Browsing by Author "Sandra Megantara"
Now showing 1 - 20 of 22
Results Per Page
Sort Options
Item Karakterisasi dan Uji Biodegradasi Bioplastik Berbasis Selulosa dari Limbah Mahkota Nanas (Ananas comosus Merr.) dengan Variasi Jumlah Pati dan Ukuran Partikel Selulosa(2016-06-30) ANGGIA M PARDEDE; Driyanti Rahayu; Sandra MegantaraIndustri farmasi merupakan salah satu penyumbang sampah plastik terbesar yang dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan alternatif plastik yang dapat terurai dan tidak menimbulkan permasalahan lingkungan, yaitu dengan pembuatan bioplastik. Bioplastik adalah plastik yang dapat diuraikan kembali oleh mikroorganisme. Bioplastik dapat dibuat dari selulosa yang berasal dari limbah pertanian, salah satunya mahkota nanas. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan bioplastik berbasis selulosa dari limbah mahkota nanas dengan metode interkalasi lelehan dengan penambahan kitosan dan plasticizer dengan variasi jumlah pati dan variasi ukuran partikel. Hasil karakterisasi dan biodegradasi bioplastik dengan variasi pati 0%, 5%, 10%, 15% dari jumlah selulosa mesh 100 dan 10%, 15% dari jumlah selulosa mesh 200 didapatkan nilai densitas, kemampuan menyerap air, sifat mekanik meliputi kuat tarik, perpanjangan putus, modulus elastisitas serta penurunan bobot selama 3 minggu masa uji biodegradasi dalam tanah dengan penambahan EM4. Hasil karakterisasi menunjukkan keenam bioplastik memiliki karakter yang mendekati bioplastik PHBV.Item MOLEKULAR MODELING SENYAWA TURUNAN PIRAZOLIN SERTA PREDIKSI ADMET DAN LIPINSKI RULE OF FIVE SEBAGAI ANTIVIRUS TERHADAP RNA-DEPENDENT-RNA-POLIMERASE SARS-CoV-2(2019) MEILINDA SETYA PRACEKA; Rani Maharani; Sandra MegantaraPandemi COVID-19 yang menjadi krisis Kesehatan dunia terjadi akibat penularan virus SARS-CoV2 hingga saat ini masih terjadi dengan banyaknya varian virus baru yang bermutasi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya pengembangan obat maupun vaksin yang dapat mengendalikan mutasi virus. Salah satunya dengan mengembangkan obat yang dapat menghambat polimerasi replikasi dengan menargetkan RDRP virus SARS-CoV2. Berdasarkan penelitian sebelumnya, gugus nitrogen di cincin inti pirazol memiliki potensi kuat sebagai antivirus COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan senyawa turunan pirazolin yang memiliki aktivitas antivirus yang lebih baik dengan toksisitas yang rendah sebagai kandidat obat COVID-19. Pada metode penelitian ini, dilakukan perancangan struktur dan skrining farmakofor menggunakan Ligandscout, penambatan molekular menggunakan Autodock4 dengan melakukan optimasi validasi energi evaluasi serta prediksi ADMET dan Lipinski Rules of Five. Berdasarkan hasil pengujian in silico, validasi database aktif dan decoy dilakukan dengan model 5 menghasilkan nilai AUC (1.00) dan EF (4.3) menunjukkan bahwa semua modifikasi turunan pirazolin memiliki kesesuaian geometri berdasarkan fitur farmakofor hits. Validasi docking dilakukan dengan menambahkan energi evaluasi sebesar 25 juta dan muatan pada ion Mg2+ dan Zn2+, sehingga didapatkan hasil RMSD 1.984 A pada ukuran gridbox 35x35x35 A, hasil penambatan molekul menunjukkan nilai energi ikatan bebas (∆G) mopyravir 7 sebesar -14.37 kkal/mol lebih baik dibandingkan favipiravir -12.45 kkal/mol dengan ikatan hidrogen pada residu asam amino mopyravir 7 yaitu U P 20, ASP A 760, ASP A 623, THR A 556, ARG A 553, sedangkan pada favipiravir C T 10, LYS A 545, SER A 759, U P 20, A T 11. Hasil pre-Admet dan Lipinski dari mopyravir 7 dan favipiravir telah memenuhi rentang persyaratan profil farmakokinetik dan kesesuaian obat digunakan untuk oral. Kesimpulannya bahwa perancangan senyawa turunan pirazolin telah berhasil dilakukan dengan optimasi validasi menghasilkan RMSD <2 A dan afinitas yang menunjukkan potensi kuat sebagai kandidat obat antivirus serta profil farmakokinetik dan toksisitas yang baik.Item Pembuatan dan Karakterisasi Bioplastik Berbasis Selulosa dari Limbah Pelepah Pisang (Musa paradisiaca L.) dengan Variasi Jumlah Pati dan Ukuran Partikel Selulosa(2016-04-16) SHINTA ALICIA S; Sandra Megantara; Driyanti RahayuPenggunaan plastik konvensional terus meningkat dan menghasilkan limbah yang sulit terurai secara alami sehingga mengganggu kelestarian lingkungan dan membahayakan kesehatan. Salah satu upaya terbaik untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan mengembangkan produk bioplastik yang dapat terbiodegradasi. Pada penelitian ini, bioplastik berbasis selulosa dari limbah pelepah pisang dibuat menggunakan metode melt intercalation dengan variasi jumlah pati dan ukuran partikel selulosa. Peningkatan jumlah pati dan penurunan ukuran partikel selulosa menunjukkan peningkatan nilai densitas, persentase swelling, dan kemampuan biodegradasi bioplastik. Bioplastik dengan penambahan pati 0, 0,25, 0,50, dan 0,75 gram dan ukuran partikel selulosa mesh 100 memberikan nilai kuat tarik 8,5194, 7,9841, 9,3044, dan 8,9601 MPa; perpanjangan putus 14,6063%, 13,8783%, 15,4750%, dan 13,8790%; serta modulus elastisitas 196,0433, 196,8433, 223,3647, dan 251,7100 MPa. Bioplastik dengan penambahan pati 0,50 gram dan 0,75 gram dan ukuran partikel selulosa mesh 200 memberikan nilai kuat tarik 9,3367 dan 9,1780 MPa; perpanjangan putus 19,3460% dan 18,1083%; serta modulus elastisitas 208,9133 dan 209,9433 MPa. Bioplastik dengan jumlah pati 0,50 gram dan ukuran partikel selulosa mesh 200 menghasilkan karakteristik yang mendekati PHBV meliputi nilai densitas, perpanjangan putus, dan modulus elastisitas dengan persentase biodegradasi dalam tanah sebesar 36,8183% dalam waktu 21 hari.Item Penambatan Molekul Senyawa Diterpenoid Terhadap Enzim Siklooksigenase Untuk Pencarian Obat Antiinflamasi(2016-10-21) M.RIZA ROSITAMA; Jutti Levita; Sandra MegantaraSiklooksigenase (COX) adalah enzim bifungsional yang mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin G2 (PGG2) melalui dioksigenasi dan mengkatalis peroksidasi PGG2 menjadi PGH2. Senyawa metabolit sekunder diterpenoid seperti andrografolid, triptolide dan eunicellane diterpenoids terbukti memiliki efek antiinflamasi melalui inibisi ekspresi COX-2,iNOS atau IL-6. Masih banyak senyawa diterpen lain yang belum diketahui efek antiinflamasinya melalui mekanisme inhibisi terhadap enzim COX khususnya COX-2. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mencari senyawa golongan diterpenoid yang memiliki aktivitas paling baik sebagai kandidat obat antiinflamasi dengan metode Molecular Docking. Pengujian dengan metode in silico diawali dengan pengembangan obat berbasis struktur dengan tahapan persiapan reseptor, persiapan ligan dan analisis sifat molekul, validasi perangkat lunak, simulasi menggunakan molecular docking, lalu interpretasi data hasil docking. Berdasarkan hasil docking, senyawa dengan nilai energy dan konstanta inhibisi terkecil adalah andrograpanin (energy -8,39 kkal/mol dan KI 7,0299 x 10-7M) untuk COX-1 dan plaunotol (energy -6,74 kkal/mol dan KI 1,14 x 10-5M) untuk COX-2. Berdasarkan nilai indeks selektivitas (cSI), celecoxib merupakan inhibitor selektif yang terbaik, diikuti oleh 2-((1R,4aS,5R,6R,8aS)-6-hydroxy-5-(hydroxymethyl)-5,8a-dimethyl-2 methylenedecahydronaphthalen-1-yl)-1-(2-oxo-2,5-dihydrofuran-3-yl)ethyl 4-methylbenzoate, 3,19-O-Diacetylandrographolide, 12,13-Dihydroandrographolide. 2-((1R,4aS,5R,6R,8aS)-6-hydroxy-5-(hydroxymethyl)-5,8a-dimethyl-2-methylenedecahydronaphthalen-1-yl)-1-(2-oxo-2,5-dihydrofuran-3-yl)ethyl benzoate, 19-O-acetylhydroandrographolide, dan coronarin D merupakan preferential inhibitor COX-2, sedangkan asetosal, 14-deoxyandrographolide, 14-deoxy-11,12-didehydroandrographolide, 14-deoxy-14,15-didehydroandrographolide, andrograpanin, andrographolide, plaunolide dan plaunotol merupakan inhibitor non selektif dari COX-2.Item Pengaruh Variasi pKa dari Koformer Terpilih Terhadap Kelarutan Multikomponen Kristal Etil Para Metoksisinamat(2022-10-24) MAYA FADILLA ALAINA; Sandra Megantara; Yoga Windhu WardhanaSenyawa Etil Para Metoksisinamat (EPMS) yang diisolasi dari tanaman kencur dikenal memiliki berbagai aktivitas farmakologi yang baik bagi tubuh dibuktikan oleh berbagai penelitian. Namun pemanfaatan senyawa ini sebagai sediaan oral masih sedikit karena kelarutannya yang rendah dalam air. Sehingga dilakukan upaya peningkatan kelarutan EPMS dengan modifikasi bentuk menjadi multikomponen kristal. Pemilihan koformer sebagai pembentuk multikomponen diskrining melalui molecular docking menggunakan software AutodockTools-1.5.6. Dari enam koformer terpilih, hasil pertimbangan energy binding, ikatan hidrogen dan pKa, koformer asam suksinat, asam tartarat dan sakarin dilanjutkan untuk proses preparasi melalui solvent evaporation dengan perbandingan mol 1:1. Kemudian diuji kelarutannya lalu dikarakterisasi menggunakan FTIR, DSC dan mikroskop polarisasi untuk mengkonfirmasi pembentukan kristal. Berdasarkan teori ∆pKa antara zat aktif dan koformer, interaksi EPMS-Asam suksinat dan EPMS-Asam tartarat membentuk kokristal sedangkan EPMS-Sakarin membentuk garam. Pembentukan kristal terbukti dengan adanya gugus fungsi bahan penyusun serta pembentukan ikatan hidrogen pada spektrum FTIR, penurunan titik leleh dan energi pada termogram DSC serta habit kristal baru yang ditunjukkan pada mikroskop polarisasi. Multikomponen kristal antara EPMS dan koformer mengalami peningkatan kelarutan dibandingkan EPMS murni dengan bentuk kokristal EPMS-Asam suksinat memberikan kelarutan paling baikItem PENINGKATAN KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI SIMVASTATIN DENGAN KOKRISTALISASI METODE SOLVENT EVAPORATION MENGGUNAKAN BERBAGAI KOFORMER(2016-04-15) VELLA ANGGRAINI; Sandra Megantara; Iyan SopyanSimvastatin merupakan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit hiperkolestrolemia serta termasuk kedalam BCS kelas II yang memiliki kelarutan rendah dan permeabilitas tinggi. Hal ini menyebabkan bioavaibilitas simvastatin hanya kurang dari 5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa paling baik untuk menjadi koformer dengan metode in silico dan profil kelarutan jenuh, disolusi, IR, DSC, dan difraksi sinar x dari kokristal yang terbentuk secara solvent evaporation. Dari hasil in silico, koformer yang memiliki peluang untuk membentuk kokristal dengan simvastatin adalah nikotinamida, asam tartrat, dan aspartam. Selanjutnya, dari hasil uji kelarutan diketahui bahwa kokristal dengan peningkatan kelarutan terbaik diperoleh dari kokristal simvastain-nikotinamida dengan perbandingan ekimolar 1:2 dan pengadukan selama 5 menit. hasil uji disolusi kokristal simvastatin-nikotinamida dalam media simulated intestinal fluid (SIF) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan laju disolusi bila dibandingkan dengan simvastatin murni. Karakterisasi menunjukkan adanya interaksi baru, penurunan titik leleh, dan perbedaan bentuk kristal yang mengindikasikan terbentuknya kokristal.Item PENINGKATAN KELARUTAN KARVEDILOL DENGAN TEKNIK DISPERSI PADAT MENGGUNAKAN POLIMER NATRIUM ALGINAT, GUAR GUM, XANTHAN GUM, DAN LOCUST BEAN GUM(2022-06-05) NURDIANI ADININGSIH; Sandra Megantara; Iyan SopyanPenyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian secara global, karvedilol (CVD) merupakan beta bloker non selektif dengan aktivitas penghambat reseptor alfa-1 yang sering diresepkan untuk pengobatan penyakit kardiovaskular. Menurut Biopharmaceutics Classification System (BCS), CVD termasuk ke dalam BCS kelas II karena memiliki permeabilitas membran yang tinggi tetapi memiliki kelarutan yang rendah. Obat dengan kelarutan yang rendah dapat menyebabkan bioavailabilitas yang buruk. Maka dari itu, pada penelitian ini dilakukan pembuatan dispersi padat sebagai upaya untuk meningkatkan kelarutan dan profil disolusi dari CVD. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu studi in silico dengan metode ligand-ligand docking menggunakan AutoDockTools dan Vina Wizard pada PyRX, pembuatan dispersi padat menggunakan metode kneading dengan perbandingan bobot antara obat dan polimer yaitu 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4, evaluasi dispersi padat yaitu uji kelarutan dan uji disolusi, serta karakterisasi dispersi padat dengan FTIR, DSC, dan PXRD. Hasil studi in silico menunjukkan adanya interaksi yang terjadi antara CVD dengan polimer natrium alginat (NA), xanthan gum (XG), guar gum (GG), dan locust bean gum (LBG). Terdapat dua kompleks yang membentuk 2 ikatan hidrogen yaitu CVD-NA dengan energi ikatan (Ei) = -2,4 kkal/mol dan CVD-GG dengan Ei = -2,9 kkal/mol serta terdapat dua kompleks yang membentuk 1 ikatan hidrogen yaitu CVD-XG dengan Ei = -2,6 kkal/mol dan CVD-LBG dengan Ei = -2,9 kkal/mol. NA dan XG dipilih sebagai pembawa dalam dispersi padat karena memiliki jumlah ikatan hidrogen yang berbeda. Hasil uji kelarutan CVD murni yaitu 2,46 ± 0,03 mg/L, dispersi padat CVD menunjukkan peningkatan kelarutan pada seluruh sampel dengan peningkatan tertinggi pada masing-masing polimer yaitu 27,48 ± 1,59 mg/L (11,17 kali) pada CVD:NA (1:4) dan 222,95 ± 3,53 mg/L (90,63 kali) pada CVD:XG (1:4). Hasil profil disolusi yang diperoleh pada menit ke 60 yaitu sebesar 64,95 ± 0,45% pada CVD murni, 83,32 ± 1,19% pada CVD:NA (1:4), dan 72,56 ± 3,62% pada CVD:XG (1:4). Karakterisasi dilakukan terhadap dispersi padat CVD:NA (1:4). Penurunan intensitas dan pergeseran bilangan gelombang pada spektrum FTIR menunjukkan adanya interaksi antara CVD dan NA. Berkurangnya intensitas puncak endotermik pada termogram DSC menunjukkan keadaan amorf dari obat, dan hasil PXRD menunjukkan adanya penurunan kristalinitas obat. Dispersi padat terbukti dapat meningkatkan kelarutan dan profil disolusi dari CVD, hasil penelitian juga menunjukkan semakin banyaknya ikatan hidrogen yang terbentuk antara obat dengan polimer maka peningkatan kelarutan dan profil disolusi yang terjadi juga semakin meningkat.Item PENINGKATAN KELARUTAN KARVEDILOL DENGAN TEKNIK MULTIKOMPONEN KRISTAL MENGGUNAKAN KOFORMER ASAM BENZOAT, ISONIKOTINAMID, DAN SAKARIN(2022-06-05) RANIA TALINTA LAYYAREZA; Sandra Megantara; Iyan SopyanKarvedilol merupakan obat golongan beta-adrenergik bloker dan alpha-1 secara non selektif yang digunakan untuk mengatasi hipertensi dan gagal jantung iskemik ringan hingga berat yang termasuk ke dalam obat golongan BCS kelas II dengan kelarutan rendah dan permeabilitas tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kelarutan karvedilol melalui pembentukan multikomponen kristal. Metode yang dilakukan pada penelitian ini meliputi skrining koformer secara in silico, pembuatan multikomponen kristal dengan metode solvent evaporation menggunakan koformer asam benzoat, isonikotinamid, serta sakarin dengan perbandingan mol 1:1, 1:2, dan 2:1untuk setiap koformer, uji kelarutan jenuh, uji disolusi intrinsik, dan karakterisasi yang terdiri dari pemeriksaan spektrum IR, PXRD, dan DSC. Hasil skrining koformer secara in silico menunjukkan adanya interaksi non kovalen antara karvedilol dengan setiap koformer dimana interaksi terbaik terjadi pada karvedilol dengan isonikotinamid meliputi ikatan hidrogen dan π-π stacking dengan afinitas ikatan -2,5 kkal/mol. Berdasarkan hasil pembuatan multikomponen kristal, didapati padatan yang kering pada multikomponen kristal CVD:Asam benzoat dan CVD:Isonikotinamid di setiap perbandingan mol. Hasil uji kelarutan jenuh menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan karvedilol murni yaitu 2,460 mg/L dimana peningkatan kelarutan tertinggi terjadi pada CVD:asam benzoat (1:2) yaitu 56,91 kali (140 mg/L) , CVD:isonikotinamid (1:2) yaitu 41,26 kali (101,5 mg/L), dan CVD:sakarin (1:2) yaitu 24,39 kali (60 mg/L) dibandingkan dengan perbandingan mol lainnya sehingga dilanjutkan ke tahap evaluasi uji disolusi. Hasil profil disolusi yang diperoleh yaitu 33,115% pada karvedilol murni, 99,484% pada CVD:isonikotinamid (1:2), 93,422% pada CVD:asam benzoat (1:2), dan 42,265% CVD:sakarin (1:1). Hasil karakterisasi yang meliputi terjadinya pergeseran puncak pada spektrum IR, pola termogram dari hasil DSC yang berbeda, dan terdapat puncak baru pada difraktogram dari hasil XRD multikomponen kristal menunjukkan adanya pembentukan fasa padat baru bila dibandingkan dengan karvedilol murni. Kesimpulan pada penelitian ini adalah pembentukan multikomponen kristal dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi karvedilol dan semua karakterisasi menunjukkan adanya interaksi antara karvedilol dengan isonikotinamid dan terbentuknya fasa padat baru.Item Prediksi Pengaruh Single-Nucleotide Polymorphisms (SNPs) Pada CYP2C9 Terhadap Metabolisme Warfarin Secara In Silico(2022-04-12) SABRANAH HIDAYATI RAHMIN; Sandra Megantara; Norisca Aliza PutrianaWarfarin merupakan antikoagulan oral yang memiliki variabilitas dosis antar individu yang luas. Salah satu faktor yang berperan adalah Cytochrome P450 Family 2 Subfamily C Member 9 (CYP2C9) atau CYP2C9 wild type (WT). Diketahui bahwa CYP2C9 memiliki banyak bentuk polimorfisme yang diduga menyebabkan penurunan aktivitas metabolisme obat. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi pengaruh polimorfisme CYP2C9 terhadap aktivitas metabolisme S-warfarin dalam tubuh. Penelitian ini dilakukan dengan metode in silico yaitu pemodelan molekular polimorfisme CYP2C9 dan penambatan molekular. Adapun parameter yang dianalisis adalah afinitas ikatan, interaksi ikatan hidrogen, dan jarak antara C7 S-warfarin dengan Fe-Heme. Hasil penelitian didapatkan bahwa CYP2C9 WT memiliki afinitas ikatan yang paling kuat (∆G: -9,76 kkal/mol) menunjukkan CYP2C9 WT memiliki aktivitas metabolisme yang paling baik jika dibandingkan dengan polimorfisme CYP2C9. Terjadi penurunan pembentukan ikatan hidrogen pada polimorfisme CY2PC9, di mana hanya terbentuk 1 ikatan hidrogen sedangkan pada CYP2C9 WT terbentuk 2 ikatan hidrogen. Dan terjadi peningkatan jarak antara C7 S-warfarin dengan Fe-Heme pada polimorfisme CYP2C9 dengan rentang 0,24 – 1,16 Å jika dibandingkan dengan CYP2C9 WT. Adanya penurunan afinitas ikatan, penurunan pembentukan ikatan hidrogen, dan peningkatan jarak C7 S-warfarin dengan Fe-Heme pada polimorfisme CYP2C9 menunjukkan bahwa polimorfisme CYP2C9 mengalami penurunan aktivitas metabolisme terhadap S-warfarin yang menyebabkan perubahan respon obat.Item SIMULASI DINAMIKA MOLEKULAR RESEPTOR ESTROGREN DENGAN TAMOKSIFEN DAN TURUNAN KALKON SEBAGAI ANTI KANKER PAYUDARA(2017-11-24) YUDA HARDIANTO; Sandra Megantara; Muhammad YusufKanker payudara salah satu penyebab kematian wanita terbanyak di dunia. Senyawa turunan kalkon (KLN), 2’,4’-dihidroksi-6-metoksi-3,5-dimetilkalkon dapat menghambat proliferasi sel MCF-7 yang merupakan basis sel kanker payudara, dengan nilai IC50 sebesar 74,5 μg/mL (250 μM). Tetapi nilai IC50 tersebut masih menunjukkan aktivitas yang lemah. Aktivitas dapat ditingkatkan dengan cara memodifikasi struktur senyawanya. Dalam penelitian ini, struktur KLN dimodifikasi untuk meningkatkan afinitasnya terhadap reseptor estrogen dengan pendekatan simulasi komputasi, secara doking molekuler dan dinamika molekuler pada reseptor agonis hER-α (PDB ID 3ert). Hasil doking molekuler modifikasi KLN yang memiliki gugus fenol dan pirazol (MK20) memiliki nilai energi ikatan bebas (ΔG) sebesar -11,9 kkal/mol dan membentuk ikatan hidrogen dengan GLU353 dan ARG394, sedangkan tamoksifen memiliki nilai -11,4 . Kemudian, dilakukan simulasi dinamika molekuler untuk menentuan nilai energi ikatan menggunakan metode kalkulasi MMPBSA (Molecular Mechanics Poisson-Boltzmann and Surface Area). MK20 memiliki afinitas lebih baik dibanding kalkon dengan nilai ΔGTotal= -50,713 kkal/mol, sedangkan tamoksifen sebesar -50,541 kkal/mol. Kata kunci: Kanker payudara, Kalkon, Doking molekuler, Dinamika molekuler, Reseptor estrogen αItem Sintesis dan Karakterisasi Polimorf Etil P-Metoksisinamat Hasil Variasi Pelarut Terpilih(2022-07-07) WILDA NICHAIRIN; Yoga Windhu Wardhana; Sandra MegantaraEtil p-metoksisinamat (EPMS) merupakan senyawa utama dari rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dan memiliki berbagai efek farmakologis seperti vasorelaksan, antiinflamasi dan analgesik. EPMS memiliki kelarutan yang rendah di dalam air sehingga perlu memperhatikan bentuk kristal lainnya dengan kelarutan yang lebih baik. Melalui penelitian ini dicoba membentuk polimorf EPMS menggunakan variasi pelarut berdasarkan perbedaan konstanta dielektrik (ε) pelarut. Polimorf EPMS berhasil diperoleh melalui teknik single dan mixed- solvent crystallization dari pelarut nheksan, nheksan-aseton, aseton, aseton-metanol, dan metanol dengan masing-masing ε sebesar 1,88, 11,18, 20,49, 26,55, dan 32,61. Habit polimorf EPMS diperiksa dengan studi kelarutan dalam air dan ditentukan nilai pKa, kemudian dikarakterisasi dengan mikroskop polarisasi, spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR), dan Differential Scanning Calorimetry (DSC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa polimorf EPMS mengalami perbedaan struktur dan morfologi (habit) kristal dibandingkan dengan EPMS awal. Kelarutan polimorf dalam air dengan pelarut nheksan, nheksan-aseton, aseton, asetonmetanol, dan metanol meningkatkan kelarutan dalam air masing-masing sebesar 1,27, 1,14, 1,08, 1,07, dan 1,05 kali lipat. Disimpulkan bahwa pembentukan polimorf metode solvent evaporation dengan single dan mixed-solvent crystallization berhasil meningkatkan kelarutan.Item SINTESIS MI-SPE KUERSETIN DENGAN MENGGUNAKAN MONOMER ASAM METAKRILAT(2017-04-29) TRI ULFA RAHMATIA; Sandra Megantara; Rimadani PratiwiSolid Phase Extraction (SPE) dengan teknik Molecularly Imprinted Polymer (MIP) saat ini telah dikembangkan untuk isolasi senyawa dari bahan alam. Pada penelitian ini senyawa yang digunakan yaitu kuersetin. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sorben MI-SPE kuersetin dengan monomer asam metakrilat sehingga selektivitas dan karakter fisik dapat diketahui. MIP kuersetin disintesis dengan metode bulk polymerization dengan menggunakan kuersetin sebagai template, asam metakrilat sebagai monomer fungsional, etilen glikol dimetakrilat (EGDMA) sebagai cross-linker, 2,2’-azobisisobutironitril (AIBN) sebagai inisiator dan campuran pelarut porogen asetonitril : metanol (1 : 4). Non Imprinted Polymer (NIP) dibuat sebagai polimer kontrol tanpa penambahan template. Hasil sintesis dievaluasi terhadap beberapa jenis pelarut, hasil yang diperoleh meunjukkan pelarut asetonitril memiliki kemampuan adsorpsi tertinggi. Keselektifan sorben diperoleh dari nilai imprinting factor. Nilai imprinting factor kuersetin dibandingkan dengan golongan flavonoid lain yaitu genistein dan luteolin. Hasil yang didapatkan menunjukkan sorben MI-SPE lebih selektif terhadap kuersetin. Ikatan hidrogen yang terbentuk pada reaksi antara template dan monomer ditunjukkan dengan adanya pergeseran bilangan gelombang sebelum dan sesudah ekstraksi. Analisis interaksi kuersetin dan asam metakrilat juga dilakukan secara komputasi melalui interaksi hidrofobik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam metakrilat dapat digunakan sebagai monomer fungsional dalam pembuatan MI-SPE kuersetin dan sorben MI-SPE lebih selektif terhadap kuersetin dibandingkan luteolin dan genistein.Item SINTESIS OKTIL P-METOKSI SINAMAT (OPMS) DARI BAHAN BAKU RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI LANGSUNG(2017-01-20) RESA HANDAYANI; Rimadani Pratiwi; Sandra MegantaraIndonesia kaya akan bahan baku kosmetika dari alam, namun industri kosmetika dalam negeri masih lebih banyak melakukan impor terhadap bahan baku, salah satunya adalah oktil para-metoksi sinamat (OPMS) yang sering digunakan untuk tabir surya. OPMS dapat disintesis dari asam para-metoksi sianamat (APMS) melalui reaksi esterifikasi langsung. APMS dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis etil p-metoksisinamat (EPMS). EPMS ini banyak terdapat dalam kencur. Tujuan penelitian ini adalah dapat mengetahui pengaruh waktu sintesis OPMS dari APMS melalui reaksi esterifikasi langsung. Pada penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu mengisolasi EPMS dari rimpang kencur dengan metode maserasi diperoleh rendemen 4,88%, menghidrolisis EPMS menjadi APMS dengan katalis basa diperoleh rendemen 72%, dan mensintesis OPMS dengan mereaksikan APMS dengan n-oktanol berlebih melalui reaksi esterifikasi langsung dengan katalis asam pada suhu 110-140oC dengan waktu sintesis yaitu 2, 3, 4, 5, dan 6 jam. OPMS hasil sintesis diidentifikasi dengan KLT, spektrofotometer FTIR, dan kromatografi gas-spektometri massa (GC-MS). Dapat dihasilkan OPMS dengan waktu sintesis optimum selama 3 jam yang ditunjukkan dengan Rf 0,83, waktu retensi 17,389 menit , luas area paling tinggi yaitu 25864960 m2, berat molekul 290, SI 95 dan fragmentasi massa pada m/z 290, 178, 161, 133, 77, namun semakin lama waktu sintesis maka reaksi sintesis berlangsung tidak stabil.Item SINTESIS OKTIL PARA-METOKSI SINAMAT (OPMS) DARI BAHAN BAKU RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) DENGAN METODE TRANSESTERIFIKASI(2017-01-20) SHEILA PRATIWI; Rimadani Pratiwi; Sandra MegantaraKesulitan utama industri obat dan kosmetik pada umumnya adalah pengadaan bahan baku yang masih tergantung dari luar negeri. Hingga saat ini, hampir keseluruhan bahan aktif diimpor oleh Indonesia. Oktil para-metoksi sinamat (OPMS) adalah salah satunya. OPMS merupakan senyawa kimia yang paling sering digunakan untuk tabir surya. Ironisnya, belum ada perusahaan Indonesia yang memproduksi senyawa ini secara mandiri, padahal Indonesia memiliki bahan baku utama senyawa OPMS yaitu etil para-metoksi sinamat (EPMS) yang bisa diperoleh dari rimpang kencur. Kandungan EPMS dalam rimpang kencur di Indonesia sekitar 35 hingga 80 % dan kelimpahan rimpang kencur di Indonesia cukup tinggi sehingga kemandirian bahan baku OPMS sangat potensial untuk dikembangkan. Penelitian menggunakan metode transesterifikasi. Simplisia rimpang kencur dimaserasi hingga didapatkan kristal EPMS. Rendemen kristal sebanyak 4,88%. Kristal direfluks bersama oktanol untuk menghasilkan senyawa OPMS. Proses refluks dilakukan pada suhu 150-160oC dengan durasi 2, 3, 4, 5, dan 6 jam. Variasi waktu digunakan untuk melihat pengaruh waktu reaksi terhadap hasil sintesis. Analis OPMS meliputi KLT, Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), dan Gas Chromatography Mass Spectroscopy (GCMS). Spektrum FTIR menyatakan adanya penambahan gugus alkil pada proses sintesis. Berdasarkan luas area pada GCMS, reaksi dengan durasi 5 jam memiliki area OPMS lebih besar daripada 6 jam.Item Skrining Virtual Andrografolid dan Turunannya Sebagai Penghambat Phospholipase A2 dan Nitric Oxide Synthase Berdasarkan Identifikasi Farmakofor(2016-10-20) KARTIKA KHAIRINA; Sandra Megantara; MutakinDi Indonesia, angka kematian tertinggi disebabkan oleh penyakit stroke. Salah satu penyebab timbulnya penyakit stroke adalah inflamasi kronis pada pembuluh darah yang ada di otak atau menuju ke otak. Obat anti-inflamasi yang saat ini digunakan adalah obat golongan kortikosteroid dan obat anti-inflamasi non steroid yang memiliki efek samping seperti osteoporosis, hiperglikemia, dan hipertensi. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa ada salah satu derivat andrografolid yang dapat menghambat Phospholipase A2 (PLA2) dan Nitric Oxide Synthase (NOS). Untuk memperluas pencarian maka penelitian ini dilakukan untuk mencari senyawa-senyawa turunan andrografolid yang memiliki aktivitas antiinflamasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan reseptor dan ligan, validasi perangkat lunak dengan redocking, dan docking senyawa turunan andrografolid ke dalam kantung aktif PLA2 dan NOS. Dari penelitian ini senyawa yang memiliki aktivitas anti-inflamasi terbaik dengan menghambat PLA2 adalah 3.19 acetonylidene-14β (2`-methoxy-phenoxy) -andrographolide sementara senyawa yang memiliki aktivitas terbaik dengan menghambat NOS adalah 3, 14-dideoxyandrographolide.Item Skrining Virtual Senyawa Famili Asteraceae Sebagai Penghambat Xanthine Oxidase Berdasarkan Identifikasi Farmakofor(2016-01-26) HILDA SYIFA SYAHIDA; Sandra Megantara; Jutti LevitaAsam urat merupakan produk hasil metabolisme purin yang dapat menyebabkan penyakit hiperurisemia ketika kadarnya tinggi di dalam tubuh. Pengobatan hiperurisemia dapat dilakukan dengan cara menghambat enzim xanthine oxidase (XO). Dari hasil penelitian sebelumnya didapatkan bahwa flavonoid tanaman famili Asteraceae dapat menghambat XO baik secara in vitro dan in vivo, untuk itu diperlukan studi lebih lanjut mengenai interaksi flavonoid apa saja pada famili tersebut yang memiliki aktivitas terbaik terhadap inhibisi enzim XO serta menelaah mode ikatan yang terjadi. Telah dilakukan skrining virtual pada 47 senyawa flavonoid dari famili Asteraceae berdasarkan kesesuaian farmakofor dengan kuersetin sebagai ligan standar dan didapatkan 6 senyawa dengan nilai terbaik yaitu kaemferida, 6-hidroksi kaemferol, betuletol, galangin, kuersetagetin, dan patuletin dengan nilai hit 78,91; 78,88; 78,87; 78,74; dan 78,78. Dilanjutkan studi interaksi antara senyawa tersebut pada kantung aktif XO dengan metode docking molekular dan didapatkan bahwa penghambatan terhadap XO dapat terjadi dikarenakan adanya ikatan hidrogen dengan 2 asam amino esensial yaitu Glu802 dan Arg880. Adapun nilai energi ikatan dan konstanta inhibisi yang diperoleh dalam kkal/mol dan µM adalah kaemferida (-10,44 dan 27 x 10-4) , 6-hidroksi kaemferol (-12,597 dan 6,05 x 10-4), betuletol (-12,571 dan 7,346 x 10-4), galangin (-12,681 dan 5,4 x 10-4), kuersetagetin (-11,186 dan 73,187 x 10-4), dan patuletin (-12,586 dan 6,73 x 10-4). Dari hasil penelitian diperoleh senyawa dengan aktivitas terbaik yaitu galangin yang berasal dari Helichrysum aureonitens.Item Skrining Virtual Senyawa Famili Theaceae dan Guttiferae sebagai Penghambat NF kappa B berdasarkan Identifikasi Farmakofor(2016-01-28) RESTIARA MEIRIANI; Jutti Levita; Sandra MegantaraInflamasi kronik yang tidak ditangani dapat berkembang menjadi kanker dan beberapa penyakit lainnya. Tanaman teh hijau (famili Theaceae) dan manggis (famili Guttiferae) telah terbukti berkhasiat antiinflamasi kronik dengan menghambat TNF-α yang merupakan produk hasil aktivasi Nuclear Factor Kappa-B. NF-ĸB merupakan faktor transkripsi utama yang mengaktivasi berbagai sitokin pro-inflamasi. Skrining virtual berdasarkan farmakofor dilakukan terhadap 50 senyawa metabolit sekunder dari kedua famili tersebut, dibandingkan dengan kuersetin sebagai standar.Item Studi In Silico Beberapa Flavonoid Golongan Flavon dan Flavonol terhadap Protein Spike SARS-CoV-2 sebagai Anti COVID-19(2021-06-14) PINA MIDUK RODEARNI MALAU; Sandra Megantara; MuchtaridiPada tanggal 9 Mei 2021, terdapat 157,289,118 kasus COVID-19 akibat SARSCoV-2 yang dikonfirmasi secara global termasuk 3,277,272 kematian di 223 negara. Protein Spike SARS-CoV-2 berperan penting dalam masuknya virus ke membran sel inang melalui interaksi dengan reseptor ACE2 yang terdapat di permukaan sel. Obat untuk terapi COVID-19 yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) saat ini hanya remdesivir. Dalam hal ini, flavonoid telah diketahui mempunyai aktivitas farmakologis yang luas, salah satu diantaranya adalah aktivitas antivirus. Oleh karena itu, dilakukan penelitian pada beberapa senyawa flavonoid golongan flavon dan flavonol untuk mengetahui interaksinya terhadap protein Spike. Penelitian dilakukan secara in silico melalui simulasi penambatan molekuler, kesesuaian senyawa dengan aturan Lipinki, serta prediksi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan toksisitas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, baicalein memiliki nilai energi Gibbs sebesar -7,88 kkal/mol dengan konstanta inhibisi 1,69 M, memiliki ikatan hidrogen dengan residu asam amino Cys336 yang berada di inti RBD protein Spike serta memenuhi aturan lipinski. Profil farmakokinetika baicalein meliputi nilai permebilitas sawar darah otak dan sel Caco2 yang rendah, dapat diasorbsi dengan baik di usus, bersifat mutagen dan karsinogen, tidak menghambat enzim CYP3A4 dan CYP2D6, serta dapat menghambat enzim CYP1A2, CYP2C9, dan CYP2C19Item STUDI IN SILICO INTERAKSI WARFARIN DENGAN ERITROMISIN DAN SPIRONOLAKTON TERHADAP RESEPTOR VKORC1(2022-04-12) GRACE NATASYA HUTAURUK; Sandra Megantara; Norisca Aliza PutrianaWarfarin merupakan antikoagulan dengan target reseptor vitamin K epoxide reductase subunit 1 (VKORC1). Dalam penggunaannya,warfarin diketahui mudah berinteraksi dengan obat dan makanan lain sehingga penggunaannya harus dipantau dengan nilai International Normalized Ratio (INR). Penggunaan warfarin dengan beberapa obat mengakibatkan perubahan pada nilai INR pasien,antara lain eritromisin dan spironolakton. Pasien pengguna warfarin dan eritromisin cenderung mengalami peningkatan nilai INR,sedangkan pengguna warfarin dan spironolakton cenderung mengalami penurunan nilai INR. Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi interaksi yang terjadi antara eritromisin dan spironolakton terhadap protein target warfarin yaitu vitamin K epoxide reductase subunit 1 (VKORC1). Metode penelitian ini adalah simulasi penambatan molekular dan multiple ligand docking. Parameter yang diamati adalah energi bebas Gibbs,konstanta inhibisi,dan interaksi antara protein dengan ligan uji. Hasil penelitian diketahui bahwa, eritromisin dan spironolakton memiliki interaksi dengan reseptor VKORC1 secara in silico dimana eritromisin memiliki ΔG = -3.23 kcal/mol dan KI = 400.30 nM sedangkan spironolakton memiliki ΔG = -10.11 kcal/mol dan KI = 38.62 nM. Dari hasil multiple ligand docking dapat diprediksi bahwa penggunaan eritromisin bersamaan dengan warfarin tidak mengganggu kerja warfarin di VKORC1 karena eritromisin tidak berikatan pada situs aktif warfarin dengan ΔG = -4.7 kcal/mol dan KI = 359.96 uM,sedangkan spironolakton diprediksi memiliki kemungkinan mengganggu kerja warfarin di VKORC1 karena berikatan di situs aktif yang sama dengan warfarin dengan ΔG = -7 kcal/mol dan KI = 7.43 uM.Item Studi In Silico Kombinasi Alfa-Mangostin dan Kitosan Terkonjugasi Trastuzumab terhadap Human Epidermal Growth Factor Receptor 2(2021-06-09) CECEP SUHANDI; Sandra Megantara; Nasrul WathoniKanker payudara merupakan jenis kanker dengan angka kejadian tertinggi di dunia dan Indonesia. Sekitar 10-30% pengidap kanker payudara menunjukkan hasil diagnosis positif HER2 (Human Epidermal Growth Factor Receptor 2). Metode pengobatan yang tersedia saat ini masih menunjukkan banyak kekurangan seperti efek samping yang tinggi dan kegagalan terapi akibat resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara in silico sediaan kombinasi α-mangostin dan kitosan terkonjugasi trastuzumab terhadap HER2 sebagai upaya peningkatan terapi pada pasien kanker payudara. Pengujian dilakukan melalui simulasi penambatan molekuler menggunakan PatchDock Server. Bahan yang digunakan meliputi struktur dua dimensi α-mangostin, kitosan, dan natrium tripolifosfat dari basis data PubChem, sekuens FASTA trastuzumab dari basis data DrugBank, dan struktur HER2 yang diperoleh dari kompleks kristal dengan PDB ID: 1N8Z. Hasil uji menunjukkan bahwa partikel kombinasi α-mangostin dan kitosan berinteraksi dengan sisi fragment crystallizable (Fc region) serta beberapa interaksi hidrogen terhadap fragment antigen-binding (Fab region) pada trastuzumab dalam proses konjugasinya. Konjugasi trastuzumab terhadap partikel kombinasi α-mangostin dan kitosan menghasilkan peningkatan terbesar skor ikatan pada partikel kombinasi dengan ukuran terkecil (50 Å) dengan peningkatan skor sebesar 3.828. Pada partikel kombinasi dengan ukuran 50 Å memperlihatkan kesamaan interaksi hidrogen yang baik dengan trastuzumab (Asn89, Tyr252, dan Glu330). Namun demikian, konjugasi trastuzumab pada partikel kombinasi menghilangkan kesamaan interaksi hidrogen tersebut serta meningkatkan nilai atomic contact energy (ACE) yang berarti menurunkan spontanitas interaksi terhadap HER2. Dengan demikian, sediaan kombinasi α-mangostin dan kitosan terkonjugasi trastuzumab diprediksi dapat meningkatkan efektivitas terapi kanker payudara pada ukuran partikel yang relatif kecil namun dengan konsekuensi penurunan spontanitas reaksi terhadap HER2.