Teknik Geologi (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Teknik Geologi (S2) by Title
Now showing 1 - 20 of 89
Results Per Page
Sort Options
Item ANALISIS ANOMALI KANDUNGAN TOTAL SULFUR BATUBARA SEAM X78 FORMASI BALIKPAPAN DI DAERAH SEPARI KALIMANTAN TIMUR(2014-04-24) TEDDY TRESNANTO; Yoga Andriana Sendjaja; Budi MuljanaABSTRACTCoal seam X78 at Balikpapan Formation, Kutai Basin, laterally has a totalsulfur content of anomalies, which in the north and south of the study area is quitehigh sulfur content than in the central part of the study area with an increasing trendto the south of the study area.Intent of this study was to determine the relationship of depositionalenvironment of coal and rock influences anomalies flanking the total sulfur content ofseam X78. The method of analysis used was the proximate analysis to determine theash content and calories, ash chemical analysis to determine the content of Na2O,petrographic analysis to determine the maceral composition, forms of sulfur analysisto determine the type of sulfur and SEM analysis to determine the type of pyrite, totest the effect of total content sulfur rocks flanking the total sulfur content of the coalseam X78, performed the statistical analysis.From the analysis of known petrographic maceral composition maceraldominated by herbaceous plant origin, with a tendency towards the north to thesouth of the study area, showed an increase in maceral composition of nativeherbaceous plants and inversely proportional to the maceral composition of plantorigin further to the south where the wood dwindle.Coal seam possible X78 deposited in lower delta plain environments with subenvironment limnic - marsh.Based on the statistical analysis of the influence of rock flanking, the totalsulfur content anomalies seam X78, rock flanking affect the total sulfur content of thecoal seam X78, especially on block 1 total sulfur coal seam X78 is influenced by thetotal sulfur content of the rocks flanking the top and the total sulfur content of therock flanking the bottom .Item ANALISIS ZONASI KELAYAKAN TAMBANG BAHAN GALIAN BENTONIT DI KABUPATEN LEBAK(2023-09-18) ADE IHSANUDIN; Johanes Hutabarat; Mega Fatimah RosanaBased on the Banten Provincial government policy, where to increase local revenue is to carry out development activities in various fields. One of them is utilising natural resources such as mining by using existing science and technology but must consider environmental geological and non-geological aspects of the environment so that a mineable zone and mining reliance that does not overlap with the regional layout plan can be realised. Referring to the above, the researcher conducted an activity in the form of research on the Zoning Analysis of the Feasibility of Mining Non-Metallic Mineral Resources Bentonite Commodities in Lebak Regency, especially in Sajira, Curugbitung and Maja, this area was studied because of the abundant bentonite resources and easy access to the area. The research activity is divided into several stages, the research begins with the investigation stage, conducts several literature studies which are used as a reference for conducting research, then the field work stage or primary data collection, after that performs data analysis such as regional genetic unit analysis, spatial analysis, holistic valuation analysis regional genetic unit, and SWOT analysis, the last stage is making a result report. Based on the results of the regional genetic unit evaluation analysis, it can be concluded that Curugbitung and Sajra sub-districts have high potential or are very feasible to mine with potential values reaching above 200, while Maja sub-district has medium potential or is quite feasible to mine with a potential value of 162. Based on the factors of Strenght, Weakness, Opportunity and Threat or abbreviated as SWOT. Curugbitung and Sajira sub-districts can become the prime area for bentonite mining because of abundant reserves, close to road access, low landslide hazard level, high market share and in the RTRW included in the mining area plan. Keywords : bentonite, mining, regional genetic unitItem Aplikasi Satuan Genetik Kewilayahan untuk Penilaian Layak Tambang Andesit di Kota Cilegon(2022-04-01) DENO AMBAR ARUM; Nana Sulaksana; Euis Tintin YuningsihKota Cilegon mempunyai sumber daya bahan galian batuan andesit yang sangat besar yang layak untuk dimanfaatkan, dalam pemanfaatanya perlu upaya dan kerja keras oleh suatu perusahaan dalam memanfaatkan potensi tersebut dengan tetap menjaga lingkungan tetap lestari, hal ini sangat penting dilakukan agar dapat meminimalisir tumpang tindih antara kegiatan pertambangan dengan sektor lainnya. Berdasarkan hal tersebut maka diadakan penelitian dalam penentuan kawasan layak dan andalan pertambangan Andesit. Manfaat penelitian ini yaitu dalam rangka mengupayakan peningkatan usaha di sektor pertambangan khususnya bahan galian non logam berupa batuan andesit dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lingkungan demi menciptakan pembangunan yang berkelanjutan sebagaimana prinsip-prinsip good mining practice dan dapat menjadi masukan untuk pemerintah daerah Kota Cilegon dalam menentukan kawasan pertambangan RTRW Kota Cilegon. Kegiatan penelitian menjadi beberapa tahap yaitu penelitian dimulai dengan tahap penyelidikan yaitu melakukan studi pustaka yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian dan tahap pekerjaan lapangan atau pengumpulan data primer kemudian melakukan analisis data yaitu analisis satuan genetik wilayah, analisis spasial, analisis valuasi holistik satuan genetik wilayah, dan analisis SWOT , setelah itu pembuatan laporan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui zona layak tambang dan kawasan andalan pertambangan. Kecamatan Grogol merupakan daerah layak tambang dengan nilai valuasi holistik yaitu 217, Kecamatan Pulomerak merupakan daerah tidak layak tambang dengan nilai valuasi holistik 57, Kecamatan Purwakarta merupakan zona cukup layak tambang dengan nilai valuasi holistik yaitu 155, dan Kecamatan Ciwandan merupakan daerah cukup layak tambang dengan nilai valuasi holistik yaitu 169. Kawasan andalan pertambangan yaitu pada daerah Kecamatan Grogol.Item ASOSIASI UNSUR TANAH JARANG PADA PROFIL LATERIT BATUAN INDUK ULTRABASA DI DAERAH WASILE, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA(2023-10-05) ADITYA FADHLURROHMAN PUTRANANDA; Euis Tintin Yuningsih; Mega Fatimah RosanaUnsur Tanah Jarang (UTJ) termasuk kedalam kelompok lantanida yang merupakan sumber daya strategis dan bernilai ekonomis pada berbagai aplikasi industri sehingga menjadi perhatian untuk eksplorasi sumber daya, ekstraksi berkelanjutan, dan aplikasi pada pengembangan teknologi. Pulau Halmahera yang terletak di bagian timur Indonesia terkenal memiliki kandungan deposit nikel sekunder yang terbentuk pada profil laterit. Selain nikel pada profil laterit mengandung UTJ dan mineral ikutannya yang cukup signifikan untuk dilakukan eksploitasi lebih lanjut. Akan tetapi penelitian mengenai UTJ beserta mineral ikutannya masih sedikit dilakukan khususnya pada lokasi penelitian yang terletak di Kecamatan Wasile, Halmahera Timur. Untuk itu dalam penelitian berfokus kepada karakteristisasi dan rekontruksi pembentukan profil laterit serta mendefinisikan kandungan unsur skandium dan potensi UTJ dengan tipe ion adsorpsi yang berkembang pada setiap horizon profil laterit. Terdapat dua profil pengamatan laterit yaitu AD-01 dan AM01 Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis petrologi secara megaskopis dan mikroskopis, serta analisis geokimia menggunakan XRF, XRD, ICP-MS. Hasil dari analisis petrologi menunjukan bahwa profil laterit terdiri atas lapisan limonit, saprolit, dan batuan dasar. Batuan dasar yang teramati merupakan jenis lherzolit serta serpentinit. Profil laterit lokasi penelitian terbagi menjadi jenis bauksitik-kaolinit, ferritik-kaolinit, dna laterit. Hasil analisis geokimia menunjukan peningkatan komposisi unsur skandium dan kehadiran UTJ pada zona saprolit. Pada horizon saprolit terdapat zona kaya akan mineral lempung/clay-zone. Lapisan ini dapat berperan sebagai media penyimpanan/host-mineral UTJ dari proses penyerapan (adsorpsi) ion. Kehadiran unsur-unsur ini menjadi potensi untuk korelasi terkait dengan genesis UTJ Ion Adsorption Type (IAT) dan klasifikasi deposit lebih lanjut.Item Biostratigrafi Nannofosil dan Laju Sedimentasi, Batuan Eosen Formasi Elat Bagian Tengah, Kei Besar, Maluku Tenggara(2023-08-16) RATIH C F RATUMANAN; Budi Muljana; Vijaya IsnaniawardhaniPenelitian biostratigrafi dan laju sedimentasi dilakukan terhadap urutan batuan penyusun bagian tengah Formasi Elat. Metode lapangan yang dilakukan berupa pengukuran penampang terukur dan pengambilan sampel. Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kandungan nannofosil yang kemudian dianalisis secara kuantitatif, dan dikalibrasi dengan kandungan foraminifera besar dalam menentukan lingkungan pengendapan. Formasi Elat bagian tengah tersusun oleh batugamping klastik dan batu lempung gampingan. Perubahan ukuran butir diperkirakan merefleksikan dinamika sedimentasi. Berdasarkan kandungan nannofosil yang terdapat dalam 48 sampel dari lintasan Holat, Ngurdu dan Mataholat, dapat dikenali 48 spesies. Terdapat tiga zona biostratigrafi nannofosil, dimulai dengan yang tertua adalah: Zona Reticulofenestra umbilica (NP16, berkisar 43,06 hingga 38,7 jtl), Zona Helicosphaera compacta (NP17, berkisar 38,7 hingga 37,9 jtl) dan Zona Helicosphaera eupratis (NP18, berkisar 37,9-36,8 jtl). Berdasarkan analisis biostratigrafi tersebut diketahui bahwa Formasi Elat diendapkan pada Eosen Tengah hingga Akhir (43,06 hingga 35,4 jtl), di daerah fore reef pada zona neritik. Rekonstruksi stratigrafi menunjukan perubahan kecepatan sedimentasi. Pada zona a (43,06-38,7 jtl) laju sedimentasi sebesar 0,47 m/jtl, pada zona b (38,7-37,9 jtl) menjadi lebih cepat sebesar 8,9 m/jtl, dan kemudian laju sedimentasi menurun pada zona c (37,9-35,4 jtl) menjadi 0,12 m/jtl. Bagian atas dari Formasi Elat di daerah penelitian ditandai dengan ketidakselarasan.Item Diagnesa Batugamping Formasi Kalipucang Dan Formasi Pamutuan, Daerah Karangnunggal, Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat(2018-02-18) SITTI HAFSA KOTARUMALOS; Yoga Andriana Sendjaja; AbdurrokhimPenelitian ini fokus pada endapan batugamping berumur Miosen Tengah yang tersingkap di bagian selatan Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Batugamping ini dikelompokkan dalam Formasi Kalipucang dan Formasi Pamutuan, yang keduanya tersingkap dalam tempat yang berdekatan dan dipisahkan oleh endapan volkanik Formasi Jampang yang lebih tua umurnya. Sebanyak tiga puluh contoh batuan telah diambil dan dipilih sebanyak lima belas contoh dari Formasi Kalipucang serta lima belas contoh sampel dari Formasi pamutuan, untuk dianalisis petrografi guna mengidentifikasi komposisi skeletal, semen, dan mikrit dan karakteristik lainnya. Red alizarin dan blue dye dilakukan juga terhadap sampel-sampel batuan tersebut guna mengidentifikasi mineral dolomit dan besaran nilai porositasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sampel-sampel yang diambil dari Formasi Kalipucang umumnya memperlihatkan jenis skeletal dari Fasies Rudstone Foraminifera Packetone-Wackestone dan sampel-sample dari Formasi Pamutuan umumnya dicirikan dengan skeletal dari Boundstone – Grainstone. Dari kedua Formasi ini terbentuk dalam berbagai lingkungan pengendapan mulai dari paparan bagian dalam, batas paparan, muka lereng - kaki lereng, sampai laut terbuka. Karakteristik diagenesa serta variasi diagenesa yang terlihat dari Formasi Kalipucang dan Formasi Pamutuan ini menunjukan kenamapkan semen yang relatif sedang hingga sedikit dengan presentase mencapai 12% - 30% dan kenampakan besaran porositas yang relatif sedang hingga kecil mencapai 5% - 15%. Hubungannya dengan fasies besar kemungkinan faktor pengontrol variasi diagenesa adalah fasies dan posisi pengendapan. Batugamping Formasi Pamutuan kemungkinan tumbuh pada topografi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Batugamping Formasi Kalipucang, sehingga pada waktu terjadi exposing batugamping Formasi Pamutuan mengalami proses-proses diaganesa lanjut yang lebih intensif.Item Dinamika Perubahan Garis Pantai Terhadap Prediksi Zona Sebaran Bencana Tsunami Kota Padang, Sumatra Barat Tahun 2005-2021(2023-07-06) SUCI FITRIA RAHMADHANI Z; Teuku Yan Waliana Muda Iskandarsyah; Cipta EndyanaPadang menjadi salah satu kota yang berada di Pesisir Barat Pulau Sumatera. Kota Padang memiliki luas wilayah sekitar 64.996 Ha dengan total panjang garis pantai sekitar 68.126 Km. Dalam sejarah, Provinsi Sumatera Barat pernah dilanda tsunami pada tahun 1797 yang dipicu oleh longsor di bawah laut akibat gempa yang terjadi sebelumnya. Ketinggian gelombang tsunami diperkirakan mencapai 5 hingga 10 meter atau sekitar 1 km ke arah daratan yang diakibatkan gempa dengan kekuatan 8,8 SR. Para ahli memperkirakan adanya potensi bencana gempabumi yang berasal dari patahan lempeng megathrust di sepanjang Kepulauan Mentawai. Dengan upaya mitigasi secara dini dan optimal mampu untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh bencana tsunami. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran prediksi zona sebaran bencana tsunami, serta besaran perubahan garis pantai dari tahun 2005 hingga 2021 dan pengaruh perubahan garis pantai pada zona sebaran tsunami 5 dan 12 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini menggunakan parameter garis pantai Kota Padang tahun 2005 hingga 2021 yang diperoleh dari Google Earth, administrasi, slope dan tutupan lahan yang akan diolah dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) pada software ArcGIS. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu Tsunami Inundation dengan membagi ketinggian genangan bencana tsunami menjadi tiga skala diantaranya, ketinggian genangan tsunami 3 meter dengan skala sebaran tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam kecamatan di kota Padang yang terkena dampak dari bencana tsunami 5 dan 12 meter di atas permukaan laut diantaranya yaitu Kecamatan Padang Selatan, Padang Timur, Padang Barat, Padang Utara, Nanggalo, Koto Tangah dengan jarak landaan tsunami sekitar 0,14 hingga 2,7 kilometer ke arah daratan kota Padang. Perbedaan garis pantai dari tahun 2005 hingga 2021 menunjukkan perubahan luas zona sebaran bencana tsunami sekitar 78,69 hingga 91,51 Ha pada masing masing ketinggian air.Item DISTRIBUSI KASITERIT PADA SEDIMEN DASAR LAUT BERDASARKAN BATIMETRI DI PERAIRAN SINGKEP TIMUR KEPULAUAN RIAU(2013-03-19) MOH AKROM MUSTAFA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRACT The research of cassiterite distribution in seafloor sediment in East Singkep waters, Riau Islands, meant to know how far the distribution and cassiterite deposits content which accumulated in sea floor sediments. The activities methods in field, covering are determination of positioning, coastal sediment and sea floor sampling, sounding and seismic reflection data recording. Laboratories analysis consists of : grain size analysis, chemical analysis, mineragraphy and petrographic analysis. Based on minerals analysis in sea floor sediments in the study area were obtained cassiterite ranged between 0.2 ppm to 393 ppm. Cassiterite content predominantly found in seafloor sediments with grain size of sand to gravel which formed by weathering and sedimentation processes of granite rocks at Singkep Island. The depth of the seafloor (bathymetry) in the study area shows, the shallow with a depth of 5-8 meters located near the coast and southwest of the study area is filled by coarse fraction sediments are gravelly sands and sand. While on the part located in the Natuna Sea to the east with a depth of 15 meters filled with sandy silt sediment and silty sand. The statistical result shows that the distribution cassiterite in seafloor sediments in the study area is directly related to granitic rocks as a source rock correlation there is no significant difference between the content of major elements (SiO2) in the seafloor sediments and granitic rocks. Very strong correlation shown in cassiterite content and grain size, the further transport granitic rocks yield fewer and fewer content cassiterite in seafloor sediments. While the influence of the depth of the ocean floor (bathymetry) have shown a strong relationship with cassiterite deposits content in seafloor sediments in the study area have a tendency to accumulate in shallow water or near the shore tends to spread ABSTRAK Penelitian distribusi kasiterit pada sedimen dasar laut berdasarkan batimetri di Perairan Singkep Timur, Kepulauan Riau dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana sebaran dan besarnya kandungan mineral kasiterit yang terakumulasi pada sedimen dasar laut. Metode kegiatan di lapangan, meliputi penentuan posisi pengambilan contoh dan lintasan penelitian, pengambilan contoh sedimen pantai dan dasar laut, pengukuran kedalaman dasar laut dan perekaman data seismik pantul dangkal. Analisis laboratorium yang dilakukan meliputi analisis besar butir, analisis mineragrafi, analisis petrografi dan analisis geokimia. Kandungan kasiterit pada sedimen dasar laut di daerah penelitian berkisar antara 0,2 ppm hingga 393 ppm. Kandungan kasiterit dominan ditemukan pada sedimen dasar laut dengan ukuran butir pasir hingga kerikil sebagai hasil proses pelapukan dan sedimentasi dari batuan beku granit yang terdapat di Pulau Singkep. Kedalaman dasar laut (batimetri) daerah penelitian memperlihatkan, bagian yang dangkal dengan kedalaman 5-8 meter terletak di dekat pantai dan barat daya daerah penelitian yang diisi oleh sedimen fraksi kasar berupa pasir kerikilan dan pasir. Sedangkan pada bagian yang dalam terletak di bagian timur ke arah Laut Natuna dengan kedalaman 15 meter diisi oleh sedimen lanau pasiran dan pasir lanauan Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa distribusi kasiterit pada sedimen dasar laut di daerah penelitian terkait langsung dengan batuan granit sebagai batuan sumber dengan korelasi tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kandungan unsur utama (SiO2) pada sedimen dasar laut dan batuan granit. Hubungan korelasi sangat kuat ditunjukkan pada kandungan kasiterit dan ukuran butir, makin jauh hasil transportasi batuan granit makin sedikit kandungan kasiterit pada sedimen dasar laut. Sedangkan pengaruh kedalaman dasar laut (batimetri) mempunyai hubungan kuat ditunjukkan dengan keterdapatan kasiterit pada sedimen dasar laut di daerah penelitian mempunyai kecenderungan terakumulasi pada perairan dangkal atau cenderung tersebar mendekati pantai.Item Distribusi Mineral Dasar Laut dan Hubungannya Terhadap Karakteristik Sedimen Unit Resen di Perairan Tanjung Berikat, Bangka Tengah(2022-11-02) MUHAMMAD ZULFIKAR; Budi Muljana; Budi MuljanaPerairan Tanjung Berikat merupakan salah satu perairan di Kabupaten Bangka Tengah yang dilalui oleh jalur granit Asia Tenggara, sehingga memiliki berbagai potensi mineral plaser. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan dan distribusi mineral dasar laut, ukuran butir dan ketebalan unit sedimen resen, kedalaman dasar laut serta korelasi antar variabel tersebut satu sama lain. Metode yang dilakukan saat pengambilan data lapangan terdiri atas akuisisi data seismik pantul dangkal saluran tunggal, pengambilan sampel sedimen pantai (6 titik) menggunakan pemboran tangan (hand auger), dan pengambilan sampel dasar laut (18 titik) menggunakan pemercontoan comot (grab sampler). Pengolahan dan analisis data terdiri atas prosesing sinyal dan interpretasi data seismik, analisis mineralogi butir ayak, dan analisis besar butir (granulometri). Kemudian dilakukan uji hubungan/korelasi terhadap distribusi mineral dasar laut, ukuran butir sedimen, ketebalan unit sedimen resen, dan kedalaman dasar laut menggunakan uji korelasi pearson. Hasil analisis menunjukkan kandungan mineral pada unit sedimen resen terdiri dari kuarsa, ilmenit, piroksen, oksida besi, amfibol, muskovit, dan mineral lempung. Mineral-mineral ini terakumulasi dan terendapkan pada sedimen unit resen di kedalaman dasar laut berkisar antara 2,5-50 meter dengan bentuk morfologi pada bagian barat-tengah memiliki kemiringan lereng relatif landai, sementara pada bagian tengah-timur memiliki kemiringan lereng yang relatif curam. Ukuran butir pada sedimen unit resen (pantai dan laut) terdiri atas Pasir Lumpuran, Pasir, Pasir Kerikilan dan Pasir Sedikit Kerikilan dengan ketebalan berkisar antara 0.5-8.5 meter. Hasil uji korelasi pearson umumnya terdapat korelasi yang kuat antara distribusi mineral dengan kedalaman dasar laut dan ukuran butir sedimen. Hal ini disebabkan kandungan mineral pada suatu endapan akan dipengaruhi oleh jarak terhadap batuan sumber, dimana jarak terhadap batuan sumber telah direpresentasikan oleh kedalaman dasar laut dan ukuran butir. Sementara itu, uji korelasi pearson menunjukkan tidak ada korelasi antara distribusi mineral dasar laut dengan ketebalan sedimen. Hal ini diduga, akibat tidak adanya ketebalan yang menyerupai gosong pasir maupun littoral drift pada sedimen unit resen. Sehingga tidak terlihat adanya pola-pola distribusi mineral yang berhubungan dengan ketebalan sedimen unit resen.Item DISTRIBUSI PENYEBARAN BATUPASIR BESITANG RIVER SAND (BRS) MENGGUNAKAN SEISMIK ATRIBUT RMS DI STRUKTUR X SUMATRA UTARA(2014-02-08) RAMSES HASOLOAN NAPITUPULU; Johanes Hutabarat; Ildrem SyafriTelah dilakukan korelasi antara data sumur dan Data Seismik hasil interpretasi data penampang seismik 2D sedangkan data sumurnya adalah pemboran Area “X” Cekungan Sumatra Utara dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan lapisan batupasir Formasi Baong, mengetahui karakteristik batupasir dari mekanisme turbidit reservoir, mengetahui penyebaran dan distribusi batupasir Formasi Baong dengan menggunakan metode seismikatribut RMS. Data seismik yang digunakan adalah sebanyak 19 line dan data sumur pemboran yang digunakan adalah sebanyak enam sumur yang di dalamnya terdapat log gamma ray, log resistivitas, log densitas, dan log neutron. Analisis yang dilakukan adalah analisis data sumur yaitu analisis litologi dan korelasi antar sumur, serta analisis pemetaan geologi bawah permukaan. Berdasarkan interpretasi dari hasil korelasi data seismik dan data sumur diketahui bahwa arah penyebaran batupasir Formasi Middele Baong Sand pada area “X” adalah dari barat ke Timur atau dari arah Bukit Barisan ke Selat Malaka. Hasil dari interpetasi ini selanjutnya adalah dilakukan picking horizon yang sebelumnya adalah di running dengan menggunakan seismik atribut RMS. Kajian seismik atribut RMS diperlukan agar informasi yang diperoleh dari data seimik, baik melalui pengukuran langsung, komputasi, maupun pengalaman yang dapat memperjelas anomali yang tidak dapat dilihat secara kasat mata pada data seismik biasa. Hasil pemetaan atribut RMS memperlihatkan pola sebaran batupasir yang membentuk fanlobe (submarine fan). Nilai amplitud RMS hingga 20 ms di bawah horizon digunakan untuk meyakinkan bahwa hingga kedalaman tersebut sebaran batupasir masih bisa diketemukan. Harga RMS amplitude yang semakin meninggi pada horizon ini diekivalenkan sebagai sebaran batupasir dengan perkiraan arah sedimentasi berasaldari arah Barat Daya (Arah Bukit Barisan / SW) ke arah laut Malaka (NE), sesuai dengan konsep regional yang berkembang pada daerah tersebut.Item DISTRIBUSI ZONA OVERPRESSURE DAN PENYEBAB TERJADINYA OVERPRESSURE DI DAERAH BLORA DAN SEKITARNYA CEKUNGAN JAWA TIMUR(2012) PANJIE WIRANEGARA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRACT Research area are included into Blora Regency, Tuban Regency and Bojonegoro Regency, Central Java Province and East Java Regency. Geographically the research area are located in 6° 54` 51.68" - 7° 17` 50.41" South Latitude and 111° 12` 31.45" - 111° 48` 54.756" East Longitude. There are 13 exploration well in the research area which consists of Banyubang – P1, Banyuasin – P1, Gabus – P1, Jambaran – 1, Jepon – A, Kedunglusi – 1, Kedungtuban – 1, Metes – P1, Ngronggah Timur – 1, Semanggi – 2, Randublatung – 1, Tapen - 1, and Tiung Biru – 01. Base on drilling, the research area consists of formations from younger to elder which consists of Turi Formation, Lidah Formation, Mundu Formation, Ledok Formation, Wonocolo Formation, Bulu Formation, Ngrayong Formation, Tawun Formation, Tuban Formation, Prupuh Formation, and Kujung Formation. Geological structure in the research area consists of Tuban Half Graben, Blora Graben, Bojonegoro Graben, dan Metes Horst. In Turi Formation, Lidah Formation, Mundu Formation, and Ledok Formation, the distribution of pore pressure tend around hydrostatic gradient. In the research area, overpressure are started in Wonocolo Formation, Ngrayong Formation, Bulu Formation, and Tawun Formation. The end of overpressure in the research area is occurred in Kujung Formation. Overpressure zone in the research area consists of Wonocolo – Ngrayong Zone, Bulu Zone and Tawun Zone. Generally overpressure zone are dominated by claystone, shalestone and siltstone which are affected by smectite – illite transformation, and also sandstone and limestone which are isolated by seal layers. Overpressure in the research area is caused by smectite – illite transformation process. This process cause the fluids are released from claystone, shalestone and siltstone, and also increasing fluids in sandstone and limestone. This condition causing the pore pressure increase until overpressure.Item ESTIMASI SUMBERDAYA ENDAPAN BIJIH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDINARY KRIGING DAERAH PROSPEK RANDU KUNING, WONOGIRI, JAWA TENGAH(2010) ABDUL MU THI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Daerah Prospek Randu Kuning terletak di Desa Jendi dan Desa Keloran, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, berjarak sekitar 30 km arah selatan kota Solo. Daerah ini menjadi perhatian setelah adanya penambangan emas oleh masyarakat sekitar pada tahun 1995. Setelah itu beberapa penelitian dilakukan dan dilaporkan bahwa daerah penelitian ini membawa mineralisasi Au-Cu dan berasosiasi dengan zona sheeted quartz vein dengan model endapan porfiri. Daerah ini terdiri dari beberapa variasi batuan intrusi diorit dan mikrodiorit dengan prominent mafic phenocrysts yang menerobos batuan volkanik dari Formasi Mandalika. Variasi batuan ini terdiri dari berukuran halus sampai ukuran kasar serta juga ditemukan jenis batuan feldspar porfiri pada beberapa lobang bor yang diinterpretasikan sebagai tahapan akhir dari mineralisasi. Dalam perhitungan sumberdaya Au-Cu, beberapa metode yang umum digunakan adalah ordinary kriging dan inverse distance weighting. Metode kriging merupakan teknik perhitungan yang menggunakan pendekatan bahwa data yang dianalisis dianggap sebagai suatu realisasi dari suatu variable acak, dan keseluruhan variabel acak yang dianalisis akan membentuk suatu fungsi acak dengan menggunakan model struktural variogram. Sedangkan metode inverse distance weighting merupakan suatu cara penaksiran yang telah memperhitungkan adanya hubungan letak ruang (jarak), merupakan kombinasi linier atau harga rata-rata tertimbang (weighting average) dari titik-titik data yang ada di sekitarnya. Perhitungan sumberdaya dilakukan dengan membagi Prospek Randu Kuning menjadi 3 domain geologi. Domain 1 merupakan tipe mineralisasi disseminasi, domain 2, tipe mineralisasi urat-urat kuarsa yang utama dan domain 3, tipe mineralisasi urat kuarsa barren laminated dan sheeted quartz magnetite vein. Berdasarkan hasil pemodelan variografi, dapat disimpulkan bahwa model variogram tiap-tiap domain memiliki sifat zonal anisotropi yaitu data – data pada domain yang sama dengan parameter variogram yang sama memiliki nilai jarak dan nilai sill yang berbeda, hal ini dimungkinkan karena data-data untuk unsur Au-Cu tersebut diatas tersebar secara acak, dan pada lokasi tertentu memiliki nilai yang berbeda dibandingkan rata-rata nilai kadar Au-Cu, kesimpulan ini juga didukung dengan adanya nilai nugget variance pada setiap model variogram. Perhitungan cadangan sumberdaya dengan metode ordinary krigingyang dilakukan dengan pemodelan tubuh endapan dengan melakukan korelasi antar titik bor, dan pembuatan kerangka tubuh endapan yang kemudian dilakukan pembuatan pemodelan blok tubuh endapan dengan ukuran blok 25m x 25m x 3m yang diperoleh dari setengah jarak antar titik bor dan komposit interval conto kadar pada hasil pengeboran. Jumlah total sumberdaya daerah ini adalah sebesar 73,078,145 ton dengan rata-rata kadar 0.38 g/t Au dan 1056 g/t Cu. Hasil ini memiliki perbedaan 0.58 % terhadap kadar Cu dari hasil perhitungan sumberdaya dengan metode inverse distance weighting.Item FASIES PENGENDAPAN BATUBARA SEAM X25 FORMASI BALIKPAPAN DAERAH SEPARI, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN LOG INSIDE CASING(2012) DANY MARGAESA; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenABSTRAK Cekungan Kutai yang terletak di Kalimantan Timur menyimpan banyak kandungan sumber daya alam yang melimpah diantaranya adalah endapan batubara yang sangat potensial sebagai salah satu bahan bakar di bidang industri. Metode pemboran eksplorasi dan geofisika well logging selain banyak digunakan juga dikembangkan untuk mencari metode yang efisien, murah, cepat dan beresiko kecil. Log Inside Casing bukan hal yang baru dalam dunia pemboran minyak dan batubara, namun masih sedikit peneliti mengkaji secara kuantitatif melalui metode ini Oleh sebab itu penelitian ini akan banyak mengkaji secara komprehensif dari pemilihan alat geofisika well logging, metode hingga akhirnya data tersebut dapat digunakan untuk mengkaji elektrofasies sebagai dasar analisis lingkungan pengendapan batubara di daerah Separi dan sekitarnya. Berdasarkan data sekunder dari PT. Sinergy Consultancy Services yang diperoleh sejak tahun 2008 terkait data pemboran dan geofisika well logging dengan metode akusisi Log Inside Casing di bawah operasional pemegang ijin Kuasa Pertambangan ABE (PT. Arzara Baraindo Energitama), JMB (PT. Jembayan Muarabara) dan KRA (PT. Kemilau Rindang Abadi) akan dimanfaatkan sebagai pembuktian dan terobosan baru dalam pembelajaran metode eksplorasi modern pada aplikasi batubara. Metode Log Inside Casing ternyata memiliki deviasi yang besar terkait nilai (output) yang dihasilkan, namun demikian Log Gamma Ray masih dapat digunakan dalam membaca perubahan tekstur batuan sedimen sehingga suksesi sedimen dapat dipelajari sebagai aplikasi elektrofasies. Dengan metode tersebut telah diidentifikasi bahwa batubara seam X25 sebagai objek penelitian adalah dibedakan menjadi dua fasies berbeda dan diendapkan pada lingkungan Transitional Lower Delta Plain dengan memperlihatkan pola fasies crevasse splay, channel, levee dan interdistributary bay berdasarkan model Horne (1978). ABSTRACT Kutai Basin which located in Eastern Kalimantan stored a lot of abundant natural resources such as: coal deposit which has big potential to be a fuel in the industrial field. Both explorations drilling method and well logging geophysics besides it’s heavily used; it is also developed in order to find a cheap, efficient yet low-risk method. Log Inside Casing is not a new thing in both oil and coal drilling world. But, there are still a few researcher who’re quantitively analyze through this method. So therefore, this research will heavily analyze comprehensively starts from geophysical well logging equipment, methods and finally after all of those done, the data can be used to analyze the electro fasies as a basic analysis towards the deposition coal environment in around Separi area. Based on PT. Sinergy Consultancy Service secondary data which have been collected since 2008, which related to both drilling data and well logging geophysics, with the Log Inside Casing acquisition method under the operational of license holders mining, names such as: ABE (PT. Arzara Baraindo Energitama), JMB (PT. Jembayan Muarabara), and KRA (PT. Kemilau Rindang Abadi) will be used as both new breakthrough and substation in modern exploration method learning of coal application. The method with Log Inside Casing to have a lot of deviation related to the resulting value (output), but even so, the Log Gamma Ray is still using in reading the texture changing of sediment rock, thereby, the sediment succession can be learned as an electro fasies application. With those methods, it’s already identified that seam X25 coal as a research object is differented by two facies and it is precipitated in Transitional Lower Delta Plain environmental to show the pattern of facies, names such as: crevasse splay, channel, levee and interdistributary bay based on Horne Models (1978).Item Foraminifera Pada Sedimen Permukaan dan Hubungannya Dengan Parameter Lingkungan Di Perairan Teluk Cenderawasih Papua Barat(2020-01-21) EKO SAPUTRO; Lili Fauzielly; WinantrisSebanyak 20 sampel sedimen dari perairan Teluk Cenderawasih telah digunakan sebagai bahan studi foraminifera. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui foraminifera pada sedimen permukaan dan hubungannya dengan parameter lingkungannya. Hasil analisis ditemukan foraminifera planktonik 7 Genus dan 13 Spesies sedangkan foraminifera bentonik 57 Genus dan 87 Spesies. Foraminifera planktonik yang paling umum ditemukan karena muncul di seluruh sampel adalah genus Globigerinoides, sedangkan untuk foraminifera bentonik yang paling banyak ditemukan adalah genus Cibicidiodes dan Lenticulina. Keanekaragaman foraminifera planktonik dan bentonik termasuk dalam kategori tinggi dengan kisaran antara 0.82 – 0.90 (planktonik) dan 0.79 – 0.95 (bentonik). Kemerataan foraminifera planktonik dan bentonik juga termasuk dalam kategori tinggi dengan kisaran antara 0.83 – 0.99 (planktonik) dan 0.82 – 0.99 (bentonik). Sedangkan untuk dominasi foraminifera planktonik dan bentonik berada dalam kategori rendah dengan kisaran 0.10 – 0.18 (planktonik) dan 0.05 – 0.21 (bentonik). Hasil analisis klaster, bahwa daerah penelitian dapat dibedakan menjadi 7 biofasies dengan 2 zona lingkungan, yaitu Biofasies I (Heterolepa margaritifera - Cibicidoides subhaidingerii ), biofasies II (Lenticulina convergens - Amphicoryna scalaris), biofasies V (Trifarina angulosa - Cibicidoides sp) dan biofasies VII (Martinottiella communis - Lenticulina gibba) termasuk dalam zona neritik, sedangkan biofasies III (Bolivina robusta - Uvigerina auberiana), biofasies IV (Ammodiscus tenuis - Textularia sp) dan biofasies VI (Anomalinoides sp - Uvigerina auberiana) termasuk dalam zona lingkungan batial. Pola penyebaran foraminifera di Perairan Teluk Cenderawasih lebih dipengaruhi oleh kedalaman, pola arus, dan jenis sedimen.Item GEOFISIKA FORENSIK GEMPABUMI PALU-DONGGALA 2018 DI WILAYAH BALAROA, PALU, INDONESIA(2021-02-19) BAMBANG SUGIARTO; Iyan Haryanto; Dicky MuslimGempabumi Palu-Donggala 2018 merupakan bencana terbesar dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini. Bencana yang terjadi tidak hanya guncangan gempabumi serta tsunami tetapi juga menyebabkan longsor dan likuifaksi dalam skala area yang luas pada morfologi yang relatif datar. Salah satu area longsor dan likuifaksi paling terdampak adalah Balaroa. Penentuan posisi sesar aktif di Kota Palu khususnya Balaroa masih menjadi permasalahan. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa Segmen Palu merupakan sesar tidak aktif / tidak bergerak. Balaroa serta beberapa area longsor dan likuifaksi lainnya jauh dari plot posisi Sesar Palu-Koro. Penelitian ini bertujuan menentukan posisi patahan di sekitar area Balaroa yang terjadi akibat aktivitas tektonik terutama patahan lokal yang memicu longsor dan likuifaksi dengan cara membuat citra bawah permukaan dengan resolusi tinggi menggunakan metode Ground Penetrating Radar (GPR) profilling. Empat lintasan utama dilakukan di sekitar area longsor dan likuifaksi Balaroa serta satu lintasan tambahan dilakukan di area longsor dan likuifaksi Petobo. Validasi dilakukan dengan data pemboran dangkal (hand auger) pengamatan singkapan (outcrop) dan test pit. Hasil interpretasi dan validasi GPR di sekitar area longsor dan likuifaksi Balaroa menunjukkan sejumlah patahan lokal dengan kedalaman dangkal hingga 25 meter yang kemungkinan berasosiasi dengan intra basinal fault system atau hidden fault yang selama ini tidak pernah diungkapkan oleh penelitian sebelumnya.. Selain itu juga terdapat sejumlah patahan lokal di area longsor dan likuifaksi Petobo yang kemungkinan berasosiasi dengan sistem sesar Palu-Koro jalur perbukitan Timur (neck Sulawesi fault). Dengan adanya patahan lokal ini mengindikasikan bahwa terdapat sesar aktif dibawah Kota Palu yang sekarang dipadati penduduk. Geofisika forensik memberikan bukti kuat dan tervalidasi keberadaan sesar aktif di Kota Palu. Citra bawah permukaan hasil subsurface analisis Ground Penetrating Radar memberikan model real bawah permukaan dari sesar aktif di Kota Palu; tidak sebatas model tentatif konseptual yang selama ini dirilis oleh penelitian sebelumnya.Item GEOMORFOLOGI SEBAGAI RESPON DINAMIKA HIDRO-OCEANOGRAFI DI PESISIR BALONGAN, KARANGAMPEL KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT(2014-09-08) ABDUL WAHIB; Emi Sukiyah; WinantrisABSTRACT Coastal shoreline changes should be given serious attention, because the impact of the changes is felt will greatly affect the development of public welfare activities. An evaluation of the morphology of the coast (coastline) still needs to be done from time to time to determine the extent of the changes whether it is still on the limits that can be tolerated or not. This research was done for knowing the aspects of influential hydro-oceanography in the formation of coastal geomorphology of coastal areas in Balongan. This research aims is to determine the response characteristics of geomorphology as hydro-oceanographic dynamics that affect the coastal rehabilitation in Balongan and surrounding area, as well as designing rehabilitation as a result of the influence of coastal geomorphology in Balongan and surrounding coastal areas. The method used are through secondary data collection and analysis of oceanographic and meteorological parameters; determination of the topography of the coast; observations of currents, waves, wind speed, and water sampling; float tracking and observations. From this study showed that the role of the energy flux in the bottom sediments and floating condition in coastal beach areas Balongan indicated by a correlation coefficient (r) of 0.747 (strong), the role of the energy flux in the basic condition of sediment transport and float was 55.8% , in the tidal waters of Pertamina Balongan Indramayu is predominant mixed type double (happened twice ups and downs within 24 hours) with a maximum water riding of 1.07 m. Maximum speed and average flow measured at fixed observation station (7 m depth) was 0,117 m / sec to the south and the dominant direction was southeast to northwest. The observation of float tracking (trajectory flows in a depth of 3 m) and flows parallel to the coast (the current trajectory in depth from 0.5 to 1 m) around the Jetty area Propilene showed that traces the trajectory of the general flow was strongly influenced by the ebb and flow conditions. Special to shore parallel currents, decreasing the flow velocity toward the shoreline, where the flow velocity of 100 m was greater than 75 m is greater than 50 m. Prices maximum significant wave height that occurs, and the potential for high wave (above 0.5 m) during the study was approximately 5.8%. From the study it can be concluded that there was influence of geomorphology in response to hydro-oceanographic dynamics of the coastal rehabilitation in Balongan and the surrounding coastal areas. Keywords: geomorphology, hidro-oceanography, BalonganItem HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PRODUKSI DENGAN INVESTASI PADA PERUSAHAAN PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA (PKP2B) DI KALIMANTAN TIMUR(2013-02-13) HENRY JULIYANTO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenBatubara merupakan bahan galian strategis yang mempunyai peran besar dalam pembangunan nasional terutama dengan kontribusinya terhadap pendapatan negara. Saat ini pemerintah sedang meningkatkan pemanfaatan batubara sebagai energi alternatif, keperluan domestik sektor industri dan pembangkit tenaga listrik, maupun ekspor. Produksi batubara Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun, namun peningkatan produksi batubara Indonesia ternyata tidak serta merta diikuti dengan meningkatnya investasi baru di sektor ini. Sebagaimana diketahui, investasi merupakan salah satu indikator pertumbuhan perekonomian nasional. Di sisi lain, kita juga membutuhkan perkembangan industri batubara sehingga dapat menarik tenaga kerja yang cukup banyak secara kontinyu. Sementara investasi baru bidang pertambangan belum memungkinkan, sedangkan produksi batubara Indonesia terus meningkat. Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah dan seluruh masyarakat pertambangan Indonesia. Penelitian adalah untuk menganalisa sebaran batubara di Kalimantan Timur, serta hubungan antara tingkat produksi batubara dengan investasi pada kegiatan pertambangan batubara perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) sejak 2001 hingga 2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan juga uji statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson.Item HUBUNGAN DENSITAS BATUBARA TERHADAP KUALITAS BATUBARA DI FORMASI MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN(2014-02-06) FERDY YUSTIANTO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data Dosenhousehold use dan industrial needs. These needs increased the oil price which is follow by coal price increase. Coal is highly needed for power plant. The significant increase in coal price made coal into a very profitable business with much lower risk compare to the other mining investments. Eventhough it looks easy, a lot of people got burned when they invested their money into the coal mine. Coal mine valuation depends on two major things, quantity of mineable reserves and its quality. Quantity of mineable reserves has to be substansial with a good quality. Important Quality parameters are Total Moisture, Inherent Moisture, Ash Content, Volatile Matters, Fixed Carbon, Total Sulphur dan Gross Calorific Value. Meanwhile one factor that affecting the reserve calculation is coal relative density. In this thesis, we would like to see the corelation between relative density with coal quality. By using Statistic Method, Spearman Rank, we found out that relative density has no corelation with Total Moisture, Inherent Moisture, Volatile Matters and Total Sulphur. However, relative density has corelation with Ash Content, Fixed Carbon and Gross Calorific Value. Other interesting finding in this research is we found out that there is a significant difference in quality between coal in research area and coal in other area which come from Muara Enim Formation. Coal quality in research are is better in Total Moisture and Gross Calorific Value but worse in Total Sulphur. This happened because there is intrusion close to research area.Item IDENTIFIKASI DAERAH PROSPEK MINERALISASI LOGAM DASAR Cu, Pb, Zn DENGAN ANALISIS FAKTOR PADA EKSPLORASI GEOKIMIA STREAM SEDIMENT DI DAERAH GARUT DAN PAMEUNGPEUK(2012-12-28) SHOFI ANDRIANI; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenHasil analisa geokimia merupakan data yang sangat penting dalam menunjang kegiatan eksplorasi mineral logam di Indonesia. Metode geokimia dengan menggunakan conto endapan sungai aktif merupakan salah satu tahapan awal dalam eksplorasi pencarian mineral logam. Metode ini biasa digunakan dalam tahapan penyelidikan pendahuluan yang bersifat regional. Penelitian ini dilakukan di daerah Garut-Pameungpeuk yang bertujuan untuk menentukan daerah anomali secara geokimia sehingga dapat diketahui daerah prospek mineralisasi berdasarkan penyebaran unsur logam dasar Cu, Pb dan Zn dengan menggunakan analisis faktor. Metode pengolahan data yang menggunakan pendekatan statistik dengan cara univariat dan multivariat bertujuan untuk mengetahui penyebaran anomali dan kaitan satu unsur dengan unsur yang lain. Berdasarkan metode analisis gugus, kekerabatan unsur dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu Mo-Se-Bi-Au-Hg-Te-Sn-Pb-Cu-Zn dan K-Pb-Cu-Zn. Mineralisasi Cu-Pb-Zn pada daerah penelitian terjadi dari hasil intrusi diorit yang berumur miosen mengintrusi Formasi Jampang (Tomj) yang tersingkap, tetapi tidak terpetakan dalam skala regional 1:100.000. Berdasarkan peta sebaran unsur geokimia bahwa anomali geokimia Cu, Pb dan Zn tersebar pada sebelah tenggara daerah penelitian.Item IDENTIFIKASI RISIKO BAHAYA GEOLOGI DI KAWASAN UNESCO GLOBAL GEOPARK CILETUH PALABUHANRATU(2022-08-18) FERDIAN BUDI AR-ROUF; Mega Fatimah Rosana; Cipta EndyanaKabupaten Sukabumi masuk dalam administrasi dengan cakupan paling luas di Provinsi Jawa Barat. Alhasil Kabupaten Sukabumi memiliki beragam potensi yang bisa dikembangkan terutama dalam sektor pariwisata. Ditetapkannya kawasan Ciletuh sebagai Geopark oleh UNESCO akan memberikan dampak naiknya wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Maka perencanaan pariwisata berkelanjutan perlu dilaksanakan. Perencanaan pariwisata berkelanjutan berisi tentang apa saja sektor destinasi wisata unggulan, pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur, perencanaan geoturism, ikut serta peran masyarakat, analisis dampak ekonomi, dan sebagailnya. Namun jika dilihat secara geografis dan analisis kegeologian pesona kawasan Geopark Ciletuh menyimpan bahaya geologi, baik tsunami, longsor dan gempa bumi, yang hingga saat ini masih belum tergambarkan jelas bagaimana tingkat bahaya di kawasan pariwisata ini. Penelitian ini bertujuan untuk membuatkan peta Bahaya Geologi Tsunami, Gempabumi dan Tanah Longsor di Kawasan Geopark Ciletuh Palabuhanratu. Data yang digunakan berupa data DEM, Citra Satelit Sentinel 2B, peta RBI Lembar Kab. Sukabumi, Data Curah Hujan, dan Peta Jenis Tanah. Data-data ini berformat data raster dan data vector. Pengolahan data menggunakan ilmu Penginderaan Jauh dengan bantuan software Sistem Informasi Geografis. Hasil menunjukkan bahwa Kawasan Pariwisata Geopark Ciletuh dari ancaman bahaya geologi Tsunami, Gempabumi dan Longsor masuk dalam kategori tingkat bahaya sedang hingga tinggi. Oleh karena itu perlunya nanti kedepan dilakukan mitigasi kebencanaan yang tepat untuk mengurangi dampak kerusakan jika sewaktu-waktu terjadi bahaya bencana geologi.