Teknik Geologi (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Teknik Geologi (S2) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 89
Results Per Page
Sort Options
Item POTENSI NIKEL LATERIT DI DAERAH X PADA WILAYAH OPERASIONAL PERTAMBANGAN PT. VALE INDONESIA DENGAN METODE NEAREST NEIGHBOURHOOD POINT (NNP) DAN INVERSE DISTANCE WEIGHT (IDW)(2010) MUHAMMAD TAUFIQ; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Soroako merupakan salah satu wilayah Sulawesi yang kaya akan kandungan nikel laterit dalam jumlah besar. Endapan nikel laterit di Soroako terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih dari 120 km x 60 km, dimana sejumlah endapan lainnya tersebar di Provinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara. Lokasi penelitian terletak di wilayah konsesi pertambangan PT. Vale Indonesia, yang secara administratif terletak pada daerah Luwu-Timur. Daerah pertambangan sekitar 600 km di sebelah utara Kota Makassar, dengan ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut. Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya di daerah Soroako, termasuk ke dalam jenis nikel laterit dan bijih nikel silikat (garnierit).Bijih nikel tersebut terbentuk akibat pelapukan dan pelindian (leaching) batuan ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit dari rombakan batuan ultrabasa. Berdasarkan ciri fisik dan kimiawinya, endapan nikel laterit di Soroako dapat dibagi menjadi dua, yaitu Blok Barat (West Block) dan Blok Timur (East Block) yang berbeda satu sama lainnya Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui potensi sumberdaya cadangan nikel laterit, yaitu dengan melakukan analisis estimasi parameter untuk menghitung volume cadangan nikel. Parameter yang ditaksir adalah kadar Ni, kadar Fe, serta ketebalan lapisan limonit dan saprolit. Ketebalan dan kadar endapan di tiap-tiap titik penelitian ternyata bervariasi, yang diketahui dari hasil pengeboran. Sehubungan dengan ini, maka perlu untuk mengetahui bagaimana memodelkan dan menghitung volume sumberdaya nikel laterit dengan menggunakan parameter data yang ada. Pada prinsipnya, bahwa perhitungan cadangan nikel laterit harus dilakukan dengan cepat dan mudah untuk di periksa ulang. Perbedaan dari berbagai perhitungan kandungan nikel laterit biasanya dibedakan menurut penentuan perhitungan yang dipisahkan menjadi bagian-bagian atau blok. Hal ini di dasarkan atas faktor struktur geologi, kedalaman, ketebalan, kadar, dan nilai ekonomi. Perhitungan potensi nikel laterit di dukung oleh program Surpac versi 6.2 untuk mendapatkan jarak pengaruh / range dari kadar Ni, kadar Fe, serta tebal limonit dan saprolit. Program ini akan menampilkan dua metode perhitungan cadangan yaitu metode Nearest Neighborhood Point (NNP) dan Inverse Distance Weight (IDW). ABSTRACT Soroako is one of Sulawesi district with potential resources of nickel lateritic. The deposit of nickel lateritic formation established by weathering process of ultramafic spreading in the most extensive single outcrop in the world about 120km x 60km; with another total deposit spreads in Province of Central Sulawesi and Southeast Sulawesi. The location of research is in the mining concession area of PT. Vale Indonesia which in administratively site on East Luwu. The mining area located in 600km of north Makassar City, with elevation of 300 meter above sea level. The nickel ore formed by weathering and leaching of ultramafic such as peridotite and serpentenite of ultramafic flattening. Based on physic and chemical characteristics, however, the deposits of nickel lateritic in Soroako are split in two categories: west block and east block with differential each other. The study carried out to find out the potential resource of nickel lateritic—analyzing parameter estimation to evaluate the nickel resource. The analyzed parameter is Ni level, Fe, and the thickness of limonite and saprolite layers. Evidently, the thickness and deposit level on each research spots are different, find out by drilling result. By the reasons, it is required to know how to modeling and calculating the deposit of nickel laterite and/or nickel resource by using of the available data parameter, to obtain in accurately the resource estimation. Firstly, to find out the feasibility or not for mining the nickel laterite, it is must be carried out the resource calculation as a part of exploration activity. There are any method can used, but whatever it is, the consideration must given for any parameters involving thickness, level, spreading in wide, and the gravity of deposit. Principally, the calculation of nickel laterite must be carried in simple and rapidly for recheck. In common, the differential calculation for nickel laterite resource depends on calculation separated into the part or blocks. It is based on factor of geological structure, profundity, thickness, level, and economic value. The calculation will displays the resource calculation method by using of Surpac Version 6.2 program to obtain the range of Nickel level, Fe, and limonitic and saprolite thickness. The program will display two calculation method of resource—Nearest Neighborhood Point (NNP) and Inverse Distance Weight (IDW).Item KARAKTERISTIK BIJIH BESI BERDASARKAN POLARISASI TERIMBAS DAN GEOMAGNET DI DAERAH SURIAN, KAB.SOLOK, PROV. SUMATERA BARAT(2010) BUDY SANTOSO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Bijih besi yang tersingkap di daerah Surian Solok merupakan salah satu fenomena geologi yang memiliki karakteristik tertentu. Untuk mengetahui karakteristik bijih besi tersebut, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan Metode Polarisasi Terimbas dan Metode Geomagnet. Metode Polarisasi Terimbas merupakan metode geofisika yang mendeteksi terjadinya polarisasi listrik yang timbul antara fluida dalam pori-pori batuan dengan mineral logam. Metode geomagnet merupakan metode geofisika yang didasarkan pada perbedaan sifat kemagnetan suatu material yang menyebabkan terjadinya suatu penyimpangan yang dikenal sebagai anomali magnet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai chargeability, resistivitas, dan anomali magnet bijih besi yang terkandung dalam batuan granitan, batuan metasedimen dan batugamping kristalin. Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini diantaranya : data polarisasi terimbas, data geomagnet, dan data geologi (stratigrafi, struktur, data bor, geokimia / XRF). Batuan granitan yang mengandung bijih besi memiliki nilai chargeability tinggi : (201 - 300) msec, memiliki nilai resistivitas tinggi: (7500 – 12500) Ohm.m, dan memiliki nilai anomali magnet tinggi > 43250 nT. Batuan metasedimen yang mengandung bijih besi memiliki nilai chargeability tinggi : (101 – 124) msec, memiliki nilai resistivitas rendah: (10 – 40) Ohm.m, serta memiliki nilai anomali magnet sedang: (43161 – 43249) nT. Batugamping kristalin yang mengandung bijih besi memiliki nilai chargeability tinggi : (125 - 200) msec, memiliki nilai resistivitas sedang : (265 - 764) Ohm.m, serta memiliki nilai anomali magnet sedang antara : (43140 - 43160) nT. Kata kunci : chargeabilitas, resistivitas, anomali magnet ABSTRACT Iron ore that exposed in the Surian Solok area is one of the geological phenomenon that have certain characteristics. In order to investigate the characteristics of iron ore, researches using Induced Polarization Method and Geomagnetic Method have been developed. Induced Polarization is a geophysical method which uses electric polarization between fluids in pores of rock with a metallic mineral. Geomagnetic is a geophysical method based on differences in nature of magnetism of a material causes a deviation, also known as a magnetic anomaly. This study aims to determine the value chargeability, resistivity, and magnetic anomalies in the iron ore which contains granite, crystalline limestones, and metasediments. Materials needed for this study include: data of induced polarization, data of geomagnetic, and geological data (stratigraphy, structure, drilling data, geochemical / XRF data). Granites containing iron ore has a high value chargeability: (201-300) msec, high resistivity values : (7500-12500) Ohm.m, and high magnetic anomaly values > 43250 nT. Metasediments containing iron ore have high values of chargeability: (101-124) msec, low resistivity values (10-40) Ohm.m, and values of the magnetic anomalies : (43161-43249) nT. Crystalline limestones which contain iron ore have high values of chargeability: (125-200) msec, resistivity values : (265-764) Ohm.m, and have a magnetic anomaly values : (43140-43160) nT. Key words: chargeability, resistivity, magnetic anomalyItem ESTIMASI SUMBERDAYA ENDAPAN BIJIH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDINARY KRIGING DAERAH PROSPEK RANDU KUNING, WONOGIRI, JAWA TENGAH(2010) ABDUL MU THI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Daerah Prospek Randu Kuning terletak di Desa Jendi dan Desa Keloran, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, berjarak sekitar 30 km arah selatan kota Solo. Daerah ini menjadi perhatian setelah adanya penambangan emas oleh masyarakat sekitar pada tahun 1995. Setelah itu beberapa penelitian dilakukan dan dilaporkan bahwa daerah penelitian ini membawa mineralisasi Au-Cu dan berasosiasi dengan zona sheeted quartz vein dengan model endapan porfiri. Daerah ini terdiri dari beberapa variasi batuan intrusi diorit dan mikrodiorit dengan prominent mafic phenocrysts yang menerobos batuan volkanik dari Formasi Mandalika. Variasi batuan ini terdiri dari berukuran halus sampai ukuran kasar serta juga ditemukan jenis batuan feldspar porfiri pada beberapa lobang bor yang diinterpretasikan sebagai tahapan akhir dari mineralisasi. Dalam perhitungan sumberdaya Au-Cu, beberapa metode yang umum digunakan adalah ordinary kriging dan inverse distance weighting. Metode kriging merupakan teknik perhitungan yang menggunakan pendekatan bahwa data yang dianalisis dianggap sebagai suatu realisasi dari suatu variable acak, dan keseluruhan variabel acak yang dianalisis akan membentuk suatu fungsi acak dengan menggunakan model struktural variogram. Sedangkan metode inverse distance weighting merupakan suatu cara penaksiran yang telah memperhitungkan adanya hubungan letak ruang (jarak), merupakan kombinasi linier atau harga rata-rata tertimbang (weighting average) dari titik-titik data yang ada di sekitarnya. Perhitungan sumberdaya dilakukan dengan membagi Prospek Randu Kuning menjadi 3 domain geologi. Domain 1 merupakan tipe mineralisasi disseminasi, domain 2, tipe mineralisasi urat-urat kuarsa yang utama dan domain 3, tipe mineralisasi urat kuarsa barren laminated dan sheeted quartz magnetite vein. Berdasarkan hasil pemodelan variografi, dapat disimpulkan bahwa model variogram tiap-tiap domain memiliki sifat zonal anisotropi yaitu data – data pada domain yang sama dengan parameter variogram yang sama memiliki nilai jarak dan nilai sill yang berbeda, hal ini dimungkinkan karena data-data untuk unsur Au-Cu tersebut diatas tersebar secara acak, dan pada lokasi tertentu memiliki nilai yang berbeda dibandingkan rata-rata nilai kadar Au-Cu, kesimpulan ini juga didukung dengan adanya nilai nugget variance pada setiap model variogram. Perhitungan cadangan sumberdaya dengan metode ordinary krigingyang dilakukan dengan pemodelan tubuh endapan dengan melakukan korelasi antar titik bor, dan pembuatan kerangka tubuh endapan yang kemudian dilakukan pembuatan pemodelan blok tubuh endapan dengan ukuran blok 25m x 25m x 3m yang diperoleh dari setengah jarak antar titik bor dan komposit interval conto kadar pada hasil pengeboran. Jumlah total sumberdaya daerah ini adalah sebesar 73,078,145 ton dengan rata-rata kadar 0.38 g/t Au dan 1056 g/t Cu. Hasil ini memiliki perbedaan 0.58 % terhadap kadar Cu dari hasil perhitungan sumberdaya dengan metode inverse distance weighting.Item KELIMPAHAN DAN DIVERSITAS FORAMINIFERA BENTONIK KECIL RESEN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN SUBSTRAT SEDIMEN PADA DELTA PLAIN DAN DELTA FRONT DELTA MAHAKAM KALIMANTAN TIMUR(2010) RD SHEILLA FARADELLA ARIEFANI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenSARI Daerah penelitian terletak di Delta Mahakam, Kalimantan Timur yang berumur Resen. Sebanyak 28 sampel sedimen permukaan delta plain dan 29 sampel permukaan delta front diteliti untuk mengetahui hubungan aneka variabel sedimen. Variabel-variabel sedimen tersebut adalah jenis substrat dan foraminifera (jumlah individu, jumlah komposisi dinding cangkang, dan diversitas spesies). Berdasarkan analisis pada delta plain dibagi menjadi 6 biofasies yaitu, Biofasies Paratrochammina globorotaliformis dengan zona lingkungan Intertidal - Shelf, Biofasies Globulina gibba dengan zona lingkungan Intertidal , Biofasies Paratrochammina simplissima dengan zona lingkungan Shelf, Biofasies Pseudoparella zhengae dengan zona lingkungan Shelf, Biofasies Lagena dengan zona lingkungan Shelf, dan Biofasies Paratrochammina globorotaliformis-Paratrochammina simplissima dengan zona lingkungan Intertidal - Shelf. Delta front dibagi menjadi 6 biofasies yaitu, Biofasies Ammonia beccarii A dengan zona lingkungan Inner Shelf-Shelf , Biofasies Ammonia beccarii B dengan zona lingkungan Inner Shelf-Shelf, Biofasies Ammonia beccarii C dengan zona lingkungan Inner Shelf, Biofasies Ammonia beccarii D dengan zona lingkungan Shelf, Biofasies Ammobaculites agglutinans dengan zona lingkungan Inner Shelf – Shelf, dan Biofasies Ammonia beccarii E dengan zona lingkungan Inner Shelf. Hasil uji statistik terhadap beberapa variabel sedimen pada delta plain menunjukkan bahwa dari 20 uji hubungan yang dilakukan, 10 uji menunjukkan hasil signifikan, sedangkan, pada delta front dari 25 uji hubungan yang dilakukan, 14 uji menunjukkan hasil signifikan. Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa kelimpahan, diversitas, dan komposisi dinding cangkang foraminifera dipengaruhi oleh substrat sedimen terutama oleh sedimen pasir. Berdasarkan penyebaran biofasies,delta plain menunjukkan adanya perubahan lingkungan dari dangkal ke dalam, sedangkan pada delta front menunjukkan adanya perubahan lingkungan laut dangkal dan laut yang lebih dalam secara bergantian. ABSTRACT The reaserch is located at Recent Mahakam Delta, East Kalimantan. A total of 28 sediment samples of delta plain and 29 samples of delta front are studied to determine the relationship between various sediment variables. The variable sediments are include substrates adan foraminifera (number of spesies, composition of shell, and spesies diversity). Based on cluster analysis delta plain divided into 6 biofacies which are: Biofacies Paratrochammina globorotaliformis (Intertidal – Shelf Zone), Biofacies Globulina gibba (Intertidal Zone) , Biofasies Paratrochammina simplissima (Shelf Zone), Biofacies Pseudoparella zhengae (Environment Shelf), Biofasies Lagena (Environment Shelf), and Biofacies Paratrochammina globorotaliformis-Paratrochammina simplissima (Environment Intertidal – Shelf Zone). Meanwhile delta front biofacies is divided into 6 which are: Biofacies Ammonia beccarii A (Inner Shelf-Shelf Zone) , Biofasies Ammonia beccarii B (Inner Shelf-Shelf Zone), Biofasies Ammonia beccarii C (Inner Shelf Zone), Biofacies Ammonia beccarii D (Shelf Zone), Biofacies Ammobaculites agglutinans (Inner Shelf – Shelf Zone), and Biofacies Ammonia beccarii E (Inner Shelf). The statistic result of some variable sediments in delta plain shows that from 20 correlation only 10 with significance correlation. Meanwhile, in delta front there are only 14 significance correlation from 25 correlation. Base on those correlations, abundaces, diversity, and foraminifera shell composition are affected by substrate espcially sand substrate. Biofacies distribution in the delta plain shows there are enviromental changesfrom shallow water to deep water. On the other hand, biofacies distribution in the delta front shows there are enviromental changesfrom shallow water to deep water inturn.Item KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP GENESA VEIN MINERALISASI LOGAM EMAS-PERAK DI POBOYA KECAMATAN PALU TIMUR KOTA PALU SULAWESI TENGAH(2010) MELKY BUTJE RONDONUWU; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Mineralisasi Au-Ag Poboya, terletak 12 kilometer arah timurlaut kota Palu, berbentuk vein kuarsa-karbonat dalam host rock kompleks metamorfik Palu berumur Kapur, vein menunjukkan karakteristik tekstur Epithermal Low Sulphidation. Sesar Palu-Koro sebagai komponen struktur regional, diperkirakan mengontrol genesa vein, dalam hal ini fluida hidrothermal masuk dan mengkonsentrasikan unsur emas-perak, pada rekahan-rekahan tarikan (extensional fracture). pengukuran-pengukuran orientasi vein termineralisasi baik di permukaan (surface), maupun bawah permukaan (sub-surface), mendapatkan arah umum vein, paralel dengan pola tegasan regional Palu-Koro. Rekonstruksi arah dan kedudukan vein dilakukan untuk mengetahui pola tegasan pembentukan vein, dilanjutkan dengan analisis uji beda rata-rata dan uji korelasi, untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara pola tegasan struktur pembentuk vein, dengan pola tegasan sesar Palu-Koro. Analisis mendapatkan pola tegasan pembentuk rekahan atau vein, sesuai dengan pola tegasan sesar Palu-Koro, sehingga dapat dinyatakan pola struktur yang mengontrol mineralisasi emas-perak di Poboya, adalah sistem rekahan ekstensional dari sesar Palu-Koro yang telah terisi larutan hidrothermal. Kata kunci : mineralisasi, kontrol struktur, rekahan tarikan, palu koro, hidrothermal ABSTRACT Poboya Au-Ag mineralization, located 12 kilometer northeast of Palu city, in the form of quartz-carbonate veining, hosted by cretaceous age of Palu Metamorphic Complex, mineralised veins shows some tipical epithermal low sulphidation textures. Palu-Koro fault as the regional structure agent, might have controlled the genesis of the mineralised vein in Poboya, in the context of the hydrothermal fluids have penetrated and concentrating its metal content on the extensional fracture systems. In this research, measurements of vein orientations has been conducted on outcrops (surface), and eight oriented drill core sample (sub-surface), in order to analysis and obtain the structural pattern of early fractures. The vein orientations has been reconstructed to obtain the structural patterns. Analysis then continued with mean difference and corellation analysis to obtain the relations between vein and Palu-Koro. Those analysis vein and Palu-Koro Fault having the same pattern, then could be concluded that structural control on the genesis of vein are the extensional fracture system of the Palu-Koro Fault filled with hydrothermal fluid. Keywords: mineralisation, structural control, extensional fracture, Palu-Koro, hydrothermalItem ZONASI MINERALISASI EMAS DAN PERAK DI KABUPATEN CIANJUR DAN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT, DENGAN PENDEKATAN ANALISIS SPASIAL BERBASIS SIG(2011) DENNI WIDHIYATNA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRACT Geologically, Cianjur and Sukabumi Districs, West Java Province is an area that has the potential of mineral resources of interest. This study uses data on lithology, structure, active stream sediment geochemical data, gravity anomalies and gold and silver metallic minerals location data to be processed spatially with likelihood ratio method so as to delineate the areas of metallic mineral prospects of gold and silver. The result of data processing of multi-element stream sediment geochemical samples are 4 groups of elements, there are: group elements Fe, Co, Cr, Ti, Zr and V are interpreted as indicating that the element association is influenced by the type of lithology intermediates composition, group elements Cu, Pb , Zn, As and Ag are interpreted in an association element associated with base metal mineralization and precious metals, which can be caused by minerals contained assosiation in hidrotemal type mineralization, Al element caused by the presence of acid to intermediates lithology compotition and Ni element are interpreted by the lithological types that basalt to intermediates compotition. Geographic Information System analysis results using the likelihood ratio method attribute lithology, structure, bouguer anomalies and active stream sediments in Cianjur and Sukabumi District produce 7 (seven) regions prospect gold and silver mineralization are : • Campaka Block, Cianjur Regency. • Tanggeung Block, Cianjur Regency. • Bojongkole Block, Cianjur Regency • Cisolok Block, Sukabumi District • Cigaru-Ciemas Block, Sukabumi. • Warungkiara-Ubrug Block, Sukabumi. • Jampang Tengah – Sagaranten Block, Sukabumi District Statistical verification of the results of this analysis yield 89.53%. while the value of the test is based on the field picking 3 blocks namely Cisolok Block prospect, Cigaru-Ciemas Block and Tanggeung Block suggests that in these areas is an area of gold and silver mineralization has been done by the local mining. Therefore, this method can be used in an area delineated prospects prior to further research into the field. ABSTRAK Secara geologi, Kabupaten Cianjur dan Sukabumi, Provinsi Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya mineral yang menarik. Penelitian ini menggunakan data litologi, struktur, data geokimia sedimen sungai aktif, anomali gaya berat dan keterdapatan mineral logam emas dan perak untuk diolah secara spasial dengan metode likelihood ratio sehingga dapat mendelineasi daerahdaerah prospek mineral logam emas dan perak. Hasil pengolahan data multi unsur dari conto geokimia sedimen sungai akif menghasilkan 4 kelompok unsur yaitu : kelompok unsur Fe, Co, Cr, Ti, Zr dan V yang ditafsirkan menunjukkan asosiasi unsur yang dipengaruhi oleh jenis litologi berkomposisi basa-intermedier, kelompok unsur Cu, Pb, Zn, As dan Ag yang ditafsirkan merupakan asosiasi unsur yang berhubungan dengan mineralisasi logam dasar dan logam mulia, dimana asosiasi ini dapat disebabkan oleh mineral-mineral yang terkandung di dalam mineralisasi tipe hidrotemal, unsur Al yang ditafsirkan keberadaannya disebabkan oleh adanya litologi berkomposisi asam-intermedier dan unsur Ni yang ditafsirkan oleh adanya jenis litologi yang berkomposisi basaintermedier. Hasil analisis Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan metode likelihood ratio terhadap atribut litologi, struktur, anomali gaya berat dan sedimen sungai aktif di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi menghasilkan 7 (tujuh) daerah prospek mineralisasi emas dan perak, yaitu : 1. Blok Campaka, Kabupaten Cianjur. 2. Blok Tanggeung, Kabupaten Cianjur. 3. Blok Bojongkole, Kabupaten Cianjur. 4. Blok Cisolok, Kabupaten Sukabumi 5. Blok Cigaru-Ciemas, Kabupaten Sukabumi. 6. Blok Warungkiara-Ubrug, Kabupaten Sukabumi. 7. Blok Jampang Tengah-Sagaranten, Kabupaten Sukabumi. Verifikasi statistik terhadap hasil analisis ini menghasilkan nilai 89,53% yang menunjukkan tingkat akurasi hasil pengolahan data. Berdasarkan uji petik lapangan terhadap 3 blok prospek yaitu Blok Cisolok, Blok Cigaru-Ciemas, dan Blok Tanggeung, menunjukkan bahwa di daerah-daerah tersebut merupakan daerah mineralisasi emas dan perak yang telah dilakukan pertambangan oleh rakyat. Oleh karena itu, metode ini dapat digunakan dalam mendelineasi suatu daerah prospek sebelum dilakukan penelitian ke lapangan lebih lanjut.Item KARAKTER AIR TANAH PADA DAERAH PROSPEK PANASBUMI SONGGORITI - G. KAWI, JAWA TIMUR(2011) ELLY YULIA ZAHRAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenSARI Batuan penyusun daerah panasbumi Songgoriti � Gunung Kawi, berupa batuan vulkanik berumur Kuarter, Teras Sungai dan alluvium. Indikasi adanya suatu sistem panas bumi di daerah penelitian diketahui berdasarkan adanya manifestasi permukaan berupa mataair panas/hangat, batuan ubahan hidrotermal, dan fosil �mud pool�. Deliniasi konfigurasi bawah permukaan berdasarkan distribusi nilai tahanan jenis, diintegrasikan dengan data geologi permukaan, dapat mengelompokkan aliran air tanah daerah penelitian, menjadi : �Reservoir Panasbumi atau aliran air tanah dalam atau airtanah regional� dan �air tanah dangkal atau air tanah dekat permukaan�. Berdasarkan klasifikasi fasies air menurut Black (Black, 1961 dalam Schwartz & Zhang, 2003), maka fasies air di daerah penelitian adalah : - Mataair panas/hangat : klorida-sulfat-bikarbonat, sodium-kalsium (Cl- SO4, Na-Ca) - Mataair Dingin : bikarbonat, kalsium-sodium (HCO3, Ca-Na) Plotting masing-masing unsur atau komponen kimia air dari sampel air pada diagram batang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya kecenderungan atau pola pada arah tertentu, dalam hal ini pada arah Barat - Timur dan Utara � Selatan. Plotting antara klorida dengan unsur-unsur lainnya, pada scattered diagram dari sampel mataair panas/hangat (MAP) dan mataair dingin (MAD), diantaranya adalah HCO3, SO4, Na, K, Ca, Mg, SiO2, Li, B, memperlihatkan kelompok mataair hangat dengan kelompok mataair dingin yang terpisah, dan tidak memperlihatkan adanya hubungan secara langsung diantara kedua kelompok tersebut. Kandungan kimia unsur SiO2, B, Na, K, Li, yang terdapat dalam air panas umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang terdapat dalam air dingin. Berdasarkan data tersebut, disimpulkan bahwa mataair dingin di daerah penelitian umumnya tidak mengindikasikan adanya pengaruh sistem panasbumi, kecuali mataair yang berada di sekitar mataair hangat, yaitu di Songgoriti dan Pujon. ABSTRACT Songgoriti - Gunung Kawi area composed of a Quaternary volcanic rocks, river terraces and alluvium. Indications of a geothermal system in the study area are known by their manifestations, i.e.: hot or warm springs, hydrothermal alteration minerals, and fossil of "mud pool". Delineation of subsurface configuration based on the distribution of rock resistivity value, integrated with surface geological data, could be grouped ground water flows in the study area into : �geothermal reservoir or regional flow� and �shallow groundwater flow or local ground water flow�. Geochemically, based on water facies classification of Black (Black, 1961 in Schwartz & Zhang, 2003), the water facies in the study area are: - Hot or warm Springs : chloride-sulphate-bicarbonate, sodium-calcium (Cl-SO4, Na- Ca) - Cold springs: bicarbonate, calcium-sodium (HCO3, Ca-Na) Plotting of each element or component of the water chemistry on the Bar Diagram was conducted to determine whether there is a trend or pattern in a particular direction, in this case the direction of the West - East and North - South. Chloride plot vs other elements, on Scattered Diagram of hot / warm (MAP) and cold springs (MAD), which are HCO3, SO4, Na, K, Ca, Mg, SiO2, Li, B. In the diagrams shown a group of warm springs with separate group of cold springs, and does not show any direct relationship between the two groups. The SiO2, B, Na, K, Li content in hot water are generally higher than that found in cold water. Based on these data, it is concluded that most of cold springs found in the study area does not give an indication of the influence of geothermal systems, except the cold springs that are located near the hot springs, in the area of Songgoriti and PujonItem PENENTUAN KAWASAN PERTAMBANGAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN KOMODITI SUMBER DAYA NIKEL, KABUPATEN KONAWE DAN KABUPATEN KONAWE UTARA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA(2011) IWAN NURSAHAN; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Pulau Sulawesi merupakan salah satu wilayah penghasil logam nikel laterit di Indonesia. Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki potensi komoditi unggulan mineral logam yang cukup melimpah, seperti: Nikel, Besi Laterit dan emas. Menurut Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional kedua kabupaten tersebut, merupakan bagian dari Kawasan Strategis Nasional (KSN) Soroako dan sekitarnya, yang dicanangkan sebagai sektor komoditi unggulan pertambangan nikel di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk evaluasi keekonomian potensi sumberdaya nikel dan analisis karakteristik kewilayahan pada Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Utara, untuk menentukan skala prioritas pengembangan kawasan pertambangan berbasis sektor komoditas unggulan sumberdaya nikel dengan pendekatan Satuan genetika Wilayah (SGW) dan memanfaatkan Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Metoda analisis dalam penentuan kawasan pertambangan ini dilakukan dengan valuasi matriks holistik SGW. Berdasarkan hasil analisis spasial, maka Satuan Genetika Wilayah daerah penelitian dapat dibagi atas 4 SGW, yang mengacu pada klasifikasi litho-tectono-morpho, yakni: SGW Pedataran Batuan Ultramafik, SGW Pedataran Patahan Batuan Ultramafik, SGW Perbukitan Batuan Ultramafik dan SGW Perbukitan Patahan Batuan Ultramafik. Sesuai valuasi matrik holistik, maka diperoleh adanya keterkaitan nilai potensi dan kendala wilayah terhadap total nilai valuasi SGW. Total nilai valuasi SGW dipengaruhi terutama oleh faktor keekonomian potensi bahan tambang dan keekonomian wilayah tataruang. Hasil valuasi matrik holistik SGW, menunjukkan adanya 204 nilai valuasi SGW kabupaten Konawe dan 248 nilai valuasi SGW Kabupaten Konawe Utara. Dan sesuai Peta Spasial Hasil Valuasi SGW dan nilai valuasi SGW tersebut, diperoleh 12 wilayah yang berpotensi tinggi (nilai valuasi SGW > 200) yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pertambangan nikel, yakni: Kabupaten Konawe: Routa, Routa-Liasa, Routa Wiwirano, Routa-Sampala dan Pondidaha; Kabupaten Konawe Utara: Molawe, Andowia, Molawe-Andowia, Wiwirano, Molawe-Topogoya, Asera-Oheo dan Langkimia. Hasil analisis valuasi Satuan Genetika Wilayah dan evaluasi keekonomian potensi bahan tambang nikel dari kedua daerah penelitian, maka dapat direkomendasikan bahwa Satuan Genetika Wilayah Pedataran Patahan Batuan Ultramafik daerah Langikima, Wiwirano dan SGW Pedataran Batuan Ultramafik daerah Asera, Andowia, Molawe dan Wiwirano sebagai Kawasan Andalan Pertambangan Nikel. Kawasan andalan pertambangan tersebut, memiliki total sumberdaya 1,24 Milyar Ton, status IUP operasi-produksi, status hutan APL,HPK, HP, infrastruktur jalan memadai dan pelabuhan tersediai, zona gerakan tanah rendah – menengah, dengan nilai valuasi skenario dikembangkan/ditambang berkisar 248– 298. ABSTRAK Pulau Sulawesi merupakan salah satu wilayah penghasil logam nikel laterit di Indonesia. Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki potensi komoditi unggulan mineral logam yang cukup melimpah, seperti: Nikel, Besi Laterit dan emas. Menurut Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional kedua kabupaten tersebut, merupakan bagian dari Kawasan Strategis Nasional (KSN) Soroako dan sekitarnya, yang dicanangkan sebagai sektor komoditi unggulan pertambangan nikel di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk evaluasi keekonomian potensi sumberdaya nikel dan analisis karakteristik kewilayahan pada Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Utara, untuk menentukan skala prioritas pengembangan kawasan pertambangan berbasis sektor komoditas unggulan sumberdaya nikel dengan pendekatan Satuan genetika Wilayah (SGW) dan memanfaatkan Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Metoda analisis dalam penentuan kawasan pertambangan ini dilakukan dengan valuasi matriks holistik SGW. Berdasarkan hasil analisis spasial, maka Satuan Genetika Wilayah daerah penelitian dapat dibagi atas 4 SGW, yang mengacu pada klasifikasi litho-tectono-morpho, yakni: SGW Pedataran Batuan Ultramafik, SGW Pedataran Patahan Batuan Ultramafik, SGW Perbukitan Batuan Ultramafik dan SGW Perbukitan Patahan Batuan Ultramafik. Sesuai valuasi matrik holistik, maka diperoleh adanya keterkaitan nilai potensi dan kendala wilayah terhadap total nilai valuasi SGW. Total nilai valuasi SGW dipengaruhi terutama oleh faktor keekonomian potensi bahan tambang dan keekonomian wilayah tataruang. Hasil valuasi matrik holistik SGW, menunjukkan adanya 204 nilai valuasi SGW kabupaten Konawe dan 248 nilai valuasi SGW Kabupaten Konawe Utara. Dan sesuai Peta Spasial Hasil Valuasi SGW dan nilai valuasi SGW tersebut, diperoleh 12 wilayah yang berpotensi tinggi (nilai valuasi SGW > 200) yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pertambangan nikel, yakni: Kabupaten Konawe: Routa, Routa-Liasa, Routa Wiwirano, Routa-Sampala dan Pondidaha; Kabupaten Konawe Utara: Molawe, Andowia, Molawe-Andowia, Wiwirano, Molawe-Topogoya, Asera-Oheo dan Langkimia. Hasil analisis valuasi Satuan Genetika Wilayah dan evaluasi keekonomian potensi bahan tambang nikel dari kedua daerah penelitian, maka dapat direkomendasikan bahwa Satuan Genetika Wilayah Pedataran Patahan Batuan Ultramafik daerah Langikima, Wiwirano dan SGW Pedataran Batuan Ultramafik daerah Asera, Andowia, Molawe dan Wiwirano sebagai Kawasan Andalan Pertambangan Nikel. Kawasan andalan pertambangan tersebut, memiliki total sumberdaya 1,24 Milyar Ton, status IUP operasi-produksi, status hutan APL,HPK, HP, infrastruktur jalan memadai dan pelabuhan tersediai, zona gerakan tanah rendah – menengah, dengan nilai valuasi skenario dikembangkan/ditambang berkisar 248– 298.Item PENGARUH KONDISI GEOMORFOLOGI TERHADAP LUAS TANAH ULAYAT DIDAERAH KEPALA BURUNG PAPUA BARAT(2011) HERMAN HIDERYAWAN PARINDING; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRACT Papua has a diversity of natural and human resources. The ecological has greatly influence the socioeconomic life of the community culture. The bill on Recognition and Protection of the Rights of Indigenous Peoples, which recognizes customary rights existed long before the independent of Indonesia, August 17, 1945, requires the identification of indigenous territories by indigenous people and / or government. The problem is the landarea itself which is a basin or subbasin. Papuan tribes or clans customaryly set limits of their ground based on natural signs such as river flow or mountain ridge line. An extensive study of communal land which is nothing but a basin or sub basin, will reveal the geomorphologic relationships with communal land boundaries, thus helping the process of mapping the boundaries of customary land quick and accurate, to obviate conflicts between Natural Resources and Social Cultural resources in the West Papua province. The current morphology of Bird Head is a reflection of the lithology and structures that control the process during geological time period . Bird Head is none other than the northern edge of the Australian plate that has undergone horizontal and vertical dynamic pressure and other geological processes. Tectonic framework of the Bird Head region has made it a potential for the presence of mineralization, as to attract investors to perform variety of mineral Exploration. The method of maping is doing field mapping, supported by intense discussion with community leaders. The communal land area, river density, biofurcation ratio, gradient of rivers order 1, then determined by using mapinfo program. Further statistical tests performed by multiple correlation techniques and multiple regression, in which the area which are communal land or basim – sub basin become dependent fariable while the rivers density, biofurcation and gradient of river 1st order become the independent variable. As the findings: Bifurcation ratio affected the land area or basin – sub basin significantly, where the Individual influence is 31.78 %. River density and 1st order gradient of streams was not significant. Simultaneously the three independent variables contribute influences by 33.3%, it is especially significant since there are many of variables of basin geometry that have not been included in the calculation.Item POTENSI DAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI SKALA KECIL SEBAGAI ENERGI UTAMA SETEMPAT MENJADI KAWASAN TERPADU DI PULAU FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR(2011) TIANNI L SIHOTANG; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Intensitas tektonik yang cukup tinggi, dan aktivitas kegunungapian yang cukup intensif di daratan Pulau Flores menyebabkan Pulau Flores memiliki sumber daya alam yang sangat potensial, yaitu potensi sumber daya panas bumi yang cukup besar yaitu 813 MWe, namun hingga sekarang belum dikembangkan. Selain potensi panas bumi, Pulau Flores juga di memiliki potensi mineral logam yang cukup prospek untuk dikelola, antara lain emas (Au), Mangan (Mn), Besi (Fe), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Timah hitam (Pb). Disisi lain, rasio elektrifikasi Pulau flores sangat kecil, yaitu 39,92% pada tahun 2011 dan sistem kelistrikannya isolated, hal ini diakibatkan oleh kondisi geografisnya yang terdiri atas kepulauan dan penyebaran penduduk yang tidak merata. Untuk menaikkan rasio elektrifikasi di Pulau flores, perlu dikembangkan pengembangan panas bumi skala kecil. Pembangunan suatu PLTP memerlukan dana investasi awal yang besar, untuk menambah nilai keekonomian PLTP Skala Kecil, sebaiknya dikembangkan secara terintegrasi dengan Pemanfaatan Langsung, dengan memanfaatkan sisa uap dari PLTP skala kecil tersebut. Pemanfaatan langsung ini dapat dimanfaatkan untuk industri pengolahan hasil pertanian, peternakan, industri pertambangan dll. Berdasarkan hasil jawaban responden, diperoleh bahwa kontribusi Pemanfaatan Panas Bumi Skala Kecil dan Pemanfaatan Langsung berpengaruh positif terhadap kenaikan Rasio Elektrifikasi dan nilai keekonomiannya; Pemanfaatan Panas Bumi Tidak Langsung Skala Kecil dan Pemanfaatan Panas Bumi Secara Langsung memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan Nilai Tambah (pelistrikan desa, industri pertambangan dan pertanian/peternakan,). Berdasarkan kriteria keterdapatan sumber daya mineral, keterdapatan potensi panas bumi, status penggunaan lahan, ketersediaan infrastruktur, maka Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, dan Ende perlu dipertimbangkan lebih lanjut sebagai lokasi bagi pengembangan kawasan terpadu berbasis panas bumi.Item DISTRIBUSI ZONA OVERPRESSURE DAN PENYEBAB TERJADINYA OVERPRESSURE DI DAERAH BLORA DAN SEKITARNYA CEKUNGAN JAWA TIMUR(2012) PANJIE WIRANEGARA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRACT Research area are included into Blora Regency, Tuban Regency and Bojonegoro Regency, Central Java Province and East Java Regency. Geographically the research area are located in 6° 54` 51.68" - 7° 17` 50.41" South Latitude and 111° 12` 31.45" - 111° 48` 54.756" East Longitude. There are 13 exploration well in the research area which consists of Banyubang – P1, Banyuasin – P1, Gabus – P1, Jambaran – 1, Jepon – A, Kedunglusi – 1, Kedungtuban – 1, Metes – P1, Ngronggah Timur – 1, Semanggi – 2, Randublatung – 1, Tapen - 1, and Tiung Biru – 01. Base on drilling, the research area consists of formations from younger to elder which consists of Turi Formation, Lidah Formation, Mundu Formation, Ledok Formation, Wonocolo Formation, Bulu Formation, Ngrayong Formation, Tawun Formation, Tuban Formation, Prupuh Formation, and Kujung Formation. Geological structure in the research area consists of Tuban Half Graben, Blora Graben, Bojonegoro Graben, dan Metes Horst. In Turi Formation, Lidah Formation, Mundu Formation, and Ledok Formation, the distribution of pore pressure tend around hydrostatic gradient. In the research area, overpressure are started in Wonocolo Formation, Ngrayong Formation, Bulu Formation, and Tawun Formation. The end of overpressure in the research area is occurred in Kujung Formation. Overpressure zone in the research area consists of Wonocolo – Ngrayong Zone, Bulu Zone and Tawun Zone. Generally overpressure zone are dominated by claystone, shalestone and siltstone which are affected by smectite – illite transformation, and also sandstone and limestone which are isolated by seal layers. Overpressure in the research area is caused by smectite – illite transformation process. This process cause the fluids are released from claystone, shalestone and siltstone, and also increasing fluids in sandstone and limestone. This condition causing the pore pressure increase until overpressure.Item ZONASI KAWASAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN METODA ANALISIS SPASIAL UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KULON PROGO D.I.YOGYAKARTA(2012) UMAR DANI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenMineral resources are non-renewable resources that have characteristics, either quantity, quality or localities. The Kulon Progo Regency has a potential of various minerals, which has big enough resources, particularly non-metallic minerals and rocks (134 locations). The mineral potentials have not been exploited optimally yet. This is indicated by the gross regional domestic product with a small contribution (0.94%). In the frame work of exploiting the resources, a mining zonation is absolutely determined by implementing a spatial analysis associated with some related parameters, so that its exploitation has no an overlap with other sectors. The parameters include regional geology, topography, hazard and landslide, hydrology, landuse, infrastructure and protected area. Results of the spatial analysis show that the zonal area for mining is 8,403.99 ha or 66.17% of the total area. The location for the mining activities consists of 82 areas. The distribution of quartz sand and ornamental igneous rocks needs a special attention because of the areas that have restricted factors. The development for the mining activities in the areas must consider aspects of the good mining practices including the environmental aspect. The use of the mineral resources is expected to be able to support the regional development and to contribute the community and regional economy. Each mining activity must have a legal mining license and an mining obligation as stated by the mining regulation. Typology of the area of Kulon Progo Regency according to the gross regional domestic product shows the presence of specialization of the location for mining activity compared to other regencies. However, this regency has a development rate that is relatively slow. Thus, this phenomenon indicates no opportunity to develop in the future. This shows that all the mining activities are not optimal yet, even some have no mining licenses. Therefore, the mining sector provides no significant contribution for the regional economy. Ironically, the area has the potential of various minerals that have been exploited. By exploiting the mineral resources properly, it is expected that it can provide a significant contribution for the regional economyItem KETIDAKSTABILAN LERENG DAN PENETAPAN DOMAIN NILAI KONSTANTA (K) DALAM KEJADIAN LONGSOR DI AREA TAMBANG TERBUKA BATU HIJAU PT NEWMONT NUSA TENGGARA(2012) YAN ADRIANSYAH; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRACT Batu Hijau Mine – PT Newmont Nusa Tenggara is one of the largest open pit copper-gold mine that located on the South-West Sumbawa Island as part of the West Sumbawa Province. This island is product of the subduction tectonics plate between Indo-Pacific and Australia. The impact on the above condition was reflected difference in complex geological structure such as fault zone and intensive joints which is influence to the rock mass quality associated with the mineralization zone. According to the pit slope design philosophy at Batu Hijau Mine, potential of pit wall failure has identified as one of the highest event that can be disrupted into the overall mine operation. Therefore, prediction of pit slope failure event using slope stability monitoring data and combining by visual observation result at the field is one of the key successfully to ensure safely working area for workers and mining equipment. Predict time of failure by involving any various internal and external factors that can be triggered into pit wall failure will give an accurate of the analysis result. Therefore, determining constant ‘K’ value as one of the important variable in the formula of predicting pit wall failure will more reliable and closer to the actual condition. Based on the result of analysis was indicated that rain fall, rock mass rating (RMR), and slope geometry have a significant correlation with the constant ‘K’ value. This meant that the three factors as mentioned above should be used as a reference for determining reliable constant ‘K’ value adapts to pit wall condition. In order to give details guidance for using of constant ‘K’ value in predict time of failure analysis, the result of research was developed distribution of domain constant ‘K’ for each pit wall block. By considering to the factor that influenced to constant ‘K’ value as mentioned above, any adjustment of K value for determining reliable time of failure is acceptable.Item FASIES PENGENDAPAN BATUBARA SEAM X25 FORMASI BALIKPAPAN DAERAH SEPARI, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN LOG INSIDE CASING(2012) DANY MARGAESA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Cekungan Kutai yang terletak di Kalimantan Timur menyimpan banyak kandungan sumber daya alam yang melimpah diantaranya adalah endapan batubara yang sangat potensial sebagai salah satu bahan bakar di bidang industri. Metode pemboran eksplorasi dan geofisika well logging selain banyak digunakan juga dikembangkan untuk mencari metode yang efisien, murah, cepat dan beresiko kecil. Log Inside Casing bukan hal yang baru dalam dunia pemboran minyak dan batubara, namun masih sedikit peneliti mengkaji secara kuantitatif melalui metode ini Oleh sebab itu penelitian ini akan banyak mengkaji secara komprehensif dari pemilihan alat geofisika well logging, metode hingga akhirnya data tersebut dapat digunakan untuk mengkaji elektrofasies sebagai dasar analisis lingkungan pengendapan batubara di daerah Separi dan sekitarnya. Berdasarkan data sekunder dari PT. Sinergy Consultancy Services yang diperoleh sejak tahun 2008 terkait data pemboran dan geofisika well logging dengan metode akusisi Log Inside Casing di bawah operasional pemegang ijin Kuasa Pertambangan ABE (PT. Arzara Baraindo Energitama), JMB (PT. Jembayan Muarabara) dan KRA (PT. Kemilau Rindang Abadi) akan dimanfaatkan sebagai pembuktian dan terobosan baru dalam pembelajaran metode eksplorasi modern pada aplikasi batubara. Metode Log Inside Casing ternyata memiliki deviasi yang besar terkait nilai (output) yang dihasilkan, namun demikian Log Gamma Ray masih dapat digunakan dalam membaca perubahan tekstur batuan sedimen sehingga suksesi sedimen dapat dipelajari sebagai aplikasi elektrofasies. Dengan metode tersebut telah diidentifikasi bahwa batubara seam X25 sebagai objek penelitian adalah dibedakan menjadi dua fasies berbeda dan diendapkan pada lingkungan Transitional Lower Delta Plain dengan memperlihatkan pola fasies crevasse splay, channel, levee dan interdistributary bay berdasarkan model Horne (1978). ABSTRACT Kutai Basin which located in Eastern Kalimantan stored a lot of abundant natural resources such as: coal deposit which has big potential to be a fuel in the industrial field. Both explorations drilling method and well logging geophysics besides it’s heavily used; it is also developed in order to find a cheap, efficient yet low-risk method. Log Inside Casing is not a new thing in both oil and coal drilling world. But, there are still a few researcher who’re quantitively analyze through this method. So therefore, this research will heavily analyze comprehensively starts from geophysical well logging equipment, methods and finally after all of those done, the data can be used to analyze the electro fasies as a basic analysis towards the deposition coal environment in around Separi area. Based on PT. Sinergy Consultancy Service secondary data which have been collected since 2008, which related to both drilling data and well logging geophysics, with the Log Inside Casing acquisition method under the operational of license holders mining, names such as: ABE (PT. Arzara Baraindo Energitama), JMB (PT. Jembayan Muarabara), and KRA (PT. Kemilau Rindang Abadi) will be used as both new breakthrough and substation in modern exploration method learning of coal application. The method with Log Inside Casing to have a lot of deviation related to the resulting value (output), but even so, the Log Gamma Ray is still using in reading the texture changing of sediment rock, thereby, the sediment succession can be learned as an electro fasies application. With those methods, it’s already identified that seam X25 coal as a research object is differented by two facies and it is precipitated in Transitional Lower Delta Plain environmental to show the pattern of facies, names such as: crevasse splay, channel, levee and interdistributary bay based on Horne Models (1978).Item IDENTIFIKASI DAERAH PROSPEK MINERALISASI LOGAM DASAR Cu, Pb, Zn DENGAN ANALISIS FAKTOR PADA EKSPLORASI GEOKIMIA STREAM SEDIMENT DI DAERAH GARUT DAN PAMEUNGPEUK(2012-12-28) SHOFI ANDRIANI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenHasil analisa geokimia merupakan data yang sangat penting dalam menunjang kegiatan eksplorasi mineral logam di Indonesia. Metode geokimia dengan menggunakan conto endapan sungai aktif merupakan salah satu tahapan awal dalam eksplorasi pencarian mineral logam. Metode ini biasa digunakan dalam tahapan penyelidikan pendahuluan yang bersifat regional. Penelitian ini dilakukan di daerah Garut-Pameungpeuk yang bertujuan untuk menentukan daerah anomali secara geokimia sehingga dapat diketahui daerah prospek mineralisasi berdasarkan penyebaran unsur logam dasar Cu, Pb dan Zn dengan menggunakan analisis faktor. Metode pengolahan data yang menggunakan pendekatan statistik dengan cara univariat dan multivariat bertujuan untuk mengetahui penyebaran anomali dan kaitan satu unsur dengan unsur yang lain. Berdasarkan metode analisis gugus, kekerabatan unsur dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu Mo-Se-Bi-Au-Hg-Te-Sn-Pb-Cu-Zn dan K-Pb-Cu-Zn. Mineralisasi Cu-Pb-Zn pada daerah penelitian terjadi dari hasil intrusi diorit yang berumur miosen mengintrusi Formasi Jampang (Tomj) yang tersingkap, tetapi tidak terpetakan dalam skala regional 1:100.000. Berdasarkan peta sebaran unsur geokimia bahwa anomali geokimia Cu, Pb dan Zn tersebar pada sebelah tenggara daerah penelitian.Item KONDISI GEOLOGI SEBAGAI FAKTOR DALAM PENENTUAN PRIORITAS WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN DENGAN METODE ANALISIS GEOSPASIAL DI KABUPATEN BERAU, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR(2013) ROHADIAN YOSEP; Nana Sulaksana; Adjat SudradjatABSTRACT Berau Regency is one of the regencies administration in East Kalimantan Province blessed with several natural resources including coal and mineral resources. Coal and mineral resources has been exctracted by mining business activities conducted under Mining Business Permit (IUP). According to the Law Number 4/2009, mining businesss activities shall be carried out within Mining Area (WP). Furthermore, Mining Business Area (WUP) is a part of Mining Area that already has data, potential and/or information about geology informations. Geospatial analysis methode used in determining of Mining Business Area, meanwhile Analytical Hierarchy Process (AHP) Methode used in prioritizing Mining Business Area. Geological conditions as criterias for Mining Business Area prioritizing, several factors were considered such as : mining commodity, resources aspect, land status and geographical location. Based on respondens answers analyzed by AHP methode showed that the highest weight is resources aspect with 38.7%, then mining commodity weight is 37.4 %, land status weight is 13.0 % and geographical location weight is 10.9%. Therefore, geological conditions are a major factor in determining priority of Mining Business Area. The results of spatial analysis based on geological condition and limitation factors yield 19 (nineteen) blocks of Mining Business Work Area consist of 5 (five) blocks Metal Mining Business Area, 8 (eight) blocks Non Metal Mining Business Area, 2 (two) blocks Rocks Mining Business Area and 4 (four) blocks Coal Mining Business Area. The result of weighting process of 19 (nineteen) Mining Business Area Blocks are 3 (three) types of rank of Mining Business Area Priority such as : Fisrt Priority Mining Business Area consist 2 (two) blocks of Metal Mining Business Area, Second Priority of Mining Business Area consist 3 (three) blocks of Metal Mining Business Area, 4 (four) blocks of Non Metal Mining Business Area and 4 (four) blocks of Coal Mining Business Area and Third Priority of Mining Business Area consist 5 (five) blocks of Non Metal Mining Business Area and 2 (two) blocks of Rocks Mining Business Area. The results of spatial analysis and weighting process with AHP method showed that geological factors and spatial planning of Berau Regency influenced of determining and prioritizing of Mining Business Area.Item PERBANDINGAN MORFOTEKTONIK ANTARA BLOK ARFAK DAN BLOK KEMUM SEBAGAI RESPON SESAR AKTIF RANSIKI DI KABUPATEN PROVINSI PAPUA BARATMANOKWARI(2013-01-21) LOMAN EFFENDY W; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPERBANDINGAN MORFOTEKTONIK ANTARA BLOK ARFAK DAN BLOK KEMUM SEBAGAI RESPON SESAR AKTIF RANSIKI DI KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT Loman E.Warwey1,Nana Sulaksana2, dan Edi T.Haryanto3 Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran Email: endy_papua@yahoo.com ABSTRAK Daerah penelitian terletak pada sistim sesar Ransiki yang meliputi blok Arfak dan blok Kemum. Secara administrasi merupakan wilayah kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat. Daerah penelitian ini berada pada koordinat 133.7°00’00’’ sampai 134.3°00’00’’ Bujur Timur dan 01.0°00’00’’ sampai 01.7°00’00’’Lintang Selatan. Sesar Ransiki sangat menarik untuk diteliti karena memiliki peran dalam membentuk morfologi diwilayah ini yang diakibat oleh tektonik. Morfologi sebagai ilmu tentang roman muka bumi beserta aspekaspek yang mempengaruhinya. Bentangalam (landscape) disusun oleh elemen geomorfologi dalam dimensi yang luas. Secara konstruksional bentangalam diakibatkan oleh gaya endogen dan gaya eksogen, sebagai agen yang bersifat destruksioonal menghasilkan bentuk bentangalam tertentu. Proses geomorfologi dapat diarahkan dalam menginterpretasikan proses tektonik aktif yang sedang berkembang seperti kecurigaan pada struktur geologi tertentu atau jenis-jenis batuan. Analisa tektonik dalam ilmu geomprfologi ini dapat disebut tektonik geomorfologi yang memiliki beberapa aspek yang saling berkaitan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik morfotektonik blok Arfak dan blok Kemum sebagai respon keaktifan sesar Ransiki. Pengaruh tektonik terhadap morfologi suatu daerah batuan yang berbeda dan periode umur yang berbeda pula dapat diketahui berdasarkan kondisi geomorfologi seperti morfometri,morfografi, dan morfogenetik. Hipotesis penelitian adalah bahwa perbedaan karakteristik morfometri subDAS,sinusitas muka gunung (smf) pada blok Arfak yang beralas batuan gunungapi Arfak berumur Tersier dan blok Kemum beralas batuan sedimen malih dengan periode umur Devon menunjukan kesamaan akibat tektonik. Hasil penelitian dapat memberikan informasi perbedaan tektonik pada blok Arfak dan blok Kemum. Verifikasi data sangat penting untuk diuji dan diverifikasi berdasarkan uji statistik agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan hasil pengolahan data dan uji statistik menunjukan adanya pergerakan aktif blok Arfak dan blok Kemum sehingga dapat diinterpretasikan sesar Ranski memang bergerak (aktif). Kata Kunci : Morfotektonik, Tektonik Aktif Sesar RansikiItem KERAPATAN PENGALIRAN DAN KEMIRINGAN LERENG SEBAGAI INDIKATOR ANOMALI BOUGUER DI DAS CIMANUK BAGIAN HULU, KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT(2013-01-21) JUKEPSA ANDAS; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara kerapatan pengaliran dan kemiringan lereng dengan nilai anomali bouguer sebagai karakteristik fisik batuan di DAS Cimanuk bagian hulu daerah Kabupaten Garut, provinsi Jawa Barat. Lokasi daerah penelitian secara geografis adalah 107° 42’ 3,53†BT - 108° 5’ 50,31†BT dan 7° 6’ 53,51†LS - 7° 24’ 41,88†LS. Dalam penelitian ini telah disusun tiga (3) hipotesis, yaitu: satu (1) semakin kecil nilai kerapatan pengaliran maka nilai anomali bouguer akan semakin besar; dua (2) semakin besar nilai kemiringan lereng maka nilai anomali bouguer akan semakin besar; (3) semakin kecil nilai kerapatan pengaliran maka nilai kemiringan lereng akan semakin besar. Metode yang dilakukan adalah dengan dibuat grid seluas 500 m x 500 m di daerah DAS Cimanuk bagian hulu, didapat grid sebanyak 3310 grid. Grid-grid tersebut berisi informasi variabel-variabel berupa kerapatan pengaliran, kemiringan lereng, nilai anomali bouguer, kerapatan kontur anomali bouguer, dan litologi. Satuan geomorfologi daerah penelitian terbagi menjadi empat (4) yaitu Satuan Pedataran, Satuan Perbukitan Landai, Satuan Perbukitan Agak Curam, dan Satuan Perbukitan Curam. Kerapatan pengaliran memiliki nilai antara 0 – 8,32 km/km2, kemiringan lereng antara 0 – 60,1 %, nilai anomali bouguer antara 100 – 840 mGal, dan kerapatan kontur anomali bouguer antara 0 – 3. Hubungan antara kerapatan pengaliran dengan nilai anomali bouguer adalah semakin renggang sungai-sungainya, resistensi batuan sebagai karakteristik fisik akan semakin keras. Hubungan antara kemiringan lereng dengan nilai anomali bouguer adalah semakin curam kemiringan lerengnya, resistensi batuan sebagai karakteristik fisik akan semakin keras. Hubungan antara kerapatan pengaliran dengan kemiringan lereng adalah semakin curam kemiringan lerengnya, semakin renggang sungai-sungainya. Hubungan antar variabel di daerah penelitian ini yaitu semakin renggang jarak antar sungainya, semakin curam kemiringan lerengnya, dan semakin besar nilai anomali bouguernya, maka semakin keras batuannya.Item KARAKTERISASI TIPE FOSILISASI ELEPHAS HYSUDRINDICUS BERDASARKAN METODE ANALISIS SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM) DAN PETROGRAFI(2013-01-21) GUSTI MANDIRI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenDitemukannya fosil gajah Blora Elephas hysudrindicus ini merupakan suatu fenomena geologi yang sangat luar biasa melihat dari keutuhan fosil satu individu gajah ini. Fosil ini ditemukan di Dusun Sunggun, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Metoda yang digunakan dalam penelitian Karakteristik tipe fosilisasi Elephas Hysudrindicus ini adalah metoda petrografi, dan Scanning Electron Microscope (SEM) yang dibuktikan dengan penggunaan metoda statistik yang sudah ditentukan. Variabel yang digunakan dalam metode petrografi dan SEM ini adalah melakukan penelitian mineral dari fragmen fosil Elephas hysudrindicus. Hal ini dimaksudkan untuk melihat mineral jenis apa saja yang terdapat dalam tulang fosil tersebut, dan berapa banyak persentase mineral dalam tulang dilihat dari sampel yang baik dan buruk. Pemisahan sampel fragmen fosil tersebut adalah untuk membandingkan hasil sampel yang baik dan buruk, untuk menentukan apakah fosilisasi tersebut termasuk tipe fosilisasi yang baik atau tidak. Unsur mineral pembentuk tulang adalah Kalsit/ Karbonat dan Collophane, sedangkan pada kasus sampel yang telah menjadi fosil pasti setidaknya dipengaruhi oleh oksidasi walaupun dalam jumlah persentase yang kecil. Dalam hal ini oksidasi tersebut mengubah mineral unsur pembentuk tulang menjadi Ilmenit-Magnetit-Oksida Besi.Item HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PRODUKSI DENGAN INVESTASI PADA PERUSAHAAN PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA (PKP2B) DI KALIMANTAN TIMUR(2013-02-13) HENRY JULIYANTO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenBatubara merupakan bahan galian strategis yang mempunyai peran besar dalam pembangunan nasional terutama dengan kontribusinya terhadap pendapatan negara. Saat ini pemerintah sedang meningkatkan pemanfaatan batubara sebagai energi alternatif, keperluan domestik sektor industri dan pembangkit tenaga listrik, maupun ekspor. Produksi batubara Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun, namun peningkatan produksi batubara Indonesia ternyata tidak serta merta diikuti dengan meningkatnya investasi baru di sektor ini. Sebagaimana diketahui, investasi merupakan salah satu indikator pertumbuhan perekonomian nasional. Di sisi lain, kita juga membutuhkan perkembangan industri batubara sehingga dapat menarik tenaga kerja yang cukup banyak secara kontinyu. Sementara investasi baru bidang pertambangan belum memungkinkan, sedangkan produksi batubara Indonesia terus meningkat. Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah dan seluruh masyarakat pertambangan Indonesia. Penelitian adalah untuk menganalisa sebaran batubara di Kalimantan Timur, serta hubungan antara tingkat produksi batubara dengan investasi pada kegiatan pertambangan batubara perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) sejak 2001 hingga 2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan juga uji statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson.