Ilmu Kesehatan Gigi Anak (Sp.)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Ilmu Kesehatan Gigi Anak (Sp.) by Title
Now showing 1 - 20 of 114
Results Per Page
Sort Options
Item Aktivitas Antibakteri Senyawa Flavonoid Buah Merah (Pandanus Conoideus Lam.) terhadap Enzim Muramidase A dan Glucosyltransferase P Streptococcus sanguinis secara In Silico(2022-10-15) ANDI SRI PERMATASARI; Arlette Suzy Puspa Pertiwi; Meirina GartikaBuah merah (Pandanus conoideus Lam.) merupakan tanaman asli dari Papua, Indonesia. Senyawa flavonoid buah merah memiliki aktivitas antibakteri. Streptococcus sanguinis merupakan bakteri gram-positif dalam rongga mulut yang menjadi pionir dalam pembentukan biofilm. Dinding sel tersusun oleh peptidoglikan yang tebal. Muramidase A (murA) adalah enzim berperan pada biosintesis peptidoglikan. Streptococcus sanguinis memiliki glucosyltransferase P (gtfP) yang menghasilkan glukan pada pembentukan biofilm. MurA dan gtfP dapat dijadikan target antibakteri. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis aktivitas antibakteri senyawa flavonoid buah merah (Pandanus conoideus Lam.) terhadap muramidase A dan glucosyltransferase P pada Streptococcus sanguinis secara in silico. Penelitian menggunakan metode molecular docking secara in silico untuk melihat aktivitas antibakteri antara senyawa empat senyawa flavonoid buah merah (quercetin, quercetin 3 methyl ether, quercetin 3 glucoside, dan taxifolin) terhadap murA (1AIU) dan gtfP (3AIE) menggunakan software Autodock Tools. Aktivitas antibakteri dilihat dari nilai binding affinity dan Ki (Konstanta inhibisi). Quercetin 3 glucoside menunjukkan nilai binding affinity dan Ki paling kecil terhadap murA dibandingkan ketiga senyawa flavonoid lain dan klorheksidin, yaitu -11.11 kcal/mol dan 0.007 µM. Binding affinity dan Ki Quercetin 3 glucoside juga menunjukkan nilai paling kecil terhadap gtfP dibandingkan ketiga senyawa flavonoid lain, yaitu -5.96 kcal/mol dan 42.50 µM. Klorheksidin sebagai kontrol positif menunjukkan nilai paling kecil. Simpulan dalam penelitian adalah senyawa flavonoid pada buah merah memiliki aktivitas antibakteri terhadap murA dan gtfP pada Streptococcus sanguinis. Quercetin 3 glucoside merupakan senyawa yang paling baik dalam menghambat murA dan gtfP.Item AKTIVITAS SENYAWA GERANIOL DAUN KEMANGI (OCIMUM AMERICANUM) TERHADAP ENZIM MURAMIDASE A DAN GLYCOSYLTRANSFERASE P STREPTOCOCCUS SANGUINIS SECARA IN SILICO(2022-01-04) RAHASTUTI; Mieke Hemiawati Satari; Yetty Herdiyati SumantadiredjaDaun kemangi Ocimum americanum telah terbukti mempunyai daya antibakteri terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Kandungan terbanyak dari O. americanum adalah terpenoid. Senyawa geraniol merupakan turunan dari terpenoid mempunyai persentase sebesar 37,70%. Bahan alam kemangi (O. americanum) diharapkan menjadi salah satu alternatif bahan obat kumur yang memiliki efek antibakteri terhadap biofilm Streptococcus sanguinis. S. sanguinis adalah bakteri yang paling banyak dalam biofilm rongga mulut dan berkorelasi dengan kesehatan mulut, terutama karies gigi dan penyakit periodontal. Penghambatan biofilm dapat dijadikan tindakan yang diperlukan untuk mengontrol biofilm. Salah satu cara adalah mengganggu dinding sel bakteri dengan menghambat biosintesis peptidoglikan. Enzim Muramidase A (Mur A) berkontribusi pada biosintesis peptidoglikan. Penelitian bertujuan untuk menganalisis aktivitas geraniol daun kemangi (Ocimum americanum) dengan target protein enzim Muramidase A dan Glycosyltransferase P Streptococcus Sanguinis in Silico untuk menemukan senyawa aktif yang diharapkan dapat berperan dalam eksplorasi obat. Penelitian menggunakan metode simulasi docking yang memprediksi interaksi antar molekul, dapat berupa protein termasuk enzim. Struktur kristal Muramidase A (bank data protein ID: 1UAE) dan Glycosyltransferase P (bank data protein ID: 5V4a) diperoleh dari Research Collaboratory for Structural Bioinformatics (RCSB). Analisis in silico menunjukkan geraniol sebagai penghambat enzim Muramidase A dan Glycosyltransferase P. Afinitas pengikatan terhadap enzim Muramidase A dan Glycosyltransferase P adalah -.5,2 Kcal/mol dan -8,6 Kcal/mol lebih tinggi daripada klorheksidin. Hasil penelitian menunjukkan geraniol memiliki aktivitas geraniol terhadap enzim muramidase A dan Glycosyltransferase P S. sanguinis dilihat dari binding affinity, jenis ikatan dan panjang ikatan secara in silico. Simpulan dalam penelitian ini adalah senyawa geraniol memiliki potensi sebagai agen antibakteri alami baru melalui penghambatan enzim Muramidase A dan Glycosyltransferase P Streptococcus sanguinisItem ANALISIS KETERAMPILAN ARTIKULASI ANTARA ANAK BERNAPAS MELALUI MULUT DAN ANAK BERNAPAS NORMAL MENGGUNAKAN METODE DIADOKOKINESIS PADA SOFTWARE PRAAT(2024-01-08) NANA LILYANI; Kartika Indah Sari; Arlette Suzy Puspa PertiwiKeterampilan artikulasi merupakan aspek penting dalam perkembangan bahasa pada anak-anak yang dapat dihambat oleh adanya kebiasaan bernapas melalui mulut. Bernapas melalui mulut yaitu keadaan menghirup dan menghembuskan napas melalui mulut karena obstruksi pada hidung, kebiasaan buruk, dan gangguan anatomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan artikulasi antara anak yang bernapas melalui mulut dan anak yang bernapas normal berdasarkan parameter waktu pelafalan, pitch, dan intensitas. Metode diadokokinesis diterapkan pada penelitian ini untuk mengukur gerakan tepat dan cepat pada sistem fonetik. Penelitian ini melibatkan sekelompok anak usia sekolah dasar yang terbagi menjadi dua kelompok: kelompok anak yang bernapas melalui mulut dan kelompok anak yang bernapas normal. Data akan dikumpulkan melalui perekaman suara menggunakan software Praat. Analisis hasil mencakup parameter waktu pelafalan, pitch, dan intensitas suara. Hasil penelitian, keterampilan artikulasi anak bernapas melalui mulut lebih lama berdasarkan parameter waktu pelafalan (p=0,001;p<0,005), lebih tinggi berdasarkan parameter pitch (p=0,002;p<0,005), dan lebih kuat berdasarkan parameter intensitas (p=0,003;p <0,005) dibandingkan anak bernapas normal. Simpulan terdapat perbedaan keterampilan artikulasi antara anak bernapas melalui mulut dan anak bernapas normal berdasarkan parameter waktu pelafalan, pitch, dan intensitas.Item ANALISIS MEKANISME ANTIBAKTERI SENYAWA NERAL DAUN KEMANGI (O. AMERICANUM) TERHADAP ENZIM MURAMIDASE A DAN GLUCOSYLTRANSFERASE B S. MUTANS SECARA IN SILICO(2022-01-04) PRISKA ANGELIA BUDIONO; Yetty Herdiyati Sumantadiredja; Dikdik KurniaKemangi (O. americanum) merupakan tanaman herbal berasal dari Indonesia dan diketahui memiliki aktivitas antibakteri yang baik. Kandungan terbanyak dari O. americanum adalah trepenoid. Neral merupakan turunan dari terpenoid yang mempunyai presentase sebesar 27,2%. Bahan alam kemangi (O. americanum) diharapkan menjadi salah satu alternatif bahan obat kumur yang memiliki efek antibakteri terhadap biofilm S. mutans. S. mutans dianggap sebagai kontributor penting dalam pembentukan biofilm kariogenik dengan menghasilkan glukan dalam jumlah besar sebagai matriks polisakarida ekstraseluler (EPS) dari sukrosa melalui glukosiltransferase (Gtfs) seperti Gtf B. Penghambatan biofilm dapat dijadikan tindakan untuk mencegah pembentukan biofilm. Salah satu cara adalah mengganggu dinding sel bakteri dengan menghambat biosintesis peptidoglikan. Enzim muramidase A (Mur A) berkontribusi pada biosintesis peptidoglikan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis interaksi yang terbentuk antara senyawa neral dari daun O. americanum terhadap enzim muramidase A dan glukosiltransferase B pada S. mutans dengan metode in silico Penelitian dilakukan dengan docking yang memprediksi interaksi antar molekul. Analisis aktivitas antibakteri neral kemangi (O.americanum) dilakukan dengan menggunakan target protein enzim muramidase A dan Glucosyltransferase B S. mutans secara in silico untuk menemukan senyawa aktif yang diharapkan dapat berperan dalam eksplorasi obat. Simulasi molekular docking kandungan neral dalam kemangi (O. americanum) terhadap enzim muramidase A dan Glucosyltransferase B S. mutans menggunakan Pyrx 0,8. Hasil penelitian menunjukkan senyawa neral dalam kemangi (O. americanum) memiliki aktivitas daya antibakteri terhadap enzim muramidase A dan Glucosyltransferase B S. mutans dilihat dari binding affinity, jenis ikatan dan panjang ikatan secara in silico. Analisis in silico menunjukkan neral sebagai penghambat enzim muramidase A dan Glucosyltransferase B. Afinitas pengikatan terhadap enzim MurA dan Glycosyltransferase B adalah -5,1 Kcal/mol dan -5,1 Kcal/mol, ikatan hidrogen pada enzim muramidase A yaitu THR304, ASP305, VAL16 dengan panjang ikatan pada ASP 305 sebesar 2,939140 Å, sedangkan ikatan hydrogen pada Glucosyltransferase B yaitu GLN960 dengan panjang ikatan pada GLN960 sebesar 2,864795 Å. Simpulan dalam penelitian ini adalah senyawa neral memiliki potensi sebagai alternatif agen antibakteri alami baru melalui penghambatan enzim muramidase A dan Glucosyltransferase B pada S. mutans.Item Analisis Penggunaan Alat Twin Block Terhadap Perawatan Maloklusi Dentoskeletal Kelas II Divisi 1 Disertai Retrognati Mandibula Berdasarkan Cervical Vertebral Maturation Stage (Studi Pada Perubahan Dim(2016-07-18) DETA PUTRI FUTUHAT; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPerawatan maloklusi dentoskeletal kelas II divisi I disertai retrognati mandibula dapat dirawat dengan alat twin block yang dapat menstimulasi pertumbuhan mandibula secara fungsional. Metode cervical vertebral maturation stage (CVMS) dapat digunakan untuk memprediksi waktu pertumbuhan optimal. Analisis penggunaan alat twin block dapat ditinjau dari peningkatan dimensi mandibula dan tinggi wajah anterior. Tujuan penelitian adalah untuk meganalisis penggunaan alat twin block pada kasus maloklusi dentoskeletal kelas II divisi 1 disertai retrognati mandibula ditinjau dari perubahan dimensi mandibula dan tinggi wajah anterior serta untuk mengetahui CVMS manakah yang merupakan waktu efektif memulai perawatan dengan twin block. Metode penelitian menggunakan jenis penelitian analitis retrospektif dengan menggunakan data sekunder. Sampel penelitian adalah sebanyak 14 radiograf sefalometri lateral pasien sebelum dan sesudah dilakukan perawatan dengan twin block di klinik Departemen IKGA RSGM FKG UNPAD sejak tahun 2010-2016. Hasil penelitian ini diuji statistik dengan uji t berpasangan. Hasil penelitian diperoleh adanya perubahan yang signifikan (p<0.05) pada dimensi mandibula dan tinggi wajah anterior setelah perawatan dengan twin block. Perubahan dimensi mandibula meliputi perubahan panjang total mandibula, panjang badan mandibula, tinggi ramus, dan sudut gonial. Perubahan tinggi wajah anterior meliputi perubahan tinggi wajah anterior bawah dan tinggi wajah anterior total. Diperoleh juga bahwa kelompok CVMS III menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik dengan rata-rata perubahan paling besar. Simpulan penelitian adalah penggunaan alat twin block pada perawatan maloklusi dentoskeletal kelas II divisi 1 disertai retrognati mandibula menghasilkan perubahan dimensi mandibula dan tinggi wajah anterior serta cervical vertebral maturation stage III (CVMS III) adalah waktu yang paling efektif untuk memulai perawatan dengan alat twin block.Item Daya Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) Terhadap Biofilm Streptococcus mutans ATCC 25175(2023-10-12) FEBRIA FERNANDEZ; Iwan Ahmad Musnamirwan; Meirina GartikaStreptococcus mutans merupakan bakteri utama penyebab karies. Salah satu pencegahannya adalah dengan menghilangkan biofilm oral menggunakan agen antibakteri. Daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) mengandung senyawa aktif yang memiliki aktivitas antibakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC), Minimum Bactericidal Concentration (MBC), Minimum Biofilm Inhibitory Concentration (MBIC), dan Minimum Biofilm Eradication Concentration (MBEC) ekstrak daun sirih merah terhadap Streptococcus mutans ATCC 25175, menganalisis perbedaan perubahan massa biofilm antara pemberian ekstrak daun sirih merah dan klorheksidin serta menganalisis pengaruh lamanya induksi/pemberian ekstrak daun sirih merah terhadap massa biofilm. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni, dilakukan di Laboratorium Sentral Universitas Padjadjaran. Uji MIC, MBC, MBIC, dan MBEC ekstrak daun sirih merah menggunakan metode mikrodilusi. Uji fitokimia dilakukan dengan menambahkan pereaksi. Data hasil penelitian dilakukan uji normalitas data dengan uji chi-square. Analisis data menggunakan uji ANAVA untuk melihat perbedaan massa biofilm. Analisis korelasi Pearson untuk melihat pengaruh lamanya induksi/pemberian ekstrak daun sirih merah terhadap perubahan massa biofilm. Hasil uji fitokimia ekstrak daun sirih merah mengandung senyawa fenolik, tanin, flavonoid, saponin, triterpenoid, dan steroid yang memiliki aktivitas antibakteri. Nilai MIC ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) adalah 70%, nilai MBC adalah 100%, nilai MBIC terdapat pada konsentrasi 80% dan nilai MBEC adalah 90%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan perubahan massa biofilm Streptococcus mutans ATCC 25175 antara pemberian ekstrak daun sirih merah dan klorheksidin dalam waktu 30 menit dengan p-value 0,00110,05. Simpulan penelitian adalah ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) memiliki daya antibakteri terhadap biofilm Streptococcus mutans ATCC 25175.Item Daya Antibakteri Fraksi Air, Fraksi N-Heksana dan Fraksi Etil Asetat Buah Merah (Pandanus Conoideus Lam) Terhadap Streptococcus sanguinis ATCC 10556(2018-07-09) STEVANI MONIKA HALIM; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenBuah merah merupakan salah satu tanaman obat yang memiliki aktivitas antibakteri.Aktivitas antibakteri buah merah adalah merusak permeabilitas dinding sel bakteri dan denaturasi protein bakteri, sehinggapertumbuhan Streptococcus sanguinissebagai bakteripioner pembentuk biofilmakan terhambat. Aktivitas antibakteri buah merah didapatkan dari fraksinasi untuk memperoleh senyawa aktif Penelitian bertujuanmengetahui daya antibakteri fraksi air , fraksi n-heksana, dan fraksi etil asetat buah merah terhadap pertumbuhan Streptococcus sanguinis ATCC 10556 secara in vitro. Penelitian menggunakan metode eksperimental murni dengan membandingkan hasil uji zona hambat dari fraksi yang paling efektif dari buah merah yaitu fraksi etil asetat dengan kontrol terhadap Streptococcus sanguinis ATCC 10556 secara in vitro. Fraksi etil asetat memiliki nilai zona hambat paling besar dari fraksi n-heksana dan fraksi air.Uji zona hambat adalah uji untuk mengukur daya antibakteri buah merah terhadap Streptococcus sanguinis ATCC 10556. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA dengan ρvalue< 0,05 sehingga dilanjutkan analisis post hoc. Hasil uji analisis statistik daya hambat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara fraksi etil asetat buah merah dan kontrol terhadap Streptococcus sanguinis ATCC 10556 denganρ-value 0.0169. Simpulan penelitian terdapat perbedaan daya antibakteri fraksi etil asetat buah merah dan kontrol terhadap Streptococcus sanguinis secara in-vitro.Item DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI AIR, FRAKSI n-HEKSANA DAN FRAKSI ETIL ASETAT BUAH MERAH (PANDANUS CONOIDEUS LAM.) TERHADAP STREPTOCOCCCUS MUTANS ATCC 25175(2018-07-11) YAYAH INAYAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenBuah merah merupakan tumbuhan endemik Papua yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber fitofarmaka Indonesia. Aktivitas antibakteri buah merah menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri sehingga pertumbuhan Streptococcus mutans sebagai salah satu bakteri penyebab karies gigi akan terhambat. Tujuan penelitian adalah mengetahui daya antibakteri pada fraksi air, fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat buah merah terhadap Streptococcus mutans ATCC 25175. Metode penelitian eksprimen laboratoris dengan rancangan penelitian rancangan true experiment (eksperimental murni). Tahapan penelitian meliputi pengumpulan sampel, maserasi, partisi dengan menggunakan pelarut air, n-heksana, dan etil asetat serta pengujian aktivitas antibakteri Streptococcus mutans. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA dan Post Hoc. Hasil penelitian diperoleh nilai zona hambat fraksi etil asetat konsentrasi 20% dan 40% dengan rata-rata masing-masing 13.0 mm dan 12.4 mm. Sedangkan nilai zona hambat pada fraksi air, n-heksana dan etil asetat konsentrasi 10% tidak ada atau bernilai 0.0 mm. Kontrol positif juga memperlihatkan nilai zona hambat yang besar dengan rata-rata sebesar 21.2 mm pada ketiga konsentrasi. Dilanjutkan uji nilai KHM dan KBM fraksi yang paling besar zona hambatnya yaitu etil asetat. Nilai KHM diperoleh pada konsentrasi 0.312% sedangkan nilai KBM pada konsentrasi 0.625%. Uji nilai KHM dan KBM pada kontrol positif diperoleh konsentrasi 0,00019% tidak terdapat koloni bakteri Streptococcus mutans ATCC 25175, maka ditetapkan sebagai nilai KHM dan nilai KBM ditetapkan pada konsentrasi 0.00039%. Simpulan penelitian terdapat perbedaan daya antibakteri fraksi etil asetat buah merah dan kontrol terhadap Streptococcus mutans ATCC 25175.Item Defek Email Gigi Pada Anak Sindrom Down Berdasarkan Tingkat Kecerdasan(2014-07-21) YUNITA TRI ANANDI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenSindrom Down merupakan kelainan kromosom yang disertai retardasi mental dengan tingkat kercerdasan yang bervariasi. Defek email gigi adalah salah satu kelainan struktur gigi yang sering dijumpai pada anak sindrom Down. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan defek email gigi pada anak sindrom Down berdasarkan tingkat kecerdasan. Desain penelitian ini adalah analisis observasional dengan uji regresi dan uji korelasi Pearson serta Anova. Penelitian ini dilakukan pada anak sindrom Down yang memiliki nilai IQ yang bersekolah di SLB-C Kota Bandung. Tingkat kecerdasan ditentukan dengan retardasi mental ringan dengan nilai IQ 52-67, retardasi mental sedang dengan nilai IQ 51-36 dan retardasi mental berat dengan nilai IQ 35-20. Tingkat keparahan defek email ditentukan berdasarkan skor developmental defect enamel (DDE). Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi defek email pada anak sindrom Down adalah 93,10 %. Tidak terdapat hubungan bermakna antara defek email dengan retardasi mental ringan (p>0,05) dan pada retardasi mental sedang (p>0,05). Terdapat hubungan bermakna antara defek email dengan retardasi mental berat (p<0,05). Simpulan penelitian adalah tidak terdapat hubungan antara defek email dengan retardasi mental ringan dan sedang pada anak sindrom Down, tetapi terdapat hubungan bermakna antara defek email dengan retardasi mental berat.Item EFEK MALOKLUSI BERDASARKAN KLASIFIKASI ANGLE DAN KONTAK OKLUSAL TERHADAP PERFORMA MASTIKASI PADA ANAK SUB-RAS DEUTERO MALAYU USIA 12-15 TAHUN(2012-10-30) IBNU AJIDARMO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data Doseniii ABSTRAK Maloklusi merupakan keadaan menyimpang dari oklusi normal yang meliputi ketidakteraturan gigi sehingga mempengaruhi estetika beberapa fungsi fisiologis mulut seperti mastikasi, penelanan, dan bicara. Mastikasi itu sendiri merupakan hasil pergerakan pembukaan dan penutupan rahang yang memerlukan koordinasi antara gigi, rahang, otot pengunyahan, di bawah kontrol neurologis susunan saraf pusat. Ketidakserasian oklusi terjadi apabila terjadi kontak gigi yang menghalangi atau menghambat kebebasan pergerakan mandibula. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian komparatif cross sectional. Subjek penelitian adalah anak usia 12-15 tahun Sub-ras Deutero Melayu yang tinggal di kota Bandung dan diambil menggunakan teknik multi stage random sampling. Maloklusi dinilai berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle. Sedangkan performa mastikasi dinilai melalui kemampuan subjek untuk menghancurkan test food dengan 20x pengunyahan normal, dimana partikel hasil kunyah akan di vibrator. kemudian hasil masing-masing saringan ditimbang dengan ketelitian 4 desimal menggunakan neraca digital (Mattler Toledo). Hasil pengujian ANAVA untuk nilai MPS dan distribusi sebaran kelompok maloklusi diperoleh hasil nilai F= 0.21 dengan p = 0.891 artinya tidak terdapat perbedaan. Pengujian ANAVA untuk mengkorelasikan antara nilai MPS dan distribusi sebaran terhadap kelompok kontak oklusal diperoleh hasil F= 5.07 dengan p = 0.0013 artinya terdapat perbedaan yang sangat nyata pada tiap kelompok pasangan kontak oklusal. Kesimpulan penelitian adalah tidak ada perbedaan nilai MPS dan b pada Klasifikasi Angle terhadap performa mastikasi dan terdapat perbedaan kontak oklusal terhadap performa mastikasi berdasarkan pengujian statistic terhadap perfoma mastikasi. Kata kunci: maloklusi, kontak oklusal, performa mastikasiItem EFEK DEEP BITE TERHADAP PERFORMA MASTIKASI PADA ANAK USIA 12-15 TAHUN SUB RAS DEUTERO MELAYU(2013-07-22) DENTAKUSUMA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui bahwa maloklusi dapat menyebabkan keterbatasan fungsional selain menimbulkan masalah estetik. Deep bite merupakan bentuk maloklusi yang sering ditemui pada anak-anak. Deep bite dianggap dapat menimbulkan keterbatasan fungsional sehingga dapat mengurangi performa mastikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh deep bite terhadap performa mastikasi pada anak sub ras Deutero Melayu usia 12-15 tahun di Kota Bandung. Performa mastikasi dievaluasi pada anak-anak usia 12-15 tahun dengan deep bite (n = 36) dan non-deep bite (n = 33). Deep bite didefinisikan sebagai overbite yang berlebih (>50%). Performa mastikasi dievaluasi mengikuti protokol standar dengan menggunakan test food yang terbuat dari Panasil dengan rasio base dan katalis 1:5. Setiap anak mengunyah test food sebanyak 20 kali. Partikel-partikel test food hasil pengunyahan dikeringkan dan disaring melalui tujuh saringan. Median Particle Size (MPS) dan distribusi sebaran partikel (b) ditentukan dengan menggunakan berat kumulatif pada setiap saringan dan persamaan Rosin-Rammler. T-tes dilakukan untuk membandingkan rata-rata MPS dan b antara kelompok deep bite dan non-deep bite. Median Particle Size (MPS) rata-rata setelah 20 kali pengunyahan adalah 2,44 mm. dan 1,50 mm untuk kelompok deep bite dan non-deep bite secara berurutan. Distribusi sebaran partikel (b) rata-rata dalam 20 kali pengunyahan adalah 6.11 untuk kelompok deep bite dan 3,75 untuk kelompok non-deep bite. Hasil dari uji t-tests adalah terdapat perbedaan sangat signifikan secara statistik yang ditemukan antara kedua kelompok tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan dalam performa mastikasi pada anak-anak usia 12-15 tahun dengan dan tanpa deep bite. Anak dengan deep bite akan cenderung mengalami penurunan performa mastikasi. Kata kunci: deep bite, performa mastikasi ABSTRACT It is important to recognize that malocclusion could cause functional limitations besides originating esthetic problems. Deep bite is a frequent malocclusion in children that may originate functional limitations reducing mastication performance. The objective of this study was to determine the effect of deep bite toward mastication performance in children 12-15 years old with Deutero Melayu Sub Races in Bandung. Mastication performance was evaluated in 12 to 15 year old children with (n=36) and without (n=33) deep-bite . Deep-bite was defined as more than 50% overbite. Mastication performance was evaluated following a standardized protocol using Panasil with base and catalyst ratio is 1:5 as a test food . Each child chewed the test food for 20 cycles. The chewed particles were dried and sifted through seven sieves. Median particle size (MPS) and broadness of particle distribution (b) were determined using the cumulative weights on each sieve and the Rosin-Rammler equation. T-tests were performed to compare the average of MPS and b between deep bite and without deep bite Median particle size (MPS) average after 20 cycles was 2.44 mm. and 1.50 mm. for the with and without deep-bite groups respectively. Broadness of particle distribution (b) average at 20 cycles was 6.11 for the deep bite group and 3.75 for the group without deep-bite. The results showed that there was a highly statistical significant differences were found between groups. Conclusion of this study was that there were differences in mastication performance in 12-15 year-old children with and without deep bite. Children with deep bite will decrease the mastication performance. Keywords : deep bite, mastication performanceItem Efek Deviasi Mandibula Terhadap Performa Mastikasi Pada Anak Usia 12-15 Tahun Sub Ras Deutero Melayu(2013-07-22) ASRI SATIVA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Aktivitas parafungsional berupa clenching dan grinding yang dilakukan terus-menerus akan menyebabkan spasme pada otot-otot mastikasi. Salah satunya spasme otot pterygoid lateral sehingga memberikan gejala klinis berupa deviasi mandibula. Spasme otot akan mengurangi ukuran dan kekuatan otot, sehingga mengganggu keseimbangan pada otot lainnya. Gangguan keseimbangan tersebut menyebabkan distribusi tekanan pada temporomandibular joint (TMJ) tidak seimbang. Fungsi mastikasi seseorang akan terganggu. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek yang ditimbulkan terhadap performa mastikasi pada anak usia 12-15 tahun yang mengalami deviasi mandibula. Jenis penelitian adalah cross sectional dengan tipe survei epidemiologi. Subjek penelitian adalah anak usia 12-15 tahun Sub ras Deutero Melayu di kota Bandung. Pengambilan sampel menggunakan multistage cluster random sampling dengan penentuan besar ukuran sampel berdasarkan sampel seadanya dan diperoleh 24 anak (kelompok 1) dengan pembukaan mandibula normal dan 42 anak (kelompok 2) dengan deviasi mandibula. Performa mastikasi diukur dengan 20 kali pengunyahan artificial test food kemudian dilakukan uji pengayakan. Nilai performa mastikasi dinyatakan dengan median particle size (MPS) dan distribusi sebaran partikel (b) yang diuji menggunakan uji t. Hasil uji tersebut diperoleh MPS dengan hasil thitung = 4.48 dan pvalue = 7.31E-06 menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan. Distribusi sebaran partikel (b) dengan thitung = 3.08 dan pvalue = .0032 menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan. Simpulan penelitian ini adalah anak dengan deviasi mandibula menunjukkan perbedaan efek terhadap performa mastikasi. Perbedaan tersebut berupa penurunan performa mastikasi. Kata kunci : deviasi mandibula, performa mastikasi ABSTRACT Parafunctional activities such as clenching and grinding is done continuously will cause spasm of the muscles of mastication. One of them is lateral pterygoid muscle spasm that would caused providing clinical symptoms of mandibular deviation. It will reduce both length and muscle strength, thereby disrupting the balance of the other muscles. The unbalance will cause un event distribution of pressure on the temporomandibular joint (TMJ) and it will be an impairment of masticatory function. The research objective was to determine the effect on masticatory performance in children aged 12-15 who had mandibular deviation. The type of research is cross-sectional with the epidemiological surveys types. Subjects were children aged 12-15 years Deutero Malay sub race in the city of Bandung. Sampling using a multistage random sampling with a large sample size determination based on convenience technique sampling and 24 children (group 1) with the normal opening movement of the mandible and 42 children (group 2) with mandibular deviation. Masticatory performance is measured by 20 times of chewing artificial test food then sieving test. Masticatory performance value represented by the median particle size (MPS) and the distribution of particle (b) wich were analyze with t-test. The analysis shown that on the result of MPS with thit = 4.48 and pvalue = 7.31E-06 showed a highly significant difference. Distribution of particle (b) by thit = 3:08 and pvalue = .0032 showed a highly significant difference. Conclusion of this study was children with mandibular deviation showed different effects on masticatory performace. The difference decreased masticatory performance. Keywords: mandibular deviation, masticatory performanceItem EFEK GANGGUAN SENDI TEMPORO MANDIBULAR DENGAN GEJALA KLIKING TERHADAP PERFORMA MASTIKASI PADA ANAK USIA 12-15 TAHUN SUB RAS DEUTERO MELAYU(2013-04-11) HENRI HARTMAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPostur tubuh yang lebih condong ke depan dapat menyebabkan gangguan sendi temporo mandibular (STM). Gangguan yang paling sering terjadi adalah berupa bunyi klik di sekitar sendi temporo mandibular pada saat membuka dan menutup mulut. Gangguan pada sendi temporo mandibular dapat menyebabkan ketidakseimbangan sistem mastikasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek gangguan sendi temporo mandibular dengan gejala kliking terhadap performa mastikasi. Metode penelitian menggunakan penelitian cross sectional tipe survei epidemologi. Subjek penelitian adalah anak usia 12-15 tahun Sub-ras Deutero Melayu di Kota Bandung. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik multistage random sampling, dengan penentuan besarnya ukuran sampel berdasarkan sampel seadanya yang memenuhi kriteria penelitian dan diperoleh sebanyak 28 orang kelompok gangguan sendi temporo mandibular dengan gejala kliking(kelompok uji) serta 24 orang sebagai kelompok kontrol. Performa mastikasi dinilai melalui kemampuan subjek penelitian dalam menghancurkan artificial test food dengan 20x pengunyahan, dan dilakukan pemeriksaan nilai median particle size(MPS) serta nilai distribusi sebaran partikel(b). Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata MPS kelompok uji=3.0571,dengan SD=0.9990 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol=2.28958, dengan SD=0.66838. Hasil uji nilai “t” memperlihatkan t-hitung=-3,20, lebih besar dibandingkan t-tabel=2,02, dan nilai p=0,0024 lebih kecil dari α=0,05 sehingga terlihat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok penelitian. Simpulan penelitian memperlihatkan bahwa gangguan STM dengan gejala kliking memberikan efek penurunan performa mastikasi.Item Efek Kedalaman Kurva Spee terhadap Performa Mastikasi pada Anak Usia 12-15 Tahun Sub Ras Deutero Melayu(2013-04-12) RHABIAH EL FITHRIYAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenOverbite dalam dapat mempengaruhi fungsi mastikasi. Kedalaman kurva Spee berhubungan dengan overbite dalam. Hilangnya anterior guidance pada overbite dalam akan menyebabkan pergerakan ke lateral terganggu sehingga fungsi mastikasi menurun. Pada kurva Spee datar dan normal tidak terjadi kehilangan anterior guidance karena overbite yang normal sehingga fungsi mastikasi tetap seimbang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek kurva Spee datar, normal dan dalam terhadap performa mastikasi. Metode penelitian adalah tipe survei epidemiologi dengan jenis penelitian cross sectional. Subjek penelitian anak usia 12-15 tahun sub-ras Deutero Melayu yang tinggal di kota Bandung. Teknik pengambilan sampel adalah multistage random sampling dan didapat sebanyak 24 anak kelompok kurva Spee normal yang digunakan sebagai kontrol, 15 anak kelompok kurva Spee datar dan 18 anak kelompok kurva Spee dalam. Performa mastikasi diukur melalui kemampuan anak untuk menghancurkan artificial test food dengan 20 kali pengunyahan, kemudian dilakukan sieving test. Nilai performa mastikasi dinyatakan dengan median particle size (MPS) dan distribusi sebaran partikel (b). Berdasarkan analisa statistik nilai MPS dengan uji ANOVA, yaitu Fhit = 5.56 dan pvalue = 0.0075, dengan nilai distribusi sebaran partikel dengan uji ANOVA, yaitu Fhit = 6,38 dan nilai pvalue = 0.032 terdapat perbedaan yang signifikan pada tiga kelompok kurva Spee dan dilanjutkan dengan uji T berkelompok. Hasil uji T berkelompok menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok kurva Spee datar tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok kurva Spee dalam baik dilihat dari nilai MPS dan nilai distribusi sebaran partikel. Simpulan penelitian ini adalah performa mastikasi tidak menurun pada anak dengan kurva Spee datar dan performa mastikasi menurun pada anak dengan kurva Spee dalam.Item EFEK KLIKING TERHADAP PERFORMA MASTIKASI PERIODE GIGI CAMPURAN USIA 6-12 TAHUN(2013-10-16) LUSY DAMAYANTI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenKliking merupakan salah satu bentuk gangguan sendi temporomandibular yang dapat terjadi pada semua tingkatan usia termasuk usia sekolah yaitu periode gigi campuran. Kliking belum dianggap suatu gangguan yang permanen pada periode ini tetapi dapat memberi dampak buruk dikemudian hari jika penyebabnya tidak diatasi sehingga dapat memengaruhi fungsi mastikasi yang dapat dilihat pada performa mastikasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek kliking terhadap performa mastikasi periode gigi campuran usia 6-12 tahun. Metode penelitian menggunakan jenis penelitian cross sectional tipe survei epidemologi. Subyek penelitian adalah anak SD usia 6-12 tahun di kota Bandung. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik multistage random sampling dengan penentuan besarnya ukuran sampel yang memenuhi kriteria penelitian dan diperoleh 25 orang kelompok kliking serta 28 orang sebagai kelompok kontrol. Performa mastikasi dinilai melalui subyek penelitian dalam menghancurkan artificial test food dengan 20x pengunyahan, dan dilakukan pemeriksaan nilai median particle size (MPS) serta nilai distribusi sebaran partikel (b). Penelitian ini menggunakan uji statistik t-test . Median Particle Size (MPS) rata-rata adalah 1,698 mm pada kelompok kliking dengan SD 0,770887 dan 1,651 mm untuk kelompok kontrol dengan SD 0,868319. Nilai rata-rata b adalah 4,17 pada kelompok kontrol dan 4,34 pada kelompok kliking. Hasil uji t-test memperlihatkan t-hitung=0,44 dan nilai p=0,6646 lebih besar dari α=0,01 sehingga terlihat tidak terdapat perbedaan signifikan secara statistik yang ditemukan antara kedua kelompok tersebut. Simpulan penelitian adalah tidak terdapat efek kliking terhadap performa mastikasi periode gigi campuran usia 6-12 tahun dengan mengingat bahwa periode gigi campuran adalah masa gigi dalam posisi oklusi yang belum stabil dan terdapat perbedaan pola pengunyahan yang berbeda dengan gigi permanenItem Efek Perawatan Quad-helix terhadap Dimensi Saluran Nafas Atas, Sudut Palatal dan Tinggi Maksila pada Pasien Anak (Studi Dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran)(2017-07-12) NANINDA BERLIANA PRATIDINA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenDefisiensi transversal maksila dapat menyebabkan fungsi abnormal seperti gangguan pola pernafasan.Salah satu perawatan defisiensi transversal maksila pada usia tumbuh kembang adalah dengan menggunakan alat quad-helix. Penilaian fungsi pernafasan dapat dilihat dari dimensi saluran nafas atas, sudut palatal dan tinggi maksila. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek perawatan quad-helix terhadap perubahan dimensi saluran nafas atas, sudut palatal dan tinggi maksila pada pasien anak di RSGM UNPAD. Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Penelitian dilakukan pada 13 radiograf sefalometri lateral dengan cara membandingkan dimensi saluran nafas atas, sudut palatal dan tinggi maksila sebelum dan setelah menggunakan quad-helix pada pasien anak dengan defisiensi maksila transversal. Hasil penelitian memperlihatkan adanya penambahan dimensi saluran nafas atas, pengurangan sudut palatal, dan penambahan tinggi maksila setelah pemakaian alat quad-helix dengan nilai p-value masing-masing yaitu 0,00001 (<0,05), 0,00004 (<0,05), dan 0,000000785 (<0,05). Simpulan penelitian adalah terdapat perubahan dimensi saluran nafas atas, sudut palatal dan tinggi maksila setelah perawatan quad-helix pada pasien anak di RSGM UNPAD dan terdapat perbedaan perubahan dimensi saluran nafas atas, sudut palatal dan tinggi maksila setelah perawatan quad helix pada pasien anak di RSGM UNPAD.Item EFEK TINGGI SEPERTIGA BAWAH WAJAH PENDEK TERHADAP PERFORMA MASTIKASI BERDASARKAN OVERBITE PADA ANAK USIA 12-15 TAHUN SUB RAS DEUTERO MELAYU(2013-04-12) DIAN ANGGRAENI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenProporsi tinggi vertikal wajah dibagi menjadi tiga bagian dengan rasio normal 1:1:1. Proporsi wajah yang berhubungan dengan fungsi mastikasi adalah sepertiga bawah wajah. Tinggi sepertiga bawah wajah pendek umumnya disertai dengan deep bite dapat memberikan dampak lebih lanjut berupa gangguan sendi temporomandibular, bahkan disfungsi eustachian tube. Hal tersebut dapat mengganggu fungsi mastikasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek tinggi sepertiga bawah wajah pendek terhadap performa mastikasi berdasarkan overbite. Metode penelitian adalah cross sectional dengan tipe survei epidemiologi. Subjek penelitian anak usia 12-15 tahun Sub ras Deutero Melayu di kota Bandung. Teknik sampling menggunakan multistage random sampling dengan penentuan besarnya ukuran sampel berdasarkan sampel seadanya dan diperoleh 24 anak (kelompok 1) dengan tinggi wajah normal dan 27 anak dengan tinggi sepertiga bawah wajah pendek terdiri dari 11 anak overbite normal (kelompok 2), 16 anak deep bite (kelompok 3). Performa mastikasi diukur dengan 20 kali pengunyahan artificial test food kemudian dilakukan uji pengayakan. Nilai performa mastikasi dinyatakan dengan median particle size (MPS) dan distribusi sebaran partikel (b). Analisa uji ANOVA diperoleh MPS dengan Fhit = 5.56 dan pvalue = 0.0075, serta b dengan Fhit = 3.41 dan nilai pvalue = 0.0430 menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dilanjutkan uji T berkelompok MPS (pvalue = 0.0925) dan b (pvalue = 0.2076) antara kelompok 1 dan 2 menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Sedangkan antara kelompok 1 dan 3 perbedaan MPS (pvalue = 0.0037 dan = 0,01) sangat signifikan dan perbedaan b (pvalue = 0.0141 dan = 0,05) signifikan. Simpulan penelitian ini adalah anak dengan tinggi sepertiga bawah wajah pendek yang disertai overbite normal tidak menurunkan performa mastikasi sedangkan deep bite menurunkan performa mastikasi.Item EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAN METANOL-HEKSANA DAUN KEMANGI (OCIMUM BASILICUM) SEBAGAI MEDIKAMEN SALURAN AKAR TERHADAP ENTEROCOCCUS FAECALIS ATCC 29212(2019-07-19) YULINATARINA; Eriska Riyanti; Arlette Suzy Puspa PertiwiMedikamen saluran akar adalah suatu prosedur perawatan saluran akar yang bertujuan mengurangi jumlah atau membunuh bakteri, mencegah infeki sekunder saluran akar, mengurangi peradangan jaringan periapikal dan mengurangi rasa sakit antar kunjungan. Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri Gram positif penyebab infeksi saluran akar gigi sulung. Daun kemangi Ocimum basilicum telah terbukti mempunyai daya antibakteri terhadap bakteri Gram positif dan negatif. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas daya antibakteri fraksi etil asetat dan fraksi metanol-heksana daun kemangi Ocimum basilicum terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Penelitian menggunakan metode eksperimental laboratoris dengan uji penentuan zona hambat, Konsentrasi Hambat Minimal, Konsentrasi Bunuh Minimal dan Total Plate Count bakteri dari fraksi etil asetat serta metanol-heksana. Analisis statistik menggunakan uji t-berpasangan dengan p value <0,05. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai zona hambat fraksi etil asetat pada konsentrasi 5% dan 4% masing-masing 10,25 mm dan 9,55 mm. Zona hambat rata-rata fraksi metanol-heksana pada konsentrasi 20% dan 10% masing-masing 7,3 mm dan 7,25 mm. Nilai Konsetrasi Hambat Minimum fraksi etil asetat pada konsentrsi 1,25% sedangkan Konsentrasi Bunuh Minimum pada konsentrasi 2,5%. Nilai Konsetrasi Hambat Minimum fraksi metanol-heksana pada konsentrasi 2,5% dan Konsentrasi Bunuh Minimum fraksi metanol-heksana pada konsentrasi 5%. Secara statistik terdapat perbedaan yang sangat signifikan (p<0,01) antara efektifitas daya antibakteri fraksi etil asetat dan fraksi metanol-hesana daun kemangi Ocimum basilicum terhadap bakteri Enterococcus faecalis ATCC 29212 in vitro. Simpulan penelitian adalah terdapat perbedaan efektivitas daya antibakteri fraksi etil astetat dan fraksi metanol-heksana Ocimum basilicum terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212. Fraksi etil asetat memiliki efektivitas daya antibakteri lebih baik dibandingkan fraksi metanol-heksana terhadap bakteri Enterococcus faecalis ATCC 29212 secara in vitro.Item efektivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat dan N-Heksan Daun Kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Biofilm Enterococcus faecalis ATCC 29212 Secara In vitro(2020-07-14) VERA YULINA; Eka Chemiawan; Yetty Herdiyati SumantadiredjaEnterococcus faecalis merupakan bakteri patogen utama di dalam saluran akar yang resisten terhadap berbagai agen antibakteri karena virulensi yang dimilikinya dan kemampuannya dalam membentuk biofilm. Daun kemangi (Ocimum basilicum) merupakan bahan herbal yang memiliki efek antibakteri karena berbagai senyawa aktif yang terkandung didalamnya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efektivitas dan mengevaluasi perbedaan daya antibakteri fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan daun kemangi terhadap biofilm E. faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian eksperimental murni. Analisis statistik menggunakan uji t-test berpasangan independen. Uji efektivitas antibakteri fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan Ocimum basilicum terhadap biofilm E. faecalis meliputi analisis nilai Minimum Biofilm Inhibitory Concentration (MBIC) dan Minimum Biofilm Eradication Concentration (MBEC). Hasil penelitian MBIC fraksi etil asetat, fraksi n-heksan O. basilicum, dan pasta kalsium hidroksida (Calcipex) sebagai kontrol positif terhadap pertumbuhan biofilm E. faecalis adalah pada konsentrasi 2,5%, 10%, dan 3,13% dengan persentase inhibisi masing-masing sebesar 100%, 100%, dan 75,207%. MBEC fraksi etil asetat, fraksi n-heksan O. basilicum, dan Calcipex terhadap pertumbuhan biofilm E. faecalis adalah pada konsentrasi 5%, 2,5%, dan 3,13% dengan persentase eradikasi masing-masing sebesar 100%, 100%, dan 71,010%. Analisis statistik uji ANOVA terhadap MBIC dan MBEC menunjukkan perbedaan signifikan dengan p-value masing-masing 2,59E-18 < 0,05 dan 6,61E-16 < 0,05. Analisis statistik dilanjutkan dengan analisis post hoc yang menunjukkan perbedaan sangat signifikan dengan nilai p-value < 0,01. Simpulan penelitian ini adalah fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan O.basilicum memiliki kemampuan inhibisi dan eradikasi biofilm E. faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Terdapat perbedaan efektivitas antibakteri antara fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan O. basilicum terhadap biofilm E. faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Fraksi etil asetat O. basilicum memiliki daya antibakteri lebih efektif dibandingkan dengan fraksi n-heksan terhadap biofilm E. faecalis ATCC 29212 secara in vitro.Item Efektivitas Antibakteri Fraksi Metanol dan N-heksan Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar terhadap Enterococcus Faecalis ATCC 29212(2019-07-19) SELVIA YUNITA; Eka Chemiawan; Eriska RiyantiMedikamen saluran akar berperan mengurangi Enterococcus faecalis yang merupakan salah satu bakteri penyebab kegagalan perawatan saluran akar. Bahan alam yang memiliki daya antibakteri dan berpotensi menjadi alternatif medikamen adalah daun kemangi (Ocimum basilicum). Tujuan penelitian untuk menganalisis efektivitas dan mengevaluasi perbedaan daya antibakteri fraksi metanol dan fraksi n-heksan daun kemangi terhadap E. faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Metode penelitian eksperimen laboratoris dengan rancangan penelitian eksperimental murni. Analisis statistik menggunakan uji t-test berpasangan independen. Uji efektivitas antibakteri fraksi metanol dan fraksi n-heksan terhadap E. faecalis meliputi analisis nilai zona hambat, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Hasil penelitian rata-rata diameter zona hambat fraksi metanol, fraksi n-heksan daun kemangi dan Ca(OH)2 sebesar 10,35 mm; 8,75 mm dan 8,6 mm. KHM fraksi metanol dan fraksi n-heksan sebesar 1,25%. KBM fraksi metanol dan fraksi n-heksan sebesar 2,5%. Analisis statistik terhadap zona hambat adalah signifikan (p-value 1,80E-09). Analisis statistik terhadap KHM dan KBM adalah tidak signifikan (p-value 0,5). Jumlah koloni menurun pada kedua kelompok fraksi uji. Simpulan penelitian yaitu fraksi metanol dan fraksi n-heksan daun kemangi (Ocimum basillicum) memiliki sensitivitas daya antibakteri terhadap E.faecalis ATCC 29212 dengan terbentuknya zona hambat secara in vitro; memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan dan kemampuan membunuh E.faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Terdapat penurunan jumlah koloni E.faecalis ATCC 29212 pada fraksi metanol dan fraksi n-heksan daun kemangi (Ocimum basillicum) secara in vitro.Tidak terdapat perbedaan efektivitas antibakteri antara fraksi metanol dan n-heksan daun kemangi (Ocimum basillicum) terhadap E.faecalis ATCC 29212 secara in vitro. Fraksi metanol dan n-heksan daun kemangi (Ocimum basillicum) memiliki efektivitas yang sama terhadap E.faecalis ATCC 29212 secara in vitro.