Browsing by Author "Sri Hartati"
Now showing 1 - 20 of 28
Results Per Page
Sort Options
Item DAYA ATRAKTAN BEBERAPA SUMBER PROTEIN TERHADAP TANGKAPAN LALAT DI KAWASAN URBAN(2020-12-13) DIAN NURUL IZZATI; Ichsan Nurul Bari; Sri HartatiLalat merupakan salah satu hama urban yang keberadaannya meresahkan manusia. Aspek kehidupan yang terganggu oleh keberadaan lalat yaitu, mengurangi nilai estetika, mengontaminasi makanan, dan menjadi pembawa patogen. Patogen yang dapat dibawa lalat diantaranya adalah Salmonella sp., virus hepatitis, Penicillium corylophilum, dan Staphylococcus aureus. Oleh karena itu, populasi lalat perlu dikendalikan. Pemasangan perangkap dengan umpan berupa atraktan merupakan salah satu komponen pengendalian lalat yang dapat dilakukan dengan aman dan mudah. Agar lalat tertarik, atraktan memerlukan unsur esensial berupa protein yang berperan dalam perkembangan dan pertumbuhannya secara optimal. Ikan diketahui merupakan sumber protein hewani yang mudah untuk didapatkan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kemampuan beberapa sumber protein (ikan kerapu, ikan tongkol, ikan bandeng, ikan kembung) dalam menarik lalat dan mengetahui kemampuan beberapa sumber protein (ikan kerapu, ikan tongkol, ikan bandeng, ikan kembung) dalam menarik berbagai spesies lalat di kawasan urban. Percobaan dilakukan pada bulan Februari-Maret 2020 di dua lokasi urban, yaitu kantin Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran dan pasar resik Jatinangor. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang diuji yaitu, atraktan tepung ikan tongkol, tepung ikan bandeng, tepung ikan kembung, tepung ikan kerapu, madu sebagai pembanding dan air sebagai kontrol. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jumlah tangkapan lalat tertinggi tidak diperoleh dari atraktan tepung ikan tongkol (12,5% di kantin dan 20% di pasar) yang memiliki kandungan protein paling tinggi (24 gr/kg). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tangkapan lalat terbanyak pada percobaan yang dilakukan di kantin terdapat pada perangkap dengan atraktan ikan kerapu (43,75%) yang mengandung 19 gr/kg protein, sedangkan hasil tangkapan lalat terbanyak di pasar terdapat pada perangkap dengan atraktan madu (63,07% Musca sp. dan 66,66% Chrysomya spp.). Atraktan sumber protein yang dibandingkan mampu menarik beberapa spesies lalat yang berbeda, yaitu Musca sp. dan Chrysomya spp.Item Formulasi Metil Eugenol Block Plus terhadap Tangkapan Lalat Buah Bactrocera spp. pada Tanaman Cabai di Desa Lembang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat(2018-09-23) DESY NATALIA BR. SARAGIH; Yadi Supriyadi; Sri HartatiLalat buah (Bactrocera spp.) merupakan salah satu hama penting pada komoditas cabai. Penggunaan metil eugenol (ME) block plus sebagai atraktan dalam perangkap merupakan salah satu cara pengendalian lalat buah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi ME block plus yang tepat untuk meningkatkan jumlah tangkapan lalat buah pada lahan tanaman cabai. Percobaan berlangsung mulai bulan Januari – April 2018 di Desa Lembang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 8 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diuji yaitu: ME 2 ml kapas; ME 2 ml block; ME 2 ml + esens cabai 4 ml block; ME 2 ml + esens jambu 4 ml block; ME 2 ml + esens jeruk 4 ml block; ME 2 ml + esens belimbing 4 ml block; ME 2 ml + esens mangga 4 ml block; Produk atraktan block berbahan aktif ME. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ME block plus efektif meningkatkan jumlah tangkapan lalat buah jantan dengan spesies Bactrocera dorsalis, B. carambolae, B. umbrosa, dan lalat buah hibrida B. dorsalis x B. carambolae. Formulasi terbaik dengan rata-rata tangkapan lalat buah jantan tertinggi yaitu ME block plus esens cabai sebanyak 377 ekor lalat buah/perangkap/minggu.Item Induksi Resistensi Tanaman Cabai terhadap Patogen Penyebab Penyakit Antraknosa (Colletotrichum acutatum J. H. Simmonds) dengan Khamir Rhodotorula minuta Saito(2019-04-16) LINDA TARINA; Syarif Hidayat; Sri HartatiSalah satu penyakit yang dapat menurunkan produktivitas cabai adalah antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum. Penggunaan khamir sebagai agens penginduksi resistensi tanaman cabai merupakan salah satu alternatif pengendalian penyakit yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan khamir Rhodotorula minuta sebagai agens penginduksi resistensi tanaman cabai varietas Unpad CB-2 terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh C. acutatum, mengetahui waktu terjadinya respon induksi resistensi terbaik setelah aplikasi khamir serta mengetahui ada tidaknya kenaikan aktivitas enzim peroksidase pada tanaman cabai yang telah diinduksi. Percobaan dilaksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Persiapan percobaan dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran dan analisis aktivitas enzim peroksidase pada tanaman dengan perlakuan induksi R. minuta dengan waktu inokulasi C. acutatum 7 hari setelah perlakuan khamir dilaksanakan di Laboratorium Biorin, PAU, Instititut Pertanian Bogor. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 9 perlakuan dan 5 ulangan. Pengaruh induksi resistensi diuji dengan perbedaan waktu inokulasi C. acutatum yaitu 3, 5, 7, dan 10 hari setelah perlakuan induksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa khamir R. minuta memiliki potensi sebagai agens penginduksi resistensi tanaman cabai terhadap penyakit antraknosa. Perlakuan khamir R. minuta dengan waktu inokulasi C. acutatum 7 hari setelah perlakuan khamir menghasilkan tingkat penekanan tertinggi terhadap penyakit antraknosa yaitu sebesar 47,33% dan dapat meningkatkan aktivitas enzim peroksidase sebesar 0,748 ∆A₄₂₀/menit.μg protein.Item Kemampuan Senyawa Volatil Khamir dalam Mengendalikan Jamur Penyebab Penyakit Pascapanen pada Beberapa Komoditas Buah(Kajian Pustaka)(2023-01-12) MEILANY EGAWATI PETRICYA BATUBARA; Sri Hartati; Lilian RizkiePenyakit Pascapanen merupakan penyakit yang muncul dan berkembang saat produk telah melewati proses panen atau memasuki fase pematangan dan penuaan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai jamur patogen seperti Botrytis cinerea, Colletrothicum acutatum, Alternaria alternata, Penicillium, Aspergillus, dan lain-lain. Pada umumnya, patogen akan aktif menginfeksi pada saat masa pematangan dan pembusukan sehingga akan lebih sulit untuk dikendalikan karena telah berada di dalam produk pascapanen dan beradapatasi. Salah satu pengendalian jamur patogen penyebab penyakit pascapanen yang dapat diaplikasikan yaitu dengan memanfaatkan senyawa volatil (VOCs) yang diproduksi oleh mikrob seperti khamir. Kajian pustaka ini membahas mengenai senyawa volatil yang diproduksi oleh khamir antagonis Aureobasidium Pullulans, Candida sp., Pichia sp., dan Saccharomyces sp., dalam potensinya menghambat pertumbuhan patogen jamur penyebab penyakit pascapanen dan pengendalian penyakit pascapanen. Pustaka dikumpulkan dan diorganisir menggunakan bantuan aplikasi mendeley kemudian dianalisis dan dikelompokkan untuk mendapatkan data dan informasi dalam menyusun pembahasan. Senyawa volatil yang diproduksi khamir antagonis A. pullulans, Candida sp., Pichia sp., dan Saccharomyces sp., berasal dari berbagai golongan senyawa seperti alkohol, ester, acid, aldehyde, keton. Senyawa volatil hasil produksi khamir berpotensi dalam menghambat pertumbuhan miselia koloni serta menghambat perkecambahan konidia jamur patogen penyebab penyakit pascapanen dan menghambat diameter lesi koloni, kejadian penyakit, serta keparahan penyakit pada buah hingga di atas 50% penghambatan.Item Kemampuan Tiga Spesies Khamir dalam Menekan Penyakit Green Mold (Penicillium digitatum) pada Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis Lour.)(2022-10-13) ELINDA DWI UTARI; Siska Rasiska; Sri HartatiPenyakit green mold merupakan salah satu penyakit utama pada buah jeruk yang disebabkan oleh Penicillium digitatum. Salah satu pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini adalah menggunakan agens antagonis khamir. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan khamir dalam menekan penyakit green mold akibat P. digitatum pada buah jeruk siam (Citrus nobilis Lour.). Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Perlakuan terdiri dari khamir Aureobasidium pullulans Dmg 11 DEP, Rhodotorula minuta Dmg 16 BE, Candida tropicalis Lm 13 BE, fungisida benomil, dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa khamir A. pullulans Dmg 11 DEP, C. tropicalis Lm 13 BE, dan R. minuta Dmg 16 BE mampu menekan pertumbuhan P. digitatum secara in vitro pada pengujian dual culture dengan tingkat penekanan berkisar 14,64%-21,02% dengan penekanan tertinggi terjadi pada perlakuan R. minuta Dmg 16 BE. Pengujian aktivitas antijamur senyawa volatil khamir menunjukkan hasil penekanan berkisar antara 14,51%-34% dengan penekanan tertinggi terjadi pada perlakuan C. tropicalis Lm 13 BE. Hasil uji in vivo pada buah jeruk siam menunjukkan adanya penekanan khamir terhadap penyakit green mold dengan kisaran 28,87%-68,72%, dimana perlakuan R. minuta Dmg 16 BE merupakan perlakuan dengan tingkat penekanan tertinggi.Item KEMAMPUAN Trichoderma harzianum DALAM FORMULASI SERAT KARBON DAN PARTIKEL SILIKA NANO UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT REBAH SEMAI (Sclerotium rolfsii) PADA TANAMAN KEDELAI(2019-01-17) IMAN ILAHIYYAT; Hersanti; Sri HartatiJamur Sclerotium rolfsii merupakan salah satu patogen tular tanah yang dapat menyebabkan rebah semai atau busuk pangkal batang pada tanaman kedelai. Salah satu upaya untuk mengendalikan penyakit rebah semai yang aman bagi lingkungan yaitu melalui pemanfaatan agens hayati. Mikroorganisme antagonis yang telah diteliti secara intensif dan berpotensi besar untuk mengendalikan penyakit tular tanah adalah jamur Trichoderma harzianum. Salah satu bahan pembawa dalam pembuatan formulasi mikrob yaitu serat karbon. Dan penambahan silika nano dalam formulasi dapat menguntungkan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan jamur T. harzianum dalam formulasi serat karbon 80 mesh dan partikel silika nano serta mendapatkan konsentrasi partikel silika nano dalam campuran jamur T. harzianum dan serat karbon 80 mesh dalam menekan pertumbuhan patogen S. rolfsii dan mengendalikan penyakit rebah semai pada tanaman kedelai. Percobaan dilakukan dalam dua tahap yaitu uji in-vitro dan in-vivo. Uji in-vitro menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 11 perlakuan dan 3 ulangan. Uji in-vivo menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 11 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari jamur T. harzianum + serat karbon 5%, T. harzianum + silika nano 0,5%, T. harzianum + silika nano 1%, T. harzianum + silika nano 3%, T. harzianum + silika nano 5%, T. harzianum + silika nano 0,5% + serat karbon 5%, T. harzianum + silika nano 1% + serat karbon 5%, T. harzianum + silika nano 3% + serat karbon 5%, T. harzianum + silika nano 5% + serat karbon 5%, T. harzianum dan Kontrol. Hasil percobaan uji in-vitro menunjukkan bahwa seluruh perlakuan jamur T. harzianum dalam formulasi serat karbon 80 mesh dan partikel silika nano dengan berbagai konsentrasi mampu menekan pertumbuhan jamur S. rolfsii sebesar 58,76-68,75%. Perlakuan jamur T. harzianum tunggal menyebabkan penekanan tertinggi terhadap jamur S. rolfsii yaitu sebesar 80,92%. Hasil uji in-vivo menunjukkan persentase penekanan tertinggi terhadap penyakit rebah semai terjadi pada perlakuan T. harzianum tunggal yaitu sebesar 60%.Item Penambahan Gula untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Antagonisme Khamir Rhodotorula minuta terhadap Colletotrichum acutatum Penyebab Antraknosa Cabai secara In-vitro(2018-10-05) SRI ROSMALA DEWI; Sri Hartati; Wahyu Daradjat NatawigenaSri Rosmala Dewi, 2018. Penambahan Gula untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Antagonisme Khamir Rhodotorula minuta terhadap Colletotrichum acutatum Penyebab Antraknosa Cabai secara In-vitro. Dibimbing oleh Sri Hartati dan Wahyu Daradjat Natawigena. Penyakit antraknosa merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman cabai. Salah satu agens antagonis yang telah dilaporkan dapat mengendalikan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum adalah khamir Rhodotorula minuta. Beberapa gula dapat dimanfaatkan oleh R. minuta untuk pertumbuhan dan antagonismenya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan gula dan untuk meningkatkan pertumbuhan dan antagonisme R. minuta. Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran dari Februari sampai Juni 2018. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 16 perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari penambahan gula glukosa, sukroa, trehalosa, D-mannitol dan D-xylose dengan konsentrasi masing-masing gula 1%, 2,5% dan 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan gula glukosa, sukrosa, trehalosa, D-mannitol dan D-xylosa dapat meningkatkan pertumbuhan dan antagonisme R. minuta. Perlakuan penambahan sukrosa 1% merupakan perlakuan yang dapat meningkatkan pertumbuhan R. minuta dengan kerapatan sel tertinggi yaitu sebesar 3,87 x 107 sel/ml pada pengamatan 48 jam. Penambahan trehalosa 5% dapat meningkatkan pertumbuhan koloni hingga 14,40 cm pada 9 HSP. D-xylosa 5% merupakan gula terbaik yang dapat meningkatkan antagonisme R. minuta terhadap C. acutatum dengan tingkat penghambatan sebesar 31,00%. Kata kunci : Khamir antagonis, Rhodotorula minuta, gula, glukosa, sukrosa, trehalosa, D-mannitol, D-xylosaItem Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kamboja (Plumeria rubra) terhadap Metabolisme, Pola Aktivitas Harian, dan Potensinya sebagai Repelen Tikus Sawah (Rattus argentiventer)(2019-10-24) BUNGA MEDINA SUHERMAN; Yusup Hidayat; Sri HartatiPengendalian tikus sawah secara kimiawi sampai saat ini umumnya menggunakan rodentisida. Akan tetapi, secara tidak langsung teknik pengendalian tersebut juga berdampak negatif salah satunya terhadap lingkungan. Penggunaan bahan alam sebagai repelen dapat dijadikan sebagai alternatif dalam teknik pengendalian tikus sawah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ekstrak metanol daun kamboja terhadap metabolisme, pola aktivitas harian, dan potensinya sebagai repelen tikus sawah. Percobaan dilakukan di Laboratorium Hama Tanaman, Divisi Vertebrata Hama, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dan Laboratorium Tikus, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, mulai bulan Februari sampai dengan Mei 2019. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak metanol daun kamboja dalam arena labirin-T menyebabkan tikus sawah cenderung menghindari untuk mengonsumsi pakan dan minuman yang berdekatan dengan perlakuan tersebut. Perlakuan ekstrak metanol daun kamboja dalam kandang metabolisme menyebabkan perubahan metabolisme tikus sawah, yang ditandai secara signifikan dengan menurunnya rata-rata konsumsi pakan sebesar 2,28 g dan produksi feses sebesar 0,34 g, serta meningkatnya rata-rata konsumsi minuman sebesar 3,89 ml, produksi urin sebesar 3,15 ml, dan berat badan sebesar 6,67 g. Selain itu, perlakuan tersebut juga menyebabkan perubahan pola aktivitas harian tikus sawah, yang ditandai secara signifikan dengan meningkatnya rata-rata persentase waktu aktivitas pergerakan (locomotion) sebesar 7,64% dan menurunnya waktu aktivitas makan dan minum (foraging) sebesar 16,46%. Peneliti menyimpulkan bahwa perlakuan ekstrak metanol daun kamboja memberikan pengaruh repelen bagi tikus sawah.Item Pengaruh Formulasi Metil Eugenol Blok PLus Terhadap Jumlah Tangkapan Lalat Buah Bactrocera spp. pada Tanaman Cabai di Pangalengan, Kabupaten Bandung(2019-10-29) AKBAR RAMADHAN; Agus Susanto; Sri HartatiLalat buah (Bactrocera spp.) merupakan hama utama pada komoditas hortikultura baik buah-buahan maupun sayuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan formulasi Metil Eugenol blok plus esens terhadap jumlah tangkapan lalat buah jantan dan betina, serta mengetahui esens yang tepat untuk meningkatkan jumlah tangkapan lalat buah jantan dan betina. Penelitian dilakukan di Desa Margamekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung dari April sampai Juni 2019. Percobaan dilakukan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan sembilan perlakuan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri dari ME 2 ml kapas, ME 2 ml blok, esens cabai 4 ml blok, ME 2 ml + esens cabai 4 ml blok, ME 2 ml + esens jambu 4 ml blok, ME 2 ml + esens jeruk 4 ml blok, ME 2 ml + esens belimbing 4 ml blok, ME 2 ml + esens mangga 4 ml blok, Produk blok berbahan aktif ME. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi ME blok plus efektif meningkatkan jumlah tangkapan lalat buah jantan spesies Bactrocera dorsalis dan Bactrocera umbrosa. Hasil percobaan menunjukan bahwa formulasi ME blok dengan penambahan esens buah tidak lebih baik dalam menarik lalat buah Bactrocera spp. pada pertanaman cabai dibandingkan dengan penggunaan ME tunggal pada blok. Formulasi ME blok 2 ml dengan penambahan 4 ml esens jeruk menghasilkan jumlah tangkapan lalat buah yang tinggi dibandingkan dengan formulasi ME blok 2 ml dengan esens lain. Formulasi ME 2 ml blok menunjukkan jumlah tangkapan yang lebih baik dibandingkan dengan formulasi ME blok yang ditambahkan esens.Item PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN PEREKAT PADA BEBERAPA FORMULASI RODENTISIDA TERHADAP PREFERENSI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, Berkenhout) GALUR WISTAR(2021-03-25) RAISA RAHMARIFAT PRANATA; Sri Hartati; Wahyu Daradjat NatawigenaTikus merupakan hama bagi manusia di permukiman dan di bidang pertanian. Salah satu upaya pengendalian tikus dilakukan dengan menggunakan rodentisida. Umumnya rodentisida menggunakan parafin sebagai bahan perekat, namun parafin memiliki kelemahan relatif mahal, dapat menutupi aroma pada umpan, dan tidak tahan simpan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi Rattus norvegicus terhadap formulasi rodentisida dengan bahan perekat alternatif yang berbeda. Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan April 2020 di Rumah Kaca Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari enam perlakuan dan lima ulangan. Metode yang digunakan adalah uji pilihan (choice test) selama tujuh hari dengan menggunakan umpan tanpa bromadiolon dan selanjutnya pemberian umpan dengan bromadiolon hingga tikus mati. Perlakuan bahan perekat yang digunakan adalah 2% tepung agar + 3% tepung jelly, 10% tepung beras, 10% tepung tapioka, dan 10% tepung kentang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung agar + tepung jelly, tepung beras, tepung tapioka, dan tepung kentang mampu memadatkan umpan dengan baik selama 14 hari di dalam ruangan. Perlakuan yang memiliki daya pikat tertinggi dengan biaya pembuatan rendah adalah 10% tepung beras (pada formulasi umpan 5% esens cokelat + 5% gula + 40% beras + 3% minyak sawit + 0,5% vetsin + 0,5% asam benzoat + 5% Bromadiolon 0,005% + 10% telur + air) dengan daya pikat sebesar 95,34% terhadap kontrol.Item Penggunaan Mineral Untuk Pengendalian Penyakit Antraknos (Collletorichum spp.) Pada Berbagai Tanaman(2021-11-25) PUTRA MEZA RAMADHAN; Yusup Hidayat; Sri HartatiAntraknos merupakan penyakit tanaman yang banyak ditemukan di berbagai negara dan dapat menyerang berbagai komoditas tanaman. Penyebab utama penyakit tersebut adalah Colletotrichum spp. Salah satu alternatif pengendalian Colletotrichum spp. adalah dengan pengaplikasian mineral. Kajian pustaka ini membahas bahan-bahan mineral yang digunakan, mekanisme penghambatan mineral serta kelebihan dan batasan penggunaannya dalam mengendalikan penyakit antraknos pada berbagai tanaman. Pustaka dikumpulkan dan diorganisir menggunakan aplikasi Mendeley, setelah itu dianalisis dan dikelompokkan untuk mengisi data pada tabel. Mineral perak, sulfur, tembaga, kalsium oksida, kalsium nitrat, kaolin, bentonite dan zeolit dilaporkan dapat digunakan sebagai bahan aktif pengendalian penyakit antraknos. Mineral-mineral ini memiliki persentase penghambatan penyakit pada rentang 80-84,5%, 53-91,2%, 23,33-52%, ±77%, ±34%, 15,6-39,72%, ±76% dan ±33% secara berurut. Mekanisme penghambatan mineral yang terjadi yaitu fungisidal (perak, kalsium oksida, bentonit dan zeolit), fungistatik (sulfur dan kalsium nitrat) dan genestatik (tembaga dan kaolin).Item PENGGUNAAN Saccharomyces cerevisiae SEBAGAI AGENS BIOKONTROL UNTUK MENGENDALIKAN JAMUR TULAR TANAH PADA TANAMAN KEDELAI SEBUAH KAJIAN PUSTAKA(2022-06-10) AULIYA FARHANI; Vira Kusuma Dewi; Sri HartatiABSTRAK Auliya Farhani. 2022. Penggunaan Saccharomyces cerevisiae sebagai Agens Biokontrol untuk Mengendalikan Jamur Tular Tanah pada Tanaman Kedelai sebuah Kajian Pustaka. Dibimbing oleh Sri Hartati dan Vira Kusuma Dewi. Jamur tular tanah merupakan salah satu kelompok patogen yang dapat menyerang berbagai tanaman budidaya di antaranya tanaman kedelai. Jamur tersebut dapat menyerang tanaman kedelai dengan gejala busuk akar, busuk batang, layu dan dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Hal ini akan memengaruhi kualitas dan kuantitas hasil panen. Beberapa cara pengendalian terhadap jamur tular tanah dapat dilakukan secara fisik, kimiawi dan biologis. Pengendalian secara biologis merupakan pengendalian dengan menggunakan agens biokontrol. Salah satu agens biokontrol yang dapat digunakan adalah khamir Saccharomyces cerevisiae. Kajian pustaka ini bertujuan untuk mempelajari potensi, mekanisme, formulasi, dan cara aplikasi S. cerevisiae sebagai agens biokontrol jamur tular tanah pada tanaman kedelai. Metode pengambilan data dilakukan dengan melakukan kajian berbagai pustaka melalui pencarian kata kunci yang relevan. Hasil kajian pustaka menunjukkan bahwa khamir S. cerevisiae memiliki potensi yang tinggi sebagai agens biokontrol dalam mengendalikan jamur tular tanah. Beberapa mekanisme pengendalian oleh khamir S. cerevisiae adalah induksi resistensi, antibiosis melalui sekresi enzim, senyawa volatil dan toksin, serta kompetisi ruang dan nutrisi. Hasil kajian pustaka menunjukkan beberapa formulasi biofungisida berbahan aktif khamir menggunakan bahan pembawa berupa talk. Cara aplikasi formulasi khamir yang dapat dilakukan adalah dengan perendaman benih atau aplikasi langsung pada tanah. Kajian pustaka ini menyimpulkan bahwa S. cerevisiae dapat digunakan sebagai agens biokontrol untuk mengendalikan jamur tular tanah pada tanaman kedelai. Kata kunci: Formulasi, kajian pustaka, mekanisme, pengendalian hayatiItem Populasi Hama Ulat Grayak Spodoptera frugiperda J.E Smith (Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Jagung di Desa Cimareme, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut(2021-12-16) AZKIA NAILA ROHMAH; Martua Suhunan Sianipar; Sri HartatiUlat grayak Spodoptera frugiperda J.E. Smith (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan serangga yang menyerang tanaman jagung dan merusak bagian titik tumbuh hingga tongkol tanaman tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari populasi S. frugiperda di Desa Cimareme, Garut dan faktor penentu terhadap fluktuasi populasi. Kegunaan penelitian ini sebagai acuan dalam melakukan tindakan pengendalian dan pencegahan serangan S. frugiperda. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode observasi yang berlokasi di Desa Cimareme, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut dan Laboratorium Hama Tanaman Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Penelitian dilakukan pada bulan April hingga Juli 2021. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara diagonal sistematis. Pengamatan meliputi jumlah kelompok telur dan larva S. frugiperda yang ditemukan, analisis regresi linier terhadap faktor abiotik dan biotik, serta jenis dan kelimpahan musuh alami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluktuasi populasi S. frugiperda mengalami kenaikan dan penurunan yang diakibatkan oleh faktor biotik dan abiotik. Populasi terendah yan didapat ialah 7 ekor larva pada 6 MST dan populasi tertinggi sebanyak 16 ekor larva pada 8 MST. Analisis regresi linier sederhana dan berganda dengan faktor suhu, kelembaban, dan curah hujan tidak memengaruhi populasi S. frugiperda namun keberadaan musuh alami berperan dalam menentukan kelimpahan populasi S. frugiperda. Keragaman musuh alami di daerah setempat tergolong sedang dengan skor 1,34.Item Potensi Ampas Bungkil Mimba (Azadirachta indica) dan Biji Teh (Camellia sinensis) dalam Menekan Daya Makan dan Meningkatkan Mortalitas Keong Mas (Pomacea canaliculata)(2024-01-16) MUHAMAD ISTIQLAL MUTAWALLY HARDY; Sri Hartati; Vira Kusuma DewiKeong mas (Pomacea canaliculata) merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi. Pengendalian hama keong mas dapat dilakukan salah satunya dengan penggunaan pupuk ampas bungkil mimba dan ampas biji teh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi pupuk ampas bungkil mimba dan ampas biji teh dalam menekan daya makan dan meningkatkan mortalitas keong mas berukuran juvenil. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Hama dan Penyakit Tumbuhan Ciparanje Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran pada bulan Mei sampai Juli 2023. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok dengan 5 perlakuan yang diulang sebanyak 5 kali. Pengamatan daya makan dilakukan setiap dua jam sekali selama 24 jam dengan menghitung jumlah tanaman padi yang diserang. Pengamatan mortalitas, intensitas kerusakan, dan performa tanaman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 30 HST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan ampas bungkil mimba dengan dosis 20 ton/ha mampu menurunkan daya makan hingga 1%, intensitas kerusakan 2,19 %, dan menyebabkan mortalitas hingga 50%. Pemupukan ampas bungkil mimba dengan dosis 20 ton/ha dapat meningkatkan tinggi tanaman padi sampai 85,52 cm dan jumlah anakan sebanyak 7,4 pada padi berumur 28 HST.Item Potensi Khamir asal Rhizosfer Bawang Merah untuk Mengendalikan Penyakit Busuk Pangkal Bawang Merah (Fusarium oxysporum f.sp. cepae) pada Bawang Merah (Allium cepa L)(2022-04-07) RISMA YUNIAH NUR`HAQI; Sri Hartati; Wahyu Daradjat NatawigenaPenyakit busuk pangkal yang disebabkan jamur Fusarium oxysporum f. sp. cepae (FOC) merupakan penyakit utama pada bawang merah. Salah satu pengendalian ramah lingkungan untuk mengendalikan penyakit busuk pangkal adalah menggunakan khamir asal rhizosfer sebagai agens biokontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan khamir asal rhizosfer bawang merah yang dapat mengendalikan penyakit busuk pangkal bawang merah. Tahapan penelitian terdiri atas (1) isolasi dan identifikasi khamir dan FOC, (2) uji patogenisitas isolat khamir dan FOC, (3) uji penghambatan pertumbuhan FOC (in vitro) secara dual culture dan uji produksi senyawa volatil, serta (4) uji penekanan penyakit busuk pangkal oleh isolat khamir. Isolat khamir yang diperoleh dari tahap isolasi digunakan untuk pengujian selanjutnya, pengujian secara in vitro dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Pengujian penekanan penyakit busuk pangkal dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang diulang sebanyak 4 kali. Hasil penelitian diperoleh 7 isolat khamir yaitu Cm1, Cm2, Cm3, Cm6, Tb2, Tb3, Tb4. Tujuh isolat khamir tersebut diketahui dapat menghambat pertumbuhan koloni FOC sebesar 16,11 - 38,33% pada uji dual culture, dan 21,11 - 38,89% pada uji produksi senyawa volatil. Uji penekanan penyakit busuk pangkal menunjukkan bahwa khamir dapat menekan kejadian penyakit busuk pangkal sebesar 8,3 - 24,98%. Isolat khamir Cm2 dan Cm3 memiliki potensi tertinggi untuk mengendalikan penyakit busuk pangkal pada bawang merah karena memiliki tingkat penekanan penyakit terbesar (24,98%).Item POTENSI KHAMIR ASAL TANAMAN KOPI (Coffea sp.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Cercospora coffeicola PENYEBAB PENYAKIT BERCAK DAUN PADA TANAMAN KOPI(2023-10-13) HERYANTO SIMATUPANG; Sudarjat; Sri HartatiABSTRAK Heryanto Simatupang. Potensi Khamir Asal Tanaman Kopi (Coffea sp.) dalam Menghambat Pertumbuhan Cercospora coffeicola Penyebab Penyakit Bercak Daun Pada Tanaman Kopi. Dibimbing oleh Sri Hartati dan Sudarjat. Aplikasi agens hayati terhadap patogen pada komoditas perkebunan merupakan strategi pengendalian yang potensial dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat khamir asal daun dan buah kopi yang memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan Cercospora coffeicola penyebab penyakit bercak daun pada tanaman kopi secara in vitro. Isolat khamir tersebut diperoleh dari permukaan dan jaringan daun dan buah kopi. Pengujian terhadap potensi isolat khamir tersebut dalam menghambat pertumbuhan C. coffeicola dilakukan melalui uji dual culture dan uji aktivitas antijamur senyawa volatil pada PDA. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 48 isolat khamir asal daun dan buah kopi yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan koloni C. coffeicola. Persentase tingkat penghambatan tertinggi dengan metode dual culture ditunjukkan oleh isolat CB5, CB2, CD4, dan MB5 berturut-turut dengan tingkat hambatan sebesar 44,25%, 46,90%, 48,67%, dan 60,60%. Persentase tingkat penghambatan tertinggi pada uji aktivitas antijamur senyawa volatil khamir terhadap C. coffeicola ditunjukkan oleh isolat PB1, MD8, CB1, WD5, MD3 dan MB5 dengan tingkat hambatan berturutturut sebesar 57,95%, 60,38%; 62,38%; 63,76%; 65,21%; dan 68,59%. Mekanisme pengendalian yang dilakukan oleh isolat khamir tersebut adalah antibiosis melalui aktivitas antijamur senyawa volatil. Kata kunci: antibiosis, Antijamur, dual culture, senyawa volatilItem Potensi Khamir dalam Mengendalikan Aspergillus sp. Penyebab Penyakit Busuk Buah pada Jeruk Dekopon (Citrus reticulata Shiranui)(2023-01-11) ARIS RIZKY YUSUF; Ceppy Nasahi; Sri HartatiSalah satu kultivar jeruk keprok yang sedang dikembangkan di Kabupaten Bandung adalah jeruk dekopon. Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Aspergillus sp. merupakan penyakit pascapanen pada buah jeruk termasuk jeruk dekopon. Pengendalian ramah lingkungan untuk mengendalikan penyakit ini adalah dengan menggunakan agens biokontrol. Khamir merupakan salah satu mikrob yang berpotensi sebagai agens biokontrol terhadap patogen tanaman dan pascapanen. Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi beberapa spesies khamir seperti Aureobasidium pullulans Dmg 11 DEP, Rhodotorula minuta Dmg 16 BEP, dan Candida tropicalis Lm 13 BE dalam mengendalikan penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Aspergillus sp. pada jeruk dekopon (Citrus reticulata ‘Shiranui`). Percobaan dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Tahapan percobaan terdiri atas pengujian potensi khamir dalam menekan Aspergillus sp. secara in vitro dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan serta in vivo 6 perlakuan dan 4 ulangan pada buah jeruk dekopon menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil pengujian menunjukkan bahwa isolat khamir tersebut mampu menghambat pertumbuhan koloni Aspergillus sp. secara in vitro dengan persentase penghambatan sebesar 22,5 – 42,2 % pada uji dual culture, dan 30,89 – 46,89 % pada uji produksi senyawa volatil. Khamir tersebut juga mampu menekan kejadian penyakit busuk aspergillus dengan persentase penghambatan sebesar 21,06 - 51,98 %. Khamir A. pullulans Dmg 11 DEP merupakan khamir yang menghasilkan persentase penghambatan terbesar yaitu 51,98 %.Item Potensi Khamir dalam Menghambat Alternaria solani Sorr. dan Penyakit Bercak Cokelat pada Tomat(2022-09-02) SALWA ROHMATUL AOLIYA; Sri Hartati; Noor IstifadahPenyakit bercak cokelat yang disebabkan oleh Alternaria solani Sorr. merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman tomat. Salah satu pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan pengendalian biologi. Agens pengendali biologi penyakit tanaman dapat berupa khamir. Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi tiga species khamir dalam menghambat pertumbuhan A. solani secara in vitro dan menekan penyakit bercak cokelat pada daun serta buah tomat. Percobaan dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman dan Rumah Kaca Kebun Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Percobaan in vitro menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), sedangkan percobaan in vivo menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari khamir Aureobasidium pullulans Dmg 11 DEP, Candida tropicalis Lm 13 BE dan Rhodotorula minuta Dmg 16 BEP, fungisida berbahan aktif klorotalonil 75%, dan kontrol. Hasil percobaan menunjukkan bahwa spesies khamir yang diuji dapat menghambat pertumbuhan A. solani sebesar 23,67% – 40,56% pada uji antagonisme dual culture dan 25,11% – 48,44% pada uji antagonisme dual compartment method. Uji penekanan penyakit menunjukkan bahwa khamir yang diuji dapat menekan penyakit bercak cokelat sebesar 47,62% – 75,29% pada daun tomat dan 49,86% – 62,18% pada buah tomat. Khamir A. pullulans Dmg 11 DEP dapat menghambat jamur A. solani paling baik dengan tingkat hambatan relatif 40,56% pada uji antagonisme dual culture dan 48,44% pada uji antagonisme dual compartment method. Spesies khamir tersebut juga paling baik dalam menekan penyakit pada tanaman tomat yaitu sebesar 75,29% dan pada buah tomat sebesar 62,18%.Item POTENSI KHAMIR SEBAGAI PENGINDUKSI RESISTENSI TANAMAN TERHADAP PENYAKIT KUNING KERITING PADA CABAI (Capsicum annuum L.)(2018-04-25) RAMADHAN KAMAL PUTRA; Rika Meliansyah; Sri HartatiPenyakit kuning keriting merupakan salah satu penyakit utama pada pertanaman cabai. Penyakit ini menyebabkan kerugian yang besar. Penggunaan khamir antagonis sebagai agens penginduksi resistensi tanaman cabai merupakan salah satu alternatif pengendalian penyakit yang dapat dikembangkan. Isolat khamir Dmg 16 dan Lm 6 merupakan isolat khamir asal tanaman cabai yang telah diketahui mampu mengendalikan patogen penyebab penyakit antraknosa melalui mekanisme antagonisme secara langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi isolat khamir Dmg 16 dan Lm 6 sebagai agens penginduksi resistensi tanaman cabai untuk mengendalikan penyakit kuning keriting yang disebabkan oleh virus gemini dan mengetahui waktu terjadinya respon induksi resistensi setelah aplikasi khamir Dmg 16 dan Lm 6. Percobaan dilaksanakan di Laboratoorium Bioteknologi Proteksi Tanaman dan Rumah Kaca Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 9 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan terdiri dari dua isolat khamir Dmg 16 dan Lm 6, dan perbedaan waktu inokulasi penyakit kuning keriting yaitu, 3,7 dan 10 hari setelah perlakuan induksi. Pengujian dilakukan dengan teknik perendaman benih dan penyiraman bibit dengan suspensi khamir. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan induksi resistensi tanaman cabai dengan isloat khamir Dmg 16 dan Lm 6 memperlambat masa inkubasi sekitar 9-21 hari, kejadian penyakit lebih rendah dengan nilai 23, 33-33,33% dan keparahan penyakit dengan nilai 5,83-10% serta meningkatkan efektivitas penekanan terhadap kejadian dan keparahan penyakit kuning keriting sebesar 50-70% pada tanaman cabai. Respon terbaik tanaman cabai terhadap induksi resistensi terjadi pada 7 hari setelah perlakuan pada isolat Dmg 16 dan Lm 6.Item Potensi Limbah Padi dan Buah Kelapa untuk Menekan Penyakit Busuk Pangkal serta Mendukung Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah(2023-03-12) TEDDY WAHYANA SALEH; Noor Istifadah; Sri HartatiBawang merah merupakan komoditas hortikultura yang penting di Indonesia. Salah satu kendala dalam budidaya bawang merah adalah penyakit busuk pangkal yang disebabkan oleh Fusarium oxysforum f.sp. cepae. Cara pengendalian penyakit secara ramah lingkungan dapat dilakukan dengan aplikasi bahan organik berupa limbah pertanian. Pemanfaatan limbah pertanian dapat dilakukan dengan cara perendaman, fermentasi (pembuatan mikroorganisme lokal/MOL) serta pembuatan arang/biochar. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan air rendaman serta MOL batang padi dan sabut kelapa, arang sekam dan tempurung kelapa untuk menghambat pertumbuhan F. oxysporum f.sp. cepae secara in vitro dan menekan penyakit busuk pangkal pada tanaman bawang merah serta kemampuannya dalam mendukung pertumbuhan dan hasil bawang merah. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi Departemen Hama dan Penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, serta rumah kaca dan kebun percobaan Balai Penyuluhan Pertanian Pasirwangi, Kabupaten Garut pada bulan Agustus sampai November 2022. Percobaan in vitro menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan empat ulangan, sedangkan percobaan pada tanaman bawang merah menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa air rendaman serta MOL batang padi dan sabut kelapa non steril mampu menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f.sp. cepae secara in vitro sebesar 76,52-87,50%. Namun demikian, ketika air rendaman atau MOL disterilkan hanya perlakuan dengan air rendaman batang padi yang dapat menghambat F. oxysporum f.sp. cepae yaitu sebesar 56,78%. Pada percobaan di tanaman bawang merah, kombinasi antara aplikasi biochar sekam atau tempurung kelapa dengan penyiraman MOL batang padi atau sabut kelapa lebih baik dalam menekan insidensi dan perkembangan penyakit busuk pangkal daripada perlakuan secara tunggal. Kedua perlakuan tersebut dapat menekan penyakit busuk pangkal sebesar 71,15%-75,96% serta mendukung pertumbuhan dan hasil bawang merah yang secara statistik tidak berbeda nyata dengan cara petani yang menggunakan pupuk dan pestisida sintetik.