Farmasi (S2)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Farmasi (S2) by Title
Now showing 1 - 20 of 35
Results Per Page
Sort Options
Item Aktivitas Antiagregasi Platelet Ekstrak, Fraksi-fraksi Rumput Laut Coklat (Sargassum duplicatum) secara In Vitro dan Isolasi Senyawa dari Fraksi Aktifnya(2013-10-01) DEWANTO; Yoppi Iskandar; Melisa Intan BarlianaTelah dilakukan penelitian tentang aktivitas antiagregasi platelet rumput laut coklat jenis Sargassum duplicatum yang berasal dari Perairan Menganti-Kebumen. Uji antiagregasi platelet dilakukan secara in vitro menggunakan darah manusia dengan metode Born, yaitu berdasarkan perubahan transmisi cahaya dengan ditambahkan 10 µL Adenosine Diphosphat (ADP) sebagai induktor. Ekstraksi S. duplicatum dengan pelarut etanol 95% menghasilkan rendemen sebesar 3,07%. Hasil uji aktivitas antiagregasi platelet ekstrak S. duplicatum konsentrasi 125 µg/mL, 250 µg/mL dan 500 µg/mL masing-masing memberikan nilai penghambatan agregasi sebesar 4,68%; 6,77% dan 11,64%. Fraksi n-heksana 500 µg/mL dan fraksi etil asetat 500 µg/mL masing-masing memberikan nilai penghambatan agregasi sebesar 55,51% dan 52,10%, sedangkan fraksi air 500 µg/mL meningkatkan agregasi sebesar 1,55%. Nilai penghambatan agregasi kontrol positif asetosal 80 µg/mL sebesar 48,49%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa fraksi n-heksana menunjukkan aktivitas antiagregasi yang paling tinggi. Satu senyawa murni golongan flavonoid telah di isolasi dari fraksi n-heksana yang memberikan serapan pada λmax 263 nm dan 399 nm menggunakan spektrofotomrtri UV-Visibel serta memiliki gugus fungsi O-H, C=C aromatik, C-H dan C-O menggunakan spektrofotometri Inframerah. Kata kunci : Sargassum duplicatum, Menganti, antiagregasi platelet, ADPItem Aktivitas Imunomodulasi Ekstrak Daun Tempuyung (Sonchus arvensis Linn.) Terhadap Peningkatan IL-2 Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar(2012) ASEP EDI SUKMAYADI; Sri Adi Sumiwi; Melisa Intan BarlianaDaun tempuyung (Sonchus arvensis Linn.) merupakan tanaman obat potensial di Indonesia yang secara empiris sering digunakan untuk mengobati asam urat, kencing batu, obat bengkak, batuk, asma, demam, peradangan dan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas imunomodulasi daun Tempuyung terhadap peningkatan jumlah leukosit dan komponennya serta peningkatan IL-2 pada tikus jantan putih galur Wistar. Hewan coba diberi perlakuan ekstrak daun tempuyung dengan dosis 100, 700, 1400 mg/KgBB dan stimuno 50 mg/kgBB yang disuspensikan dengan Na CMC 0,5%. Ekstrak diberikan setiap hari sekali selama 2 (dua) minggu dan 1 (satu) minggu setelah diberikan Shigella dysenteriae secara per oral. Darah tikus diambil dari jantung kemudian dilakukan perhitungan jumlah leukosit dan komponennya dengan flow cytometry, serta IL-2 dengan Sandwich ELISA. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas imunomodulasi ekstrak daun tempuyung (Sonchus arvensis Linn.) pada dosis 100 mg/kgBB terhadap peningkatan jumlah leukosit, limfosit, monosit dan IL-2 dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dengan nilai p ≤ 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun tempuyung dapat meningkatkan jumlah leukosit dan komponennya serta IL-2. Daun tempuyung berpotensi memiliki aktivitas imunomodulasi.Item ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI FEBUXOSTAT DIBANDINGKAN ALOPURINOL PADA PASIEN GOUT DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MARKOV(2024-01-09) CHRISTIYANTI DEWI; Irma Melyani Puspitasari; Neily ZakiyahAlopurinol merupakan obat terapi utama penurun asam urat yang merupakan golongan inhibitor xantin oksidase. Pilihan obat penurun asam urat lainnya adalah Febuxostat yang memiliki golongan obat yang sama dengan Alopurinol. Berdasarkan hasil studi metanalisis, Febuxostat diketahui lebih efektif dibandingkan dengan alopurinol dalam menurunkan kadar asam urat. Sejak tahun 2018 Febuxostat telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia untuk indikasi hiperurisemia kronik. Dalam penelitian ini, efektivitas biaya terapi Febuxostat dibandingkan dengan Alopurinol pada pasien gout di Indonesia. Model Markov dibangun untuk mengestimasikan biaya total, kualitas hidup, dan efektivitas biaya Febuxostat dibandingkan dengan Alopurinol dengan perspektif societal dan periode waktu 10 tahun dan life-time horizon. Parameter data efektivitas biaya diambil dari hasil uji klinik FACT dan CONFIRM, serta biaya terapi asam urat yang terkontrol dan tidak terkontrol di Indonesia. Incremental cost-effectiveness ratio (ICER) per quality-adjusted life years (QALY) dihitung untuk menetapkan efektivitas biaya. Analisis deterministik dan probabilitas sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari ketidakpastian dari parameter dalam model terhadap hasil. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Febuxostat lebih efektif biaya jika dibandingkan dengan Alopurinol dengan biaya total Rp. 1.061.261.481.063 dan Rp. 837.853.744.591 dan total QALY 153.350 dan 150.999, yang menghasilkan ICER sebesar Rp. 138.346.507 dan Rp. 95.022.338. Berdasarkan batasan efektif biaya berdasarkan 1-3 kali GDP per kapita Indonesia, saat ini nilai tersebut dapat dikatakan efektif biaya. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi efektivitas biaya adalah efektivitas Febuxostat dan Alopurinol, risiko mortalitas gout, biaya febuxostat, dan hilangnya produktivitas. Berdasarkan analisis probabilistik, Febuxostat dinilai memiliki biaya yang lebih tinggi dan QALY dibandingkan dengan Alopurinol dengan hasil efektif biaya 88,63% dari 10.000 iterasi. Febuxostat dapat dipertimbangkan sebagai pilihan terapi yang efektif biaya. Penelitian lebih lanjut yang menggunakan data kualitas hidup pasien gout di Indonesia diperlukan untuk penentuan pembuat kebijakan.Item ANALISIS FARMAKOEKONOMI SIMPLISIA SAINTIFIKASI JAMU HIPERTENSI, HIPERGLIKEMIA, HIPERKOLESTEROLEMIA DAN HIPERURISEMIA DI PUSKESMAS GONDOMANAN YOGYAKARTA(2014-08-14) IMAS MAESAROH; Hadyana Sukandar; SupriyatnaABSTRAK Penelitian ini dirancang untuk mengetahui efektivitas biaya simplisia saintifikasi jamu hipertensi, hiperglikemia, hiperkolesterolemia dan hiperurisemia dibandingkan obat konvensional (obat generik) atau kombinasi keduanya serta penyediaan dan penggunaannya di Puskesmas Gondomanan Yogyakarta. Metode cross-sectional digunakan dengan mengambil data rekam medis pasien hipertensi, hiperglikemia, hiperkolesterolemia dan hiperurisemia periode Januari-Desember 2013. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui penyediaan dan penggunaannya. Analisis efektivitas biaya dilakukan dengan perspektif ASKES. Komponen biaya yang diukur adalah biaya medik langsung, mencakup biaya obat, biaya pemeriksaan medik, biaya pemeriksaan laboratorium dan biaya pendaftaran kunjungan puskesmas. Efektivitas terapi yang diukur adalah penurunan tekanan darah, kadar glukosa darah puasa (GDP), kadar kolesterol total dan kadar asam urat. Efektivitas biaya dihitung menggunakan Average cost effectiveness ratio (ACER) dan Incremental cost effectiveness ratio (ICER). ACER dihitung berdasarkan rasio biaya dan efektivitas terapi pada kedua kelompok terapi. ICER dihitung berdasarkan rasio antara selisih biaya dan efektivitas terapi pada kedua kelompok terapi. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi penggunaan jamu hipertensi, hiperglikemia, hiperkolesterolemia dan hiperurisemia berturut-turut 37%, 25%, 18% dan 20%. Efektivitas jamu hipertensi, hiperglikemia, hiperkolesterolemia dan hiperurisemia menunjukkan penurunan tekanan darah, kadar GDP, kadar kolesterol total dan kadar asam urat secara signifikan berturut-turut 19,86%; 26,97%; 9,50% dan 50,59%. Nilai ACER jamu hipertensi dan hiperurisemia berturut-turut Rp 677,47 dan Rp 691,84 lebih cost effective dibandingkan obat generik (captopril 25, amlodipin, dan allopurinol) dengan nilai ACER berturut-turut Rp 772,26; Rp 1.163,27; dan Rp 3.938,15. Nilai ACER obat generik (metformin, kombinasi metformin+glimepirid, dan simvastatin) berturut-turut Rp 987,61; Rp 1.470,06 dan Rp 2.132,30 lebih cost effective dibandingkan jamu hiperglikemia SJ dan jamu hiperkolesterolemia SJ dengan nilai ACER berturut-turut Rp 1.629,38 dan Rp 3.784,21. Kata kunci: Saintifikasi jamu, hipertensi, hiperglikemia, hiperkolesterolemia, hiperurisemia , efektivitas biayaItem ANALISIS MINIMALISASI BIAYA (COST MINIMIZATION), BIAYA KESAKITAN (COST OF ILLNESS), DAN EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFFECTIVENESS) PENGGUNAAN ANTIBIOTIK EMPIRIK KOMBINASI SEFTAZIDIM-LEVOFLOKSASIN DAN SE(2013-10-01) DIKA PRAMITA DESTIANI; Tiana Milanda; Rizky AbdulahSalah satu yang menjadi pertimbangan ketika pemilihan terapi adalah sisi ekonomi, termasuk pada sepsis dengan sumber infeksi pernafasan dimana studi farmakoekonomi dalam pemilihan terapi empiris sangat diperlukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kelompok kombinasi antibiotik yang paling efisien secara biaya (cost minimization/CMA), biaya kesakitan (cost of illness/COI) terendah, dan efektivitas biaya (cost effectiveness/CEA) yang digunakan pada terapi sepsis sumber infeksi pernafasan yang dirawat di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2010-2012. Penelitian merupakan studi observasional analisis dengan pengumpulan data secara retrospektif. Data diambil dari rekam medis pasien rawat inap sepsis sumber infeksi pernafasan dan mendapat terapi antibiotik empirik seftazidim-levofloksasin dan sefotaksim-eritromisin. Komponen biaya langsung yang dikumpulkan meliputi biaya terapi antibiotik empirik, biaya tindakan, biaya penunjang, biaya rawat inap, dan biaya pendaftaran, sedangkan biaya tidak langsung diperoleh dari data gaji per bulan pegawai/karyawan wilayah Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata total biaya perawatan pasien sepsis yang sembuh menggunakan kombinasi antibiotik seftazidim-levofloksasin sebesar Rp12.751.082,- dan kombinasi sefotaksim-eritromisin sebesar Rp21.641.678,-. Rata-rata biaya kesakitan (COI) pasien sepsis yang sembuh jika menggunakan kombinasi antibiotik empirik seftazidim-levofloksasin lebih kecil yaitu Rp. 13.369.054,- dengan rata-rata lama rawat 12 hari sedangkan sefotaksim-eritromisin yaitu Rp. 22.250.495,- dengan rata-rata lama rawat 11 hari. Berdasarkan perhitungan ICER pada CEA, biaya yang dikeluarkan per pasien yang selamat pada kombinasi seftazidim-levofloksasin lebih tinggi sebesar Rp. 11.280.974,- dibandingkan dengan antibiotik empirik lainnya sedangkan kombinasi sefotaksim-eritromisin sebesar Rp. 1.971.266,- dibandingkan dengan antibiotik empirik lainnya. Dapat disimpulkan bahwa walaupun kombinasi seftazidim-levofloksasin memiliki biaya pengobatan langsung lebih murah tetapi jika dilihat dari segi efektivitas biaya per pasien yang diselamatkan maka sefotaksim-eritromisin lebih efektif.Item Analisis Natrium dan Kalium dalam Air Laut di Sekitar Pesisir Pantai Papua Dengan Metode Spektroskopi Serapan Atom(2016-10-24) YOICE MARTINA PAWEKA; Mutakin; Jutti LevitaAbstrak Menurut Kementerian Perikanan dan Kelautan pada tahun 2014, luas lahan garam di Indonesia adalah 28.556 ha. Kebutuhan garam per tahun sekitar 3,5 juta ton sehingga untuk menutupi kebutuhan dilakukan impor garam dari beberapa negara. Propinsi Papua terletak pada koordinat 130 - 140 BT dan 9,0 - 10,45 LS dengan garis pantai sepanjang 1.170 mil laut. Air laut mengandung 86% natrium klorida (NaCl). Metode penelitian yang dilakukan secara eksperimental di laboratorium dengan menggunakan instrumen spektrofotometer serapan atom (SSA) karena selektif, spesifik, sensitivitas tinggi dalam kisaran ppm sampai ppb. Hasil kadar natrium dan kalium berturut-turut dari air laut pada tujuh lokasi pantai di propinsi Papua sebagai berikut: pantai Kali Maro Onggalie Merauke 87,4 ± 1 ppm dan 2,8 ± 0,3 ppm; pantai Lampu Satu Merauke 112 ± 0,6 ppm dan 4 ± 0,3 ppm; pantai Payum Merauke 103,2 ± 0,6 ppm dan 3,6 ± 0 ppm; pantai Pasir Dua Jayapura 91,3 ± 1,7 ppm dan 4 ± 0,3 ppm; pantai Ria Base G Jayapura 88,3 ± 0 ppm dan 3,8 ± 0,3 ppm; pantai Dok II Jayapura 88,7 ± 1,5 ppm dan 4 ± 0,6 ppm; serta pantai Hamadi Jayapura 106,4 ± 2 ppm dan 4,7 ± 0,7 ppm. Rentang hasil kadar natrium antara 88,3 ± 0 ppm sampai 112 ± 0,6 ppm, sedangkan kalium antara 2,8 ± 0,3 ppm sampai 4,7 ± 0,3 ppm. Uji statistik dengan p-value < 0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada hasil kadar natrium dan kalium (Ho diterima). Disimpulkan bahwa pesisir pantai Papua dapat berpotensi sebagai sumber bahan baku garam farmasi.Item COMPARISON OF HOT AND COLD EXTRACTION OF WHITE TEA (Camellia sinensis) IN TERMS OF PROXIMATE COMPOSITION, TOTAL PHENOLICS, TOTAL CATECHINS, AND RADICAL SCAVENGING CAPACITY, AND IN SILICO STUDY OF CATE(2024-01-09) LIDYA CAHYO BAWONO; Tidak ada Data Dosen; Tidak ada Data DosenPathological conditions that are affected by poor lifestyle and environmental pollution are factors that could generate an excess of reactive oxygen species (ROS) and other free radicals in the body. Naturally, humans have a natural defense system to neutralize the ROS and free radicals called endogenous antioxidants, including superoxide dismutase (SOD), glutathione peroxidase (GPX), and catalase (CAT). This study aims (1) to obtain the best quality white tea beverages (WTB) prepared by hot and cold extraction of silvery leaf buds of tea (Camellia sinensis) in terms of proximate composition, ascorbic acid, phenolics, catechins, and radical scavenging activity and (2) to study the binding mode between the epigallocatechin gallate, epigallocatechin, quercetin, and ascorbic acid of white tea and human first-line defense antioxidant enzymes. WTB-H10 (white tea extracted in hot water for 10 minutes) contains 0.12% protein, 0.45% fat, 13.20 mg/100g ascorbic acid, 153.3260 µg/mL total phenolic content (TPC) and 1981.25 µg/mL total catechin content (TCC). In comparison, WTB-C3.0 (white tea extracted in cold water for 3 hours) contains 0.14% fat, 0.08% carbohydrate, 4.40 mg/100g ascorbic acid, 242.0240 µg/mL TPC, and 356.80 µg/mL TCC. WTB-H10 and WTB-C3.0 show powerful radical scavenging activity with IC50 values of 8.80 ± 0.06 and 11.47 ± 0.07 µg/mL. Those properties mean that WTB-H10 is the best extraction method with a high level of nutrition, TPC, TCC, and very strong radical scavenging activity; thus, it will be recommended for daily consumption to support human health. In the molecular docking simulation, the binding affinity of ascorbic acid, quercetin, EGC, and EGCG with CAT are -2.57, -5.33, -5.77, and -6.31 kcal/mol. In GPX, the binding affinity of ascorbic acid, EGC, quercetin and EGCG are -2.14, -2.91, -2.91, and -3.75 kcal/mol. While in SOD, the binding affinity of EGCG, EGC, ascorbic acid, and quercetin are -4.02, -4.15, -4.15, and -5.55 kcal/mol. The molecular docking simulation revealed that EGCG possesses the best binding affinity to human CAT and GPX compared to ascorbic acid, EGC, and quercetin. EGCG binds several important amino acids such as His194, Phe198 His235 and Gln442 through hydrogen bonding with human CAT. EGCG also binds Pro151, Phe198, Arg203, Tyr215, Phe446 and Val450 by hydrophobic interactions and binds Arg203 with human CAT. In complex with human GPX, EGCG exhibits interaction with Gln45, Lys48, Thr49, Gln79 and Asn137 by hydrogen bonds, Ala43 and Trp136 by hydrophobic interactions. EGC reveals the best binding affinity to human SOD1. EGC creates four hydrogen bonds with Gln22, Lys23, Pro28 and Glu100, hydrophobic interaction with Lys30 and Trp32 and also electrostatic interaction with Glu21. In 100ns MD simulation, human catalase shows more stable complex with EGC than EGCG with RMSD average value of EGC is 0.408 Å, high fluctuation residue is 55 residues and MM/GBSA energy is -12.13 ± 0.69. Conversely, EGCG creates more stable complex with human GPX than EGC. EGCG exhibits more stable complex with RMSD average value is 1.357 Å, high residue fluctuation less than 5 Å in 3 residue and MM/GBSA energy is -13.04 ± 0.99. Those results indicated that both EGCG and EGC have potential as antioxidant agent by radical scavenging mechanism and stimulating antioxidant enzymes activity.Item EVALUASI IN VIVO NANOPARTIKEL ALFA MANGOSTIN KITOSAN-ALGINAT (NANO-AMKAL) SEBAGAI ANTI KANKER PAYUDARA(2022-09-08) ADE IRMA SURYANI; I Made Joni; Nasrul WathoniAlfa mangostin diisolasi dari ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana, L) memiliki aktivitas anti kanker yang baik namun kelarutannya yang buruk dan tingkat selektivitas terhadap sel kanker yang rendah menjadi kekurangan dari isolat ini. Peningkatan efektivitas senyawa alfa mangostin telah dibuat dalam bentuk partikel nano polimerik kitosan alginat yang disebut NANO-AMKAL. Berdasarkan hasil penelitian In Vitro menunjukkan bahwa NANO-AMKAL sangat aktif sebagai antikanker payudara, maka perlu dilakukakan uji In Vivo untuk menelaah efektifitas sediaan NANO-AMKAL pada kanker payudara tikus Wistar (Rattus norvegicus) dan mendapatkan dosis efektif. Metode penelitian ini menggunakan injeksi 7,12-dimethylbenz(a)antrasena (DMBA) sebagai agen karsinogen (20 mg) secara subkutan ke dalam payudara tikus yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan, yaitu kontrol positif, kontrol negatif, alfa mangostin murni, NANO-AMKAL 5mg, 10mg, dan 20mg secara peroral, selama perlakuan dievaluasi berat badan dan volume tumornya setiap 3 hari kemudian dilakukan pembedahan pada hari ke-14, jaringan kanker payudara dan paru diambil untuk studi histopatologi. NANO-AMKAL berhasil meningkatkan aktivitas alfa mangostin untuk penyembuhan kanker payudara tikus Wistar (Rattus norvegicus). NANO-AMKAL dengan kadar alfa mangostin 0,33mg memiliki efek penyembuhan tiga kali lebih baik dibandingkan alfa mangostin murni 20mg dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan Tamoxifen. Dosis efektif NANO-AMKAL sebagai anti kanker payudara pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) adalah sediaan NANO-AMKAL 20mg, dengan menunjukkan respon penyembuhan yang baik serta volume tumor yang terus menurun hingga 17,43% pada hari ke-14. Hal ini berbanding lurus dengan uji histopatologi yang menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terdapat metastasis.Item FORMULASI GEL KOMBINASI EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) DAN DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) SERTA UJI AKTIVITAS TERHADAP PROPIONIBACTERIUM ACNE SECARA IN VITRO DAN IN VIVO(2015-04-07) RIKA YULIANTI; Emma Surahman; Marline Abdassah BratadiredjaPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi dan uji aktivitas anti jerawat kombinasi gel ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) dan daun jambu biji (Psidium guajava L.) secara in vitro maupun in vivo. Daun sirsak secara tradisional digunakan untuk mengobati jerawat. Penelitian mengenai aktivitas anti jerawat ekstrak daun jambu biji telah dilakukan oleh Qa’dan et al pada tahun 2005. Penelitian yang dilakukan oleh Sousa et al tahun 2010 menyatakan bahwa ekstrak daun sirsak memiliki aktivitas anti inflamasi. Penelitian-penelitian sebelumnya tidak dilakukan formulasi gel dengan kombinasi kedua ekstrak, pengujian sediaan secara in vitro dan pengujian pada hewan secara in vivo. Ekstrak diperoleh dari daun sirsak (Annona muricata L.) dan daun jambu biji (Psidium guajava L.) menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96 %. Sediaan diformulasi dalam bentuk gel, diuji konsentrasi hambat minimum dan aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acne dengan menggunakan gel Cindala® sebagai pembanding. Studi in vivo dilakukan menggunakan tikus (Rattus novergicus) galur Wistar sebagai hewan uji dengan pemberian suspensi koloni Propionibacterium acne sebagai penginduksi. Hasil penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa gel kombinasi ekstrak daun sirsak dan ekstrak daun jambu biji memiliki aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acne dengan formulasi gel menggunakan carbomer sebagai basis. Pengujian secara in vivo menunjukkan hasil bahwa gel tersebut memiliki aktivitas antijerawat dan berbeda secara signifikan secara statistik terhadap kontrol negatif.Item HUBUNGAN FAKTOR PSIKOSOSIAL DAN SOSIODEMOGRAFI DENGAN KESADARAN PENGOBATAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELLITUS DI INDONESIA HASIL DARI INDONESIAN FAMILY LIFE SURVEY-5(2023-01-13) QISTY AULIA KHOIRY; Rizky Abdulah; Sofa Dewi AlfianPendahuluan: Rendahnya kesadaran tentang pengobatan hipertensi dan diabetes mellitus diakui sebagai penyebab kegagalan pengobatan yang signifikan. Oleh karena itu, mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasarinya sangat penting untuk mengembangkan strategi intervensi yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor psikososial dan sosiodemografi yang berhubungan dengan rendahnya kesadaran masyarakat tentang pengobatan hipertensi dan diabetes mellitus. Metode: Survei nasional berbasis populasi cross-sectional ini menggunakan data yang tersedia untuk umum dari Survei Kehidupan Keluarga Indonesia (IFLS-5) untuk tahun 2014 di antara responden dengan hipertensi dan diabetes mellitus berusia 15 tahun. Status hipertensi dikonfirmasi melalui diagnosis yang dilaporkan sendiri berdasarkan pertanyaan yang ditanyakan oleh surveyor, selanjutnya untuk ditentukan masuk ke dalam subjek ditentukan berdasarkan pengukuran tekanan darah. Status diabetes mellitus (DM) dikonfirmasi melalui diagnosis yang dilaporkan sendiri berdasarkan pertanyaan yang ditanyakan oleh surveyor, selanjutnya ditentukan masuk ke dalam subjek ditentukan berdasarkan pengukuran nilai HbA1c, sementara sosiodemografi dan informasi terkait kesehatan lainnya diperoleh dari data yang dilaporkan oleh responden. Jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, status ekonomi, penyakit komorbid, religiositas, tempat tinggal, dan status asuransi kesehatan dikategorikan sebagai faktor sosiodemografi. Kepatuhan kontrol tekanan darah,kepatuhan kontrol glukosa darah, masalah tidur, status depresi, pemeriksaan kesehatan umum, kepuasan terhadap kebutuhan perawatan kesehatan, dan status kebahagiaan dikategorikan sebagai faktor psikososial. Analisis regresi logistik digunakan untuk menilai hubungan antara faktor-faktor ini dan kesadaran pengobatan hipertensi dan DM yang rendah. Rasio Odds (OR) dengan interval kepercayaan 95% (CI) dilaporkan. Hasil: Penelitian ini merekrut 2.422 subjek untuk hipertensi dan 728 subjek untuk diabetes mellitus. Proporsi rendahnya kesadaran akan pengobatan hipertensi dan diabetes mellitus masing-masing sebesar 62,0% dan 40,4%. Dalam model multivariat, kontrol tekanan darah tidak teratur (OR: 3,21; 95% CI 2,62-3,92; p<0,001), tidak memiliki penyakit penyerta (OR: 2,71; 95% CI 1,90-3,85; p<0,001), memiliki 1- 2 penyakit penyerta (OR: 1,63; 95% CI 1,15-2,30; p-value 0,006), usia 15-25 tahun (OR: 10,11 ; 95% CI 3,06-33,40; p<0,001), usia 26-35 tahun (OR : 3,40; 95% CI 2,23-5,19; p<0,001), dan usia 36 -45 tahun (OR: 2,12; 95% CI 1,59-2,83; p<0,001), berhubungan bermakna dengan rendahnya kesadaran akan pengobatan hipertensi. Pada subjek diabetes mellitus, tidak pernah kontrol gula darah dalam satu tahun terakhir (OR: 5,40; 95% CI 3,46-8,43; p value <0,001), memiliki kontrol gula darah 1-3 kali dalam setahun terakhir (OR: 3 , 27; 95% CI 2.26-4.74; p-value <0,001), usia 26-35 tahun (OR: 3,15; 95% CI 1,57-6,29; p-value 0,001), dan usia 36 -45 tahun (OR: 2,03 ; 95% CI 1,14-3,62; p-value 0,016), berhubungan bermakna dengan rendahnya kesadaran pengobatan diabetes mellitus. Kesimpulan: Tekanan darah yang tidak teratur dan kepatuhan kontrol glukosa darah masing-masing berhubungan dengan risiko rendahnya kesadaran akan pengobatan hipertensi dan diabetes mellitus. Oleh karena itu, temuan kami mengungkapkan kebutuhan untuk mengembangkan strategi intervensi yang menargetkan mereka yang secara tidak teratur mengontrol tekanan darah dan kadar glukosa mereka dan mereka yang memiliki beberapa komorbiditas. Dengan demikian, tenaga kesehatan harus mengintegrasikan lebih banyak faktor spesifik pasien ketika merancang intervensi yang disesuaikan.Item ISOLASI DAN KARAKTERISASI KAPPA KARAGENAN DARI Eucheuma cottonii ASAL LIMA PERAIRAN DI WILAYAH INDONESIA DAN APLIKASINYA SEBAGAI MATRIKS TABLET APUNG(2016-10-26) RIVAL FERDIANSYAH; Marline Abdassah Bratadiredja; Anis Yohana ChaerunisaaKappa karagenan merupakan polisakarida yang terkandung dalam spesies rumput laut Euceuma cottonii. Kualitas kappa karagenan yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah iklim dan geografis tempat tumbuh dari rumput laut yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaraterissasi kappa karagenan yang dihasilkan dari lima wilayah provinsi di Indonesia yang memiliki perairan berbeda yang meliputi Maluku, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kepulauan Riau. Aplikasinya sebagai matriks tablet apung dipelajari dengan model zat aktif teofilin. Pada penelitian ini pembuatan kappa karagenan menggunakan metode pressing dan hasilnya dilakukan evaluasi meliputi, Spektrum FT-IR, cemaran mikroba, kandungan logam berat, kadar abu, pH, kadar abu, kekuatan gel, kadar sulfat serta susut pengeringan. Dari hasil penelitian diketahui semua karakteristik karagenan dari semua sampel memenuhi persyaratan yang tertera pada Handbook of Pharmaceutical Excipient. Sedangkan dari hasil evaluasi tablet apung, semua formula dari berbagai sampel matriks karagenan memiliki lag waktu apung 2,34 - 4,13 menit dan lamanya waktu apung antara 3,47 - 6,35 jam. Dari hasil uji disolusi formula 1 dengan rasio zat aktif-matriks 1 ; 3,24 dari kappa karagenan wilayah Maluku dan Sulawesi Selatan memiliki profil disolusi yang paling baik sebagai sediaan lepas lambat dengan waktu puncak pelepasan selama 240 menit.Item ISOLASI SENYAWA ANTIHIPERTENSI DARI FRAKSI ETIL ASETAT KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR(2016-10-19) SANTI PERAWATI; Sri Adi Sumiwi; Yasmiwar SusilawatiHipertensi merupakan kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah diatas normal dengan prevalensi kejadian di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 25,8%. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas antihipertensi terhadap subfraksi etil asetat kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) (Hs-II-A, Hs-II-B, dan Hs-II-C) pada dosis 7,2 mg/kgBB dengan induksi NaCl 2% dan metode Non-Invasive Blood Pressure. Subfraksi Hs-II-B memberikan aktivitas antihipertensi paling tinggi dengan persen inhibisi sistolik dan diastolik sebesar 20,08% dan 19,18%. Pemisahan subfraksi Hs-II-B dengan kromatografi kolom dan preparatif diperoleh 3 isolat (Hs-II-B1, Hs-II-B2, dan Hs-II-B3). Isolat tersebut diuji aktivitas antihipertensi pada dosis 2,25 mg/kgBB. Hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan penurunan tekanan darah yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif pada taraf kepercayaan 95% terhadap ketiga isolat dengan persen inhibisi sistolik (17,69%;4,2%; dan 9,48%), diastolik (17,07%; 3,67%; dan 11,61%). Isolat yang menunjukkan aktivitas antihipertensi paling baik adalah Hs-II-B1. Hasil identifikasi Hs-II-B1 dengan NMR menunjukkan senyawa turunan asam suksinat termetoksilasi dengan nama IUPAC dimethyl 2-(1-ethoxy-2-(2-hydroxy-4-methoxy-2-(methoxycarbonyl)-4-oxobutoxy)ethyl)-2- hydroxysuccinate, rumus molekul C17H28O12, m/z 424,16.Item Isolasi, Identifikasi, dan Studi In Silico Anti-inflamasi Senyawa Golongan Terpen Kipas Laut (Gorgonia mariae) Asal Maluku(2021-07-31) FARUK JAYANTO KELUTUR; Nyi Mekar Saptarini; Resmi MustarichieSecara empiris koral gorgonia jenis kipas laut (G. mariae) telah dimanfaatkan masyarakat Maluku secara turun-temurun sebagai bahan obat anti-inflamasi dengan cara digerus halus. Target spesifik metabolit sekunder koral gorgonia sebagai anti-inflamasi, apakah pada enzim COX-2 atau iNOS belum dilaporkan. Selain itu, senyawa golongan terpen pada G. mariae juga sehingga diperlukan penelitian yang meliputi studi in silico berdasarkan literatur, isolasi dan identifikasi isolat G. mariae, serta pengujian aktivitas isolat dengan in silico. Studi in silico menggunakan enzim COX-2 (3NT1) dan iNOS (3E7G, 3E6T) dari PDB serta lima belas senyawa golongan terpen dari delapan jenis koral gorgonia studi literatur dan senyawa prediksi hasil isolasi G. mariae sebagai senyawa uji. Prediksi Pre-ADMET dan Lipinski’s rule of five juga dilakukan. Proses ekstraksi (metode maserasi), isolasi (metode kromatografi kolom), dan identifikasi (kromatografi lapis tipis). Isolat G. mariae dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer proton 1D-NMR dan LC-MS kemudian dilakukan in silico untuk pengujian aktivitas anti-inflamasi. Hasil penelitian studi in¬ silico menunjukkan enzim iNOS sebagai target spesifik. Selain itu, berdasarkan nilai energi bebas ikatan (ΔG, kkal/mol) dan konstanta inhibisi (Ki, nM) diperoleh senyawa palmonin F (-7,76; 2070) dan briarenol C (-7,75; 2910) lebih berpotensial dibandingkan 5-(4ˈ-amina-1ˈ-etil-5ˈ,8ˈ-difluoro-1ˈH-spiro [piperidin-4,2ˈ-kuinazolin]-1-ilkarbonil) pikolinonitril (-7,48; 3310). Prediksi Pre-ADMET dan Lipinski’s rule of five hanya palmonin F yang memenuhi, namun bersifat mutagenik. Isolasi dan identifikasi G. mariae terlihat jelas senyawa yang terkandung berdasarkan polaritas dengan vanillin-sulfat memberikan warna ungu dan tidak berpendar pada UV 254 dan 365 nm yang diduga ikatan rangkap terkonjugasi atau cincin aromatik. Data 1H-NMR memberikan sinyal khas terpen atau sterol (proton metil singlet, δH 0,60–2,00 ppm dan metin olefinik, δH 5,00–6,00 ppm). Sedangkan LC-MS untuk mengetahui berat molekul sehingga diprediksi adalah lasonolid F dan 24-metilen kolesta-1,4,22-trien-3-one (fraksi 14) serta sibogol E, spinasteron, dan palmitilkarnitin (fraksi 15) dari F-89-13 dan F-89-16. Pengujian aktivitas anti-inflamasi secara in silico menunjukkan lasonolid F (senyawa golongan terpen) memiliki nilai afinitas pengikatan -9,22 kkal/mol dan 174,18 nM yang lebih berpotensial dibandingkan palmonin F dan briarenol C. Prediksi Pre-ADMET, lasonolid F bersifat karsinogenik dan kaidah Lipinski’s rule of five tidak memenuhi.Item KAJIAN PUSTAKA HIDROGEL POLIMERIK DALAM SISTEM PENGIRIMAN SECRETOME DARI SEL PUNCA MESENKIMAL UNTUK APLIKASI BIOMEDIK(2019) MIA ARIFKA; Gofarana Wilar; Nasrul WathoniSecretome sel induk mesenkim (MSCs) telah berhasil dipelajari dalam model praklinis untuk beberapa aplikasi biomedik, termasuk rekayasa jaringan, penghantaran obat, dan terapi kanker. Namun di sisi lain, pemberian secretome MSC yang biasanya melalui injeksi langsung secara lokal atau sistemik, menghasilkan pembersihan yang cepat pada jaringan target. Sistem pengiriman berbasis hidrogel sedang diteliti untuk memperpanjang retensi secretome MSC di lokasi target dan meningkatkan kemanjuran terapeutiknya. Banyak metode pemberian secretome MSC berbasis hidrogel polimerik yang telah digunakan dan terbukti mengatasi pembersihan yang cepat. Studi in vitro mengkonfirmasi bioaktivitas secretome yang dienkapsulasi dalam hidrogel, memungkinkan proses pelepasan yang terkontrol dan berkelanjutan. Temuan mengungkapkan bahwa kelayakan hidrogel polimerik sebagai sistem pengiriman secretome MSC memiliki pengaruh positif pada kecepatan regenerasi jaringan dan organ, serta peningkatan produksi secretome. Dalam ulasan ini, kami membahas hidrogel polimerik yang umum digunakan dan kelebihannya sebagai sistem pengiriman secretome MSC dalam aplikasi biomedik.Item Kajian Pustaka Metode In Vitro Untuk Pengujian Aktivitas Imunomodulator Pada Ekstrak Tanaman(2021-02-11) MUNIR ALINU MULKI; Nur Atik; Melisa Intan BarlianaTanaman memiliki berbagai senyawa kompleks dan beragam secara struktural yang menjadi bahan penting dalam penemuan kandidat obat baru, termasuk sebagai imunomodulator. Imunomodulator dapat berfungsi untuk mengatur sistem imun sehingga terciptanya kondisi homeostatis dalam tubuh manusia. Berbagai metode in vitro telah banyak dilakukan oleh peneliti untuk menguji aktivitas imunomodulator pada berbagai ekstrak tanaman. Oleh karena itu, dilakukan penulisan kajian pustaka yang menghasilkan manuskrip berjudul “In vitro Methods for Evaluating Immunomodulatory Activity of Plant Extracts: A Review” dengan status in-review di jurnal internasional Q2-Scopus Pharmaceutical Sciences (PS), pada 12 Desember 2020 (https://ps.tbzmed.ac.ir/AuthorCenter). Ulasan pustaka ini membahas tentang metode yang dapat digunakan untuk pengujian aktivitas imunomodulator secara in vitro pada berbagai ekstrak tanaman, sehingga dapat memberikan informasi bagi para peneliti untuk menemukan dan mengembangkan agen imunomodulator baru. Sumber artikel ulasan pustaka berasal dari penelitian yang diterbitkan pada pangkalan data PubMed dengan menggunakan kata kunci “method”, “immunomodulatory activity”, dan “plant extract”. 509 artikel didapatkan dari hasil pencarian. Artikel ulasan, studi klinik, tidak dilakukan pengujian secara in vitro, tidak menggunakan ekstrak tanaman, tidak menggunakan Bahasa Inggris, dan tidak diterbitkan dalam rentang lima tahun terakhir dimasukan ke dalam kriteria eksklusi. 46 artikel didapatkan dan ditelaah dalam artikel ulasan pustaka. Metode in vitro yang dapat digunakan untuk pengujian aktivitas imunomodulator pada ekstrak tanaman yaitu uji viabilitas sel, apoptosis atau nekrosis sel, aktivitas fagositosis, analisis target sel, produksi sitokin, ROS, dan NO, juga analisis penanda permukaan dan protein atau gen lainnya yang terlibat dalam mekanisme sistem imun. Berbagai metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga direkomendasikan untuk digunakan kombinasi dari berbagai metode tersebut untuk dapat menghasilkan data yang lebih baik dan dapat lebih memahami mekanisme aktivitas imunomodulator pada berbagai ekstrak tanaman.Item KANDUNGAN SENYAWA ANTIBAKTERI DAUN TENDANI (Goniothalamus macrophyllus Hook. f. &Thomson.), SUATU TUMBUHAN OBAT SUKU DAYAK PUNAN DI KALIMANTAN TIMUR(2014-08-20) VIRIYANATA WIJAYA; Supriyatna; Tiana MilandaInfeksi kulit pada suku dayak Punan diakibatkan kontak langsung dengan alam. Satu bakteri yang paling sering menjadi penyebab infeksi kulit di komunitas yang kurang higienis tersebut yaitu Staphylococcus aureus. Tumbuhan tendani (Goniothalamus macrophyllus) secara empiris digunakan sebagai obat luar untuk infeksi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak, fraksi-fraksi, dan isolat dari daun G. macrophyllus terhadap S. aureus ATCC 25923. Daun G. macrophyllus diekstraksi menggunakan etanol 70% dan difraksinasi dengan n-heksan dan etil asetat. Proses pemisahan dan pemurnian menggunakan kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis preparatif. Pengukuran aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar. Zona hambat ekstrak daun G. macrophyllus pada konsentrasi 20 % adalah sebesar 22,02 mm. Fraksi etil asetat adalah fraksi teraktif yang menunjukkan diameter hambat sebesar 19,50 mm dan 22,30 mm untuk masing-masing konsentrasi 20% dan 30%. Subfraksi daun G. macrophyllus (SF IV B1.3) menunjukkan zona hambat sebesar 7,85 mm pada konsentrasi 2,4%. Isolat diidentifikasi dengan spektroskopi, dilakukan dengan UV-vis, IR, dan MS memberikan λmaks 202,9 nm, gugus fungsi O-H, C-H alifatis, C=C aromatis, C=O dan C-H aromatis, dan m/z 352,9806. Senyawa aktif diduga sebagai dimetoksi glabranin (C22H24O4).Item MOLEKULAR MODELING SENYAWA TURUNAN PIRAZOLIN SERTA PREDIKSI ADMET DAN LIPINSKI RULE OF FIVE SEBAGAI ANTIVIRUS TERHADAP RNA-DEPENDENT-RNA-POLIMERASE SARS-CoV-2(2019) MEILINDA SETYA PRACEKA; Rani Maharani; Sandra MegantaraPandemi COVID-19 yang menjadi krisis Kesehatan dunia terjadi akibat penularan virus SARS-CoV2 hingga saat ini masih terjadi dengan banyaknya varian virus baru yang bermutasi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya pengembangan obat maupun vaksin yang dapat mengendalikan mutasi virus. Salah satunya dengan mengembangkan obat yang dapat menghambat polimerasi replikasi dengan menargetkan RDRP virus SARS-CoV2. Berdasarkan penelitian sebelumnya, gugus nitrogen di cincin inti pirazol memiliki potensi kuat sebagai antivirus COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan senyawa turunan pirazolin yang memiliki aktivitas antivirus yang lebih baik dengan toksisitas yang rendah sebagai kandidat obat COVID-19. Pada metode penelitian ini, dilakukan perancangan struktur dan skrining farmakofor menggunakan Ligandscout, penambatan molekular menggunakan Autodock4 dengan melakukan optimasi validasi energi evaluasi serta prediksi ADMET dan Lipinski Rules of Five. Berdasarkan hasil pengujian in silico, validasi database aktif dan decoy dilakukan dengan model 5 menghasilkan nilai AUC (1.00) dan EF (4.3) menunjukkan bahwa semua modifikasi turunan pirazolin memiliki kesesuaian geometri berdasarkan fitur farmakofor hits. Validasi docking dilakukan dengan menambahkan energi evaluasi sebesar 25 juta dan muatan pada ion Mg2+ dan Zn2+, sehingga didapatkan hasil RMSD 1.984 A pada ukuran gridbox 35x35x35 A, hasil penambatan molekul menunjukkan nilai energi ikatan bebas (∆G) mopyravir 7 sebesar -14.37 kkal/mol lebih baik dibandingkan favipiravir -12.45 kkal/mol dengan ikatan hidrogen pada residu asam amino mopyravir 7 yaitu U P 20, ASP A 760, ASP A 623, THR A 556, ARG A 553, sedangkan pada favipiravir C T 10, LYS A 545, SER A 759, U P 20, A T 11. Hasil pre-Admet dan Lipinski dari mopyravir 7 dan favipiravir telah memenuhi rentang persyaratan profil farmakokinetik dan kesesuaian obat digunakan untuk oral. Kesimpulannya bahwa perancangan senyawa turunan pirazolin telah berhasil dilakukan dengan optimasi validasi menghasilkan RMSD <2 A dan afinitas yang menunjukkan potensi kuat sebagai kandidat obat antivirus serta profil farmakokinetik dan toksisitas yang baik.Item Nanostructured Lipid Carrier (NLC) α-Mangostin Berbasis Propolis: Formulasi, Karakterisasi, dan Uji Aktivitas Antioksidan secara In Vitro(2024-01-10) CECEP SUHANDI; Gofarana Wilar; Nasrul Wathoniα-Mangostin, turunan xanthone yang ditemukan pada perikarp buah manggis (Garcinia mangostana L.), dan ekstrak propolis, yang kaya akan flavonoid dan fenol, dikenal karena khasiat antioksidannya, menjadikannya suplemen potensial untuk pengobatan kondisi terkait stres oksidatif. Namun kedua zat potensial ini mempunyai kelemahan utama yang sama, yaitu kelarutannya yang rendah dalam air. Rendahnya kelarutan α-mangostin dan propolis dalam air dapat diatasi dengan memanfaatkan pendekatan nanoteknologi. Dalam penelitian ini, sistem pembawa lipid berstruktur nano (NLC) berbasis propolis diformulasikan untuk meningkatkan penghantaran α-mangostin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisasi formulasi dan menyelidiki pengaruhnya terhadap aktivitas antioksidan α-mangostin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NLC berbasis propolis (NLC-P) dan NLC berbasis propolis bermuatan α-mangostin (NLC-P-α-M) memiliki ukuran partikel skala nano (72,7 ± 1,082 nm dan 80,3 ± 1,015 nm, secara berurutan), potensial zeta permukaan netral (berkisar antara +10 mV dan -10 mV), dan distribusi ukuran partikel yang baik (ditunjukkan dengan indeks polidispersitas <0,3). NLC-P-α-M menunjukkan efisiensi penjerapan yang baik sebesar 87,972 ± 0,246%. Pengujian disolusi menunjukkan peningkatan kelarutan α-mangostin ~13 kali lipat dibandingkan dengan serbuk α-mangostin saja. Penggabungan ke dalam sistem NLC berbasis propolis berkorelasi baik dengan peningkatan aktivitas antioksidan α-mangostin (p <0,01) dibandingkan dengan NLC-P dan α-mangostin saja. Oleh karena itu, modifikasi sistem pengiriman dengan memasukkan α-mangostin ke dalam NLC berbasis propolis mampu mengatasi tantangan kekurangan fisikokimia dari α-mangostin sekaligus meningkatkan efektivitas antioksidannya.Item PEMBENTUKAN KOKRISTAL KETOPROFEN METODE SOLVENT DROP GRINDING DENGAN PEMILIHAN KOFORMER SECARA IN SILICO(2015-04-01) SISWANDI; Taofik Rusdiana; Jutti LevitaKetoprofen merupakan salah satu obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS) yang mempunyai efek sebagai antiinflamasi dan antipiretik serta termasuk dalam BCS kelas II yang memiliki kelarutan rendah dan permeabilitas tinggi. Kelarutan ketoprofen yang rendah dalam air (praktis tidak larut) menyebabkan laju disolusi menjadi faktor pembatas untuk laju penyerapan obat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi ketoprofen dengan menggunakan metode kokristalisasi metode solven drop grinding dengan pemilihan koformernya menggunakan cara in silico. Dari hasil in silico dan uji kelarutannya, koformer yang mempunyai peluang untuk membentuk kokristal dengan ketoprofen adalah sakarin, asam benzoat dan asam sitrat dengan kelarutan kokristal ketoprofen-sakarin adalah paling besar. Proses ko-kristalisasi ketoprofen-sakarin dibuat dengan metode solvent-drop grinding, ketoprofen dan koformer (sakarin) masing-masing dengan ratio 1:1 ekuimol digerus selama 10 menit sambil diberikan sejumlah kecil metanol. Penambahan metanol berfungsi untuk mempercepat pembentukan ko-kristal. Ko-kristal dikarakterisasi menggunakan difraksi sinar-x, differential scanning calorimetry (DSC), mikroskop polarisasi, scanning microscope electron (SEM), uji kelarutan serta uji disolusi partikulat. Kelarutan dari ko-kristal ketoprofen-sakarin meningkat sekitar 250%. Hasil dari uji disolusi terbanding ko-kristal pada menit ke-30 dalam media air, dapar klorida pH 1,2; dapar asetat pH 4,5 dan dapar fosfat pH 6,8 terdapat peningkatan yang signifikan.Item PENETAPAN KADAR s-phenylmercapturic acid (s-PMA) DALAM URIN SETELAH EKSTRAKSI FASA PADAT DAN DERIVATISASI PRE-KOLOM SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI - DETEKTOR FLUORESEN (KCKT-FLD)(2016-10-25) SRI GUSTINI HUSEIN; Muchtaridi; Aliya Nur Hasanahs-phenylmercapturic acid (s-PMA) merupakan metabolit benzene yang spesifik. s-PMA dapat digunakan sebagai biomarker dari paparan benzena tingkat rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan validasi metode analisis kadar s-PMA dalam urin. Penetapan s-PMA urin pekerja yang terpapar benzena dilakukan setelah ekstraksi fasa padat/solid phase extraction (SPE). s-PMA dihidrolisis dalam kondisi basa. Hidrolisat aril-thiol terkonjugasi dengan monobrombimane (MB) selama 15 menit pada pH 8 dalam suhu kamar. Aril-thiol (R-SH) derivat diukur dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) sistem fasa terbalik, menggunakan kolom fenil (100x4,6 mm.I.D, ukuran partikel 5µm), dengan detektor fluoresen. Koefisien panjang gelombang eksitasi dan emisi ditentukan pada 375 dan 480 nm, dengan waktu retensi s-PMA di 2,9 menit. Validasi metode analisis menunjukkan hasil uji linieritas pada rentang 0,1-10 ppb dengan persamaan regresi linier y= 0,079x + 0,023; r = 0,99; uji akurasi dengan rata-rata perolehan kembali 94,64-104,86%; uji presisi dengan koefisien varian 1,17 % - 4,38%. Batas deteksi (LOD) 1,32 ppb; batas kuantifikasi (LOQ) 2,07 ppb; nilai yang diperoleh pada penetapan kadar sampel urin pekerja drilling adalah < 1.32 – 21,93 ppb. s-PMA dalam urin dapat ditentukan menggunakan KCKT-FLD dengan parameter validasi yang tepat. Kata kunci: s-phenylmercapturic acid, urin, benzene, kromatografi cair kinerja tinggi - detektor fluoresen (KCKT-FLD), ekstraksi fasa padat.