric Sleep Questionnaire (PSQ). Penelitian dilakukan di 3 Sekolah Dasar Negeri di Kota Bandung, yaitu SDN 001 Merdeka, SDN 062 Ciujung, dan SDN 054 Tikukur. Penelitian diawali dengan melakukan pemeriksaan klinis terhadap 343 anak yang terdiri dari 193 anak laki-laki dan 150 anak perempuan yang berusia 8-9 tahun untuk mendeteksi adanya kebiasaan mouth breathing. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan pengisian kuesioner Pediatric Sleep Questionnaire (PSQ) melalui google form oleh seluruh orang tua murid yang sebelumnya sudah diberikan pengarahan dan penyuluhan secara daring melalui aplikasi zoom meeting. Berdasarkan pemeriksaan klinis yang dilakukan, didapatkan 95 anak (27,7%) memiliki kebiasaan mouth breathing. Anak dengan kebiasaan mouth breathing memiliki skor PSQ dengan nilai rata-rata (15,55), nilai median (19,05), dan nilai rentang (4,54-58,82) lebih tinggi dibandingkan dengan skor PSQ anak tanpa kebiasaan mouth breathing. Sebanyak 41,1% anak dengan mouth breathing tergolong mengalami SDB dengan angka risiko relatif (RR) = 4,24. Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan mouth breathing dengan sleep-disordered breathing pada anak. Anak dengan kebiasaan mouth breathing mempunyai risiko 4,24 kali lebih tinggi mengalami sleep-disordered breathing (SDB).
  • Item
    Hubungan antara Parenting Stress dengan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak pada Tuna Rungu (Studi di Sekolah Luar Biasa Negeri Cicendo)
    (2022-10-14) MEUTIA ADENIA; Inne Suherna Sasmita; Meirina Gartika
    Tuna rungu didefinisikan sebagai ketidakmampuan total atau sebagian untuk mendengar pada satu atau kedua telinga. Parental Distress adalah bagian dari parenting stress yang merupakan tingkat kesedihan, kecemasan, atau rasa sakit yang luar biasa yang dialami oleh orang tua. Pengalaman pribadi dan tekanan pribadi semasa kecil mempengaruhi parental ditress. Tekanan psikologis ibu memprediksi sikap dan pengetahuan gigi dan mulut anaknya. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik. Subjek orang tua dengan dengan anak tuna rungu berusia 6-12 tahun. Tekhnik sampling yang digunakan purposive sampling sehingga didapatkan total sample 29. Pengukuran dilakukan dengan kuisioner Parental distress yang merupakan bagian dari parenting stress milik Abidin serta World Health Organization. Analsisis bivariat Spearman Correlation untuk mengukur hubungan antara parental disstres dengan sikap dan hubungan antara parental distress dengan pengentahuan. Kendal Coefficient of Concordance digunakan untuk mengetahaui hubungan antara parental distress dengan sikap dan pengetahuan menganalisis data tersebut. Hasil penelitian menunjukan mayoritas gambaran tingkat parental disetress orang tua dan anak di SLB Cicendo adalah tipikal (58,62%), memiliki pengetahuan (65,52%) yang baik serta sikap (68,97%) yang baik. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara parental distress dengan pengetahuan (p-value=0,582) dan sikap (p-value=0,054) secara terpisah. Analisis ketiga variable bersamaan menunjukan hubungan signifikan (W=0,336). Simpulan Penelitian adalah tidak terdapat hubungan antara parental distress dengan pengetahuan orang tua tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak tuna rungu, tidak terdapat hubungan antara parental distress dengan sikap orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak tuna rungu, parental distress memiliki hubungan terhadap pengetahuan dan sikap orang tua tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak tuna rungu. Semakin tinggi parental distress, maka pengetahuan semakin rendah. Semakin tinggi parental distress, maka sikap semakin rendah. Kata kunci : Parental distress, pengetahuan dan sikap, parenting stre
  • Item
    Aktivitas Antibakteri Senyawa Flavonoid Buah Merah (Pandanus Conoideus Lam.) terhadap Enzim Muramidase A dan Glucosyltransferase P Streptococcus sanguinis secara In Silico
    (2022-10-15) ANDI SRI PERMATASARI; Arlette Suzy Puspa Pertiwi; Meirina Gartika
    Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) merupakan tanaman asli dari Papua, Indonesia. Senyawa flavonoid buah merah memiliki aktivitas antibakteri. Streptococcus sanguinis merupakan bakteri gram-positif dalam rongga mulut yang menjadi pionir dalam pembentukan biofilm. Dinding sel tersusun oleh peptidoglikan yang tebal. Muramidase A (murA) adalah enzim berperan pada biosintesis peptidoglikan. Streptococcus sanguinis memiliki glucosyltransferase P (gtfP) yang menghasilkan glukan pada pembentukan biofilm. MurA dan gtfP dapat dijadikan target antibakteri. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis aktivitas antibakteri senyawa flavonoid buah merah (Pandanus conoideus Lam.) terhadap muramidase A dan glucosyltransferase P pada Streptococcus sanguinis secara in silico. Penelitian menggunakan metode molecular docking secara in silico untuk melihat aktivitas antibakteri antara senyawa empat senyawa flavonoid buah merah (quercetin, quercetin 3 methyl ether, quercetin 3 glucoside, dan taxifolin) terhadap murA (1AIU) dan gtfP (3AIE) menggunakan software Autodock Tools. Aktivitas antibakteri dilihat dari nilai binding affinity dan Ki (Konstanta inhibisi). Quercetin 3 glucoside menunjukkan nilai binding affinity dan Ki paling kecil terhadap murA dibandingkan ketiga senyawa flavonoid lain dan klorheksidin, yaitu -11.11 kcal/mol dan 0.007 µM. Binding affinity dan Ki Quercetin 3 glucoside juga menunjukkan nilai paling kecil terhadap gtfP dibandingkan ketiga senyawa flavonoid lain, yaitu -5.96 kcal/mol dan 42.50 µM. Klorheksidin sebagai kontrol positif menunjukkan nilai paling kecil. Simpulan dalam penelitian adalah senyawa flavonoid pada buah merah memiliki aktivitas antibakteri terhadap murA dan gtfP pada Streptococcus sanguinis. Quercetin 3 glucoside merupakan senyawa yang paling baik dalam menghambat murA dan gtfP.
  • Item
    Hubungan antara Parenting Stress dengan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Celah Bibir dan Langit-langit
    (2022-10-14) NIDIA RISKY PRIMANDA; Williyanti Suwondo; Ratna Indriyanti
    Pendahuluan: Parenting stress adalah bentuk kecemasan orang tua yang berlebihan dalam mengasuh dan membesarkan anaknya. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh usia saat memiliki anak, tingkat pendidikan, dan pekerjaan orang tua. Anak celah bibir dan langit-langit (CBL) memiliki kelainan secara fisik dan berbagai masalah rongga mulut yang menjadi faktor penyebab parenting stress di tahun-tahun awal mengasuh anak. Parenting stress dapat berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap orang tua tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara parenting stress dengan pengetahuan dan sikap orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak celah bibir dan langit-langit (CBL). Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan total sampel 40 subjek. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, kemudian diuji korelasi dengan Spearman’s Rank dan Kendall Coefficient of Concordance. Jenis kuesioner yang digunakan adalah angket berstruktur dan berbentuk closed ended item. Hasil: Mayoritas gambaran tingkat parenting stress orang tua anak CBL adalah sedang (67,5%), dengan tingkat pengetahuan kurang (55%), dan sikap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang cukup (65%). Hubungan antara parenting stress dengan pengetahuan orang tua tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yaitu memiliki p-value > 0,05 (0,0863) dengan keterkaitan antar kedua variabel sebesar 4,84%. Hubungan antara parenting stress dengan sikap orang tua tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut memiliki koefisien korelasi (rs) sebesar 0,11, dengan nilai p-value > 0,05 (0,2418). Hubungan antara parenting stress, pengetahuan, dan sikap adalah tidak signifikan secara statistik dengan p-value > 0,05 (0,2930), dengan korelasi W: 0,031 (0,00-0,25). Simpulan: Kategori terbanyak untuk parenting stress orang tua anak CBL adalah sedang, dengan tingkat pengetahuan kurang, dan sikap yang cukup. Terdapat hubungan antara parenting stress dengan pengetahuan orang tua tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang memiliki keterkaitan lemah, sehingga hubungan tersebut tidak bermakna, terdapat hubungan antara parenting stress dengan sikap orang tua memiliki keterkaitan yang lemah, sehingga hubungan tersebut tidak bermakna, dan terdapat hubungan antara parenting stress dengan pengetahuan dan sikap orang tua tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak CBL dengan keterkaitan yang lemah, sehingga hubungan tersebut tidak bermakna.